Anda di halaman 1dari 19

vg svi.

6o

LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL


REPUBLIK INDONESIA

ESSAY
BIDANG STUD! KETAHANAN NASIONAL

TOPIK
KONSEPSI KETAHANAN NASIONAL DALAM RANGKA
MENINGKATKAN KETAHANAN PANGAN

JUDUL
PEMAHAMAN KONSEPSI KETAHANAN NASIONAL
OLEH APARATUR PEMERINTAH DI ERA OTONOMI
DAERAH DAPAT MENINGKATKAN
KETAHANAN PANGAN

OLEH :
NAMA : BOYTENJURI
NOMOR : 15
KELOMPOK : F

PROGRAM PENDIDIKAN REGULER ANGKATAN XLVIII (PPRA-XLVIII)


LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL RI
TAHUN 2012
Topik : Konsepsi Ketahanan Nasional Dalam Rangka
Meningkatkan Ketahanan Pangan

Nama : Boytenjuri

No. Urut : 15

Kelompok F

Judul Essay Pemahaman Konsepsi Ketahanan Nasional Oleh


Aparatur Pemerintah Di Era Otonomi Daerah Dapat
Meningkatkan Ketahanan Pangan.

1. PERDAHULUAN

Ketahanan Nasional Indonesia adalah kondisi dinamik bangsa


Indonesia yang meliputi segenap aspek kehidupan nasional yang terintegrasi,
berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan
mengembangkan kekuatan nasional, dalam menghadapi serta mengatasi
segala tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan balk yang datang dari
luar maupun dari dalam, untuk menjamin identitas, integritas, kelangsungan
hidup bangsa dan negara serta perjuangan mencapai tujuan nasional. Dalam
fungsinya sebagai metode pembinaan kehidupan nasional pada hakekatnya
digunakan dalam menentukan kebijaksanaan nasional berdasarkan tinjauan
aspek asta gatra, meliputi unsur-unsur geografi, demografi, kekayaan alam,
ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan.

Salah satu permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini


adalah menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap kinerja pemerintahan,
baik ditinjau dari aspek geografi, demografi dan sumber kekayaan alam (tri
gatra) serta aspek ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan
keamanan (panca gatra). Kondisi ini menjadi tanggung jawab seluruh
komponen bangsa, dalam tinjauan dan pandangan seluruh komponen bangsa
bahwa permasalahan menurunnya rasa kepercayaan ini akan sangat
berpengaruh terhadap kinerja pemerintahan, hal ini dapat terjadi salah
satunya disebabkan oleh lunturnya kepercayaan masyarakat terhadap cara
kerja pemerintah yang dinilai tidak berpihak kepada masyarakat tetapi lebih
mengutamakan kepentingan terhadap kelompok yang telah mengantar pada

1
posisi kekuasaan dalam pemerintahan. Kekuasaan pada bidang eksekutif
maupun legislatif, sehingga masyarakat merasa menjadi obyek kepentingan
kekuasaan semata. Kondisi pemerintahan yang seperti ini akan memicu
timbulnya perbedaan dan perselisihan yang tak kunjung selesai dari komunal
tertentu yang ditumpangi oleh mekanisme penetrasi asing melalui aktifitas
NGO asing dan LSM nasional, sehingga dapat mendistorsi tata nilai
kehidupan masyarakat Indonesia.
Permasalahan ini muncul karena masing-masing orang atau kelompok
mempunyai kepentingan yang berbeda-beda, oleh karena itu pemerintah
harus mampu meyakinkan masyarakat melalui kinerja yang berpihak untuk
kemaslahatan bangsa dan negara dengan mengutamakan kepentingan
masyarakat secara umum. Menurut pandangan tertentu, perbedaan itu
merupakan suatu kebutuhan, terutama sebagai proses sosial. Berbagai
kesenjangan yang ada didalam masyarakat sering memicu rasa ketidak
percayaan terhadap pemerintah yang berkuasa. Kesenjangan dapat dipahami
sebagai perbedaan-perbedaan yang terdapat dalam realistis sosial, artinya
perbedaan-perbedaan itu potensial dapat menjadi hulu ledak suatu konflik.
Sebagai suatu negara, Indonesia memiliki 17.504 buah pulau dengan dua
ratusan suku dan bahasa, disamping pluralisme keagamaan, mempunyai
potensi munculnya perbedaan. Celakanya, masyarakat tidak sadar bahwa
saat ini mereka telah terancam dalam jebakan krisis kepercayaan yang
diciptakan oleh pengaruh asing secara langsung atau oleh oknum-oknum dan
pengkianat bangsa Indonesia sendiri yang sudah tidak memiliki moralitas dan
etika kebangsaan sehingga tega dan rela menggadaikan jatidirinya sebagai
bangsa Indonesia untuk menjual dan menghancurkan bangsanya sendiri di
mata Internasional. Oleh karena itu, ada upaya untuk menggagas dan
mengusulkan agar supaya isu krisis kepercayaan di tanah air dapat dijadikan
sebuah isu kebijakan publik yang berskala nasional. Mencermati tentang
kondisi ketahanan nasional saat ini sangat beragam, kondisi ini sangat
tergantung kepada persepsi secara individu. Kondisi tersebut terjadi akibat
dari permasalahan yang berbeda tetapi dampak yang timbul sama akibatnya
terhadap masyarakat Indonesia secara menyeluruh, yaitu kesengsaraan yang

2
akhirnya dapat menurunkan kredibilitas bangsa dan mengancam integritas
NKRI.

2. PEMBAHASAN

Untuk mengetahui kondisi ketahanan nasional saat ini digunakan


tinjauan dari aspek astagatra, karena dinamika kehidupan bangsa Indonesia
tidak dapat dipisahkan dari aspek-aspek tersebut. Adapun kondisi ketahanan
nasional ini disampaikan secara umum berdasarkan kondisi yang ada saat ini.
Dad tinjauan terhadap aspek astragatra, pengaruh dan kecenderungannya
terhadap kondisi ketahanan nasional dapat digambarkan sebagai berikut:

a. Tinjauan Aspek Geografi. Ditinjau dari luasnya wilayah


Indonesia yang merupakan negara kepulauan dengan perhitungan
terakhir berjumlah 17.504 buah pulau, luas wilayah termasuk ZEE ±
2
7,7 juta km 2 dengan wilayah daratan 1,9 juta km serta lautan 5,8 juta
2
km 2 termasuk di dalamnya landas kontinen sebesar ± 2,8 juta km . 1
Ditinjau dari konstelasi geografis Indonesia yang berbeda pada posisi
silang perdagangan dunia, sehingga terbuka dari berbagai arah.
Konsekwensi sebagai negara kepulauan mengijinkan kapal-kapal
asing melintas di tengah-tengahnya melalui ALKI-I sampai dengan
ALKI-Ill. Dad uraian di atas, akan berpengaruh terhadap kehidupan
masyarakat di masing-masing wilayah/daerah yang memiliki
keanekaragaman adat istiadat, suku/ras, agama, bahasa daerah dan
permasalahan yang berbeda-beda. Pennerintah Daerah memiliki
kewenangan untuk mengatur rumah tangganya sendiri sesuai dengan
koridor UU RI Nomor 32 tahun 2004 tentang Otonomi Daerah. Dalam
Undang-Undang tersebut hanya ada 6 (enam) pengecualian yang
tetap menjadi kewenangan pemerintah pusat yaitu tentang politik luar
negeri, pertahanan dan keamanan, pertanahan, yustisi, moneter dan
fiskal nasional serta agama. Euforia demokrasi dalam kerangka
otonomi daerah mengakibatkan adanya kecenderungan pengkaplingan
daerah yang berakar kepada munculnya isu putra daerah dan

.Ermaya Suradinata, Hukum Dasar Geopolitik dan Geostrategi dalam kerangka Keutuhan
NKRI, Suara Bebas, 2005, h. 72.

3
pendatang. Keadaan ini pada akhirnya menimbulkan peraturan yang
berbeda antar daerah, perlakuan yang berbeda antara penduduk
pendatang dan putra daerah dan timbulnya wacana untuk memisahkan
din' dari wilayah NKRI. Kondisi di atas semakin mengemuka dengan
kebijakan pemerintah daerah yang diskriminatif dan kebijakan
pembangunan yang mengarah kepada peningkatan pendapatan asli
daerah dan cenderung mengabaikan pembinaan sumber daya
manusia dan moral masyarakatnya, sehingga terjadi kesenjangan
hubungan secara eksternal antara masyarakat dengan pemerintah
daerah maupun internal penduduk itu sendiri, dan pada puncaknya
akan bermuara pada kemungkinan yang paling mengkhawatirkan
yaitu terjadinya krisis kepercayaan terhadap pemerintah pusat yang
secara umum akan mengganggu seluruh aktifitas roda pemerintahan.

b. Tinjauan Aspek Demografi. Demografi Indonesia sudah lama


menjadi proyek rekayasa elit tertentu yang mempunyai kepentingan
politik, disamping tujuan-tujuan ekonomi, tujuan-tujuan strategi dan
politik juga menduduki tempat utama dalam rekayasa tersebut. Selama
hampir se abad, mengisi daerah-daerah kosong di luar pulau Jawa
dengan penduduk sudah menjadi tujuan kebijakan imigrasi pada jaman
kolonial dan kebijakan imigrasi pasca kolonial 2 . Sebagaimana diketahui
penduduk daerah berpotensi konflik yang ada di Indonesia terdiri dari
berbagai etnik dan ras, sekaligus antara etnik tersebut mempunyai
budaya tersendiri dan berbeda satu dengan lainnya. 3 Tidak dapat
dipungkiri bahwa, perbedaan status sosial masyarakat sangat
dipengaruhi oleh kerja keras masyarakat itu sendiri. Namun akibat
derasnya pengaruh reformasi dan globalisasi, sehingga berdampak
kepada seluruh aspek kehidupan masyarakat yang cenderung
diimplementasikan dalam bentuk eksklusif suku, agama, ras dan antar
golongan. Bagi masyarakat yang kurang mampu menghadapi

2
Robert Cribb, Pluralisme hukum,desentralisasi,dan akar-akar kekerasan di Indonesia,
Konflik Kekerasan Internal, editor Dewi Fortuna Anwar, Yayasan Obor Indonesia LIPI,
2005,h.67.
3
A.Rani Usman, Sejarah Peradaban Aceh, Yayasan Obor Indonesia, 2003, h.38.

4
perobahan tersebut berupaya membentuk komunitas SARA yang
cenderung kearah primordialisme sempit dan menganggap dirinya
yang paling benar. Keadaan ini pada akhirnya berakibat kepada ke-
Bhineka-an yang diimplementasikan dalam bentuk kekerasan yang
menyentuh batas toleransi kemanusiaan. Seperti yang sudah terjadi di
berbagai daerah konflik di tanah air (NAD, Maluku, Poso dan Papua).
Kondisi semacam ini sangat rentan terhadap upaya peningkatan
ketahanan nasional, karena ketidakmampuan pemerintah untuk
menerapkan sistem pengendalian. Sesuai dengan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 tahun 2008 Bab 1 Ketentuan
Umum Pasal 1 ayat 2, sistem pengendalian intern pemerintah yang
selanjutnya disingkat SPIP, adalah sistem pengendalian yang
diselenggarakan secara menyeluruh di Iingkungan pemerintah pusat
dan pemerintah daerah.4

c. Tinjauan Aspek Sumber Kekayaan Alam. Masalah kekayaan


alam Indonesia sudah dikenal oleh dunia dari berabad-abad tahun
yang lalu, namun demikian pengelolaan terhadap kekayaan alam
tersebut belum dapat dioptimalkan oleh bangsa Indonesia sendiri,
sehingga mengundang/memicu timbulnya kecurigaan terhadap
pemerintah yang berhubungan dengan pemerataan hasil kekayaan
daerah dengan pemerintah pusat atau antar masyarakat di daerah
sendiri, ditinjau dari aspek sumber kekayaan alam, pada umumnya
(seperti Provinsi di Kalimantan dan Papua) memiliki sumber kekayaan
alam, kekayaan alam tersebut terdapat di atas permukaan, di dalam
bumi (seperti tambang minyak dan gas) maupun di lautan, pada
kondisi saat ini pemanfaatan kekayaan alam yang terkandung di
wilayah tersebut tidak tertata sesuai dengan keinginan pemerintah
pusat dan daerah maupun keinginan masyarakat adat di wilayah itu
sendiri, sehingga yang terjadi diantaranya adalah penjarahan kayu di
hutan lindung maupun di hutan industri yang tidak dapat dicegah oleh
pemerintah daerah. Kelemahan pengelolaan sumber daya alam (SDA)

4
Sekretariat Negara RI, Karo Peraturan Perundang-Undangan Bidang Politik dan
Kesejahteraan Rakyat, PP RI No 60 Th 2008, hal 2.

5
yang kurang optimal terlihat dari kondisi masyarakat miskin di daerah
penghasil sumber daya alam (SDA) lebih banyak dari pada di daerah
lain. Contohnya di Kalimantan dan Papua, masih ditemukan desa
tertinggal. Kondisi ini pada akhirnya menimbulkan pemikiran
ketidakadilan dan ketidakpercayaan terhadap pemerintah yang dapat
mengakibatkan melemahnya ketahanan nasional di daerah.

d. Tinjauan Aspek Ideologi. Pancasila telah terbukti sebagai alat


pemersatu bangsa dan pada zaman orde baru, Pancasila sebagai
pemersatu bangsa tersebut cenderung diimplementasikan melalui
pemaksaan kehendak (doktriner) untuk kepentingan kekuasaan.
Bergulirnya reformasi memberikan peluang bagi kelompok tertentu
yang ingin mengganti ideologi Pancasila dengan ideologi lain. Adapun
issu tersebut dihembuskan cenderung untuk daerah konflik dengan
issu penjajahan terhadap suku bangsa daerah lainnya di Indonesia,
terutama yang dilakukan oleh orang-orang Jawa dengan tujuan
mengambil/merampas kekayaan daerah untuk dibawa ke Jakarta,
sebetulnya issu tersebut tidak populer bagi masyarakat, namun
demikian untuk mencapai kehendaknya kelompok kepentingan tertentu
menggunakan segala cara memaksa masyarakat mengikutinya,
termasuk issu membentuk negara sendiri dan melepaskan diri dari
integritas NKRI. Upaya pembinaan oleh pemerintah pusat dan daerah
sudah dilakukan secara terpadu, diantaranya melalui upaya
pembinaan menanamkan rasa cinta tanah air, wawasan kebangsaan
dan meningkatkan pemahaman tentang tanah air nusantara sebagai
ruang hidup seluruh bangsa Indonesia yang beraneka ragam dengan
tidak menonjolkan suku, agama dan ras. Pancasila sebagai dasar
negara dan falsafah hidup bangsa telah diterima oleh segenap rakyat
Indonesia, namun dalam implementasinya belum dilaksanakan
sepenuhnya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Dalam pelaksanaannya belum adanya kesesuaian antara
ucapan dan perbuatan, kecenderungan tuduhan ini ditujukan kepada
para penguasa di pennerintahan (eksekutif, legislatif dan yudikatif).
Masyarakat menilai bahwa sikap dan perilaku para penguasa di

6
pemerintahan belum mengandung nilai-nilai moral dan etika yang
diharapkan. Dampak krisis ekonomi yang berkepanjangan, akan
semakin mudah mempengaruhi paham ideologi negara terhadap
paham asing untuk masuk ke sendi-sendi kehidupan berbangsa dan
bernegara. Gejala-gejala munculnya paham liberalisme/kapitalisme di
tengah-tengah masyarakat yang cenderung menekankan kebebasan
individu dan mementingkan hak-hak individu semakin terasa. Hal ini
akan mengancam semangat persatuan dan kesatuan bangsa yang
terkandung dalam nilai-nilai Pancasila. 5 Kondisi ideologi ini tentunya
akan sangat berpengaruh terhadap upaya meningkatkan ketahanan
nasional bangsa Indonesia.

e. Tinjauan Aspek Politik. Ditinjau dari geopolitik dan geostrategi


NKRI maka dapat terlihat bahwa Indonesia penuh dengan potensi
ancaman, diantaranya pertentangan antar suku, antar agama, antar
golongan dan ras, termasuk diantaranya pertentangan politik antara
daerah dan pusat merupakan tantangan bangsa yang selalu timbul.6
Demikian pula halnya dengan situasi pemerintahan saat ini yang dinilai
oleh masyarakat hanya berpihak kepada partai politik yang
membesarkannya, situasi politik tidak bisa hidup dan berjalan maupun
berkembang secara sehat, karena masyarakat dibayangi dan dihantui
oleh rasa takut untuk melaksanakan aktivitas politik secara benar dan
jujur. Kelompok tertentu (yang berseberangan dengan pemerintah RI)
senantiasa berusaha untuk membunuh aspirasi kehidupan politik di
daerah tersebut, mereka menganggap kehidupan politik yang
berkembang di daerah adalah buatan dan rekayasa pemerintah
Indonesia semata untuk kepentingan pejabat yang ada di
pemerintahan pusat (Jakarta), belum sepenuhnya masyarakat berani
menyampaikan serta menggunakan aspirasi politiknya karena rasa
takut dad ancaman pihak-pihak tertentu. Dad uraian di atas, maka
pada umumnya situasi yang terjadi tidak terlepas dari kepentingan elit
5
Marsudi Eko, Kepemimpinan suatu Eksplorasi.
6
Budiman Kolonel CZI, Revitalisasi Wawasan Kebangsaan dalam menghadapi Disintegrasi
Bangsa, Karya Vira Jati, Seskoad, 2004, h.66.

7
politik lokal maupun nasional. Hal ini dikarenakan politik bagi sebagian
elit politik dijadikan sebagai alat kekuasaan, sebagai mafiso (mafia)
untuk kekuasaan dengan segala cara. Persepsi diantara para elit
politik belum adanya persamaan dalam menjalankan agenda
reformasi, masih adanya nuansa budaya politik saling menjatuhkan
agenda reformasi, masih adanya nuansa budaya politik saling
menjatuhkan diantara elit politik yang cenderung lebih mengutamakan
kepentingan pribadi atau golongan daripada kepentingan nasional.
Kebebasan dalam demokrasi menyimpang dan kebablasan, dominasi
legislatif atas eksekutif dan yudikatif sangat menonjol, kehidupan
berbangsa dan bernegara telah bergeser dari koridor-koridor
kesepakatan. 7 Untuk menjatuhkan lawan politik ada kalanya pemimpin
(oposisi) yang sudah dikenal oleh masyarakat menghujat pemimpin
pada pemerintahan yang sah secara tidak beretika dan tidak
mengindahkan kesantunan sebagai bangsa yang berbudaya dan
beradab. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya benturan-benturan
kepentingan baik vertikal maupun horizontal yang dapat melemahkan
ketahanan nasional bangsa Indonesia.

f. Tinjauan Aspek Ekonomi. Beberapa daerah di Indonesia saat


ini mengalami gangguan di bidang ekonomi, sehingga menghambat
berkembangnya pembangunan perekonomian di daerah, seperti yang
terjadi di Kalimantan, Aceh, Papua, Ambon dan Poso. Roda
perekonomian terganggu karena adanya konflik di daerah atau karena
kegiatan illegal dengan memanfaatkan situasi lemahnya penerapan
dan pemberlakuan peraturan di daerah seperti yang terjadi saat ini di
provinsi-provinsi Kalimantan. Banyak investor lokal yang meninggalkan
usahanya karena terancam, dampaknya adalah angka pengangguran
meningkat dan roda perekonomian masyarakat terganggu.
Perusahaan besar yang beroperasi di Aceh diantaranya adalah PT.
Arun (BUMN) yang bergerak di bidang pertambangan minyak dan gas
bumi (merupakan PAD terbesar bagi provinsi NAD), PT. PIM (Pupuk

TB Silalahi, Pembekalan Seminar PKB Juang, 15 September 2003, di Bandung.

8
politik lokal maupun nasional. Hal ini dikarenakan politik bagi sebagian
elit politik dijadikan sebagai alat kekuasaan, sebagai mafiso (mafia)
untuk kekuasaan dengan segala cara. Persepsi diantara para elit
politik belum adanya persamaan dalam menjalankan agenda
reformasi, masih adanya nuansa budaya politik saling menjatuhkan
agenda reformasi, masih adanya nuansa budaya politik saling
menjatuhkan diantara elit politik yang cenderung lebih mengutamakan
kepentingan pribadi atau golongan daripada kepentingan nasional.
Kebebasan dalam demokrasi menyimpang dan kebablasan, dominasi
legislatif atas eksekutif dan yudikatif sangat menonjol, kehidupan
berbangsa dan bernegara telah bergeser dari koridor-koridor
kesepakatan. 7 Untuk menjatuhkan lawan politik ada kalanya pemimpin
(oposisi) yang sudah dikenal oleh masyarakat menghujat pemimpin
pada pemerintahan yang sah secara tidak beretika dan tidak
mengindahkan kesantunan sebagai bangsa yang berbudaya dan
beradab. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya benturan-benturan
kepentingan balk vertikal maupun horizontal yang dapat melemahkan
ketahanan nasional bangsa Indonesia.

f. Tinjauan Aspek Ekonomi. Beberapa daerah di Indonesia saat


ini mengalami gangguan di bidang ekonomi, sehingga menghambat
berkembangnya pembangunan perekonomian di daerah, seperti yang
terjadi di Kalimantan, Aceh, Papua, Ambon dan Poso. Roda
perekonomian terganggu karena adanya konflik di daerah atau karena
kegiatan illegal dengan memanfaatkan situasi lemahnya penerapan
dan pemberlakuan peraturan di daerah seperti yang terjadi saat ini di
provinsi-provinsi Kalimantan. Banyak investor lokal yang meninggalkan
usahanya karena terancam, dampaknya adalah angka pengangguran
meningkat dan roda perekonomian masyarakat terganggu.
Perusahaan besar yang beroperasi di Aceh diantaranya adalah PT.
Arun (BUMN) yang bergerak di bidang pertambangan minyak dan gas
bumi (merupakan PAD terbesar bagi provinsi NAD), PT. PIM (Pupuk

7
TB Silalahi, Pembekalan Seminar PKB Juang, 15 September 2003, di Bandung.

8
Iskandar Muda) bergerak dibidang pupuk dan PT. SAI (Semen Andalas
Indonesia) bergerak di bidang pertambangan semen (pabriknya hancur
diterjang gelombang Tsunami), sedangkan untuk provinsi Papua yang
dihembuskan adalah issu PT. Freeport dan penjarahan hutan.

Sedangkan yang terjadi di Kalimantan adalah terjadinya


tumpang tindih perijinan Kuasa Penambangan (KP) Batu Bara dan
penambangan illegal yang dapat merusak ekosistem flora dan fauna
bumi Kalimantan. Upaya pembinaan yang telah dilaksanakan oleh
pemerintah adalah melalui pemulihan dan perbaikan perekonomian,
terutama adalah perekonomian rakyat, namun demikian belum
mencapai hasil yang maksimal. Kebijakan PT.FI (Freeport Indonesia)
yang dianggap kurang pas di mats penduduk asli merupakan
penyebab konflik yang berkepanjangan antara PT.FI dengan
masyarakat Papua. Apa yang terjadi di antara mereka adalah benturan
budaya modern dengan tradisional, cara berfikir mereka sangat
berbeda. 8 Besarnya hutang luar negeri sebagai peninggalan orde baru
dihadapkan dengan terjadinya krisis ekonomi yang berkepanjangan,
semakin menambah peliknya permasalahan ekonomi yang dihadapi
pemerintah saat ini. Terjadinya pergantian kepemimpinan nasional
yang relatif singkat, mengakibatkan seringnya terjadi pergantian
Kabinet. Sehingga program-program pembangunan serta upaya
pemulihan ekonomi belum sempat dilaksanakan kepemimpinan yang
lama sudah harus diganti dengan yang baru. Dimana kebijaksanaan-
kebijaksanaan berubah-ubah yang mengakibatkan tidak adanya
proses yang berkesinambungan antara Kabinet yang lama dengan
yang baru. Hal ini menunjukkan belum jelasnya program-program
pembangunan yang dilaksanakan pimpinan nasional (pemerintah),
khususnya dalam pemulihan ekonomi sesuai dengan tuntutan agenda
reformasi yang diharapkan. 9 Kondisi ini secara langsung akan
berpengaruh terhadap ketahanan nasional bangsa Indonesia, karena

8
Dr. Ngadisah MA, Konflik pembangunan dan gerakan sosial politik di Papua, Pustaka Raja,
2003, h. 118.
9
Agus Wirahadikusumah, Indonesia Baru dan Tantangan TM, hal 106.

9
kondisi perekonomian ini mengakibatkan semakin bertambahnya
angka pengangguran dan rakyat miskin.

g. Tinjauan Aspek Sosial Budaya. Penduduk daerah terdiri dari


berbagai etnik dan ras, sekaligus antara etnik tersebut mempunyai
budaya tersendiri dan berbeda satu dengan lainnya. Keberagaman
budaya tersebut merupakan suatu hal yang alamiah sejak awal
berkembangnya peradaban. Keberagaman budaya menjadi alat
pemersatu antar warga atau antar etnik di daerah, realitas tersebut
merupakan suatu kewajaran dan keniscayaan serta tidak pernah
terjadi kerusuhan antar etnik di daerah, dengan mengedepankan adat
istiadat bernuansa Indonesia dan budaya yang bernilai tinggi, mata
pencaharian sebagian besar masyarakat di daerah adalah nelayan dan
petani, tenaga kerja terbesar diserap oleh perusahaan nasional
maupun lokal yang beroperasi di daerah tersebut. Aktifitas pendidikan
pada proses belajar siswa sekolah sedikit terganggu oleh upaya
pembodohan yang dilakukan oleh kelompok-kelompok anti kemapanan
yang sengaja menjatuhkan wibawa pemerintahan melalui sabotase
terhadap program-program pemerintah pro rakyat terutama yang
berhubungan dengan upaya peningkatan Sumber Daya Manusia
(SDM), khususnya di wilayah pedalaman yang jauh dari pengawasan
dan jangkauan pemerintah. Peningkatan ketahanan nasional yang
dilakukan dalam aspek sosial budaya selama ini dilaksanakan melalui
pemuka adat, tokoh masyarakat, para alim ulama dan tokoh pemuda
disetiap desa dengan upaya mencegah masuknya budaya asing yang
tidak sesuai dengan adat istiadat masyarakat di daerah. Kehadiran
budaya modern di tengah-tengah masyarakat tradisional menimbulkan
berbagai persoalan bagi masyarakat setempat, baik yang bersumber
dari kebijakan perusahaan maupun yang berasal dari internal
masyarakat. Faktor-faktor kepercayaan maupun perasaan tidak
berdaya menghantui masyarakat adat sehingga mereka tidak berani
masuk dalam pusaran perubahan yang terus menerus digerakan oleh

10
PT. Fl bersama dengan ekses-eksesnya. 1 ° Berangkat dari maraknya
konflik horizontal berlatar belakang pertentangan SARA yang bahkan
berpotensi menjadi ancaman disintegrasi bangsa, disusul dengan
belum tuntasnya penyelesaian konflik-konflik lama yang terjadi di
sebagian daerah Indonesia serta tidak tegasnya pemerintah dalam
penyelesaian masalah tersebut sesuai koridor-koridor hukum yang
berlaku. Rendahnya mutu SDM dan merosotnya mutu pendidikan,
rusaknya akhlak bangsa secara keseluruhan dan maraknya kejahatan.
Kondisi seperti ini akan semakin memperburuk aspek sosial budaya
masyarakat Indonesia yang dikenal santun dan ramah tamah berbalik
melahirkan krisis akhlak dan moral tidak mengenal norma-norma
kehidupan dan hukum." Hal ini bisa terlihat pada perilaku masyarakat
Indonesia akhir-akhir ini yang cenderung berbuat anarkhis, sadistis di
dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang dihadapi, karena
tidak puas dengan kebijakan pimpinan nasional (pemerintah) yang
ada. Kondisi ini sudah pasti akan melemahkan ketahanan nasional
bangsa Indonesia.

h. Tinjauan Aspek Pertahanan dan Keamanan. Pasal 30 (2)


UUD-1945 mengamanatkan bahwa usaha pertahanan dan keamanan
negara dilaksanakan melalui Sishankamrata (Sistem Pertahanan
Kemanan Rakyat Semesta) oleh TNI sebagai komponen utama dan
SDM, SDA serta SDB sebagai komponen cadangan dan komponen
pendukung. Statemen hukum ini, menjadi landasan hukum yang dapat
dijadikan sebagai landasan untuk merumuskan kebijakan
konsepsional, dan operasional dari sistem pertahanan. Tetapi lain
halnya dengan keadaan yang terjadi di daerah konflik seperti Papua,
aksi teror kelompok separatis OPM di Papua dilakukan dengan segala
cara dan ditujukan kepada seluruh lapisan masyarakat tanpa
mengenal status sosial, laki-laki, perempuan, tua, muds, anak-anak,
saudara, aparat pemerintah sipil, militer maupun polisi apabila tidak
mendukung tujuan mereka maka akan menjadi sasaran untuk menjadi

10
Ibid,hal 119.
11
Ibid, hal 151.

11
korban. Sedangkan Aceh (NAD), pasta perjanjian damai mulai dapat
diredam dan dipatahkan, maka ketenteraman masyarakat dalam
situasi yang aman mulai pulih kembali.

Demkian pula dengan dengan ancaman teroris yang masih


melanda bangsa Indonesia hal ini menambah permasalahan bagi
bangsa, kesadaran warga negara terhadap bela negara dan kesadaran
bernegara masih sangat rendah hal ini terbukti dengan masi
berkeliarannya teroris di Nusantara, masyarakat belum memilki
kesadaran untuk melaporkan keberadaan orang-orang yang dicurigai
berada disekelilingnya kepada petugas baik ketua RT, RW maupun
kepada aparat kepolisian. Kondisi obyektif bangsa Indonesia yang
sedemikian komplek memerlukan aparat Hankam yang tangguh, tidak
hanya dalam mempertahankan kedaulatan negara saja, tetapi juga
dalam mengantisipasi kemungkinan ancaman yang datang dari dalam
maupun daru luar negeri, tanpa mengurangi kewaspadaan terhadap
permasalahan ancaman dari dalam negeri. Kenyataan menunjukan
bahwa kekuatan dan kemampuan aparat kita untuk menghadapi
ancaman non-tradisional belum tertata dengan balk, sedangkan
dewasa ini telah muncul berbagai ancaman lain yang sulit
didefinisikan, yang secara universal disebut sebagai ancaman non
tradisional. TNI harus diperkuat dengan alutsista pertahanan yang
modern dan personel yang profesional dan teruji integritasnya kepada
bangsa dan negara Indonesia. Untuk itu diperlukan Anggaran Belanja
Pertahanan yang memadai dan dilaksanakan sesuai skala prioritas.

Pembangunan Pertahanan Indonesia harus dengan seksama


mempelajari perkembangan internasional dan nasional, dimana sistem
pertahanan negara yang sukses harus bersifat semesta atau total.
Kesemestaan menyangkut seluruh eksistensi bangsa agar
kemampuan, yang disatu pihak dapat menghasilkan daya tangkal dan
dilain pihak menghasilkan daya tahan serta daya pukul, yang dapat
diwujudkan apabila serangan ke Indonesia tidak dapat ditangkal atau
dicegah. Dengan demikian maka Indonesia mengembangkan sistem

12
pertahanan dengan
dengan menggunakan sistem pertahanan semesta yaitu
pertahanan yang menggunakan seluruh kekuatan nasional secara total
dan integral, dengan menggunakan kekuatan militer sebagai
komponen utama serta pengerahan warga negara, sumber daya alam,
sumber daya buatan sarana dan prasarana nasional sebagai
komponen cadangan dan komponen pendukung untuk
mempertahankan integritas wilayah dan kedaulatan NKRI, menjamin
keutuhan bangsa dan mengamankan kepentingan nasional.
Memperhatikan kondisi dan situasi nasional, strategi militer merupakan
salah satu bagian dari strategi nasional, yaitu "pembangunan
berkelanjutan" untuk kepentingan nasional bangsa dan negara
dengan tetap mengedepankan aspek kesejahteraan dan keamanan
secara serasi dan seimbang. Dalam Iingkungan geostrategis seperti
itu, maka strategi pertahanan harus diaktualisasikan melalui
manajemen pertahanan yang efektif dan efisien berupa pembagian
wilayah Indonesia ke dalam beberapa wilayah pertahanan. Di masing-
masing wilayah pertahanan dengan sistem pertahanan berlapis digelar
gabungan satuan-satuan tempur angkatan beserta kapabilitas lainnya
untuk menunjang fungsi tempur. Strategi dan gelar kekuatan seperti ini
juga memelihara keseimbangan antara tiga angkatan sesuai dengan
kebutuhan pertahanan di masing-masing wilayah pertahanan.
Perlawanan tidak hanya terpusat pada angkatan perang, bilamana
pertahanan dapat diterobos oleh musuh maka perang berlarut dan total
akan diterapkan dengan menggunakan segenap potensi pertahanan
yang ada. Untuk mewujudkan sistem pertahanan semesta maka
pemberdayaan wilayah pertahanan menjadi prioritas yang harus
diutamakan mengingat bahwa kesemestaan berakar pada kondisi
wilayah pertahanan dan segenap isinya yang merupakan komponen
pendukung dan cadangan dalam sistem tersebut. Pertahanan Semesta
dapat diwujudkan dengan pemberdayaan wilayah pertahanan melalui
pemberdayaan segenap SDN untuk mendukung Sishanta.

Wilayah Indonesia yang memiliki potensi sumber daya yang


cukup besar baik berupa SDA, buatan maupun SDM sebagai

13
komponen terpenting dalam penyelenggaraan berbangsa dan
bernegara harus dikelola secara berdaya guna dan berhasil guna
dalam rangka memenuhi kebutuhan untuk kelangsungan hidup bangsa
dan negara. Hal ini menuntut adanya sikap profesional dalam
menyelenggarakan sistem kenegaraan, termasuk di dalamnya
penyeleggaraan pertahanan negara. Sehingga diharapkan segenap
potensi yang ada dapat dimanfaatkan dalam setiap pemenuhan
kebutuhan sesuai dengan mekanisme dan prosedur yang sistematis
dihadapkan dengan kemampuan dan days tangkal yang harus dimiliki
oleh segenap aparat pertahanan negara. Perkembangan globalisasi
yang banyak mengedepankan kemajuan teknologi merupakan
tantangan tersendiri bagi bangsa Indonesia, khususnya kekuatan
pertahanan negara, balk kemampuan alutsista maupun kemampuan
SDM, termasuk prajurit TNI. Maka anggaran pertahanan negara
sangat berpengaruh kepada tingkat ketahanan nasional bangsa
Indonesia pada saat ini.

3. PENUTUP

Dan keseluruhan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat ditarik


beberapa kesimpulan sebagai berikut :

a. Aspek asta gatra sebagai kekuatan ketahanan nasional bagi


bangsa Indonesia belum disikapi dan disadari oleh seluruh komponen
bangsa bahwa hal tersebut merupakan kekuatan yang maha dahsyat
dan tidak dimiliki oleh bangsa-bangsa lain di dunia. Namun dalam
pengelolaannya belum memiliki peraturan perundang-undangan yang
dapat mewadahi bagaimana pengelolaan gatra-gatra dari astagatra
untuk kepentingan ketahanan nasional.

b. Program pembangunan yang telah dilaksanakan selama ini


belum menjangkau keseluruh tanah air, masih terjadi ketidak
seimbangan antara daerah/kawasan, sampai sekarang pembangunan
masih terpusat di pulau jawa, kondisi seperti ini dapat menimbulkan

14
kecemburuan sosial, ketidak percayaan kepada pemerintah dan dapat
melemahkan nasionalisme serta wawasan kebangsaan masyarakat
yang daerahnya kurang terjamah pembangunan.

c. Dalam penyelenggaraan pemerintahan belum menunjukkan ada


kesungguhan dan kemauan aparatur pemerintah khususnya aparatur
pemerintah daerah di era otonomi daerah untuk melaksanakan
administrasi pemerintahan secara good governance. kurangnya
political will dari pemimpin khususnya aparatur pemerintah untuk
menyelenggarakan ketatanegaraan yang balk yang berpihak kepada
kepentingan kesejahteraan rakyat, cita-cita dan tujuan nasional.
Sumber kekayaan alam yang belum dikelola secara optimal untuk
kepentingan kesejahteraan rakyat, hal ini karena keterbatasan sarana
dan prasarana dan kemampuan teknologi bahkan dimanfaatkan oleh
segelintir orang untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya.

d. Masih lemahnya penegakan hukum mengakibatkan pemerintah


belum berjalan secara efektif dan efisien. Hal ini disebabkan oleh
masih rendahnya sumber daya manusia yang mengawaki lembaga
hukum terutama sikap mental penegak hukum serta masih adanya
peraturan–peraturan yang tumpang tindih.

e. Dengan pemahaman yang dalam dan mantap tentang Konsepsi


Ketahanan Nasional khususnya oleh Aparatur Pemerintah Daerah di
Era Otonomi Daerah ini yang akan menjadikan pola pikir, pola sikap
dan pola tindak mereka dalam penyusunan program dan anggaran
serta pelaksanaannya terutama terkait dengan kebijakan pemerintah
yaitu program ketahanan pangan benar benar mengacu pada Aspek
Astagatra, maka hasilnya dapat meningkatkan Ketahanan Pangan.

15
1!! 11141 17 "1
0141 .

MAUI It Mil
PEMAHAMAN KONSEPSI KETAHANAN NASIONAL OLEH APARATUR PEMERINTAH
DI ERA OTONOMI DAERAH DAPAT MENINGKATKAN KETAHANAN PANGAN

PARADIGMA NASIONAL
PANCASILA
UUD'1945
WASANTARA

KONDISI PEMAHAMAN 12 ''' 15ES


PERLU KONDISI PEMAHAMAN
KONSEPSI TANNAS OLEH PEMAHAMAN KONSEPSI TANNAS OLEH KETAHAN AN
APARATUR PEMERINTAH PEMAHAMAN KONSEPSI TANNAS APARATUR PEMERINTAH PANGAN
DI ERA OTDA KONSEPSI OLEH APARATUR DI ERA OTDA MENINGKAT
SAAT INI
TANNAS PEMERINTAH DI ERA YANG DIHARAPKAN
OTONOMI DAERAH

LI NGSTRA
NASIONAL, REGIONAL
GLOBAL
DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Republik Indonesia No. 43 Tahun 1999 tentang


Kepegawaian.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang RI No.17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025.
Undang-Undang RI No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan
Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kab/Kota.
Kebijakan Ketahanan Pangan Nasional, oleh Dr. Ir. Hermanto, MS, Sektetaris
Badan Katahanan Pangan.
Lemhannas RI, Naskah Lemhannas Bidang Studi/Materi Pokok Ketahanan
Nasional.
Lemhannas RI, Naskah Lemhannas Bidang Studi/Materi Pokok Wawasan
Nusantara.
Lemhannas RI, Naskah Lemhannas Bidang Studi/Materi Pokok
Kewaspadaan Nasional.
M. Burhanuddin, Pegawai Negeri Sipil (PNS) Sebagai Unsur Aparatur
Negara, Juli 2010
A.Rani Usman, Sejarah Peradaban Aceh, Yayasan Obor Indonesia, 2003,
h.38.

C.S.T. Kansil, Prof, Drs, SH dan Christine S.T. Kansil, SH, MH, "Pancasila dan
UUD-1945", Pradnya Paramitha, Jakarta, 2003.

Dr. Ngadisah MA, Konflik pembangunan dan gerakan sosial politik di Papua,
Pustaka Raja, 2003, h. 118.

Ermaya Suradinata, Hukum Dasar Geopolitik dan Geostrategi dalam


kerangka Keutuhan NKRI, Suara Bebas, 2005, h. 72.

17

Anda mungkin juga menyukai