Anda di halaman 1dari 3

PERNYATAAN SIKAP

KOMUNITAS “Ana gEndok crew” PENDETA GMIT


Menyikapi Kerangka Acuan Dokumentasi dan Penyusunan Poko-Pokok Ajaran GMIT
Tahun 2023

I. PENDAHULUAN
Pada prinsipnya GMIT adalah bagian dari Gereja-gereja di Dunia bahkan Indinesia yang terus
bergumul dengan pelayannya ditengah-tengah dunia. GMIT adalah gereja yang terus ada dan
berkembang dari sejak berdiri sampai saat ini dan seterusnya sampai Maranatha. Dalam
Lingkup pelayanan GMIT yang mencakup wilayah NTT, NTB, Surabaya dan Batam, selalu
berhadapan dengan masalah yang sangat kompleks. Kompleksitas masalah tersebut, menutut
GMIT harus berani dan terus menyatakan sikap, sebagai gereja yang terus mengupayakan
damai sejahtera ditengah-tengah dunia ini. Untuk menjawab dan menyikapi berbagai
persoalan yang sangat komplesk itu, maka GMIT menupayakan dengan mengaturnya dalam
aturan-aturan Gereja dan Pokok-Pokok Ajaran yang tentunya menjadi fondasi dan melindungi
GMIT dari Dogma dengan tetap berdasarkan pada Alkitab sebagai dasar kehidupan beriman.
Akitab tetap menjadi dasar dan acuan dalam menyusun semua Tata GMIT dan Pokok-pokok
ajarannya. Sistem kepemimpinan dalam GMIT adalah Kristokrasi, yaitu mencari dan
menemukan kehendak Kristus dalam setiap pergumulan pelayanan.
II. ISI
Menyikapi situasi yang sedang berkembang saat ini, dari trend dunia barat, yaitu LGBT. Maka
GMIT juga tentunya tidak hanya mengikuti dan berdiam diri. Tetapi harus menunjukkan
identitas terhadap hal tersebut. Didalam Draf Pokok Pokok Ajaran GMIT, yang semenatara
dirumuskan oleh tim perumus dari MS GMIT. Telah melihat fenomena ini sebagai hal yang
perlu dituangkan dalam Pokok-pokok Ajaran GMIT Jilid II yang akan dibahas pada Sidang
Sinode 35 di Sabu Raijua. Namun kami melihat ada kejanggalan-kejanggalan yang ada dalam
Pokok-Pokok Ajaran Bab 28 terkait LGBTQIA+. Dalam draf tersebut, terkesan GMIT tidak
dengan tegas menentang atau melarang LGBTQIA+ untuk tidak boleh diterima dalam
pelayanan GMIT. Malah dalam draf itu, sepertinya membuka ruang bagi komunitas LGBTQIA+
untuk tetap diterima dan dibiarkan ada dalam pelayanan GMIT, dengan dalil dan alasan bahwa
itu juga adalah bagian dari Gambar dan rupa Allah ( Imago Dei ). Pada bagian C.dalam traf
tersebut tentang Pokok-Pokok ajaran Sosial GMIT terkait fenomena social LGBTQIA+.
Poit 1. GMIT menyadari benar realitas konteks serta kesiapannya dalam membahas beberapa
isu yang berkembang seperti LGBTQIA+ dalam masyarakat, yang memnyebabkan munculnya
berbagai pandangan, baik pro dan kontara. Karenanya, GMIT turut dipanggil dan terbuka
untuk memperkaya khazanah pengetahuan bersama umat dan bersama lembaga dan
komunitas terkait, guna tersedianya pemahaman yang menyeluruh terkait isu LGBTQIA+ yang
menuntun pada terbentuknya paradigm yang tepat dan membangun bagi sesame.
Point. 2. GMIT mengamini setiap manusia dalam kepelbagaian merupakan gambar dan rupa
Allah ( imago dei) yang memiliki tugas untuk melayani konteksnya sebagai wujud pelayanan
bakti kepada Allah. Manusia sebagai gambar dan rupa Allah merupakan gambaran yang utuh,
tidak setengah dan tidak kurang. Karenanya setiap orang sebagai Imago Dei berhak
mendapatkan kesempatan dan ruang bagi dirinya untuk bertumbuh dalam hal fisik, mental
sisoal secara utuh.
Point. 3. GMIT menolak segala bentuk tindakan diskriminasi, stigmatisasi dan kekerasan yang
terjadi kepada kelompok-kelompok marginal dalam masyarakat, termasuk kelompok
LGBTQIA+. Gereja menyebut dan menerima siapa saja dalam identitas dan keberagamannya
untuk terlibat bersama dalam ziarah mencari dan memahami kehendak Allah dalam dunia.
Point. 4. Meskipun GMIT menerima sesame manusia sebagai bagian dari keluarga Allah untuk
bersekutu, bersaksi, berbakti, beribadah dan melayani bersama, bagi GMIT, pernikahan
adalah antara seorang perempuan dan seorang laki-laki. Karena itu GMIT tidak menerima
pernikahan sejenis.
Menyikapi ini, maka kami membuat pernyataan untuk MENOLAK draf ini. Karena:
1. GMIT tidak konsisten dengan persoalan menyangku LGBTQIA+. Sudah jelas dan benar
bahwa LGBTQIA+ adalah tidak sesuai dengan kehendak Allah dalam Alkitab, atau secara
Alkitabiah. Karena secara teologis, Alkitabiah bahwa tindakan, pergaulan dan kehidupan
kaum LGBTQIA+ tidak sesuai dengan Alkitab. Allah menjadikan laki-laki dan perempuan
Adam dan hawa untuk hidup bersama. Sementara kaum LGBTQIA+ ini adalah kaum yang
menjalani kehidupan sesama jenis laki-laki dan laki-laki. Memang belum ada yang sampai
menikah, tapi kalau hal tersebut dibiarkan, jangan sampai satu saat hal itu bisa terjadi.
Karna pergerakan dan pengaruh LGBTQIA+ ini sekarang lagi mendunia dan dengan
gencar-gencarnya mereka masuk dalam setiap aspek kehidupan supaya bisa diterima.
Karena itu KAMI MENOLAK untuk Draf Ini disahkan.
2. GMIT menolak setiap tindakan diskriminatif, dan stigmatisasi terhadap kaum LGBTQIA+,
ini akan berpengaruh pada pelayanan GMIT kedepan. Karena sudah pasti ini akan
menjadi “boomerang”. Dalam pelayanan GMIT. Karena kaum ini akan menuntut hak-hak
mereka dengan mengacu pada Pokok Pokok Ajaran ini. Bahwa GMIT, menolak setiap
tidakan diskriminasi, dan stigmatisasi terhadap kami. Jadi jangan membatasi hak kami
UNTUK MEMBENTUK UPP LGBTQIA+ dalam GMIT.
3. Kelompok LGBTQIA+, bukanlah KELOMPOK/KAUM MARGINAL. Tetapi ini adalah
KOMUNITAS PENYAKIT SOSIAL MASYARAKAT. Yang harus DIBERANTAS karena
akan mempengaruhi pola hidup generasi-generasi GMIT kedepan. Arti dari Marginal
adalah. Sekelompok orang yang terpinggirkan oleh sebuah tatanan masyarakat baik
dalam ekonomi, pendidikan dan budaya yang tidak mendukung. Orang-orang yang
tergolong dalam kelompok ini ialah, buruh,petani, pedangang kecil. Inilah kaum marginal
yang harus menjadi prioritas dalam pelayanan GMIT. Bagaimana meningkatkan ekonimi
Warga GMIT, yang adalah buruh, petani, nelayan, anak-anak yatim piatu. Apa yg sudah
GMIT buat terhadap hal ini, sementara kita sedang berada pada perubahan zaman yang
menuntuk kita hidup didunia digital dengan kecangihan teknologi dan modernisasi ini?.
Karena itu kami MENOLAK kalau LGBTQIA+ dikatakan sebagai kaum marginal yang
harus mendapat perhatian dari GMIT. Buktinya kaum LGBTQIA+, bukan kaum yang
miskin, kehidupan mereka didukung dengan materi dan vasilitas yang sangat mewah.
Mereka bukanlah orang yang miskin, mereka bukan petani, nelayan. Tapi mereka adalah
kaum ELIT ZATANISME.

III. PENUTUP
Kami berharap, apa yang kami sampaikan ini. walaupun dari komunitas kecil Ana Gendok
crew Pendeta GMIT. Tapi ini adalah bukti kecintaan kami kepada GMIT. Kami tidak mau
kedepan pelayanan GMIT dan gereja ini dikuasai oleh pengaruh Globalisasi dari pergerakan
LGBTQIA+. Terima kasih. Kiranya Tuhan Yesus Kepala gereja dan pemilik pelayanan.
Menolong kita semua. Helama Tona Ie. ( Syalom ).

Jumat, 8 September 2023.

…………..Agen crew……….

Anda mungkin juga menyukai