• Bukan sekadar hadir • Tuhan Pencipta dan Penguasa Bukti adanya Tuhan
1. Ada banyak kenyataan alami yang tidak
diselenggarakan manusia. 2. Manusia yang satu tergantikan oleh manusia yang lain, sementara kehidupan terus berjalan. 3. Pada umumnya hampir semua bangsa mengakui keberadaan Tuhan. 4. Kerinduan manusia akan kebahagiaan Bukti adanya Tuhan
5. Banyak ilmu pengetahuan mencari dari mana
dunia berasal dan ke mana dunia akan berakhir. Manusia menemukan jawab dalam iman akan Tuhan, bahwa dari Tuhan dunia berasal dan pada Tuhan pula dunia kembali. 6. Suara hati kita juga menjadi bukti keberadaan Tuhan. Allah Pencipta Menurut Kitab Kejadian 1. Allah adalah Maha Besar. Kita hanya dapat berbicara tentang Allah dari sudut pandang ciptaan dan sesuai dengan cara mengerti dan cara berpikir kita yang terbatas. 2. Allah telah merencanakan yang serba baik bagi manusia. 3. Penciptaan adalah pengakuan akan kasih dan perhatian Allah. Allah Pencipta Menurut Kitab Kejadian 4. Penciptaan merupakan awal penyelamatan. 5. Penciptaan adalah dasar sejarah hidup setiap orang. 6. Kitab Suci terutama dalam kitab Kejadian mau menekankan bahwa Tuhanlah yang menciptakan segala sesuatu yang ada. 7. Manusia oleh Allah diperlakukan sebagai pusat ciptaan. Keunikan dalam Penciptaan 1. Semakin makhluk itu tergantung pada Allah, semakin ia mempunyai hidup mandiri. 2. Semakin manusia tergantung pada manusia yang lain, semakin ia tidak bebas dan tidak mandiri. Manusia 100% tergantung pada Allah, 100% bebas dan mandiri. Kejahatan dan Kemalangan
1. Kejahatan dan kemalangan berasal dari
kodrat dan kebebasan ciptaan. 2. Dengan kodrat dan kebebasannya setiap ciptaan bisa bertindak jahat dan merusak yang berakibat pada ciptaan lain tertimpa kemalangan. 3. Gunung bisa meletus karena kodratnya, laut bisa meluap karena kodratnya, tanah bisa longsor. Pengetahuan Manusia akan Tuhan
1. Tidak ada satu manusia pun yang dapat
melukiskan atau menggambarkan Tuhan secara memuaskan. 2. Akhirnya Tuhan tetap dipahami sebagai misteri bagi manusia. 3. Pengetahuan manusia dibantu menggunakan simbol-simbol. Menggambarkan Allah Melalui Simbol-Simbol 1. Berhadapan dengan Allah yang misteri, manusia menggambarkan Allah melalui simbol-simbol. 2. Gambaran-gambaran itu biasanya sesuai dengan alam pikiran orang dan dipengaruhi oleh keadaan sosio psikis. 3. Simbol yang dipakai manusia untuk menyebut Tuhan, bisa muncul dari apa yang dilihat, diketahui, dan dialami manusia dalam hidup sehari-hari. Menggambarkan Allah Melalui Simbol-Simbol 4. Tuhan adalah Gembala karena kita mengetahui bahwa Tuhan itu bagaikan gembala yang siap melindungi kawanan dombanya.
5. Kalau kita mengatakan Tuhan adalah Benteng
berarti Tuhan bagaikan benteng yang siap melindungi manusia dari mara bahaya.
6. Mengapa kita mengatakan Tuhan adalah
Gembala atau Benteng? Setidaknya karena kita tahu peran gembala atau manfaat benteng. Sifat-Sifat Tuhan 1. Esa 2. Roh 3. Sempurna (Transenden dan imanen) 4. Abadi 5. Mahakuasa 6. Hadir di mana-mana 7. Adil 8. Berbelas Kasih 9. Allah Penyelamat 10. Allah yang Murah Hati 11. Allah yang Setia Pengalaman Religius
1. Pengalaman religius pada hakikatnya berarti
bahwa manusia secara pribadi mengakui hidupnya sendiri sebagai pemberian dari Tuhan. 2. Mendalam dan baiknya pergaulan dengan sesama mempunyai pengaruh yang cukup besar untuk semakin mengenai Tuhan. Pengalaman Religius 3. Setiap orang mempunyai pengetahuan sendiri, pengalaman sendiri tentang Tuhan meskipun semua memakai kata-kata yang sama bila mereka berbicara mengenai Tuhan. Wahyu, Iman dan Pengetahuan/Akal Budi/Rasio
1. Pengertian wahyu adalah Tuhan yang
menyatakan diri-Nya. 2. Akhirnya dapat dikatakan wahyu/Tuhan yang menyatakan diri itu menuntut iman dari manusia. Dan iman membutuhkan pengetahuan untuk semakin memperdalam kualitas iman tersebut. Iman dan Kebudayaan
1. Iman langsung berkaitan dengan situasi dan
kondisi umat pada waktu tertentu. 2. Orang menghayati iman kepada Allah bukan sendirian, tetapi dalam hubungan dengan orang lain. 3. Namun, iman tetap merupakan sikap pribadi, yang menuntut tanggung jawab pribadi. 4. Walaupun terintegrasikan ke dalam masyarakat dan kebudayaan, iman tidak pernah dapat menjadi sikap ikut-ikutan saja. Pengelompokan Pandangan Mengenai Tuhan 1. Pandangan: Agnostik dan Kepercayaan 2. Kepercayaan: Ateisme dan Teisme 3. Teisme: Kepercayaan yang kabur, Politeisme, Monoteisme 4. Monoteisme: Panteisme. Monoteisme yang sebenarnya 5. Monotheisme yang sebenarnya: Deisme dan Teisme (Wahyu). 6. Teisme Wahyu: Unitarianisme dan Trinitarianisme. Tidak Percaya 1. Agnostik bersebelahan dengan Aliran kepercayaan. 2. Pihak Agnostik akan berprinsip bahwa “Karena tidak tahu akan adanya atau tidak adanya Dewa/Tuhan” maka mereka tidak memilih sebagai pihak yang Percaya. Kepercayaan 1. Kepercayaan: memilih sebagai pihak yang percaya. 2. Percaya yang dimaksud di sini adalah percaya bahwa tidak adanya Tuhan/Dewa, atau percaya bahwa adanya Tuhan/Dewa. Ateisme 1. Kepercayaan: Ateisme bersebelahan dengan Teisme. 2. Ateisme percaya dan berprinsip bahwa “Tidak ada Tuhan/Dewa”. 3. Ateis sering diartikan sebagai pengingkaran terhadap keberadaan Tuhan. 4. Kaum yang menamakan diri ateis tetap mengakui adanya sumber yang mengendalikan dunia. Teisme Teisme: percaya dan berprinsip “Ada Tuhan/Dewa”. (1) Kepercayaan yang kabur (tidak jelas) percaya ada semacam Dewa/Tuhan namun informasi yang mereka miliki kurang tegas dan jelas.
(2) Politeisme pecaya bahwa adanya beberapa
Dewa/Tuhan yang berbeda-beda.
(3) Monoteisme percaya bahwa ada satu Tuhan.
Di dalam jenis Monoteisme (secara besar), dapat dipilah secara lebih rinci terdapat 2 (dua) yaitu Panteisme dan Monoteisme yang sebenarnya. Panteisme 1. Panteisme adalah aliran yang melihat kehadiran Allah dari dunia. Tidak jelas perbedaan antara Allah Pencipta, dunia, dan makhluk ciptaan-Nya. Dunia sebagai keseluruhan tampaknya sama dengan Allah. 2. Panteisme percaya adanya satu Tuhan dan Tuhan = Segala Makhluk di Dunia, dan Segala Makhluk di Dunia = Tuhan, Monoteisme yang Sebenarnya Monoteisme yang sebenarnya, dapat dipilah lebih rinci menjadi 2 pihak yaitu Deisme dan Monoteisme yang berdasarkan Wahyu. Perbedaan kedua pihak ini terletak dari pemahaman interaksi Tuhan terhadap makhluk ciptaannya (manusia). Deisme Deisme mempercayai bahwa Tuhan ada dan nyata, namun tidak dapat berinteraksi dengan manusia, dan tidak mengungkapkan diri-Nya (Tuhan) kepada manusia–tidak mewahyukan diri-Nya kepada manusia. Monoteisme Wahyu Sedangkan Monoteisme (Teisme) yang berdasarkan Wahyu mempercayai bahwa Tuhan ada dan nyata, dapat berinteraksi dengan manusia dan mengungkapkan diri kepada manusia – mewahyukan diri-Nya kepada manusia. Monoteisme Wahyu 1. Monoteisme yang berdasarkan Wahyu dapat dipilah lagi lebih rinci menjadi 2 (dua) yaitu Unitarianisme dan Trinitarianisme. 2. Keduanya mempercayai ada satu Tuhan, namun Unitarianisme mempercayai Tuhan hanya mewahyukan diri-Nya kepada manusia sebagai satu pribadi. Trinitarian Trinitarian mempercayai Tuhan mewahyukan diri-Nya kepada manusia dengan (3) tiga tahap dan dapat dikenali ada 3 (tiga) pribadi dalam satu Tuhan, yaitu: Allah Bapa, Allah Putra, dan Allah Roh Kudus. 6 Kepercayaan Dengan demikian ada 6 (enam) jenis kepercayaan yang non Kristiani yaitu: (1) agnostikisme, ( 2) ateisme, (3) politeisme, (4) panteisme, (5) deisme, dan (6) unitarianisme. Agama Kristiani merupakan penganut kepercayaan Trinitarianisme. Agama Asli
1. Ciri utama agama asli ini ialah upacara yang
dilakukan pada berbagai kesempatan. 2. Seperti upacara mulai panen padi, upacara membuat rumah, pemberkatan desa, dan lain sebagainya. 3. Juga peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupan seseorang, seperti kelahiran, perkawinan, kematian senantiasa diiringi dengan upacara khusus. Agama Asli
4. Dalam upacara-upacara tersebut ada seorang
pemimpin. 5. Upacara mempunyai dua maksud, yakni mencegah bahaya dan kesusahan, serta mendapatkan belas kasihan dari para dewata. 6. Misalnya dapat dilihat jelas dalam upacara selamatan. Aliran Kepercayaan
1. Aliran kepercayaan adalah kepercayaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa yang mementingkan sikap batin dan memfokuskan diri pada inspirasi/ilham dari diri sendiri. 2. Ilham itu berupa: Peningkatan integrasi diri manusia (melawan pengasingan). 3. Pengalaman batin bahwa diri pribadi beralih ke persatuan yang lebih tinggi. 4. Partisipasi dalam tata tertib sempurna yang mengatasi daya kemampuan manusia biasa. Menghargai Kepercayaan Lain 1. Kita dituntut untuk berelasi baik, dengan saudara-saudari beriman lain, entah dari aliran kepercayaan atau kehidupan beriman lain. 2. Dari saudara-saudari muslim kita bisa belajar perhatian mereka terhadap doa dan penyerahan total kepada Allah. 3. Saudara-saudari Hindu meneguhkan kita agar mengusahakan kehidupan religius yang mendalam dan juga mengingatkan kita akan perjuangan tanpa kekerasan sebagai pesan penting dalam hidup. Menghargai Kepercayaan Lain 4. Saudara-saudari Budha mengajari kita sikap lepas bebas tanpa pamrih sambil menghormati segala macam bentuk kehidupan yang ada di dunia ini. 5. Praktik aliran kepercayaan juga mendorong kita untuk selalu mencari apa yang terpenting dalam kehidupan kita, yakni kesatuan dengan Allah. 6. Banyak praktik religius rakyat juga mengundang kita untuk masuk ke dalam misteri kehidupan yang dialami melalui macam-macam hal dan peristiwa kehidupan. pun kita berada. Selamat Belajar