Anda di halaman 1dari 16

ANALISA KEGAWAT DARURATAN PADA NEONATAL

DOSEN PENGAMPU: MAYES FELDA SIMAMORA SKM,MKes

DISUSUN OLEH: ASRI SIMATUPANG

NIM:2115003

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KESEHATAN BARU


DOLOKSANGGUL

JL.BUKIT INSPIRASI SIPALAKKI

T.A 2022/2023
1.Analisis Pelaksanaan Program Stabilisasi Bayi Asfiksia Oleh Bidandi Puskesmas Kota
Parepare

Abstrak

Penyebab kematian bayi di Kota Parepare Sulawesi Selatan tahun 2014 disebabkan oleh asfiksia
31%. Kematian bayi dengan asfiksia terjadi pada usia ≤ 48 jam setelah kelahiran, 46 % terjadi di
Puskesmas dan 54 % terjadi setelah sampai di tempat rujukan. Hal tersebut dapat disebabkan
karena program stabilisasi pada bayi asfiksia belum optimal. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis pelaksanaan program stabilisasi pada bayi asfiksia oleh bidan di Puskesmas Kota
Parepare. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Informan utama adalah bidan pelaksana
di Puskesmas yang telah mengikuti pelatihan manajemen asfiksia (10 orang). Informan
triangulasi bidan koordinator, kepala Puskesmas Kasie KIA Dinas Kesehatan Kota Parepare dan
Keluarga Bayi yang telah mengalami asfiksia. Puskesmas yang dipilih adalah 3 Puskesmas
dengan kematian bayi asfiksia tertinggi di Kota Parepare. Data dikumpulkan melalui wawancara
mendalam. Pengolahan dan analisis data menggunakan analisis isi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan program satbilisasi bayi asfiksia oleh bidan
Puskemas belum melaksanakan enam komponen yaitu komponen stabilisasi gula darah dan
pemeriksaan laboratorium. Hal tersebut dilatarbelakangi aspek komunikasi kurangnya kejelasan,
konsistensi informasi tentang program stabilisasi bayi asfiksia, dari aspek disposisi/sikap masih
kurangnya komitmen bidan pelaksana dalam mengimplementasikan program stabilisasi bayi
asfiksia, adanya keterbatasan tenaga terlatih, belum ada dana khusus program stabilisasi bayi
asfiksia, masihterbatasnya sarana prasarana, belumadamekanismeSOP
pelaksanaanprogramstabilisasibayi asfiksia.

Disarankan kepada Dinas KesehatanKotaParepare untuk memberikan pelatihankepadabidan


pelaksana tentang stabilisasi bayi asfiksia, meningkatkan sosialisasi stabilisasi bayi
asfiksiakepada bidan pelaksana, menyusun SOP danformat pelaporan.

Kata Kunci : Stabilisasi, Bayi Asfiksia, BidanPuskesmas, implementasi Pustaka : 42 (2000-2014)

Pembahasan

Hasil penelitian pelaksanaan program stabilisasi bayi asfiksia di Puskesmas oelh bidan belum
optimal hanya empat komponen (Temparature, Air Way, Blood Pessure dan Emotional Support )
yang sudah dilaksanakan baik Puskesmas yang jauh rumah sakit rujukan maupun yang dekat
rumah sakit rujukan, Dua komponen diantaran belum dilaksanakan yaitu Suger and Care dan Lab
Study.

Hal ini disebabkan anyak faktor antara lain Komunikasi, sumber daya (SDM,Dana dan sarana
prasarana), Disposisi/Sikap dan Sturktur Birokrasi Semua Bidan pelaksana sudan mendapatkan
sosialisasi, namun belum mendapatkan kejelasan komunikasi, karena informasi yang diperoleh
disisipkan melalui kegiatan AMP. Menurut teori komunikasi merupakan tolak ukur kebijakan
dalam suatu program telah disampaikan secara jelas dengan interpertasi yang sama dapat
dilakukan secara konsisten dengan pelaksana. Menurut teori implementasi kebijakan merupakan
suatu proses dinamis dimana pelaksana kebijakan melakukan suatu aktifitas atau kegiatan
sehingga pada akhirnya akan mendapatkan suatu hasil yang sesuai.

Tahap ini menentukan apakah kebijakan yang ditempuh oleh pemerintah benar-benar aplikatif di
lapangan dan dapat menghasilkan output dan outcome seperti yang direncanakan atau tidak.
Suatu progrma kebijakan yang telah di rencanakan dengan sangat baik akan mengalami
kegagalan jika kurang di implementasikan dengan baik oleh para pelaksana kebijakan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa sarana prasarana yang dibutuhkan dalam pelaksanaan program
stabilisasi bayi asfiksia belum tersedia sesuia dengan standar.

Hal ini merupakan salah satu penyebab pelaksanaan program stabilisasi bayi asfiksia belum
optimal. Hal ini sesuai hasil kajian tim independen pusat pelatihan klinik primer (P2KP)
Kabupaten Klaten pada bulan Januari 2009 terhadap 20 bidan terlatih manajemen penanganan
asfiksia di wilayahkerja Dinas Kesehatan kabupatenKlatensebesar 60% bidan tidak memiliki alat
yanglengkap dalam penanganan asfiksiadanseekitar 40% Puskesmas denganperalatanPONED
tidak seusai.11 Hal ini dapatdisimpulkan, bahwa faktor sumber dayayang meliputi dana, tenaga
dansaranaprasana sangat mempengaruhi dalamdalampelaksanaan stabilisasi bayi asfiksia.

Kesimpulan

Pelaksanaan stabilisasi bayi asfiksia belum sesuai standar, dari enam komponen stabilisasi bayi
asfiksia masih ada 2 komponen belum dilaksanakan yaitu Sugar and safe care (stabilisasi kadar
gula darah) dengan cara pemberian infus dexterose 10 %. Hal ini di sebabkan tidak tersedianya
bahan habis pakai seperti abochat No.24, infus dan Dextrose 10 % serta bidan pelaksana kurang
kompeten dalam pemberian infus pada bayi dan Laboratorium Study (pemeriksaan darah rutin).

Hal ini disebabkan petugas laboratorium sangat terbatas yaitu 2 orang dan hanya bertugas pada
pagi hari.,belum pernah dilaksanakan sosialisasi secara khusus program stabilisasi bayi asfiksia
kepada kepala Puskesmas, Bidan Koordinator dan bidan pelaksana, namun disosialisasikan pada
kegiatan audit maternal perinatal penyampaian materi kurang jelas, sehingga tidak ada
keseragaman pendapat bidan pelaksana tentang program stabilisasi bayi asfiksia, masih kurang
tenaga terampil yang telah dilatih manajemen asfiksia bayi baru lahir hanya 34,65 %. Tidak ada
dana khusus untuk pelaksanaan program stabilisasi bayi asfiksia dan sarana prasarana belum
sesuai standar yaitu belum tersedia ruangan tindakan, menja resusitasi, ambubag, bahan habis
pakai seperti abochat, infus set dan obat-obatan seperti efeneprin., Semua mendukung
pelaksanaan program stabilisasi bayi asfiksia, namun belum optimal.

Hal ini disebabkan masih kurangnya komitmen bidan pelaksana mengimplementasikan program
stabilisasi bayi asfiksia dan b SOP tentang stabilisasi bayi asfielum ada SSOP stabilisasi bayi
asfiksia, yang tersedia hanya SOP manajemen asfiksia bayi baru lahir serta belum ada
mekanisme pelaporan khusus program stabilisasi bayi asfiksia. Disarankan Dinas Kesehatan
Memberikan pelatihan bagi bidan pelaksana yang belum pernah mengikuti pelatihan manajemen
asfiksia dan PONED.

Daftar Pustaka

1. Alamsyah, SA. Analisis Epidemiologisupaya Kesehatan Maternal Neonatal diIndonesia dalam


pencapaianMDGs,2015, Perinasia : Jakarata ; 2010.

2. Badan Pusat Statistik KementerianKesehatan RI, Survei DemografiKesehetan Indonesia,


KemenkesRI;Jakarta ; 2012

3. Kementerian Kesehatan RI.RisetKesehatan Dasar,Kemenkes RI:Jakarta ; 2013

4. American AcademyofPediatric/American Heart Assosciation.Buku Panduan Resusitasi


Neonatus.Edisi ke-5. Perkumpulan PerinatologiIndonesia : Jakarta; 2006.

5. Karlsen KA. Pre-transport/ Postresuscitation Care of SickInfants.Guidelines for Neonatal


HealthcareProvider.Utah:S.T.A.B.L.EInc : 2006

2. Hubungan Ketuban Pecah Dini dengan Kejadian Asfiksia Neonaturum di Puskesmas


Perawatan Pelauw Tahun 2019

ABSTRAK

Asfiksia neonatorum termasuk dalam bayi baru lahir dengan risiko tinggi karena memiliki
kemungkinan lebih besar mengalami kematian bayi atau menjadi sakit berat dalam masa
neonatal. Faktor yang menyebabkan asfiksia neonatorum antara lain faktor keadaan ibu, faktor
keadaan bayi, faktor plasenta dan faktor persalinan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian asfiksia neonatorum di Puskesmas Perawatan
Pelauw. Jenis penelitian menggunakan penelitian survey analitik, dengan pendekatan cross
sectional.

Populasi dansampel adalah seluruh ibu yang melahirkan bayi yang mengalami Asfiksia
Neonatorum di Puskesmas Perawatan Pelauw pada bulan Januari – Mei 2019 sebanyak 35 orang.
Sedangkan kelompok kontrol seluruh ibu yang melahirkan bayi yang tidak mengalami Asfiksia
Neonatorum sebanyak 74 orang dengan menggunakan teknik Total sampling. Instrumen
penelitian menggunakan kuesioner. Pengolahan data dengan SPSS, menggunakan Uji Chi Square
(x²) dan tingkat kemaknaan 0,05.
Hasil dalam penelitian ini diperoleh untuk semua varibael yang diukur nilai signifikan (p=
0,000). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan ada hubungan usia ibu, Ketuban Pecah Dini (KPD),
berat badan bayi dengan kejadian asfiksia neonatorum di Puskesmas Perawatan Pelauw

Kata kunci: ketuban pecah dini; asfiksia neonatorum

Asfiksia neonatorum merupakan kegawatdaruratan bayi baru lahir berupa depresi pernafasan
yang berlanjut sehingga menimbulkan berbagai komplikasi. Disamping itu, Asfiksia neonatorum
merupakan penyebab mortalitas dan morbiditas, dan paling sering terjadi pada periode segera
setelah lahir dan menimbulkan sebuah kebutuhan resusitasi dan intervensi segera untuk
meminimalkan mortalitas dan morbiditas.

Salah satu indikator SDGs adalah Angka Kematian Neonatus (AKN) yang merupakan indikator
dari tujuan SDGs yang ke tiga yaitu menurunan Angka Kematian Neonatus menjadi 12 per 1.000
kelahiran di tahun 2030.

Laporan World Health Statistic 2014 menyebutkan bahwa angka kematian neonatus pada tahun
2012 di dunia adalah 21 per 1.000 kelahiran hidup . Berdasarkan penelitian World Health
Organization (WHO), diseluruh dunia terdapat kematian bayi khususnya neonatus sebesar
10.000.000 per tahun. Laporan WHO juga menyebutkan bahwa AKB kawasan Asia Tenggara
merupakan kedua yang paling tinggi yaitu sebesar 142 per 1.000 setelah kawasan Afrika. Di
tahun 2011, Indonesia merupakan Negara dengan AKB tertinggi kelima untuk negara ASEAN
yaitu 35 per 1.000, dimana Myanmar 48 per 1.000, Laos dan Timor Leste 46 per 1.000, Kamboja
36 per 1.000.

Asfiksia neonatorum lahir menempati penyebab kematian bayi ke 3 di dunia dalam periode awal
kehidupan. Setiap tahunnya kira-kira 3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi baru lahir mengalami
asfiksia, hamper 1 juta bayi ini meninggal.

Ada hubungan Ketuban Pecah Dini dengan kejadian asfiksia neonatorum di Puskesmas
Perawatan Pelauw Kecamatan Pulau Haruku Kabupaten Maluku Tengah.

DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes RI. 2014. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia; 2014.

2. Anik Maryunani. dkk. 2013. Asuhan Kegawatdaruratan Maternal & Neonatal. Jakarta: Trans
Info Media.

3. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta.

4. Syaiful, Y & Khudzaifah, U. (2016). Faktor yang berhubungan dengan kejadian asfiksia
neonatorum di RS Muhammadiyah Gresik. Journals of Ners Community.
5. Hanifa Wiknjosastro. 2008. Ilmu Kandungan. Edisi 2. EGC: Jakarta.

6. Anik Maryunani. 2013. Asuhan Kegawatdaruratan Maternal & Neonatal. Jakarta: Trans Info
Media.

7. Hartiningrum, CY., 2014, Gambaran Penyebab Kematian Bayi di RSUD Banjar Provinsi Jawa
Barat, Jurnal IBI JABAR.

8. Dinas Kesehatan Provinsi Maluku 2011. Profil Kesehatan Maluku.


https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KES_PROVINSI_2012/30_Pr
of il_Kes.Prov.Maluku_2012.pdf

9. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia 2013. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta

10. Mochtar, Rustam. 2010. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC

3.FAKTOR RISIKO ASFIKSIA NEONATORUM DI PUSKESMAS PONED KOTA


PALU

ABSTRAK

YULI FITRIANA. Faktor Risiko Asfiksia Neonatorum Di Puskesmas Poned Kota Palu
(dibimbing oleh Apik Indarty Moedjiono dan Anwar Mallongi) Menurut laporan WHO tahun
2018, asfiksia merupakan penyebab terbesar kedua kematian neonatal di dunia stelah
prematuritas. Kematian neonatal di Kota Palu pada tahun 2016 sebanyak 16 bayi dengan 50%
penyebabnya karena asfiksia neonatorum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-
faktor risiko yang menyebabkan kejadian` asfiksia neonatorum di Puskesmas Poned Tahun
2019-2020. Desain penelitian ini bersifat analitik observasional dengan desain penelitian case
control menggunakan data sekunder yakni status pasien.

Pengambilan sampel dilakukan dengan metode simple random sampling yang memenuhi kriteria
inklusi. Penelitian ini dilakukan di seluruh Puskesmas PONED di Kota Palu. Analisis data
dilakukan secara univariat, bivariat dan multivariat. Hasil penelitian pada sampel sebanyak 120
orang, variabel yang diteliti yakni usia ibu, jumlah paritas, LiLA, anemia, ANC, pekerjaan,
pendidikan, partus lama, prematuritas, serta BBLR. Faktor risiko yang berpengaruh secara
signifikan terhadap kejadian asfiksia neonatorum jumah paritas (OR 3,566 95%CI 1,254-
10,143), LiLA (OR 2,478 95%CI1,129-5,441), partus lama (OR 5,259 95%CI 2,057-13,446),
dan BBLR (OR 7,207 95%CI 2,124-24,453). Analisis multivariat didapatkan nilai Exp(B) pada
variabel BBLR 8,037 dan partus lama 5,732.

Disimpulkan variabel yang menjadi faktor risiko adalah jumlah paritas, LiLA, partus lama, dan
BBLR, serta yang menjafi faktor risiko utama adalah BBLR. Kepada pihak terkait agar
meningkatkan kualitas pelayanan KIA agar dapat meminimalisir faktor risiko tersebut.

Kata Kunci : Asfiksia Neonatorum, Ibu Hamil, Neonatal, PONED

http://repository.unhas.ac.id/id/eprint/990/2/K012181156_tesis_%20%20%201-2.pdf

4. ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. W DENGAN ASFIKSIA SEDANG DI RSUD


SEKARWANGI KABUPATEN SUKABUMI

Asfiksia merupakan suatu keadaan dimana bayi baru lahir mengalami kegagalan bernafas secara
spontan dan teratur segera setelah lahir.4 Asfiksia dapat menyebabkan kerusakan sel otak bahkan
kematian apabila tidak mendapatkan penanganan segera dan tepat.5 Menurut Survei Demografi
dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2015,

Angka Kematian Bayi di Indonesia yaitu sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup.
Berdasarkan data angka kematian bayi di Provinsi Jawa Barat tahun 2016 yaitu sebesar 4803 per
1.000 kelahiran hidup. Sedangkan di Kabupaten Sukabumi angka kematian bayi pada tahun 2016
yaitu sebesar 90 per 1.000 kelahiran hidup.

Tujuan penulisan laporan kasus ini untuk mengetahui dan memahami penatalaksanaan Asuhan
Kebidanan Pada Bayi Ny.W dengan Asfiksia Sedang di RSUD Sekarwangi Kabupaten
Sukabumi.
Metode yang digunakan Observasional deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Subjek yang
diasuh bayi Ny.W dengan asfiksia sedang. Cara pengambilan data melalui wawancara, observasi,
pemeriksaan fisik, studi dokumen rekam medik dan studi kepustakaan. Analisis data secara
deskriptifberdasarkanSOAP.
Didapatkan hasil Bayi Ny.W lahir pervaginam dengan bantuan dorongan fundus uterus, air
ketuban keruh, bayi tidak menangis spontan, sianosis, napas lambat dan tidak teratur. APGAR
score 4/7. Dilakukan suction untuk membersihkan jalan nafas, diberikan oksigen 0,5 liter/menit,
kolaborasi dengan dokter untuk memberikan terapi infus kaen mg3 dengan 7 tpm, ampicilin 2 x
125 mg secara IV bolus, ceftazidin 3x75 mg secara IV bolus, cefotaxim 125 mg/12 jam.

Setelah dilakukan perawatan, keadaan bayi membaik, menangis kuat, napas teratur, dan gerak
aktif.
Didapatkan kesimpulan bayi telah mendapatkan terapi dan perawatan selama 3 hari, keadaan
bayi membaik, menangis kuat, nafas teratur, dan gerak aktif. Terdapat kesenjangan pada praktik
saat melakukan pertolongan persalinan.

Old Repository Polkesban, accessed July 3,


2023,https://repository.poltekkesbdg.info/items/show/1506.

5. GAMBARAN KEJADIAN ASFIKSIA DI UPTD PUSKESMAS AJANGALE PADA


TAHUN 2016/2017

ABSTRAK

Asfiksia pada bayi baru lahir termasuk risiko tinggi karena memiliki kemungkinan lebih besar
mengalami kematian bayi atau menjadi sakit berat dalam masa neonatal. Di Indonesia
mempunyai 200 juta penduduk dengan angka kelahiran 2,5% tahun sehingga diperkirakan
terdapat 5 juta kelahiran per tahun.

Untuk mengetahui gambaran kejadian Asfiksia berdasarkan faktor resiko ibu, bayi dan faktor
persalinan di UPTD Puskesmas Ajangale. Penelitian ini dilakukan secara deskriptif dengan
menggunakan data sekunder di UPTD Puskesmas Ajangale untuk mengetahui gambaran umum
kejadian asfiksia pada bayi baru lahir dengan variabel-variabel penelitian yang meliputi faktor
risiko ibu, bayi dan persalinan. Dari 389 responden, bayi baru lahir yang mengalami asfiksia
pada tahun 2016 sebesar 3,08%, sedangkan pada tahun 2017 dari 374 responden sebesar 5,61%.

Berdasarkan faktor risiko bayi tahun 2016 dengan faktor risiko rendah sebesar 83,33%, tahun
2017 dengan faktor risiko rendah sebesar 76,19%. Faktor risiko ibu pada tahun 2016 dengan
risiko tinggi sebesar 41,67%, tahun 2017 dengan risiko tinggi sebesar 52,38%. Faktor persalinan
pada tahun 2016 dengan lilitan tali pusat sebesar 16,67%, tahun 2017 dengan lilitan tali pusat
sebesar 28,57%.Faktor yang berhubungan dengan kejadian asfiksia di UPTD Puskesmas
Ajangale di pengaruhi oleh faktor risiko ibu, bayi dan persalinan.

Kata Kunci : Asfiksia, bayi, persalinan, lilitan tali pusat, Umur, paritas, pendidikan, pekerjaan

DAFTAR PUSTAKA

Ai Yeyeh dkk, 2013. Asuhan Kebidanan Kehamilan, Cet. I. Jakarta: CV. Trans Info Media

Bagus, I,G,M. 2008. Asuhan Kebidanan Persalinan. Jakarta

Departemen Kesehatan RI. 2008. Pencegahan dan Penatalaksanaan Asfiksia Neonatorum.


Jakarta Depaartemen Kesehatan RI. 2015. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta
Desfauza, Evi. 2008. “Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya asfiksia neonatorum pada
bayi abru lahir yang dirawat di RSU Pirngadi Medan”. Stikes Mitra Husada Medan

Ghai dkk, 2010. Pencegahan dan Penatalaksanaan Asfiksia Neonatorum. Helath Technology
Assessment Indonesia Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Gilang dkk, 2011. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum di
RSUD Tugurejo Semarang. Skripsi. Tidak Dipublikasikan

Jannah, 2013. Buku Asuhan Kebidanan Kehamilan. Yokyakarta; C.V Andi Offset.

JNPK-KR. 2012. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial. Jakarta

Lee, et. Al. 2008. “ Risk factors for Neonatal mortality Due to the birth Asphyxiain southern
Nepal: A Prospective, Community-based Cohor Study”.Amerika: american academiof pediatric.

Manuaba. 2008. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Kelauraga Berencana. Jakarta: EGC

Manuaba, 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Manuaba I.B.G, dkk, 2013. Ilmu Kebidanan,Penyakit Kandungan, dan KB Untuk Pendidikan
Bidan . Edisi 2. Jakarta : EGC.

Mochtar R. 2008. ”Sinopsis Obstetri”, Jilid I, Edisi II. Jakarta: EGC.

6. PROSEDUR RESUSITASI PADA NEONATUS DENGAN ASFIKSIA

ABSTRAK

Riwayat Artikel: Tanggal di Publikasi Maret 2021 Kata kunci: Resusitasi Neonatus Asifiksia
Indonesia Angka Kematian Bayi (AKB) masih tinggi yaitu 34/1.000 Kelahiran Hidup (SDKI
2007), sekitar 56% kematian terjadi pada periode sangat dini yaitu di masa neonatal. Faktor yang
berkontribusi terhadap tingginya mortalitas pada neonatus ( BBL) salah satunya adalah asfiksia.
Penelitian ini bertujuan untuk diketahuinya prosedur tindakan penanganan resusitasi pada
neonatus dengan asfiksia, metode yang digunakan dalam penelitian ini yakni systematic review
dengan telaah artikel yang dipublikasi melalui situs google scholar sebanyak 20 jurnal review.
Hasil telaah jurnal penelitian ditemukan tindakan resusitasi awal yang sesuai sebanyak 8
tindakan (53,3%) dan tindakan kurang sesuai 7 tindakan (46,7%). Sebagian besar tindakan sesuai
yaitu 8 tindakan (93,3%) pada resusitasi lanjutan.

Kesimpulanbahwa tenaga kesehatan dalam memberikan tindakan resusitasi awal hampir sama
antara tindakan yang sesuai dengan kurang sesuai. Sementara tindakan resusitasi lanjutan
sebagian besar dilakukan dengan sesuai prosedur resusitasi bayi baru lahir.

Rekomendasi penelitian ini agar dijadikan bahan acuan bagi bidan untuk meningkatkan kualitas
dan kesesuaian prosedur tindakan resusitasi neonatus.
KP Sari. 2015. Asfiksia Neonatorum Pada Bayi Berat Lahir Rendah. Medula. 1 (2): 102-107.

Latifah ulfatul. 2013. Faktor RisikoKejadian Asfiksia Pada Menit Ke-5 Di Rsu Kardinah Tegal.
78-86. Lestari restu duwi, dkk. 2019. AnalisisFaktor Penyebab Kejadian Asfiksiapada Bayi Baru
Lahir. Ners dan Kebidanan. 6 (2) : 251-262.

M Harima, Dkk. 2016. Analisis Pelaksanaan Program Stabilisasi Bayi Asfiksia Oleh Bidan di
Puskesmas Kota Parepare. Manajemen Kesehatan Indonesia. 4 (3) : 196-205.

Nurjanah siti. 2018. Sumber Daya Dalam Manajemen Asfiksia Pada Rumah Sakit Penyelenggara
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif Di Kabupaten Demak. Kebidanan. 7 (2) :
161-165. Ose maria imaculata. 2017. Pengalaman Perawat Igd Merawat Pasien Do Not
Resuscitate Pada Fase Perawatan Menjelang Ajal. Keperawatan Indonesia. 20 (1) : 32- 39.

Puspitasari lina, dkk. 2016. Efektifitas Muscle Pumping Dalam Meningkatkan Score Apgar
PadaBayi Baru Lahir Dengan Asfiksia. Kebidanan. 8 (1) : 1-13. Prawesti ayu, dkk. 2017.

Peningkatan Kompetensi PerawatPuskesmas Dalam Penanganan Tanggap Darurat Kasus Henti


Jantung Sebagai Upaya Menurunkan Angka Mortalitas. Pengabdian kepada masyarakat. 1 (5)
7. PROSEDUR RESUSITASI PADA NEONATUS DENGAN ASFIKSIA
Abstract

Indonesia Angka Kematian Bayi (AKB) masih tinggi yaitu 34/1.000 Kelahiran Hidup (SDKI
2007), sekitar 56% kematian terjadi pada periode sangat dini yaitu di masa neonatal. Faktor
yang berkontribusi terhadap tingginya mortalitas pada neonatus ( BBL) salah satunya adalah
asfiksia.

Penelitian ini bertujuan untuk diketahuinya prosedur tindakan penanganan resusitasi pada
neonatus dengan asfiksia, metode yang digunakan dalam penelitian ini yakni systematic
review dengan telaah artikel yang dipublikasi melalui situs google scholar sebanyak 20
jurnal review. Hasil telaah jurnal penelitian ditemukan tindakan resusitasi awal yang sesuai
sebanyak 8 tindakan (53,3%) dan tindakan kurang sesuai 7 tindakan (46,7%). Sebagian besar
tindakan sesuai yaitu 8 tindakan (93,3%) pada resusitasi lanjutan.

Kesimpulan bahwa tenaga kesehatan dalam memberikan tindakan resusitasi awal hampir sama
antara tindakan yang sesuai dengan kurang sesuai. Sementara tindakan resusitasi lanjutan
sebagian besar dilakukan dengan sesuai prosedur resusitasi bayi baru lahir. Rekomendasi
penelitian ini agar dijadikan bahan acuan bagi bidan untuk meningkatkan kualitas dan
kesesuaian prosedur tindakan resusitasi neonatus.

References

Rumah Sakit Umum Daerah Kepahiang Tahun 2017. Chmk Midwifery Scientific. 2 (3) : 77-81.

Handayani sri, fitriani. 2017. Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Asfiksia Pada
Bayi Baru Lahir Di Rs Muhammadiyah Palembang Tahun 2017. Kesehatan dan Pembangunan. 9
(17) : 109-115.

Hidayat asri, dkk. 2008. Sumber Daya Dalam Manajemen Asfiksia Pada Rumah Sakit
Penyelenggara Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif Di Kabupaten Demak.

Irfani qonnita imma. 2019. Bantuan hidup dasar. 46 (6) : 458-461.

KP Sari. 2015. Asfiksia Neonatorum Pada Bayi Berat Lahir Rendah. Medula. 1 (2): 102-107.

Latifah ulfatul. 2013. Faktor Risiko Kejadian Asfiksia Pada Menit Ke-5 Di Rsu Kardinah Tegal.
78-86.

Lestari restu duwi, dkk. 2019. Analisis Faktor Penyebab Kejadian Asfiksia pada Bayi Baru
Lahir. Ners dan Kebidanan. 6 (2) : 251-262.
M Harima, Dkk. 2016. Analisis Fahriani metha. 2019. Hubungan Induksi Persalinan Dan Seksio
Sesaria Dengan Kejadian Asfiksia Pada Neonatal Di Pelaksanaan Program Stabilisasi Bayi
Asfiksia Oleh Bidan di Puskesmas Kota Parepare. Manajemen Kesehatan Indonesia. 4 (3) : 196-
205.

Nurjanah siti. 2018. Sumber Daya Dalam Manajemen Asfiksia Pada Rumah Sakit Penyelenggara
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif Di Kabupaten Demak. Kebidanan. 7 (2) :
161-165.

Ose maria imaculata. 2017. Pengalaman Perawat Igd Merawat Pasien Do Not Resuscitate Pada
Fase Perawatan Menjelang Ajal. Keperawatan Indonesia. 20 (1) : 32- 39.

Puspitasari lina, dkk. 2016. Efektifitas Muscle Pumping Dalam Meningkatkan Score Apgar Pada
Bayi Baru Lahir Dengan Asfiksia. Kebidanan. 8 (1) : 1-13.

Prawesti ayu, dkk. 2017. Peningkatan Kompetensi Perawat Puskesmas Dalam Penanganan
Tanggap Darurat Kasus Henti Jantung Sebagai Upaya Menurunkan Angka Mortalitas.
Pengabdian kepada masyarakat. 1 (5) : 325-328.

Sari Dian Purnama. 2020. Hubungan Kejadian Preeklampsi Dengan Kejadian


Asfiksianeonatorum. Darul Azhar. 9 (1): 9-14.

Septanto agus, dkk. 2013. Faktor Risiko yang Mempengaruhi Kematian Bayi Asfiksi. 1-12.

Suroso, sunarsih. 2012. Apgar Score Pada Bayi Baru Lahir Dengan Asfiksia Neonatorum Pasca

Umniyati halwiah. 2011. Peranan Bidan Desa dalam menangani dan merujuk kasus bayi, baru
lahir asfiksia di Kabupaten Cirebon.

Asfiksia Di Ruang Peristi Rsu Anutapura Palu. Ilmu kesehatan. 14 (1) : 58-67.

8. Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia (Literatur
Review)

ABSTRAK

Pendahuluan Asfiksia Neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak bernapas secara spontan
dan teratur, sehingga dapat menurunkan oksigen dan meningkatkan karbondioksida yang
menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk
memahami asuhan kebidanan pada Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia melalui pendekatan dengan
menggunakan teori 7 langkah Varney.

Metode Penelitian ini menggunakan studi kepustakaan dan pengumpulan referensi yang
kemudian dibuat menjadi Literatur Review dengan menggunakan metode asuhan 7 langkah
varney. Hasil Pemeriksaan yang dilakukan pada bayi baru lahir dengan asfiksia ialah
dilakukannya pemberian asuhan sesuai dengan evidence based yaitu dengan membersihkannya
jalan napas, rangsang reflek pernapasan, serta mempertahankan suhu tubuh.

Kesimpulan dari kasus ini yaitu didapatkannya evidence based pada bayi baru lahir dengan
asfiksia bahwa pentingnya menilai Apgar atau kondisi bayi yang dilahirkan mengalami asfiksia
serta melakukan tindakan segera yaitu resusitasi yang dimana sebagai bantuan hidup dasar untuk
mengembalikan pernapasan secara normal.

Diana Sulis dan Erfiani Mail, 2019. Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Persalinan, dan Bayi Baru
lahir. Jawa Tengah. CV Oase Group.

Jumung Martinus, 2014. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum Di
Rumah Sakit Fatima Parepare. Jurnal Kesehatan. Volume 1 No. 1.

Linda Rombe Nova, 2018. Hubungan Antara Ketuban Pecah Dini Dengan Kejadian Asfiksia
Neonatorum Di Rumah Sakit Umum Daerah Gunungsitoli. Jurnal Ilmiah Kebidanan IMELDA.
Volume 4 No. 1, Februari 2018.

Manuaba, , dkk, 2003. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Mayasari Bety dan Dian Fitra Arismawati, 2018. Hubungan Persalinan Prematur Dengan
Kejadian Asfiksia Neonatorum Di Ruang Bersalin RSU dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota
Mojokerto. Jurnal Keperawatan.

Nadya. (2013). Kegawatdaruratan Neonatal, Anak dan Maternal. Makassar: Alauddin University
Press.

Noorbaya Siti, Hj. Herni Johan, 2019. Panduan Belajar Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak
Prasekolah. Yogyakarta. Penerbit Gosyen Publishing.

Noorbaya Siti, Hj. Herni Johan, 2019. Panduan Belajar Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak
Prasekolah. Yogyakarta. Penerbit Gosyen Publishing.

Nurhikmah, 2016. Partus Lama Dengan Kejadian Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir Di Rumah
Sakit Umum Daerah Pangkep Kabupaten Pangkep. JIKKHC Volume 01/No.01/November-
Desember-2016.

Palupi Jenie, dkk. 2019. Resiko Asfiksia Neonatorum Berdasarkan Keadaan Air Ketuban RSU
Dr. H. Koesna Di Bondowoso Tahun 2018. The Indonesian Journal Of Health Science. Volume
11 No.1, Juni 2019.

Purnamawati Dewi dan Iwan Ariawan, 2012. Konsumsi Jamu Ibu Hamil Sebagai Faktor Risiko
Asfiksia Bayi Baru Lahir. Jurnal Kesehatan Masyaakat Nasional. Vol. 6, No. 6 Juni 2012.
9. FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN ASFIKSIA NEONATORUM

Abstract

Faktor risiko asfiksia neonatorum, umur ibu, paritas, KPD, dan BBLR. Data dari RSUD Dr. H.
Moch Ansari Saleh Banjarmasin tahun 2017 sebanyak 107 bayi (4,6%) mengalami asfiksia
neonatorum, tahun 2018 sebanyak 172 bayi (8,3%) dan tahun 2019 sebanyak 112 bayi (7,4%)
tetap berada di urutan ke 4 kasus komplikasi pada bayi.

Penelitian bertujuan untuk mengetahui Faktor risiko yang Berhubungan dengan Asfiksia
Neonatorum di RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin Tahun 2019. Rancangan
penelitian ini menggunakan metode survey analitik dengan pendekatan case control. Teknik
pengambilan sampel secara purposive sampling. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
bayi baru lahir yang berjumlah 1.505 di RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin Tahun
2019. Sampel sebagai case seluruh bayi yang mengalami asfiksia neonatorum dengan data yang
lengkap dan sampel sebagai control adalah bayi yang tidak mengalami asfiksia neonatorum.

Analisa data dengan teknik analisa univariat dan bivariate menggunakan uji chi-square. Hasil
penelitian dari 336 responden didapatkan bahwa 112 orang (33,3%) mengalami Asfiksia
Neonatorum. Umur ibu tidak aman sebanyak 8 orang (7,1%), Paritas tidak aman sebanyak 23
orang (23,2%), KPD sebanyak 38 orang (33,9%) dan BBLR sebanyak 73 orang (65,2%). Hasil
uji statistik menunjukan (ρ = 0,034< 0,05) adanya hubungan antara umur ibu, paritas (ρ = 0,025<
0,05), KPD (ρ = 0,000< 0,05), dan BBLR (ρ = 0,000< 0,05) dengan asfiksia neonatorum.

Kesimpulan penelitian ini yaitu ada hubungan antara umur ibu, paritas ibu, KPD dan BBLR
dengan kejadian Asfiksia Neonatorum di RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin Tahun
2019.

References

Aisyiah, dkk. 2016. Hubungan Paritas, Anemia dan Ketuban Pecah Dini dengan Kejadian
Asfiksia Neonatorum pada Bayi Baru Lahir Di RSUD Cilegon Provinsi Banten. Tersedia dalam
http://repository.unas.ac.id/141/. Di akses (17 November 2019).
Ambarwati, E.R dan Rismintari, Y.S. 2011. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta: Nuha
Medika. Amiruddin, R & Hasmi. 2014. Determinan Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta : CV.
Trans Info Media. Depkes RI. 2012. Pedoman Teknis Pelayanan Kesehatan Dasar Pelayanan
Kesehatan neonatal esensial. Departemen Kesehatan RI : Jakarta.
Dewi. 2010. Pengaruh Umur Ibu Paritas Usia Kehamilan dan Berat Lahir Bayi Terhadap
Asfiksia di Rumah Sakit Permata Bunda Tahun 2010. Skripsi, Universitas Sebelas Maret. Wahyu
Utami Ekasari. Tersedia dalamhttp://eprints.uns.ac.id/20266/. Di akses (28 November 2019).
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan. (2018). Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar
Tahun 2018. Banjarmasin: Dinas Kesehatan Provinsi.
El Vina. 2019. Hubungan Paritas dan Berat Bayi Lahir dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum
pada Bayi Baru Lahir di RSUD Bangkinang Tahun 2016. Tersedia dalam
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/4054-12908-1-PB.pdf. Di akses (14 April 2020).

10. ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN NEONATUS PADA BY. NY. A


DENGAN ASFIKSIA SEDANG DI PUSKESMAS BUARAN KABUPATEN
PEKALONGAN

ABSTRAK Latar Belakang : Kematian bayi baru lahir (neonatal) masih menjadi permasalahan
kesehatan. Jumlah kasus kematian Bayi di Indonesia di tahun 2017 di semester I sebanyak
10.294 kasus. Angka kematian bayi di Kabupaten Pekalongan tahun 2016 sebesar 85 kasus,
penyebab kematian karena asfiksia ada 35 kasus.

Asfiksia dapat menyebabkan kerusakan organ berat dan berakibat fatal pada bayi baru lahir. Dari
data di Puskesmas Buaran Kabupaten Pekalongaan kematian bayi juga masih tinggi di tahun
2017 ada 1 kasus dan kematian neonatal disebabkan oleh asfiksia. Tujuan : Memberikan asuhan
kebidanan pada By. Ny. A dengan Asfiksia Sedang Di Puskesmas Buaran Kabupaten
Pekalongan sesuai dengan manajemen kebidanan varney.

Metode : Laporan Tugas Akhir ini merupakan laporan studi kasus menggunakan metode
deskriptif. Lokasi di Puskesmas Buaran, subyek adalah By. Ny. A dengan asfiksia sedang dan
pendokumentasian dengan menggunakan 7 langkah varney dan SOAP Hasil : Asuhan kebidanan
yang telah diberikan pada By. Ny. A yaitu melakukan resusitasi, memasang O2 1 liter/menit dan
rawat bayi dalam inkubator.

Setelah dilakukan resusitasi By. Ny. A menangis kemudian dirawat di dalam inkubator. By. Ny.
A pulang dengan keadaan sehat pada tanggal 12 Juli 2018. Kesimpulan : Asuhan kebidanan pada
By. Ny. A dilaksanakan dengan cepat dan benar sehingga dapat mencegah terjadinya asfiksia
berat.

Terdapat kesenjangan antara teori dan kasus yaitu pada perencanaan dalam pemberian terapi
yaitu memberikan infuse D 10% 550 cc/24 jam, O2 2 liter/menit, cefotaxim 1x125mg,
sedangkan dilapangan tidak diberikan pemberian terapi infuse dan cefotaxim karena keadaan
bayi sudah menangis dengan kuat.

DAFTAR PUSTAKA

Arif, dkk. 2009. Neonatus dan Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta : Nuha Medika

Arief. 2011. Konsep Asuhan Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika


Depkes RI. 2007. Buku Acuan & Panduan Asuhan Persalinan Normal & Inisiasi Menyusu

Dewi, V. 2011. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta : Salemba Medika

Setyarini, Diedin & Suparti. 2016. Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal.
Jakarta : Tim P2M2

Estiwidani, D, dkk. 2008. Konsep Kebidanan. Yogyakarta : Fitramaya

Indrayani dan Maudy. 2013. Asuhan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta : TIM

JNPK-KR. 2008. Buku Acuan Asuhan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta : TIM

Manuaba, I. C. 2008. Gawat Darurat Obstetri Ginekologi dan Obstetri Ginekologi untuk Profesi
Bidan. Jakarta: EGC

Maryunani, Anik. 2013. Asuhan Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah. Jakarta Timur : CV.
Trans Info Media

Muslihatun, Nur Wafi. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta: Fitramaya
Nursalam. 2008. Proses Dokumentaasi Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Prawirohardjo, 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Buku Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo Profil Dinas kesehatan, 2015.

Profil Kesehatan Indonesia 2015. Diakses tanggal 3 April 2018


http://www.depkes.go.id/downloads/ publikasi/profil_Kesehatan_Indonesi a_2015

Anda mungkin juga menyukai