Anda di halaman 1dari 29

Laporan Kasus

Fracture Intertrochanter Femur Dextra

NIXAL KURNIAWAN PONTOH NIMIS


2020086016353
Dosen Pembimbing :
dr. Michael J. Tedjajuwana, Sp.OT

SMF ILMU BEDAH


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JAYAPURA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2022
Pendahuluan
Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang bisa terjadi akibat trauma
langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian), dan biasanya lebih banyak dialami
oleh laki-laki dewasa. Femur merupakan tulang terkeras dan terpanjang pada tubuh, oleh
karena itu butuh kekuatan benturan yang besar untuk menyebabkan fraktur pada femur.

Menurut Depkes RI 2011 dari sekian banyak kasus fraktur di Indonesia, fraktur pada
ekstremitas bawah akibat kecelakaan memiliki prevalensi yang paling tinggi diantara fraktur
lainnya yaitu sekitar 46,2%. Dari 45.987 orang dengan kasus fraktur ekstremitas bawah akibat
kecelakaan, 19.629 orang mengalami fraktur pada tulang femur.
Identitas pasien

Nama Inisial : Tn. L.P


Umur : 76 tahun
Tanggal Lahir : 25-04-1946
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : JL. Jendral Soedirman Kel. Karang Mulia Nabire
Pendidikan : SMA
Agama : Kristen Protestan
Status Perkawinan : Menikah SAH
Nomor RM : 223198
Tanggal MRS : 12/04/22
Anamnesa
Keluhan utama:
Nyeri di daerah paha sebelah kanan

Riwayat penyakit sekarang


Pasien rujukan dari RSUD Nabire datang ke IGD RSUD Jayapura diantar
oleh keluarganya dengan keluhan tergelincir karena menginjak air
kencingnya sendiri di kamar tidurnya. Pasien jatuh ke arah kanan dengan
posisi paha kanan membentur lantai. Jatuh yang pertama kali tgl 24/03/2022
pasien hanya merasakan nyeri. Kemudian terjatuh lagi kedua tgl 26/04/2022
di tempat yang sama dan pasien merasakan nyeri disertai bengkak di
pangkal pahanya. Pasien sadar dan mengaku tidak terjadi trauma kepala,
mual dan muntah disangkal.
Riwayat penyakit dahulu
- asam lambung, pasien pernah dioperasi lambung karena
sering mengkonsumsi obat dexametasole sehingga muntah
darah lalu dioperasi
- hipertensi

Riwayat penyakit keluarga


- hipertensi (Alm. Ibu pasien)
Status Generalis

Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang


Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital: TD: 116/78mmHg,
N: 72x/menit,
RR: 20 x/menit,
SB: 36.6 °C,
SpO2: 98 %
GCS : E4V5M6
Berat Badan : 53kg
Status Lokalis Regio Femur Dextra

Look : deformitas (+), kemerahan pada paha sebelah kanan/ region femuralis dextra (+), bengkak (+)
Feel : Nyeri tekan (+), capillary refill < 2 detik, Sensori: +; shortening: ± 5 cm
Move : Range of movement terbatas. Pergerakan aktif dan pasif terbatas oleh karena nyeri.

Kekuatan Motorik :
Hip flexion dan hip extension: sangat terbatas karena nyeri (+)
Knee flexion dan knee extension: sangat terbatas karena nyeri (+)
Foot dorsoflexion: (+)
Plantar flexion: (+)
Extension of the toes: (+)
Foot inversion dan foot eversion: (+)
Sensori :
L1, L2, L3, L4, L5, S1 (+)
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium tanggal 19 April 2022
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Hematologi
Hemaglobin 12,0 g/dL 13,3-16,6
Hematokrit 34,1 % 41,3-52,1
Hitung Jumlah Leukosit 10,13 103/uL 3,37-8,38
Htung Jumlah Trombosit 278 103/uL 140-400
Hitung Jumlah Eritrosit 4,21 106/uL 3,69-5,46
Hitung Jenis Leukosit
Sel Basofil 0,4 % 0,3-1,4
Sel Eosinofil 10,2 % 0,6-5,4
Sel Neutrofil 62,6 % 39,8-70,5
Sel Limfosit 21,4 % 23,1-49,9
Sel Monosit 5,4 % 4,3-10,0
NLR 2,93 <3,13
Koagulasi
PT 11,6 detik 10,2-12,1
APTT 29,9 detik 24,8-34,4
Serologi
Hbs Ag Non reaktif Non reaktif

Foto Rontgen Femur Dextra AP/Lateral (26-03-


2022)
Diagnosa kerja Laporan Operasi (22-04-2022)
Fraktur Intertrochanter Femur Dextra • Informed consent dan antibiotic profilaksis
• Pasien dalam posisi supine di atas meja operasi
Tatalaksana dalam general anestesi
• Rencana dilakukan ORIF Intertrochanter femur • Prosedur steril dan drapin, Reduksi under C-Arm
Dextra • Dilakukan insisi ± 10cm pada lateral femur dibagian
trochanter area
Tatalaksana pre-op • Diperdalam, dilakukan insertion dari nail dengan
Medikamentosa: blade dari C-Arm
• IVFD Nacl 0,9% 20 tpm • Pasang PFNA (panjang nail 200mm, diameter 11cm +
blade 8cm
• Inj. Antrain 3 x 1 amp
• Pasang screw ukuran 36
• Luka dicuci dengan dengan NaCl 0,9%
Operatif: (22-04-2022)
• Luka dijahit lapis demi lapis
• ORIF Intertrochanter Femur Dextra
• Luka jahitan di tutup
• Operasi selesai
Tatalaksana post-op (22-04-
2022)
• Rontgen Femur (D) AP/Lateral
• IVFD RL 2000 cc/24 jam
• Hypobac 300 mg /12 jam
• Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam
• Ranitidine 1 amp/ 12 jam
• GV hari ke-3
Foto rontgen Femoral AP pasca operasi
(27-01-2022)
Prognosis

•Quo Ad Vitam : Dubia ad Bonam


•Quo Ad Functionam : Dubia ad Bonam
•Quo Ad Sanationam : Dubia ad Bonam
Tinjauan Pustaka
Anatomi
Femur merupakan tulang terpanjang dan
terberat dalam tubuh, meneruskan berat
tubuh dari os coxae ke tibia sewaktu kita
berdiri. Caput femoris ke arah craniomedial
dan agak ke ventral sewaktu bersendi dengan
acetabulum. Ujung proksimal femur terdiri dari
sebuah caput femoris dan dua trochanter
(trochanter mayor dan trochanter minor)
Area collum femoris dan intertrochanter
femoris mendapatkan aliran darah dari tiga
sumber, yaitu pembuluh darah intramedular di
leher femur, cabang pembuluh darah servikal
asendens dari anastomosis arteri sirkumfleks
media dan lateral yang melewati retinakulum
sebelum memasuki caput femoris, serta
pembuluh darah dari ligamentum teres.
Fraktur femur proksimal meliputi:
1)Fraktur intrakapsuler
Fraktur intrakapsuler termasuk femoral head dan leher
femur. Fraktur ini terjadi di dalam kapsula sendi pinggul.
-Capital
-Subcapital
-Transcervical
-Basicervical
2)Fraktur ekstrakapsular
Fraktur ekstrakapsular termasuk trochanter. Fraktur ini
terjadi di luar kapsula sendi pinggul.
-Intertrochanteric
Berdasarkan klasifikasi Kyle (1994), fraktur intertrochanter
dapat dibagi menjadi 4 tipe menurut kestabilan fragmen-
fragmen tulangnya.
Etiologi

Berdasarkan penyebabnya:
a. High energy trauma
b. Low energy trauma
c. Stress fracture
Diagnosis

1.Anamnesis
Diagnosis fraktur dimulai dengan anamnesis seperti adanya trauma
tertentu, mekanisme terjadinya trauma seperti waktu terjadinya
trauma, jenis, arah datang trauma, dimana terjadi, posisi dan
mengenai tubuh bagian apa, intensitas trauma.
2. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan awal penderita, perlu diperhatikan adanya:
• Syok, anemia atau perdarahan
• Kerusakan pada organ-organ lain, misalnya otak, sumsum tulang belakang, atau
organ-organ dalam rongga toraks, panggul dan abdomen.
• Fraktur predisposisi, misalnya pada fraktur patologis.

Pemeriksaan lokalis daerah fraktur perlu diperhatikan:


a. Inspeksi(Look)
b. Palpasi (Feel)
c. Pergerakan(Move)
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan radiologis dilakukan dengan beberapa prinsip


dua (rule of two)
1. Dua pandangan
2. Dua sendi
3. Dua cedera
4. Dua kesempatan
Penatalaksanaan

1. Recognition
2. Reduction
3. Retention
4. Rehabilitation
Pembahasan
Apakah diagnosa pada kasus ini sudah tepat

Untuk mendiagnosis diperlukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan


penunjang.

Pasien rujukan dari RSUD Nabire datang ke IGD RSUD Jayapura diantar oleh
keluarganya dengan keluhan tergelincir karena menginjak air kencingnya
sendiri di kamar tidurnya. Pasien jatuh ke arah kanan dengan posisi paha
kanan membentur lantai. Jatuh yang pertama kali tgl 24/03/2022 pasien hanya
merasakan nyeri. Kemudian terjatuh lagi kedua tgl 26/04/2022 di tempat yang
sama dan pasien merasakan nyeri disertai bengkak di pangkal pahanya.
Pasien sadar dan mengaku tidak terjadi trauma kepala, mual dan muntah
disangkal.
Berdasarkan pemeriksaan fisik

Dari pemeriksaan fisik pada region Femur Dextra ditemukan deformitas


berupa shortening sekitar ± 5cm dengan menggunakan teknik apparent leg
leght , terdapat memar, terdapat false movement. Nyeri tekan pada daerah
femur dextra, dan ditemukan gerakan aktif dan pasif yang terbatas. Selain
itu dilakukan pemeriksaan kekuatan motorik pada pemeriksaan didapatkan
Hip flexion dan hip extension: sangat terbatas karena adanya nyeri (+),
serta Knee flexion dan knee extension: sangat terbatas karena nyeri dan
tidak ada gangguan sensori eksremitas bawah kanan.
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan
kecurigaan Fraktur Femur Dextra. Untuk memastikan
diagnosis, diperlukan pemeriksaan penunjang seperti foto
rontgen pada regio Femur dextra AP/Lateral.
Dari foto rontgen pasien ditemukan fraktur pada bagian
intertrochanter femoral dextra.
Sesuai dengan anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang dan teori yang
mendukung diagnosis pada
kasus ini sudah tepat yaitu
Fracture Intertrochanter Femur
dextra.
Apakah tatalaksana pada kasus ini sudah tepat?

Pada kasus ini penatalaksanaan dilakukan pada kasus ini sudah


tepat yaitu ORIF (Open Reduction and Internal Fixation). ORIF
merupakan suatu tindakan pembedahan untuk memanipulasi
fragmen-fragmen tulang yang patah terutama karena terdapat
displacement atau fraktur sedapat mungkin kembali ke letak
asalnya. Internal fiksasi biasanya melibatkan penggunaan plat,
sekrub, paku maupun suatu intramedullary (IM) untuk
mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya sampai
penyembuhan tulang yang solid terjadi.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai