Anda di halaman 1dari 3

RASIONALISASI : BERTINDAK DULU BARU BERPIKIR ?

Nama : Yoseph Rijke Haki Tas’au_R3_18


Mahasiswa Psikologi UNNES
cokies1903@students.unnes.ac.id

Pernahkah kamu telat sekolah terus bilangnya ke guru menggunakan alasan ban
bocor, macet, jalannya bolong ?. Pasti pernahkan ya, padahal kitanya saja yang
memang kesiangan. Kita sering juga melihat tindakan seperti alasan - alasan yang
dibuat seperti pembenaran atau akal – akalan. Misalnya nih kamu melakukan
kesalahan yang membuat diri kamu sendiri menyesal.
Penasaran tidak sih kenapa dalam kasus seperti gini kamu melakukan pembenaran
?. Jadi menurut Freud tindakan ini itu disebut Defense Mechanism dan asal kamu
tahu hal itu merupakan tindakan yang tidak baik lho. Hal ini dikarenakan perasaan
kamu bisa saja terpendam dan menjadikan kebiasaan jelek buat kamu, kalau
suatu saat kamu bertemu kejadian yang sama, rasa menyesal kamu pasti akan
kembali. Nah pada akhirnya timbulah kembali si rasa sesalnya kamu itu.
Jadi, orang yang sering melakukan pembenaran atau bahasa kerennya rasionalisasi
tujuannya ya cuma untuk menutupi kesalahan yang udah dibuat, padahal
masalahnya tidak akan selesai dan itu akan terus tersimpan di diri orang-orang
yang ngelakuin itu, termasuk kamu. Rasionalitas merupakan tindakan yang efektif
dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai, artinya manusia bertindak sesuai
dengan tujuan. Pengetahuan tentang keyakinan yang telah ditetapkan secara
ilmiah, atau atas dasar lain yang dianggap rasional (Jary, 1991; 521).
Sangat diprihatinkan rasionalisasi ini juga banyak ditemukan di sosmed, misalnya
ada akun dari sebuah platform media sosial yang mengatasnamakan psikologi
dalam memuat postingan-postingannya, padahal bahan postingan mereka hasil
dari menyontek google yang bahakan tidak jelas kredibilitasnya, admin
sosmednya juga kemungkinan besar bukan lulusan jurusan psikologi. Biasanya
oknum-oknumnya membuat postingan yang bunyinya seperti ini nih “Psikologi
mengatakan bahwa 99% orang yang memiliki tahi lalat di bibir akan lebih aktif
berbicara dibandingkan orang lain pada umumnya”. Aku sebagai salah satu
korban yang mempunyai tahi lalat dibibir, kerapkali dikatain cerewet dan aktif
berbicara, padahal menurutku tidak dan merasa biasa saja.
Prinsip rasionalisasi ialah bertindak sebelum berfikir, setelah terjadi sesuatu baru
difikirkan efeknya. Rasionalisasi ini adalah contoh rasionalisasi yang salah.
Untuk menghindari rasionalisasi yang salah, ada berbagai cara yang dapat kita
lakukan. Diantara lain :

1. Berfikir secara matang sebelum melakukan sesuatu.


Dengan memikirkan secara matang, maka kita dapat meminimalisir
kesalahan yang mungkin saja suatu saat dapat timbul ketika sesuatu yang
kita kerjakan tidak terlaksana dengan baik.

2. Menghindari tindakan impulsif


Sebagai remaja sudah seharusnya kita menghindari tindakan impulsif,
karena tindakan ini ialah tindakan yang kita tidak pikirkan akibatnya.
Contoh tindakan impulsif ialah menghancurkan properti rumah ketika
sedang marah, oversharing, dan juga selfharm.

3. Belajar daripada pengalaman


Melalui pengalaman yang suidah terjadi, kita dapat menjadikan suatu
pengalaman tersebut sebagai pedoman ataupun tolak ukur dalam
melakukan sesuatu. Sehingga kita tidak akan menyesali apa yang telah kita
lakukan.

4. Jangan takut disalahkan atau dinilai salah oleh orang lain


Sebagai manusia, kita sudah sewajarnya bisa melakukan kesalahan. Jadi,
jangan pernah takut untuk disalahkan dan mulailah belajar untuk
mengakui kesalahan.

Rasionalisasi yang baik ketika kita bisa belajar berfikir dulu baru
bertindak. Aku berpikir maka aku ada “Cogitu Ergo Sum” (Rene
Descartes). Rasa sesal pasti akan menghantui / mengejar dan mendasar di
dasar hati. Hal yang benar dan harus dilakukan ketika berbuat salah ialah
mengaku, walau kita tahu mana yang benar dan mana yang salah.
Terkadang terdorong oleh 12tindakan impulsif atau terdorong nafsu. Jalan
terbaik ialah mengaku bahwa kita melakukan kesalahan dan orang lain
pasti juga dapat mengerti, karena mengakui kesalahan bukanlah sebuah hal
yang tabu dan baik untuk diri kita juga orang lain.
Daftar Pustaka :
Damayanti, D. (2022). 5 Cara Mengatasi Penyesalan dalam Hidup, Relakan dan
Syukuri. IDNTIMES.

Anda mungkin juga menyukai