Anda di halaman 1dari 16

SEJARAH DAN PERATURAN PERUNDANGAN K3

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Disusun oleh:
Kelompok 2
Adelya Anggraeni Bahar
NIM: 230204602052
Addwinar Ramdhan I. Rusdi
NIM: 230204601046

TEKNIK ELEKTRO (D4)


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa, atas limpahan rahmatnya yang

telah memberikan kesehatan dan kesempatan sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan

tepat waktu.

Sesuai dengan topik makalah ini yang berjudul”kesehatan dan keselamatan kerja”,makalah

ini membahas tentang materi yang berhubungan dengan kesehatan dan keselamatan

kerja.Walaupun makalah ini tidak sepenuhnya sempurna diharapkan makalah ini mampu

memenuhi tugas dari mata kuliah k3 dan dari makalah ini diharapkan mampu memberikan kita

banyak pengetahuan dan pembelajaran mengenai kesehatan dan keselamatan dalam

bekerja.Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca, agar tugas ini nantinya

dapat menjadi lebih baik lagi.Demikian apabila terdapat banyak kesalahan pada tugas ini kami

mohon maaf yang sebesar-besarnya.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................... ii
PENDAHULUAN.......................................................................................................... iv
BAB I SEJARAH K3..................................................................................................... 1
BAB II REVOLUSI INDUSTRI DAN K3................................................................... 2
A. REVOLUSI INDUSTRI 1.0.................................................................................. 2
a. perkembangan................................................................................................... 2
b. dampak.............................................................................................................. 2
B. REVOLUSI INDUSTRI 2.0.................................................................................. 3
a. perkembangan................................................................................................... 3
b. dampak.............................................................................................................. 3
C. REVOLUSI INDUSTRI 3.0.................................................................................. 4
a. perkembangan................................................................................................... 4
b. dampak.............................................................................................................. 4
D. REVOLUSI INDUSTRI 4.0.................................................................................. 5
a. perkembangan................................................................................................... 5
b. dampak.............................................................................................................. 5
BAB III UNDANG UNDANG TENAGA KERJA...................................................... 6
A. UU STATUS KARYAWAN........................................................................... 6
B. UU TENTANG UPAH.................................................................................... 6
C. UU TENTANG LEMBUR............................................................................. 7
D. UU CUTI DAN ISTIRAHAT......................................................................... 8
E. UU HAK KARYAWAN PEREMPUAN....................................................... 8
F. UU TENAGA KERJA ASING...................................................................... 9

BAB IV UU KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA.................................. 10

A. PASAL 86 AYAT 1......................................................................................... 10

ii
B. PASAL 87 AYAT 1......................................................................................... 10
C. PASAL 87 AYAT 2......................................................................................... 10

iii
PENDAHULUAN

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu perlindungan tenaga kerja baik

pada sektor formal maupun sektor informal.

Upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi tenaga kerja agar terbebas dari

kecelakaan akibat kerja dan penyakit akibat kerja. Diperlukannya dukungan dari pemerintah

untuk melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap masyarakat dan setiap penyelenggara

kegiatan kerja baik dalam sektor formal maupun sektor informal. International Labour

Organization (ILO) tahun 2013 menyatakan, setiap 15 detik terdapat 1 pekerja di dunia

meninggal dikarenakan kecelakaan kerja dan 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja.

iv
BAB I

SEJARAH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

Sejarah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Indonesia berawal dari dari
ditemukannya mesin uap yang membantu manusia dalam menyelesaikan pekerjaan yang
sulit. Usaha K3 di Indonesia dimulai tahun 1847 ketika mulai dipakainya mesin uap oleh
Belanda di berbagai industri khususnya industri gula. Tanggal 28 Februari 1852,
Pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan Staatsblad No. 20 yang mengatur mengenai
keselamatan dalam pemakaian pesawat uap yang pengawasannya diserahkan kepada
lembaga Dienst Van Het Stoomwezen. Penggunaan mesin semakin meningkat dengan
berkembangnya tekonologi dan perkembangan industri.

Nah, pada tahun 1905 dengan Stbl No. 521 pemerintah Hindia Belanda
mengeluarkan perundangan keselamatan kerja yang dikenal dengan Veiligheid
Regelement disingkat VR yang kemudian disempurnakan pada tahun 1930 sehingga
terkenal dengan stbl 406 tahun 1930 yang menjadi landasan penerapan K3 di Indonesia.
Perlindungan tenaga kerja di bidang keselamatan kerja di Indonesia juga telah
mengarungi perjalanan sejarah yang panjang, telah dimulai lebih dari satu abad yang
lalu. Usaha penanganan keselamatan kerja di Indonesia dimulai sejalan dengan
pemakaian mesin uap untuk keperluan Pemerintah Hindia Belanda yang semula
pengawasannya ditujukan untuk mencegah kebakaran.

Pada mulanya pengaturan mengenai pesawat uap belum ditujukan untuk memberi
perlindungan kepada tenaga kerja, karena hal itu bukan merupakan sesuatu yang penting
bagi masyarakat Belanda. Baru pada tahun 1852 untuk melindungi tenaga kerja di
perusahaan yang memakai pesawat uap, ditetapkan peraturan perundang-undangan
tentang pesawat uap, Reglement Omtrent Veiligheids Maatregelen bij het Aanvoeden
van Stoom Werktuigen in Nederlands Indie (Stbl No. 20), yang mengatur tentang
pelaksanaan keselamatan pemakaian pesawat uap dan perlindungan pekerja yang
melayani pesawat uap. Upaya peningkatan perlindungan dimaksud telah dilakukan dan
terus ditingkatkan dari waktu ke waktu, sejalan dengan semakin banyaknya
dipergunakan mesin, alat pesawat baru, bahan produksi yang diolah dan dipergunakan
yang terus berkembang dan berubah.

Di akhir abad ke-19 penggunaan tenaga listrik telah dimulai pada beberapa pabrik.
Sebagai akibat penggunaan tenaga listrik tersebut banyak terjadi kecelakaan oleh
karenanya maka pada tahun 1890 ditetapkan peraturan perundangan di bidang kelistrikan
yaitu Bepalingen Omtrent de Aanlog om het Gebruik van Geleidingen voor Electriciteits

1
Verlichting en het Overbrengen van Kracht door Middel van Electriciteits in Nederlands
Indie.

BAB II

REVOLUSI INDUSTRI & KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

A. Revolusi Industri 1.0 Awal Mula Kemunculan K3


a. Perkembangan Revolusi Industri 1.0
Revolusi Industri 1.0 adalah era yang terjadi pada abad ke-18 (1760–1840). Pada
kisaran tahun tersebut, penemuan mesin uap oleh James Watt merupakan awal
terjadinya era ini di tanah Inggris sehingga membawa perubahan besar di berbagai
sektor. Mesin uap yang berbahan bakar batu bara ini ditenagai oleh mesin dan
kebanyakan diperuntukkan untuk produksi tekstil di Inggris.

Seiring berjalannya waktu, mesin uap berkembang pula di berbagai industri lain.
Mulai dari pertanian, pertambangan, transportasi, sampai ke manufaktur pun mulai
menggantikan tenaga manual. Pada era ini jugalah pertama kali kegiatan produksi
dalam jumlah besar terjadi demi memenuhi kebutuhan yang semakin bertambah
jumlahnya.
Apabila dilihat dari latar belakangnya, revolusi industri 1.0 ini terjadi di negara
Inggris karena disebabkan oleh beberapa hal:

 Situasi politik dan ekonomi yang stabil di negara Inggris


 Inggris kaya akan sumber daya alam
 Penemuan-penemuan baru di bidang teknologi
 Dukungan pemerintah terhadap penemuan di bidang teknologi (Hak Paten)
 Arus urbanisasi dan perdagangan yang baik
 Munculnya paham ekonomi liberal
 Terjadinya revolusi agrarian

2
b. Dampak Revolusi Industri 1.0

Perubahan besar tersebut ditandai dengan cara manusia dalam mengelola sumber
daya serta memproduksi produk khususnya di beberapa bidang seperti, pertanian,
manufaktur, transformasi, pertambangan dan teknologi di seluruh dunia. Dengan
adanya revolusi industri 1.0 tersebut akan menjadikan proses produksi yang ada
menjadi lebih cepat, efisien, dan mudah.

Berikut beberapa contoh penemuan di era revolusi industri 1.0:

 Mesin Uap
 Kereta Uap
 Sistem Produksi Skala Besar

3
B. Revolusi Industri 2.0

a. Perkembangan Revolusi Industri 2.0

Revolusi Industri 2.0 adalah era revolusi yang terjadi sekitar awal abad ke-19
(1870-an) dan berfokus kepada efisiensi mesin di setiap lini (Assembly Line) dalam
proses produksi karena ditemukannya tenaga listrik. Jawabannya adalah karena pada
saat itu tenaga listrik dinilai jauh lebih efektif untuk menggantikan tenaga manusia
serta lebih efisien jika dibandingkan dengan tenaga uap, meskipun perusahaan harus
mempertimbangkan untuk mengganti mesin-mesin yang telah diinvestasikan
sebelumnya. Hal tersebut sejalan dengan apa yang diberitakan BBC di dalam salah
satu artikelnya.

Pada era ini, muncul produksi mobil secara besar-besaran yang mengharuskan
kendaraan dirakit dari awal hingga akhir yang menyebabkan proses tersebut tentu
tidak cepat dan tidak mudah.Dengan adanya perubahan mekanisme pada proses
produksi di tahun 1913, menyebabkan proses produksi yang ada berubah total secara
keseluruhan. Proses produksi mobil tidak lagi memerlukan banyak tenaga untuk
merakit dari awal hingga akhir. Diselesaikan dengan konsep Lini Produksi
(Assembly Line) dengan memanfaatkan Conveyor Belt. Akibatnya, proses perakitan
mobil bisa dilakukan lebih efisien oleh orang lain di tempat yang berbeda. Prinsip
ini lalu berkembang menjadi spesialisasi, dimana 1 orang hanya menangani 1 proses
perakitan.

b. Dampak Revolusi Industri 2.0

Dampak Revolusi Industri 2.0 lain yang paling terlihat adalah di saat Perang
Dunia II, di mana kala itu produksi kendaraan perang seperti tank, pesawat, dan
senjata tempur lainnya diproduksi secara besar-besaran.

Berikut beberapa contoh penemuan di era revolusi industri 2.0:

 Penemuan Arus Listrik AC & DC


 Alat Telekomunikasi
 Proses Produksi Massal

4
C. Revolusi Industri 3.0

a. Perkembangan Revolusi Industri 3.0

Revolusi Industri 3.0 adalah era yang terjadi sekitar awal abad ke-20 (1970-an)
dan dipicu oleh perkembangan mesin-mesin pintar (Komputer & Software) berbasis
teknologi otomatisasi yang perlahan menggantikan peran-peran manusia di
lapangan. Pada era inilah dimulainya digitalisasi khususnya di dunia
industri.Penggunaan komputer mulai menggantikan hal-hal yang dulunya dilakukan
oleh manusia. Seperti mengirim dokumen, menghitung formula yang rumit, sampai
membuat pencatatan keuangan.

Dikarenakan keberadaan dari Revolusi Industri 3.0 didasarkan pada penemuan


mesin-mesin pintar, maka dapat dibilang ini merupakan revolusi yang sangat
penting mengingat manufaktur menuntut ketepatan & ketelitian yang sangat tinggi,
dimana dua hal tersebut sangatlah sulit dilakukan oleh manusia. Penggunaan
teknologi pun menjadi sebuah solusi yang tepat, sehingga produksi dalam jumlah
yang besar dapat dilakukan secara otomatis, cepat, dan juga berkualitas.

b. Dampak Revolusi Industir 3.0

Dengan adanya revolusi industri 3.0, terjadinya perubahan pada pola relasi serta
komunikasi yang terjadi pada masyarakat kontemporer. Berbagai bisnis yang ada
pun harus beradaptasi dan merubah cara kerjanya agar dapat menyesuaikan dengan
keadaan yang ada dan tidak hilang tertelan karena adanya kemajuan pada zaman ini.

Selain itu, kemajuan teknologi komputer yang terjadi saat itu yang berkembang
dengan sangat pesat setelah Perang Dunia II selesai. Berbagai penemuan seperti
semi konduktor, transistor, hingga kemunculan IC (Integrated Chip) yang membuat
sebuah komputer dapat berukuran lebih kecil, menggunakan daya listrik yang sedikit
pula, dan kemampuan menghitung dan menerima perintah yang semakin canggih.

Berikut beberapa contoh penemuan di era revolusi industri 3.0:

 Teknologi Komputer
 Teknologi Internet
 Perangkat Elektronik
 Perangkat Lunak (Software)

5
D. Revolusi Industri 4.0

a. Pengembangan Revolusi Industri 4.0

Revolusi Industri 4.0 adalah era yang saat ini kita jalani di mana pengembangan
teknologi lebih lanjut seperti internet berkecepatan tinggi, komputerisasi, microchip,
IoT, kecerdasan buatan (AI), machine learning, deep learning, cloud analytics,
bahkan kendaraan otonom yang merevolusi setiap proses mulai dari produksi hingga
distribusi dan berfokus kepada keberlanjutan (Sustainability).

Teknologi ini menciptakan konektivitas antara Manusia – Data – Mesin.


Teknologi baru yang belum pernah ada sebelumnya pun bermunculan di era ini
seperti ojek online, tarik tunai lewat ponsel, sampai warung digital.Dalam skala
industri, Revolusi Industri 4.0 meningkatkan kemampuan software dan internet
untuk meningkatkan efisiensi perusahaan.

Salah satu contohnya adalah pengumpulan data historis mesin oleh software yang
digunakan untuk menjadwalkan maintenance bulanan secara otomatis. Data-data
tersebut nantinya akan diproses oleh algoritma, sehingga menghasilkan keputusan
logis layaknya manusia.

b. Dampak Revolusi Industri 4.0

Sejak diperkenalkannya teknologi ini, perusahaan dapat mengotomatiskan


seluruh proses produksi tanpa bantuan manusia. Contoh yang diketahui dari hal ini
adalah robot, yang melakukan urutan terprogram tanpa campur tangan manusia.

Apa saja contoh penemuan di era revolusi industri 4.0? Berikut beberapa di antaranya:

 Kecerdasan Buatan atau Artificial Intelligence (AI)


 Manufaktur Pintar atau Smart Manufacturing
 Augmented Reality (AR)
 Virtual Reality (VR)
 Cyber Security

6
BAB III

UNDANG – UNDANG TENAGA KERJA

Setiap perusahaan memiliki kebijakan masing-masing dalam mengelola karyawan. Akan


tetapi, UU Ketenagakerjaan harus tetap dijadikan patokan. Jangan sampai, inovasi dalam
rancangan peraturan perusahaan bertentangan dengan UUK. Undang-undang Nomor 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan terdiri atas 193 pasal. Dari keseluruhan pasal, Gadjian
menyajikan ringkasan isi UU Ketenagakerjaan pada topik-topik yang sering kita butuhkan.

A. Undang – Undang Status Karyawan

UU Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003 mengatur perjanjian kerja antara


karyawan dengan perusahaan, yang akan menentukan yang bersangkutan dalam
perusahaan itu. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu (PKWT) mengacu pada
karyawan kontrak. Perjanjiannya didasarkan pada jangka waktu tertentu atau
selesainya sebuah pekerjaan. Sedangkan perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu
(PKWTT) merupakan perjanjian kerja untuk karyawan tetap. Pasal yang mengatur
perjanjian kerja untuk karyawan tetap dan karyawan kontrak yakni Pasal 56 – Pasal
60 UU Ketenagakerjaan. Di dalamnya juga dirinci mengenai jenis-jenis pekerjaan
yang boleh diserahkan kepada karyawan kontrak (PKWT).

Untuk karyawan kontrak, departemen HR harus selalu memperhatikan kapan


kontrak kerja berakhir. Untuk itu, aplikasi HRIS Gadjian menyediakan reminder
kontrak karyawan. Dengan reminder ini, HR punya cukup waktu untuk
mengkordinasikan keputusan perusahaan, apakah karyawan akan dihentikan
kontraknya, diperpanjang, atau diangkat sebagai karyawan tetap.

B. Undang – Undang Tentang Upah

Untuk mewujudkan Pasal 88 ayat 1 dari UU Ketanagekerjaan di atas, pemerintah


kemudian menetapkan kebijakan-kebijakan pengupahan yang meliputi upah
minimum, upah kerja lembur, upah tidak masuk kerja karena berhalangan, upah tidak
masuk kerja karena melakukan kegiatan lain di luar pekerjaan, upah karena
menjalankan hak waktu istirahat, dan lain-lain.

Ditekankan pula dalam UU Ketenagakerjaan tersebut bahwa upah untuk


pekerja/karyawan tidak boleh lebih rendah dari ketentuan pemerintah. Dalam
menetapkan struktur dan skala upah pun perusahaan perlu memperhatikan golongan,
jabatan, masa kerja, pendidikan, serta kompetensi para karyawannya. Jika perusahaan
kemudian menyusun komponen upah karyawan terdiri atas gaji pokok dan tunjangan
tetap, maka persentase gaji pokok minimal 75% dari total upah tetap.

7
Penghitungan gaji sendiri pada praktiknya biasa dilakukan bersamaan dengan
berbagai macam komponen kompensasi dan benefit, misalnya tunjangan kehadiran,
upah lembur, BPJS, potongan untuk cicilan kasbon, dan lain-lain. Beruntung saat ini
mudah bagi perusahaan untuk melakukannya dengan cepat dan akurat karena ada
payroll software yang andal. Kemudahan bayar gaji online dan penyediaan slip gaji
online menjadi keunggulan tersendiri dari payroll software Gadjian.

Berdasarkan UU, upah tidak diberikan jika karyawan tidak melakukan


pekerjaannya. Namun, ada beberapa kondisi di mana perusahaan tetap wajib menggaji
karyawan yang tidak bekerja. Kondisi-kondisi tersebut, yaitu:

 Karyawan sakit,
 Karyawati sakit karena haid pada hari pertama dan kedua,
 Karyawan menikah, menikahkan, mengkhitankan, membaptiskan anaknya, isteri
melahirkan atau keguguran, suami/ isteri/ anak/ menantu/ orang tua/ mertua/
anggota keluarga dalam satu rumah meninggal dunia,
 Sedang menjalankan kewajiban terhadap negara,
 Karyawan menjalankan ibadah agamanya,
 Karyawan telah bersedia melakukan pekerjaan yang dijanjikan tetapi pengusaha
tidak mempekerjakannya, baik karena kesalahan sendiri maupun halangan yang
seharusnya dapat dihindari pengusaha,
 Karyawan melaksanakan hak istirahat,
 Karyawan melaksanakan tugas serikat pekerja/serikat buruh atas persetujuan
pengusaha,
 Karyawan melaksanakan tugas pendidikan dari perusahaan.

Selengkapnya, Undang-Undang Ketenagakerjaan mengatur soal pengupahan


dalam sebelas pasal, yaitu Pasal 88 s.d. 98.

C. Undang – Undang Tentang Lembur

Pasal 77 UU Ketenagakerjaan mengatur waktu kerja karyawan, yaitu selama 40


jam/minggu (7 jam/hari untuk 6 hari kerja, atau 8 jam/hari untuk 5 hari kerja).
Selebihnya, perusahaan diwajibkan membayar upah lembur kepada karyawan.
Meskipun begitu, UU tersebut juga membatasi waktu kerja lembur karyawan, yaitu
maksimal selama 3 jam/ hari dan 14 jam/minggu. Jangan lupa, penugasan untuk
bekerja lembur ini pun harus atas persetujuan karyawan yang bersangkutan. Untuk
perhitungan upah lembur, sudah banyak perusahaan yang puas hitung lembur dengan
Gadjian, sebab prosesnya otomatis dan bisa langsung diintegrasikan dalam komponen
gaji bulanan.

8
D. Undang – Undang Tentang Cuti dan Istirahat

Dengan berkembangnya teknologi saat ini, karyawan-karyawan di perusahaan


pengguna HR software Gadjian telah dapat menikmati cuti online. Seperti apa aturan
cuti itu sendiri di Indonesia? Dalam Pasal 79 UU Ketenagakerjaan disebutkan bahwa
perusahaan diwajibkan memberikan waktu istirahat dan cuti bagi karyawannya.
Waktu istirahat dan cuti yang dimaksud adalah sebagai berikut:

 Istirahat antara jam kerja, minimal 30 menit setelah bekerja selama 4 jam terus
menerus. Waktu istirahat ini tidak dihitung sebagai jam kerja;
 Istirahat mingguan: 1 hari untuk 6 hari kerja/minggu, atau 2 hari untuk 5 hari
kerja/minggu;
 Cuti tahunan minimal 12 hari kerja setelah karyawan bekerja selama 12 (dua
belas) bulan terus menerus;
 Istirahat panjang untuk karyawan yang telah bekerja selama 6 tahun secara terus-
menerus pada perusahaan yang sama. Total waktu yang dapat digunakan untuk
istirahat panjang minimal 2 bulan, yang dilaksanakan pada tahun ke-7 dan ke-8
bekerja (masing-masing 1 bulan). Dengan diambilnya cuti panjang oleh
karyawan, ia tidak berhak lagi atas istirahat tahunannya dalam 2 tahun berjalan.
Selanjutnya, hal yang sama berlaku untuk setiap kelipatan masa kerja 6 tahun.

E. Undang – Undang Hak Karyawan Perempuan

Pasal-pasal yang mengatur tentang hak-hak khusus untuk karyawan perempuan,


adalah:

 Pasal 81, tentang hak bagi karyawan perempuan yang merasakan sakit untuk
tidak bekerja pada hari pertama dan kedua masa haid.
 Pasal 82 ayat 1, tentang waktu istirahat untuk karyawati (karyawan perempuan)
yang melahirkan.
 Pasal 82 ayat 2, tentang hak waktu istirahat bagi karyawati yang mengalami
keguguran.
 Pasal 83, tentang kesempatan bagi karyawati menyusui anaknya.

9
F. Undang – Undang Tentang Kerja Asing

Pemerintah Indonesia pun mengatur tentang tenaga kerja asing melalui UU


Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003. Bagi perusahaan yang ingin mempekerjakan
tenaga kerja asing, ada beberapa kewajiban yang perlu diketahui, antara lain:

 Perusahaan wajib terlebih dahulu mendapatkan izin tertulis dari Menteri


Ketenagakerjaan atau pejabat yang ditunjuk. Sedangkan pemberi kerja perseorangan
(bukan perusahaan) dilarang sama sekali untuk mempekerjakan tenaga kerja asing.
 Perusahaan wajib memastikan tenaga kerja asing itu dipekerjakan dalam jabatan dan
waktu yang sesuai dengan Keputusan Menteri terkait hal tersebut.
 Perusahaan wajib menunjuk tenaga kerja WNI sebagai tenaga pendamping bagi
tenaga kerja asing yang dipekerjakan, dengan tujuan alih teknologi dan alih keahlian
dari tenaga kerja asing tersebut
 Perusahaan wajib melaksanakan pendidikan dan pelatihan kerja bagi tenaga kerja
Indonesia sesuai dengan kualifikasi jabatan yang diduduki oleh tenaga kerja asing
yang sedang dipekerjakan.
 Perusahaan wajib memulangkan tenaga kerja asing ke negara asalnya setelah
hubungan kerjanya berakhir.

Lebih lanjut, sebanyak 8 Pasal telah mengatur mengenai keberadaan tenaga kerja
asing yang dipekerjakan di Indonesia, yaitu dari Pasal 42 hingga Pasal 49.

10
BAB IV
UNDANG – UNDANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

A. PASAL 86 AYAT 1
Setiap pekerja / buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas:
a. Keselamatan dan kesehatan kerja.
b. Moral dan kesusilaan.
c. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai – nilai
agama.
B. PASAL 87 AYAT 1
“ Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan kerja dan
kesehatan kerja yang terintegrasi dengan manajemen perusahaan.”
C. PASAL 87 AYAT 2
“Ketentuan mengenai penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan
Pemerintah.”

11

Anda mungkin juga menyukai