Anda di halaman 1dari 51

PRESENTASI KASUS

FRAKTUR VERTEBRA
PRESENT BY
VANNY OCKTARIA

Program Internship
RS Universitas Gadjah
ILUSTRASI KASUS
• Tanggal Masuk : 27 Desember 2017
• Tanggal Pemeriksaan : 27 November 2017
• Ruang : IGD
• Nomor RM : 094347
• DPJP : dr. Adam, Sp.OT
IDENTITAS PASIEN
• Nama :Tn. S
• Umur : 56 Tahun
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Agama : Islam
• Alamat : Krajan Gondosari, Punung
Pacitan Jawa Timur
ANAMNESIS
Keluhan Utama : Kedua kaki tidak bisa digerakkan
RPS : 4 Hari SMRS pasien terjatuh dari pohon rambutan, ketinggian
sekitar 5 meter. Pasien tidak ingat posisi terjatuh, saat sadar
pasien sudah tiba di puskesmas, kemudian sore hari pasien
dibawa ke RS OS. Tanggal 27/12/17 pasien APS dan pindah ke
RS lain. Pasien sudah tidak bisa berjalan. Perut hingga ujung kaki
tidak dapat merasakan sensasi.Pasien juga mengeluh BAK dan
BAB tidak bisa dirasakan, mual (-), muntah disangkal, nyeri kepala
disangkal, demam (-). Bahu dan punggung kiri nyeri (+).
RPD : Riwayat trauma (+) -> 4 hari SMRS terjatuh dari ketinggian 5
meter, HT (-), DM (-)
RPK : HT (-), DM (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
• Keadaan umum sedang, compos mentis E4V5M6, gizi kesan cukup.
Tanda Vital
• Tekanan Darah : 150/90 mmHg
• Nadi : 86x / menit
• Respirasi : 20x/menit
• Suhu : 36,5°C
Kulit
• Warna sawo matang, pucat (-), ikterik (-), petechie (-)
Kepala
• Bentuk kepala mesochepal, kedudukan kepala simetris, jejas (+)
dikepala belakang, luka sudah dijahit, pupil isokor, reflek cahaya (+/+)
Leher
• Simetris, JVP tidak meningkat, kelenjar getah bening tidak membesar
Thorax
• Retraksi : (-)
• Jantung
– Inspeksi : Ictus Cordis tidak tampak
– Palpasi : Ictus Cordis tidak kuat angkat
– Perkusi : Konfigurasi Jantung kesan tidak melebar
– Auskultasi : Bunyi Jantung I dan II intensitas normal, reguler,
bising (-)
Paru
• Inspeksi : Pengembangan dada kanan = kiri
• Palpasi : Fremitus raba kanan = kiri
• Perkusi : Sonor / Sonor
• Auskultasi : Suara vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-)
Trunk
• Inspeksi : deformitas (-), skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (-)
• Palpasi : massa (-), nyeri tekan (-), oedem (-), anesthesia
level T12 sampai ke ujung kaki
• Perkusi : nyeri ketok costovertebra (-)
• Tanda Patrick : (-/-)
• Tanda AntiPatrick : (-/-)
• Tanda Lasseque : (-/-)
Abdomen
• Inspeksi : Dinding perut sejajar dinding dada
• Auskultasi : Peristaltik (+) normal
• Perkusi : Tympani
• Palpasi : Supel, NT (-), hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas
• Kekuatan Tonus R.Fisiologis R.patologis
• 5 5 N N +2 +2 - -
• 0 0 - - - - - -
• Sensoris : anesthesia level V.Th 12 sampai ke ujung kaki
DIAGNOSIS

Fraktur vertebra thorakal 12 – Lumbal 1, vertebrae collapse


Paraplegia inferior
Fraktur clavicula sinistra
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium Darah (27/12/17)

• AL 16.34 4.0 – 11.0 103/ul


• AE 3.88 4.5 – 6.5 103/ul
• Hb 11.8 13.0 – 18.00 g/dl
• Hmt 34.2 40.0 – 54.0 %
• MCV 88.3 76.0 – 98.0 fl
• MCH 30.4 27.0 – 32.0 pg
• MCHC 34.5 30.0 – 35.0 g/dl
• AT 241 150-450 103/ul
• Neutrofil 85.3 40 – 75.0 %
• Limfosit 8.3 20.0 – 45.0 %
• Monosit 4.1 2.0 – 8.0 %
• Eosinofil 1.5 1.0 – 6.0 %
• Basofil 0.2 0.0 – 1.0 %
• Ureum 34.4 10.7 – 42.8 mg/dl
• Kreatinin0.97 0.6 – 1.20 mg/dl
• GDS 121 60 – 199 mg/dl
• CT 2 2–7 menit
• BT 9.5 5 – 14 menit
• HBsAg non reaktif non reaktif

EKG : Sinus Rhythm, HR 64x/menit, reguler, normal axis


deviation
Rontgen Vertebrae Thoraco-Lumbal (27/12/17)
kesan : Tampak fraktur kompresi cum fragmented VTh 12
dengan corpus VTh 12 sedikit bergeser ke posterior. Tampak
spondilosis VL.
TATALAKSANA
• IVFD RL 20 tpm
• Inj.Cefotaxim 1g/12 jam
• Inj.Gentamisin 500mg/12 jam
• Inj.Ketorolac 30mg/8jam
• Inj. Metilprednisolon 1A/8 jam
• Pro Laminektomi cito, stabilisasi
• Rawat ICU post operasi
• Rawat Bersama Saraf
• Pemeriksaan laboratorium
• Rontgen lumbosacral
• Edukasi keberhasilan operasi
Follow Up Post Op
27/12/17
S: Nyeri pada luka bekas op (+) skala 3-4, kaki tidak bisa gerak.
O : CM, TD 114/68, N 83, RR 16x/min, S 36.3
Armsling (+)
• L : Korset TLSO (+)
• F: NT+
• M : ROM punggung terbatas. Gerak extremitas bawah -/- ,
sensoris -/-
A : Fraktur VTh12 – VL1, paraplegia inferior
P:
• Infus Tutofusin : Asering
• Inj. cefotaxime 1g/12 jam
• Inj. gentamicin 80 mg/12 jam
• Inj. ketorolac 30 mg/8 jam
• Inj. Metilprednisolon 1A/8 jam
• Inj. Vitamin B12/12 jam
• Tab vitamin C 100 mg 2x1
• Tab vitamin B1 2 mg 2x1
• Terapi lain sesuai anestesi
• Monitor KU/VS
• Konsultasi Rehab Medik
28/12/17
S: Nyeri pada luka bekas op (+) skala 3-4, kaki tidak bisa gerak.
O : CM, TD 107/69, N 80, RR 18x/min, S 36.5
Armsling (+)
• L : Korset TLSO (+)
• F: NT+
• M : ROM punggung terbatas. Gerak extremitas bawah -/- ,
sensoris -/-
A : Fraktur VTh12 – VL1, paraplegia inferior
P:
• Infus Tutofusin : Asering
• Inj. cefotaxime 1g/12 jam
• Inj. gentamicin 80 mg/12 jam
• Inj. ketorolac 30 mg/8 jam
• Inj. Metilprednisolon 1A/8 jam
• Inj. Vitamin B12/12 jam
• Tab vitamin C 100 mg 2x1
• Tab vitamin B1 2 mg 2x1
• Terapi lain sesuai anestesi
• Monitor KU/VS
• Rontgen lumbosacral dan Ro. Thoraks
FRAKTUR VERTEBRA
• Tulang belakang  satu kesatuan yang kuat, diikat oleh
ligamen dilengkapi diskus intervertebralis yang
mempunyai daya absorbsi tinggi (fleksibel dan elastis).
• Trauma medulla spinalis dapat terjadi bersamaan
dengan trauma pada tulang belakang.
• Penyebab trauma tulang belakang adalah kecelakaan
lalu lintas (44%), kecelakaan olah raga (22%), terjatuh
dari ketinggian (24%), kecelakaan kerja.
• Prognosis trauma tulang belakang komplit < 5%. Jika
fungsi sensoris masih ada, peluang pasien untuk dapat
berjalan kembali > 50 %.
ANATOMI
Secara umum, struktur tulang belakang
tersusun atas dua yaitu :
• Korpus vertebra beserta semua diskus
intervetebra yang berada di antaranya.
• Elemen posterior (kompleks ligamentum
posterior) yang terdiri atas lamina, pedikel,
prosesus spinosus, prosesus transversus dan
pars artikularis, ligamentum-ligamentum
supraspinosum dan intraspinosum, ligamentum
flavum, serta kapsul sendi.6
Send dan ligamen Kolumna
Vertebra
PERSARAFAN
VERTEBRA
GERAKAN
KOLUMNA VERTEBRA
Otot yang Memproduksi Gerakan dari
Sendi Intervertebra Torakal dan Lumbal
MEKANISME CEDERA

HIPEREKSTENSI FLEKSI
Fleksi dan kompresi digabungkan dengan distraksi
posterior
• Kombinasi fleksi dengan kompresi anterior dan distraksi
posterior  mengganggu kompleks vertebra
pertengahan, di samping kompleks posterior.
• Fragmen tulang dan bahan diskus dapat bergeser ke
dalam kanalis spinalis.
• Keadaan ini merupakan cedera tak stabil dengan risiko
progresi yang tinggi.
KOMPRESI
ROTASI FLEKSI

Ligamen dan kapsul sendi teregang  dapat


robek, permukaan sendi dapat mengalami
fraktur.
Akibat dari mekanisme ini adalah pergeseran
atau dislokasi ke depan, dengan atau tanpa
kerusakan tulang.
Semua fraktur-dislokasi bersifat tak stabil dan
terdapat banyak risiko.
TRANSLASI
HORIZONTAL
CEDERA THORAKOLUMBAL

• Penyebab tersering cedera thorakolumbal


adalah jatuh dari ketinggian serta kecelakaan
lalu lintas.
• Jatuh dari ketinggian  fraktur tipe kompresi.
• Pada kecelakaan lalu lintas  fraktur dislokasi.
Terdapat dua tipe berdasarkan kestabilannya,
yaitu:
 Cedera stabil :
- bagian yang terkena tekanan : medulla spinalis
anterior
- komponen vertebral tidak bergeser dengan
pergerakan normal
- ligamen posterior tidak rusak
-contoh : fraktur kompresi

 Cedera tidak stabil :


- vertebra dapat bergeser dengan gerakan normal
- ligamen posteriornya rusak atau robek.
• Fraktur kompresi (Wedge fractures)
• Fraktur remuk (Burst fractures)
• Fraktur dislokasi
Cedera pisau lipat (Seat belt fractures)
Klasifikasi Fraktur Stabil dan
Tidak Stabil
Grading system pada cedera
medulla spinalis :

• Klasifikasi Frankel :
Grade A : motoris (-), sensoris (-)
Grade B : motoris (-), sensoris (+)
Grade C : motoris (+) dengan ROM 2 atau 3, sensoris (+)
Grade D : motoris (+) dengan ROM 4, sensoris (+)
Grade E : motoris (+) normal, sensoris (+) 8
Klasifikasi ASIA (American Spinal
Injury Association)
DIAGNOSIS DAN PEMERIKSAAN
FRAKTUR VERTEBRA
• Diagnosis klinik adanya fraktur thorakolumbal
didapatkan melalui anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang.

• Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan:


1. Rontgenography
2. Computerized Tomography
3. Magnetic Resonance Imaging
PENANGANAN DAN TERAPI

 Pertolongan pertama dan penanganan darurat trauma


spinal terdiri atas:
- Penilaian kesadaran, jalan nafas, pernafasan, sirkulasi,
kemungkinan adanya perdarahan dan segera mengirim
penderita ke unit trauma spinal ( jika ada).
- Selanjutnya dilakukan pemeriksaan klinik secara teliti
meliputi pemeriksaan neurologis fungsi motorik, sensorik
dan reflek untuk mengetahui kemungkinan adanya
fraktur pada vertebra.
 Terapi pada fraktur vertebra diawali dengan mengatasi
nyeri dan stabilisasi untuk mencegah kerusakan yang
lebih parah lagi, semuanya tergantung dari tipe fraktur.
1. Braces & Orthotics
Ada tiga hal yang dilakukan yakni,
› mempertahankan kesejajaran vertebra (alignment)
› imobilisasi vertebra dalam masa penyembuhan
› mengatasi rasa nyeri yang dirasakan dengan
membatasi pergerakan.
2. Pemasangan alat dan proses penyatuan (fusion).
Teknik ini adalah teknik pembedahan yang dipakai untuk
fraktur tidak stabil.
Fusion adalah proses penggabungan dua vertebra
dengan adanya bone graft dibantu dengan alat-alat
seperti plat, rods, hooks dan pedicle screws.
Hasil dari bone graft adalah penyatuan vertebra dibagian
atas dan bawah dari bagian yang disambung.
3. Vertebroplasty & Kyphoplasty
Tindakan ini adalah prosedur invasi yang minimal. Pada
prinsipnya teknik ini digunakan pada fraktur kompresi
yang disebabkan osteoporosis dan tumor vertebra.
VERTEBROPLASTY
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai