Anda di halaman 1dari 9

OPTIMALISASI PERAN PENGAWAS SEKOLAH DAN FASILITASI

OLEH LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN

Oleh
M. Tajudin Nur
(IP, FKIP, Universitas Tanjungpura, Pontianak)

Abstrak: Peningkatan mutu menjadi salah isu sentral dalam


penyelenggaraan pendidikan. Isu ini berkaitan erat dengan isu
penjaminan mutu pendidikan. Hal ini dikarenakan bahwa
peningkatan mutu hanya mungkin terjadi jika diiringi dengan
kegiatan penjaminan mutu yang intensif. Pelaksanaan penjaminan
mutu pada tataran operasional merupakan salah satu tugas uama
pengawas sekolah yang diimplementasikan dalam bentuk kegiatan
pembinaan dan pengawasan. Dengan demikian, maka upaya
optimalisasi peran pengawas sangat penting. Tugas pembinaan
dan pengawasan oleh pengawas sekolah akan menjadi optimal jika
didukung oleh pihak lain. Salah satu lembaga yang secara khusus
bertugas melakukan penjaminan mutu pendidikan, terutama pada
jenjang PAUD, pendidikan dasar dan menengah adalah Lembaga
Penjaminan Mutu Pendidikan atau LPMP, karena institusi inilah
secara khusus disebutkan dalam PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan.

Kata kunci: Penjaminan mutu pendidikan, pengawas sekolah, LPMP

A. Pendahuluan
Hidup di tengah persaingan bersangkutan, yang bekerja seara
yang semakin kompetitif mengharus- kooperatif dan kollaboratif dengan
kan pendidikan mampu menghasilkan guru dan tenaga kependidikan lainnya.
orang-orang dengan mutu terbaik. Sementara itu, penjaminan mutu
Proses untuk menelorkan produk yang eksternal antara lain dilakukan oleh
demikian tentulah pula harus pengawas sekolah/rumpun mata
berlangsung secara sistemik dan pelajaran (untuk selanjutnya disebut
sistimatik. Bahkan, masukan sarana “pengawas), secara individual maupun
dan prasarana yang diperlukan dalam institusional.
proses transformasi pendidikan dan Keberadaan pengawas di
pembelajaran pun semestinya harus bidang pendidikan sesungguhnya telah
tersedia dalam jumlah yang cukup dan mendapatkan pengakuan sejak lama,
berkualitas baik. yang di kalangan generasi tua dikenal
Produk bermutu yang diproses antara lain dengan istilah “PS” atau
secara baik dan didukung dengan input Penilik. Kedudukan lembaga ini
sarana dan prasarana terbaik tidak akan sekarang semakin penting, terutama
tercipta tanpa didukung oleh sistem sejak dikeluarkannya PP Nomor 19
penjaminan mutu yang diselenggara- Tahun 2005 tentang Standar Nasional
kan secara internal maupun eksternal Pendidikan dan Peraturan Mendiknas
oleh setiap satuan pendidikan. Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar
Penanggung jawab utama penjaminan Pengwas Sekolah/Madrasah, sebab
mutu internal adalah pimpinan satuan kelompok profesi ini diamanahi
pendidikan yang bersama-sama pihak lain dalam
mengawal agar penyelenggaraan dan kompetensi sudah relatif baik (di
pendidikan dan pembelajaran atas 60 persen). Namun demikian,
berlangsung sesuai dengan standar justru untuk kompetensi yang
yang telah dan akan ditetapkan berhubungan erat dengan tuas pokok,
kemudian oleh pihak yang terutama kompetensi supervisi
berwewenang. akademik dan evaluasi pendidikan
Dalam realitasnya, peran masih rendah, yaitu dengan angka
pengawas untuk melakukan masing-masing 56 dan 50 persen
penjaminan mutu satuan pendidikan (Sudjana, 2009).
(persekolahan) belum dapat Di samping itu, sistem
berlangsung secara optimal. rekruitmen pengawas yang belum
Permasalahan ini bukan hanya sepenuhnya konsisten (taat-asas)
menjadi kritikan pihak eksternal, menjadi faktor yang ikut memperparah
sehingga bahkan muncul wacana untuk keadaan. Misalnya, terdapat kasus
menghapus keberadaannya atau pengangkatan pengawas dari mantan
menggabungkan fungsinya ke dalam birokrat pendidikan yang sesungguh-
lembaga lain, seperti Bawasda nya hanya ingin memperpanjang masa
(Bawaskab/Bawaskot atau Inspektorat pensiun sebagai PNS, atau terdapat
Pemkab/Pemkot), tetapi juga pengawas yang diangkat dari mantan
dikeluhkan oleh pihak internal kepala sekolah yang “tidak siap”
pengawas sendiri. menjadi guru setelah masa jabatan
Berkaitan dengan belum kepala sekolahnya berakhir, atau
optimalnya peran pengawas, berbagai sejumlah pengawas sekolah diangkat
kendala lain yang cukup krusial adalah dari guru (yang belum pernah menjadi
terjadinya disparitas kompetensi kepala sekolah, sehingga berkesulitan
pengawas antar-individu, antar satuan jika harus membina kepala sekolah).
pendidikan, antar wilayah perkotaan Berdasarkan peroblematika
dan pedesaan, serta antar yang dipaparkan di atas, maka dinilai
kabupaten/kota. Problematika lain sangat urgen dikembangkan program
yang dihadapi adalah rendahnya akses pembinaan pengawas, dengan asumsi
pengawas untuk meningkatkan jika pembinaan terhadap profesi ini
kompetensinya, termasuk akses berjalan baik, maka perannya akan
mendapatkan informasi mutakhir untuk semakin meningkat. Lebih jauh,
mengembangkan profesi dan karirnya. perannya yang semakin optimal ini
Dalam kondisi rendahnya diharapkan akan berdampak terhadap
kompetensi dan lebarnya disparitas penjaminan dan peningkatan mutu
kompetensi pengawas, tuntutan pendidikan pada umumnya, dan mutu
stakeholders justru semakin tinggi. pembelajaran pada khususnya.
Tidak heran jika muncul fenomena
kasus pengawas yang “gagap” B. Tujuan dan Harapan
menempatkan dirinya, akibat dari Optimalisasi peran dan fungsi
jenjang pendidikan pengawas yang pengawas satuan pendidikan
justru lebih rendah daripada kepala diaharapkan berkontribusi dalam
sekolah/guru, atau kepala sekolah/guru melaksanakan penjaminan mutu
yang lebih “terlatih (sering mengikuti pendidikan. Secara khusus hal tersebut
pelatihan)” daripada pengawasnya. diharapkan akan: (1) Meminimalkan
Hasil studi yang dilakukan disparitas kompetensi pengawas
Direktorat Tenaga Kependidikan satuan pendidikan antar individu, antar
Ditjen PMPTK tahun 2008 menjukkan satuan pendidikan, antar wilayah
bahwa untuk kompetensi kepribadian perkotaan dan pedesaan, serta antar
kabupaten/kota; (2) Memperluas akses maka seorang pengawas sekolah, pada
dan informasi bagi pengawas satuan prinsipnya adalah guru, namun dengan
pendidikan dalam upaya peningkatan tugas dan tanggungjawab untuk
kompetensinya; (3) Terwujudnya melakukan kegiatan kepengawasan
fasilitasi pengawas satuan pendidikan pada satuan pendidikan (PP Nomor 19
untuk memenuhi tuntutan Tahun 20005, pasal 39 ayat 1). Oleh
stakeholders pada masa kini maupun karena itu, seorang pengawas sekolah
masa mendatang; (4) Mendorong diangkat dari seorang guru, dengan
terwujudnya sistem rekrutmen persyaratan: (1) berkualifikasi S1/D4
pengawas satuan pendidikan yang Kepenidikan untuk jenjang TK/RA dan
konsisten dan mengacu pada peraturan SD/MI dan S2 Kependidikan untuk
yang berlaku. jenjang pendidikan dasar setara SMP/-
MTs dan pendidikan menengah, (2)
C. Kajian Teoretik berpengalaman sebagai guru minimal 4
Pengawas berarti orang yang tahun untuk TK/RA dan minimal 8
mengawasi. Pengawas sekolah berarti tahun untuk jenjang pendidikan dasar
orang mengawasi sekolah. Dalam dan menengah atau berpengalaman
Kepmenpan Nomor 118 Tahun 1996 sebagai kepala sekolah minimal 4
tentang Jabatan Fungsional Pengawas tahun, (3) bersertifikat pendidik, (4)
Sekolah dan Angka Kreditnya, berusia maksimal 50 tahun ketika
dikatakan bahwa pengawas sekolah diangkat, (5) golongan kepangkatan
adalah pegawai negeri sipil (PNS) minimal III/c, (6) memiliki kompetensi
yang diberi tugas, tanggungjawab, dan pengawas, dan (7) lulus seleksi
wewenang secara penuh oleh pejabat pengawas.
yang berwewenang untuk melakukan Dalam kaitan dengan kompe-
pengawasan pendidikan di sekolah tensi pengawas, Permendiknas Nomor
dengan melaksanakan penilaian dan 12 Tahun 2007 menyebutkan ada 6
pembinaan dari segi teknis pendidikan kompetensi yang wajib dimiliki
dan administrasi pada satuan pengawas sekolah, yaitu kompetensi:
pendidikan prasekolah, dasar, dan (1) keperibadian, (2) sosial, (3)
menengah. supervisi akademik, (4) supervisi
Pada masa lalu, pengawas manajerial, (5) evaluasi pendidikan,
sekolah tidak masuk dalam kategori dan (6) penelitian dan pengembangan.
pendidik atau guru, karena yang Dari 6 kompetensi tersebut, menurut
dimaksud dengan pendidik dalam UU Sudjana (2009) dapat dijabarkan
No. 20/2003 (pasal 1 ayat 6) adalah menjadi 36 dimensi dan 180 indikator.
tenaga kependidikan yang berkualifi- Dengan kompetensi tersebut di
kasi sebagai guru, dosen, konselor, atas, seorang pengawas dituntut
pamong belajar, widyaiswara, tutor, tanggungjawabnya untuk melakukan
instruktur, fasilitator, dan sebutan lain pengawasan fungsional (Atmodiwiryo,
yang sesuai dengan kekhususannya, 2000) terutama terhadap aktivitas
serta berpartisipasi dalam menyeleng- penyelenggaraan pendidikan dan upaya
garakan pendidikan. Namun sejak meningkatkan kualitas proses belajar
dikeluarkan PP Nomor 74 Tahun 2008 mengajar/bimbingan dan hasil prestasi
tentang Guru, pengawas sekolah belajar/bimbingan siswa dalam rangka
masuk dalam kategori pendidi atau mencapa tujuan pendidikan
guru, dengan sebutan “guru yang (Kepmenpan No. 118/1996, pasal 4).
diangkat dala jabatan pengawas”. Secara umum, sejalan dengan
Berdasarkan konsep baru dalam Pemendiknas Nomor 12 Tahun 2007,
PP Nomor 74 Tahun 2008 di atas, seorang pengawas seolah wajib
melakukan supervisi akademik (proses 1. Penyusunan Program Pengawasan
belajar mengajar) dan supervisi satuan Pendidikan, yang meliputi:
manajerial (pengelolaan dan penye- (a) Setiap pengawas satuan
lenggaraan pendidikan). pendidikan baik secara
Di pihak lain, serang pengawas berkelompok maupun secara
sekolah diberikan kewenangan: (1) perorangan wajib menyusun
memilih dan menentukan metode kerja rencana program pengawasan.
untuk mencapai hasil yang optimal Program pengawasan terdiri atas
dalam melaksanakan tugas dengan (1) program tahunan, (2) program
sebaik-baiknya sesuai dengan kode semester pengawasan, (3) rencana
etik profesi; (2) menetapkan tingkat kepengawasan akademik (RKA)
knerja guru dan tenaga lainnya yang dan (4) rencana kepengawasan
diawasi serta faktor-faktor yang manajerial (RKM), (a) Program
mempengaruhi, dan (3) menentukan pengawasan tahunan pengawas
dan atau mengusulkan program sekolah disusun oleh kelompok
pembinaan serta melakukan pengawas pada setiap jenjang
pembinaan. pendidikan di kabupaten/kota
Kegiatan bagi pengawas satuan melalui diskusi terprogram.
pendidikan dan pengawas mata Kegiatan penyusunan program
pelajaran atau pengawas kelompok tahunan ini diperkirakan
mata pelajaran untuk ekuivalensi berlangsung selama 1 (satu)
dengan 24 (dua puluh empat) jam tatap minggu.; (c) Program pengawasan
muka per minggu (seperti halnya guru) semester adalah perencanaan teknis
diuraikan sebagai berikut: operasional kegiatan yang
1. Ekuivalensi kegiatan kerja dilakukan oleh setiap pengawas
pengawas satuan pendidikan sekolah pada setiap sekolah
terhadap 24 (dua puluh empat) jam binaannya. Program tersebut
tatap muka menggunakan disusun sebagai penjabaran atas
pendekatan jumlah sekolah dan program pengawasan tahunan di
guru yang dibina. tingkat kabupaten/kota. Kegiatan
2. Jumlah sekolah yang harus dibina penyusunan program semester oleh
untuk tiap pengawas satuan setiap pengawas satuan pendidikan
pendidikan paling sedikit 10 ini diperkirakan berlangsung
(sepuluh) sekolah dan paling selama 1 (satu) minggu; (d)
banyak 15 (lima belas) sekolah, Rencana Kepengawasan Akademik
3. Jumlah guru yang harus dibina (RKA) dan Rencana Kepengawas-
untuk tiap pengawas satuan an Manajerial (RKM) merupakan
pendidikan paling sedikit 40 penjabaran dari program semester
(empat puluh) guru dan paling yang lebih rinci dan sistematis
banyak 60 (enam puluh) guru, sesuai dengan aspek/masalah
4. Tugas pengawas satuan pendidikan prioritas yang harus segera
meliputi penyusunan program dilakukan kegiatan supervisi.
pengawasan satuan pendidikan, Penyusunan RKA dan RKM ini
melaksanakan pembinaan, peman- diperkirakan berlangsung 1 (satu)
tauan dan penilaian, serta minggu. Kegiatan menyusun
menyusun laporan pelaksanaan rencana program kepengawasan
program pengawasan. sekolah adalah kegiatan bukan
Uraian tugas pengawas satuan tatap muka; (e) Program tahunan,
pendidikan adalah sebagai berikut: program semester, RKA dan RKM
sekurang-kurangnya memuat:
aspek/masalah, tujuan, indikator melaksanakan pembinaan, peman-
keberhasilan, strategi/metode kerja tauan atau penilaian.
(teknik supervisi), skenario Selanjutnya, jika diperhatikan
kegiatan, sumberdaya yang PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang
diperlukan, penilaian dan Standar Nasional Pendidikan, pasal 91
instrumen pengawasan. ayat 6 dikatakan bahwa: “LPMP
2. Melaksanakan Pembinaan, Peman- mensupervisi dan membantu satuan
tauan, dan Penilaian, yang pendidikan pada jenjang pendidikan
meliputi: (a) Kegiatan supervisi dasar dan menengah dalam melakukan
akademik dan kegiatan supervisi upaya penjaminan mutu pendidikan”.
manajerial yang meliputi Hal ini dipertegas pada PP Nomor 19
pembinaan, pemantauan pelaksana- Tahun 2005, pasal 1 ayat 24, yang
an 8 (delapan) Standar Nasional berbunysi: Lembaga Penjaminan Mutu
Pendidikan merupakan kegiatan Pendidikan yang selanjutnya disebut
dimana terjadi interaksi langsung LPMP adalah unit pelaksana teknis
antara pengawas satuan pendidikan Departemen yang berkedudukan di
provinsi dan bertugas untuk membantu
dengan kepala sekolah, guru, dan
Pemerintah Daerah dalam bentuk
tenaga kependidikan lainnya.
supervisi, bimbingan, arahan, saran, dan
Kegiatan ini adalah kegiatan tatap
bantuan teknis kepada satuan pendidikan
muka yang sebenarnya di sekolah dasar dan menengah serta pendidikan
binaan, tetapi kegiatan mengolah nonformal, dalam berbagai upaya
hasil pemantauan setiap standar penjaminan mutu satuan pendidikan
dari 8 (delapan) Standar Nasional untuk mencapai standar nasional
Pendidikan merupakan kegiatan pendidikan;
bukan tatap muka; (b) Pelaksanaan Lebih lanjut, dalam Permendi-
pembinaan dengan menggunakan knas Nomor 7 Tahun 2007 tentang
format dan instrumen lain yang Oragnisasi dan Tatakerja Lembaga
ditentukan oleh dinas pendidikan Penjaminan Mutu Pendidikan dikatakan
kabupaten/kota bersangkutan. bahwa LPMP mempunyai tugas
3. Menyusun Laporan Pelaksanaan melaksanakan penjaminan mutu
Program Pengawasan, yang pendidikan dasar dan pendidikan
meliputi: (a) Setiap pengawas menengah termasuk Taman Kanak-
sekolah membuat laporan per kakak (TK) dan Raudhatul Athfal (RA)
sekolah dan seluruh sekolah atau bentuk lain ang sederajat di provinsi
binaan. Laporan ini lebih berdasarkankebijakan Menteri
ditekankan kepada pencapaian Pendidikan Nasional. Dalam menjalan-
tujuan dari setiap butir kegiatan kan tugasnya, LPMP melaksanakan
pengawasan sekolah yang telah paling tidak 4 (empat) fungsi, yaitu: (1)
dilaksanakan pada setiap sekolah melakukan pemetaan mutu pendidikan
dasar dan menengah, termasuk TK, RA,
binaan; (b) Penyusunan laporan
atau bentuk lain yang sederajat. (2)
oleh pengawas sekolah merupakan
melakukan pengembangan dan
upaya untuk mengkomunikasikan pengelolaan sistem informasi mutu
hasil kegiatan atau keterlaksanaan pendidikan dasar dan menengah,
program yang telah direncanakan; termasuk TK, RA, atau bentuk lain yang
(c) Menyusun laporan pelaksanaan sederajat; (3) melakukan supervisi
program pengawasan adalah satuan pendidikan dasar dan menengah,
kegiatan bukan tatap muka dan termasuk TK, RA, atau bentuk lain yang
dilakukan oleh setiap pengawas sederajat dalam pencapaian standar mutu
sekolah dengan segera setelah pendidikan nasional; (4) fasilitasi
sumberdaya pendidikan terhadap satuan
pendidikan dasar dan menengah, dengan Dinas Pendidikan provinsi
termasuk TK, RA, atau bentuk lain yang maupun pemerintah kabupaten/
sederajat dalam penjaminan mutu kota c.q. Dinas Pendidikan
pendidikan. (Permendiknas No. 7 Tahun setempat, dan dilaksanakan secara
2007, pasal 2-3). kolaboartif antar pengawas maupun
Berdasarkan Permendiknas pengawas dengan dinas pendidikan
Nomor 7 Tahun 2007 di atas sangat jelas dan LPMP, sehingga menyerupai
bahwa LPMP berkewajiban melakukan “lembaga tri-partit”.
supervisi. Namun demikian, karena 4. Berkesinambungan. Artinya
secara organisasional, LPMP tidak bahwa, fasilitasi pembinaan penga-
memiliki tenaga untuk melakukan
was pada dasarnya merupakan
supervisi, maka fungsi tersebut harus
upaya perbaikan/penyempurnaan
dilaksanakan dengan mendayagunakan
“tiada henti”, karena pengawas
pengawas sekolah, terutama dalam
bentuk kegiatan fasilitasi. secara individual dan institusional
tetap harus adaptif dengan
D. Prinsip-prinsip Pelaksanaan perkembangan internal dan
Dalam pelaksanaan optimali- eksternal di lingkungan pendidik-
sasi pengawas pada dasarnya bukanlah an. Dengan demikian, meskipun
hal baru, tetapi tetap perlu revitalisasi kemudian sumberdaya yang
dan penyempurnaan dari waktu ke dialokasikan untuk program ini
waktu. Paling tidak terdapat beberapa tereduksi oleh suatu keadaan,
prinsip yang perlu dijadikan patokan, optimlisasi peran pengawas harus
yaitu: terus berlanjut dengan cara apa pun
1. Berorientasi pada peningkatan juga.
mutu pendidikan. Hal ini berarti
bahwa pembinaan pengawas harus E. Model Pembinaan terhadap Guru
diarahkan pada upaya dan Kepala Sekolah
pengembangan kapasitas pengawas Dengan tidak mengurangi
dalam melakukan penjaminan respek terhadap pengawas secara
mutu, sehingga diharapkan individual, kelompok maupun
kemudian terjadi peningkatan mutu institusional yang sudah memerankan
pendidikan secara signifikan. diri secara sungguh-sungguh, program
2. Bersifat stimulan/suplemen. Prinsip ini menjunjung sejumlah harapan agar
ini mengandung makna bahwa pengawas semakin optimal menjalani
setiap upaya yang telah eksis peran sebagai berikut:
sebelumnya dan dinilai efektif dan 1. memberikan arahan kepada guru
efisien tetap dilanjutkan, dan tenaga kependidikan di sekolah
sedangkan program ini diharapkan yang menjadi tanggung jawabnya,
sebagai suplemen untuk menutupi agar dalam melaksanakan tugas
kekurangan yang ditemukan dan pokok dan fungsinya lebih terarah
mampu menstimulasi sesuatu yang dan mencapai tujuan yang telah
telah berlangsung baik menjadi ditentukan.
lebih sempurna, sehingga terjadi 2. memberikan bimbingan, dengan
akselesrasi peningkatan mutu maksud agar guru dan tenaga
pendidikan. kependidikan di sekolah yang
3. Bersifat koordinatif dan menjadi tanggung jawabnya
kolaboratif. Makna yang mengetahui secara lebih rinci
terkandung dalam prinsip ketiga ini mengenai kegiatan yang harus
ialah bahwa program optimalisasi dilaksanakan dan cara terbaik
pengawas harus berkoordinasi untuk melaksanakannya.
3. memberikan contoh atau menjadi 5. Kunjungan rutin, baik dalam
teacher model, yang dilakukan rangka pembinaan kelembagaan,
dengan cara yang bersangkutan ketenagaan, keuangan, dll.
bertindak sebagai guru model yang 6. Kunjungan khusus, seperti
melaksanakan PBM/bimbingan monitoring penerimaan murid baru,
untuk materi tertentu di depan ujian akhir sekolah/UN, dan
kelas/ruang BK, dengan tujuan pelaksanaan kenaikan kelas.
agar guru binaannya dapat 7. Pembinaan Forum Pendidik dan
mempratikkan model mengajar/ Tendik, seperti KKG/MGMP dan
membimbing yang baik. Dalam KKKS/MKKS.
kasus lain, pengawas pun 8. Studi Dokumentasi
dimungkinkan menjadi model
seorang pepimpin atau manajer G. Fasilitasi LPMP dalam
sekolah. Pembinaan Pengawas
4. Memberikan saran/rekomendasi, Mengharapkan pengawas
dengan maksud agar proses berperan optimal dalam penjaminan
pendidikan di sekolah lebih baik dan peningkatan mutu pendidikan
daripada hasil yang dicapai tentu saja harus didukung dengan
sebelumnya atau mengharapkan program yang memadai dari institusi
pimpinan sekolah dan yang membinanya, terutama pihak
penanggungjawab pendidikan di pemerintah provinsi dan
daerah untuk menindaklanjuti kabupaten/kota c.q. Dinas Pendidikan
pembinaan yang tidak dapat setempat.
dilaksanakan sendiri oleh LPMP, sebagai “mitra” Dinas
pengawas sekolah yang Pendidikan dalam peningkatan mutu
bersangkutan. pendidikan antara lain dapat
mengembangkan program-program
F. Pola Pembinaan Sekolah oleh seperti berikut:
Pengawas 1. Memfasilitasi peningkatan kompe-
Nurturat Effect dari pembinaan tensi pengawas satuan pendidikan
pengawas pada akhirnya adalah melalui program:
terciptanya pola pembinaan sekolah a. Diklat Fungsional Pengawas
yang kondusif untuk penjaminan dan Sekolah
peningkatan mutu pendidikan b. Pembinaan Teknis
umumnya, dan mutu pembelajaran Kepengawasan Sekolah
khususna. Secara garis besar, pola c. Pemberian Bantuan operasional
pembinaan tersebut terdiri atas: bagi Pengawas Sekolah
1. Identifikasi kebutuhan/profil d. Pendampingan LPMP dalam
sekolah, sebagai basis data/ kegiatan KKPS/MKPS
informasi untuk memetakan e. Pemilihan Pengawas Sekolah
sasaran/ruang lingkup pembinaan Berprestasi dan Berdedikasi
2. Menyusun program pembinaan, 2. Mensosialisasikan sistem rekruit-
yang dapat dibuat per tahun, per men pengawas satuan pendidikan
semester, atau bahkan per bulan. yang mengacu pada peraturan yang
3. Melakukan supervisi, termasuk berlaku, terutama mengenai:
supervisi pembelajaran/klinis a. PP No. 19 Tahun 2005 tentang
4. Rapat-rapat, termasuk rapat koordi- Standar Nasional Pendidikan
natif, direktif, dan konsultatif b. Permendiknas Nomor 12 Tahun
2007 tentang Standar Pengawas
Sekolah, dan
c. Kepmenpan No. 118 Tahun Meskipun demikian, tugas
1996 tentang Jabatan pokok dan fungsi pengawas untuk
Fungsional Pengawas Sekolah melakukan supervisi akademik dan
dan Angka Kreditnya. supervisi manajerial memerlukan
3. Memfasilitasi pengawas satuan dukungan pihak-pihak lain. Dalam
pendidikan untuk memenuhi kaitan ini, Lembaga Penjaminan Mutu
tuntutan kebutuhan stakeholders, Pendidikan atau LPMP merupakan
dengan strategi: institusi yang secara khusus disebutkan
a. Mengindentifikasi tuntutan atau dalam PP Nomor 19 Tahun 2005 untuk
kebutuhan stakeholders menjadi motor penjaminan mutu
b. Meningkatkan kompetensi pendidikan. Dengan demikian, sangat
pengawas melalui berbagai tepat jika LPMP memfasisilitasi
metode dan kegiatan yang pengawas sekolah untuk bekerja secara
relevan optimal. Semoga.
c. Mengembangkan penjabaran
lebih rinci standar kompetensi DAFTAR PUSTAKA
pengawas sekolah Atmodiwirjo, S. 2000. Manajemen
d. Memfasilitasi tes atau seleksi Pendidikan Indonesia. Jakarta:
calon pengawas sekolah Ardadizya Jaya.
4. Memperluas akses dan informasi Sudjana, N. 2009. Kompetensi
bagi pengawas satuan pendidikan Pengawas Sekolah: Dimensi dan
dalam rangka upaya peningkatan Indikator. Jakarta: Binamitra
kompetensinya. Publishing.
a. Koordinasi dengan pembina -------- 2003. Undang-Undang No. 20
pendidikan di daerah untuk Tahun 2003 tentang Sistem
penyusunan program perluasan Pendidikan Nasional
akses dan informasi bagi -------- 2005. Undang-Undang No. 14
pengawas. Tahun 2005 tentang Guru dan
b. Melaksanakan need analysis Dosen
tentang perluasan akses dan -------- 2005. Peraturan Pemerintah No.
informasi bagi pengawas 19 Tahun 2005 tentang Standar
sekolah Nasional Pendidikan
c. Menindaklanjuti hasil need -------- 2008. Peraturan Pemerintah No.
analysis dengan program yang 74 Tahun 2008 tentang Guru
relevan ------- 2009. Permendiknas Nomor 39
Tahun 2009 tentang Pemenuhan
H. Penutup Beban Kerja Guru dan
Keberhasilan peningkatan dan Pengawas Satuan Pendidikan
penjaminan mutu pendidikan berkaitan -------- 1986. Kepmenpan No 118/1996
erat dengan pembinaan dan tentang Jabatan Fungsional
pengawasan yang dilakukan oleh Pengawas Sekolah dan Angka
pengawas sekolah, karena pejabat Kreditnya
fungsional yang direkrut dari guru -------- 2007 Permendiknas Nomor 12
profesional ini memang secara khusus Tahun 2007 tentang Standar
mendapat tugas melakukan pembinaan Pengawas Sekolah
dan pengawasan. Di samping itu, untuk -------- 2009. Permendiknas Nomor 63
diangkat menjadi pengawas harus Tahun 2009 tentang Sistem
memenuhi kriteria tertentu yang relatif Penjaminan Mutu Pendidikan
berstandar cukup tinggi. -------- 1998. Kepmendikbud No.
020/U/1998 tentang Juknis
Pelaksanaan Jabatan Fungsional
Pengawas Sekolah dan Angka
Kreditnya
-------- 2007. Permendiknas No. 7
Tahun 2007 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Lembaga
Penjaminan Mutu Pendidikan
-------- 2009. Pedoman Pelaksanaan
Tugas Guru dan Pengawas.
Jakarta: Ditjen PMPTK
Depdiknas.

Anda mungkin juga menyukai