Anda di halaman 1dari 12

ISSN : 2355-9365 e-Proceeding of Engineering : Vol.10, No.

3 Juni 2023 | Page 2494

Perancangan Kebijakan Persediaan Obat


Pasien Rawat Inap Guna Meminimasi
Overstock pada Lini Farmasi Rumah Sakit
Ibu dan Anak dengan Pendekatan ABC-VED
Menggunakan Metode Probabilistic
Continuous Review System & Probabilistic
Periodic System
1st Bella Kharisma Aprilia 2nd Muhammad Nashir Ardiansyah 3rd Mohammad Deni Akbar
Fakultas Rekayasa Industri Fakultas Rekayasa Industri Fakultas Rekayasa Industri
Universitas Telkom Universitas Telkom Universitas Telkom
Bandung, Indonesia Bandung, Indonesia Bandung, Indonesia
bellakhrsm@student.telkomuniversi nashirardiansyah@telkomuniversity denimath@telkomuniversity.ac.id
ty.ac.id .ac.id

Abstrak—Farmasi berperan penting dalam needs of inpatients. In the management of drugs is still not
menyelesaikan masalah obat dan peralatan kesehatan. done optimally because there is no standard calculation.
Untuk itu dalam pengelolaannya harus tepat mulai dari The existence of a gap between the amount of inventory
pengadaan, penerimaan, penyimpanan hingga and demand that is quite high can cause overstock and
pendistribusian kepada pasien agar seluruh kebutuhan high inventory costs. From the existing problems, a
pasien dapat terpenuhi. Lini farmasi RSIA menangani proposed drug supply policy will be given by taking 123
kebutuhan obat untuk pasien rawat inap. Dalam drug samples that are handled. Classification of drugs is
pengelolaan obat masih belum dilakukan secara optimal carried out using the ABC-VED approach to determine the
karena tidak ada perhitungan yang baku. Adanya gap priority level of drug handlers after which a proposed
antara jumlah persediaan dengan permintaan yang policy will be sought using the periodic review (R,s,S) and
cukup tinggi dapat menyebabkan overstock dan continuous review (s,S) methods. From the results of the
tingginya biaya persediaan. Dari permasalahan yang ada proposed policy, it produces two priorities for handling
kemudian akan diberikan kebijakan persediaan obat drugs and the results of the proposed policy are able to
usulan dengan mengambil 123 sampel obat yang minimize annual inventory costs by up to 50%.
ditangai. Dilakukan pengklasifikasian obat dengan
menggunakan pendekatan ABC-VED untuk Keywords—ABC-VED, drugs, overstock, probabilistic
menentukan tingkat prioritas penangan obat setelah itu continuous review, probabilistic periodic review,
akan dicari kebijakan usulan dengan menggunakan distribution test.
metode periodic review (R,s,S) dan continuous review
(s,S). Dari hasil kebijakan usulan menghasilkan dua
prioritas penanganan obat dan hasil kebijakan usulan
I. PENDAHULUAN
mampu meminimasi ongkos persediaan tahunan hingga
50%. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 58
Pasal 1 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan
Kata Kunci—ABC-VED, obat, overstock, probabilistic
Kefarmasian di Rumah Sakit yang dimaksud
continuous review, probabilistic periodic review, uji
distribusi. Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan
langsung dan bertanggung jawab kepada pasien
Abstract—Pharmacy plays an important role in solving yang berkaitan dengan persediaan farmasi dengan
the problem of drugs and medical equipment. For this maksud mencapai hasil yang pasti untuk
reason, the management must be right from procurement, meningkatkan mutu kehidupan pasien. Dalam
receipt, storage to distribution to patients so that all patient pengadaan obat dilakukan secara langsung oleh
needs can be met. RSIA's pharmacy line handles the drug petugas apoteker kepada pihak distributor namun
ISSN : 2355-9365 e-Proceeding of Engineering : Vol.10, No.3 Juni 2023 | Page 2495

tidak ada perhitungan secara baku dan proses Dari permaslahan yang ada akan diberikan
pengadaan dilakukan ketika stok obat terlihat kebijakan persediaan usulan pada sistem
sudah menipis. Gambar I.1 merupakan kategori pengadaan untuk meminimasi biaya persediaan
obat yang ditangani oleh farmasi RSIA dengan yang tinggi. Diambil 123 sampel obat dari lima
kategori penanganan terbanyak adalah pada Obat kategori yang ditangani dan akan dilakukan
umum dan injeksi. pengklasifikasian dengan menggunakan
pendeketan ABC-VED yang kemudian akan
didapatkan tingkat prioritas penanganan [2]. Akan
dilakukan perhitungan waktu pemesanan kembali
dan jumlah pemesanan yang optimal dalam
pengadaan obat serta ditentukan cadangan
pengaman dan maksimum kapasitas. Dengan
optimalnya stok pada farmasi maka dapat
menghindari adanya overstock sehingga biaya
persediaan dapat diminimasi [3].

GAMBAR 1 (a) II. KAJIAN TEORI


(Kategori Obat Farmasi RSIA A. Persediaan
Sumber: Farmasi RSIA 2021)
Persediaan adalah suatu aktiva yang meliputi
barang milik perusahan dengan maksud untuk
Gambar
dijual dalam suatu periode usaha tertentu atau
sebagai persediaan barang yang masih dalam
proses pengerjaan atau produksi ataupun
persediaan bahan baku yang menunggu untuk
digunakan dalam proses produksi [4].

B. Pengelolaan Persediaan
Pengelolaan persediaan bertujuan untuk
menjaga keberlangsungan produksi atau menjaga
agar perusahaan tidak mengalami kehabisan
persediaan yang mengakibatkan terhambatnya
GAMBAR 1 (b)
(Perbandingan Supply dan Demand Obat Farmasi RSIA
proses produksi. Adanya pengelolaan yang baik
Sumber: Farmasi RSIA 2021) akan memberikan kepuasan terhadap konsumen
dalam pemenuhan kebutuhan konsumen [5].
Menurut Assauri [6] untuk menghindari
Pada gambar 1(b) menjelaskan adanya perbedaan
yang cukup besar antara jumlah stok dengan adanya persediaan yang berlebih perlu
permintaan pada obat. Karena sistem pengadaan dilakukukan minimasi biaya persediaan dengan
memperhatikan dua faktor yaitu kapan harus
yang tidak menentu dapat menyebabkan terjadinya
dilakukan pemesanan dan berapa banyak yang
penumpukan stok pada gudang (overstock) dan
harus dipesan. Berikut merupakan biaya yang
dapat menyebabkan biaya persediaan menjadi
timbul dari adanya persediaan [6] :
tinggi.
1. Biaya pemesanan (ordering cost)
Merupakan biaya yang timbul dari proses
Menurut Eddy Herjanto [1] Pada pengendalian pemesanan ke supplier atau penjual, sejak
apabila jumlah persediaan terlalu besar dapat pesanan dibuat sampai barang diterima
mengakibatkan timbulnya dana menganggur dan biaya pemesanan tidak bergantung
dalam persediaan dan meningkatkan biaya dari banyaknya barang yang dipesan.
penyimpanan karena adanya resiko kerusakan Berikut yang termasuk biaya pemesanan :
barang. Namun bila persediaan terlalu sedikit a. Biaya administrasi pembelian dan
maka dapat mengakibatkan kekurangan stok yang penempatan order
atas permintaan dan menyebabkan terhambatnya b. Biaya pengangkutan dan bongkar
proses produksi dan tertundanya penjualan bahkan muat
kehilangan pelanggan. Biaya penerimaan dan biaya
pemeriksaan
ISSN : 2355-9365 e-Proceeding of Engineering : Vol.10, No.3 Juni 2023 | Page 2496

2. Biaya penyimpanan (holding cost) jenis barang yang ditangani. Jenis barang yang
Merupakan biaya yang timbul akibat masuk pada kategori C merupakan barang
adanya barang yang disimpan. Berikut dengan jumlah fisik yang besar namun nilai
merupakan biaya yang termasuk dalam investasi yang kecil, sehingga tidak memerlukan
biaya penyimpanan : perhatian sepenting kategori A dan B.
a.Biaya sewa gudang
b. Upah dan gaji tenaga pengawas dan Adapun proses pengklasifikasian ABC menurut
pelaksanaan pergudangan Herjanto sebagai berikut [1] :
c.Biaya peralatan material dan yang a. Menentukan volume nilai uang (rupiah)
lain. dalam tahunan.
3. Biaya kekurangan (shortage cost) b. Menyusun urutan jenis persediaan
Merupakan biaya yang timbul karena berdasarkan volume tahunan (rupiah) dari yang
adanya perbedaan jumlah persediaan terbesar hingga terkecil.
yang lebih kecil dari jumlah yang c. Menjumlahkan volume tahunan (rupiah)
dibutuhkan. Menurut Chopra & Meindl secara kumulatif.
yang termasuk biaya kekurangan adalah d. Menentukan persentase kumulatif
[7] : e. Melakukan klasifikasi setiap jenis barang
a. Kuantitas yang tidak terpakai kedalam kategori A, B dan C
(Rp/unit)
b. Waktu pemenuhan (Rp/satuan waktu) D. VED Analysis
c. Biaya pengadaan darurat (Rp) VED analisis adalah salah satu metode
C. Analisis ABC pengendalian persediaan dengan
Analisis ABC adalah metode yang digunakan mengklasifikasikan produk khususnya pada obat
untuk mengklasifikasikan sebuah jenis barang sesuai dengan tingkat ke kritisan obat dalam
dengan didasarkan pada tingkat investasi yang menangani penyakit pasien [8] Sedangkan pada
terserap pada persediaan untuk setiap jenis barang jurnal milik Irna Lusyana Manik (2019) VEN
[3]. Berikut ini merupakan kategori pada (vital, essential, non-essential) biasa juga disebut
klasifikasi menggunakan Metode ABC [5]: sebagai VED analysis (vital, essential, dan
1. Kategori A (80-20) desirable) yang digunakan untuk menetapkan
Pada kategori ini klasifikasi terdiri dari jenis suatu prioritas pada jenis obat untuk dilakukan
barang yang memiliki nilai investasi sekitar 80% pembelian dan persediaan stok pengaman serta
dari seluruh modal yang dikeluarkan untuk harga jual obat. Untuk kategori obat yang ada
persediaan dengan nilai jenis barang sekitar 20% pada vital (V) adalah jenis obat dengan tingkat
dari semua jenis barang yang ditangani. Kategori kebutuhan yang tinggi untuk kelangsungan hidup
A merupakan kelompok barang dengan jumlah pasien dan harus tersedia setiap saat. Untuk
fisik paling kecil namun memiliki nilai investasi kategori essensial (E) memiliki tingkat kekritisan
yang besar. produk lebih rendah dan memungkinkan untuk
ada dalam persediaan di rumah sakit. Sedangkan
untuk kategori terakhir yaitu desirable (D)
2. Kategori B (15-30)
adalah jenis obat yang memiliki tingkat
Pada kategori ini klasifikasi terdiri dari jenis kekritisan terendah dan jika persediaan nya
barang yang memiliki nilai investasi sekitar 15% kurang tidak akan merugikan kesehatan pasien
dari seluruh modal yang dikeluarkan untuk [9].
persediaan dengan nilai jenis barang sekitar 30% E. ABC-VED Matrix
dari seluruh jenis barang yang ditangani. Jenis Dalam penelitian Devnani, Gupta dan Nigah
barang yang masuk pada kategori ini merupakan (2010) menyebutkan bahwa kombinasi ini
barang dengan jumlah fisik dan nilai investasi dilakukan dengan matriks persilangan dan
sedang namun memerlukan perhatian yang menghasilkan klasifikasi dengan menggunakan
cukup penting setelah kelompok A. tiga kategori yaitu kategori I, II, dan III. Pada
3. Kategori C (5-50) kategori I terdiri atas AV, AE, AD, BV, CV. Pada
Pada kategori ini klasifikasi terdiri dari jenis kategori II yaitu BE, BD, CE, dan pada kategori III
barang yang hanya memiliki nilai investasi yaitu CD. Pada kategori I adalah kelompok obat
sekitar 5% dari seluruh modal dan tidak termasuk yang membutuhkan prioritas pengendalian lebih
dalam jenis barang di kategori A dan B dengan besar pada manajemen persediaannya sedangkan
jumlah jenis barang sekitar 50% dari seluruh untuk kategori II dan III adalah kelompok obat
ISSN : 2355-9365 e-Proceeding of Engineering : Vol.10, No.3 Juni 2023 | Page 2497

yang memiliki prioritas lebih rendah dalam mengakibatkan adanya perubahan dari satu
pengendalian manajemen persediaannya [9] alternatif ke alternatif lain [11]

TABEL 2 (a) III. METODE


(Matrix ABC-VED) Sebelum melakukan perancangan kebijakan
usulan pada lini farmasi RSIA dilakukan
pengumpulan data untuk melihat adanya
permasalahan yang relevan denagn rancangan
yang akan dibuat. Pengambilan data dilakukan
dengan ketua farmasi untuk mengetahui jenis obat,
jumlah permintaan obat, dan harga obat. Setelah
didapatkan data permintaan obat akan dilakukan
uji distribusi untuk mengetahui apakah data
F. Probabilistic Continuous Review
permintaan berdistribusi normal. Setelah itu akan
Pada metode ini dilakukan
dilakukan pengelompokan obat dengan
pengendalian tingkat persediaan secara terus
menggunakan pendekatan matrix ABC-VED yang
menerus. Dimana saat tingkat persediaan
akan menghasilkan dua prioritas penanganan obat
mencapai reorder point atau dibawahnya maka
[9]. Setelah dilakukan klasifikasi pada sampel obat
akan dilakukan pemesanan produk. Metode
kemudian akan dilakukan perhitungan kebijakan
continuous review terbagi menjadi dua sistem
optimum dengan dicari data eksisting untuk lead
yaitu [10]
time, ongkos simpan, ongkos pesan, dan ongkos
a. Sistem continuous review (s,Q)
kekurangan. Setelah didapatkan perhitungan total
Pada sistem ini akan dilakukan pemesanan
ongkos eksisting nantinya akan dibandingkan
sebesar jumlah pemesanan (Q) Ketika
dengan biaya yang dihasilkan oleh kebijakan
persediaan telah berada pada titik reorder
usulan yang telah dihitung dengan metode
point atau dibawahnya.
continous review system (s,S) untuk prioritas 1 dan
b. Sistem continuous review (s,S)
periodic review system (R,s,S) untuk prioritas 2.
Sedangkan pada sistem ini akan dilakukan
Perbandingan antara biaya eksisting dengan usulan
pemesanan sampai tingkat persediaan
dikarenakan dalam proses perancangan didapatkan
mencapai maksimum (S) yaitu Ketika
nilai safety stock, reorder point, kapasitas
persediaan berada pada titik reorder point
pemesanan, waktu interval dan tingkat maksimum
atau dibawahnya yaitu S = s + Q.
persediaan. Setelah itu akan dilakukan analisis
G. Probabilistic Periodic Review
sensitivitas untuk mengetahui dampak yang terjadi
Pada metode ini dilakukan pengendalian
bila terdapat variable yang diubah sesuai kebijakan
persediaan menggunakan interval waktu (T).
yang diusulkan.
Dimana dilakukan pemesanan dengan jumlah
pemesanan (Q) bervariasi dengan periode
pemesanan. Terdapat dua sistem pada metode ini
yaitu [10] :
1. Sistem Periodic review (R, S)
Pada sistem ini akan dilakukan pemesanan
sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan
2. Sistem Periodic review (R,s,S)
Sedangkan pada sistem ini akan dilakukan
pemesanan hingga persediaan maksimum (S)
dilakukan pada periode (R) Ketika persediaan
mencapai safety stock atau di bawah safety
stock (s)

H. Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas digunakan sebagai
parameter perubahan yang dapat ditolerir dari
tabel soluasi optimal sebelum solusi optimum
kehilangan optimalitasnya. Jika adanya
perubahan di nilai parameter akan berpengaruh
pada perubahan nilai alternatif sehingga dapat
ISSN : 2355-9365 e-Proceeding of Engineering : Vol.10, No.3 Juni 2023 | Page 2498

GAMBAR 3 (a)
(Flowchart Tahapan Perancangan)

GAMBAR 3 (b)
(Flowchart Tahapan Perancangan (Lanjutan))

Pada tahap verifikasi akan dilakukan


pengamatan kembali dari hasil rancangan yang ada
untuk mengetahui apakah hasil yang didapat sesuai
dengan data yang masuk. Selain itu hasil
rancangan yang telah dibuat untuk kebijakan
persediaan di farmasi akan dilakukan uji
sensitivitas untuk mengetahui apakah usulan atau
rancangan yang dibuat dapat berpengaruh pada
permasalahan yang menjadi objek perbaikan.
Evaluasi dilakukan dengan membandingkan
kondisi eksisting dengan rancangan yang dibuat.
Verifikasi untuk hasil rancangan dilakukan dengan
menguji apakah rancangan kebijakan yang dibuat
dapat memberikan solusi yang relevan dan lebih
baik dari kondisi eksisting.

Sedangkan pada tahap validasi akan


dilakukan penyerahan rancangan usulan untuk
kebijakan pengadaan pada lini farmasi kepada
stakeholder sebagai proses validasi rancangan.
ISSN : 2355-9365 e-Proceeding of Engineering : Vol.10, No.3 Juni 2023 | Page 2499

Validasi ini dilakukan untuk mengetahui apakah B. Uji Distribusi


rancangan yang telah dilakukan proses verifikasi Uji distribusi dilakukan pada data permintaan
telah sesuai indikator dengan kondisi objek sampel obat dari 5 kategori yang ditangani oleh
sehingga akan mendapatkan feedback dari farmasi pada tahun 2021 selama 12 periode. Uji
stakeholder yang akan menjadi keputusan apakah distribusi dilakukan untuk mengetahui apakah
rancangan ini dapat diterima atau tidak. data yang didapatkan berdistribusi normal atau
tidak. Uji distribusi dilakukan menggunakan uji
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN normalitas Kolmogorov-Smirnov dengan
hipotesis sebagai berikut :
A. Perhitungan Ongkos Persediaan Aktual H0 : data permintaan berdistribusi normal
Dilakukan perhitungan kondisi aktual sesuai H1 : data permintaan tidak berdistribusi normal
dengan kebijakan yang telah dilakukan pada Keputusan :
farmasi rawat inap RSIA dalam pengelolaan Jika Sig.(p) > 0.05 maka H0 tidak ditolak
persediaan obat dan alat medis untuk pasien rawat Jika Sig.(p) ≤ 0.05 maka H0 ditolak
inap. Perhitungan ini dilakukan untuk mengetahui
pengeluaran oleh farmasi yang sebenarnya dimana
dalam perhitungan ini menggunakan biaya pesan,
biaya simpan, dan biaya kekurangan masing-
masing jenis obat. Biaya aktual dapat dihitung
dengan rumus persamaan sebagai berikut [3] :

OT=Ob+Op+Os+Ok (1)

Komponen biaya aktual


GAMBAR 4 (a)
A= Biaya Pesan (Uji Distribusi Permintaan Obat)
h = biaya simpan
p = harga beli obat Berdasarkan Gambar 4(a) memperlihatkan hasil
m = jumlah persediaan uji distribusi untuk setiap permintaan obat
f = frekuensi pemesanan selama 12 periode. Dapat dilihat bahwa hasil uji
D = permintaan distribusi menggunakan Kolmogorov-smirnov
Cu = biaya kekurangan pada 5 jenis obat didapatkan Asymp. Sig (2-
N = jumlah stockout tailed) memiliki nilai sig.>0.05, maka keputusan
Contoh perhitungan ongkos persediaan Aktual nya yaitu H0 tidak ditolak. Maka dapat
dilakukan pada salah satu sampel obat yaitu disimpulkan bahwa data permintaan obat yang
Mercotin Drops 20 Ml : didapatkan berdistribusi normal.
1. Ongkos Pembelian
Ob = p x D (2)
C. Klasifikasi ABC-VED
Ob = Rp. 87. 029 x 82
Ob = Rp. 7.136.378 Sekitar 123 sampel jenis obat dilakukan
2. Ongkos pesan klasifikasi dengan menggunakan klasifikasi
Op = f x A (3) ABC berdasarkan nilai investasi nya dan
Op = 8 x Rp. 7.020 kemudian dilakukan klasifikasi obat berdasarkan
Op = Rp. 56.160 tingkat kekritisannya dan dilakukan klasifikasi
3. Ongkos simpan dengan matrix ABC-VED yang kemudian
Os = h x m (4) didapatkan hasil sebagai berikut :
Os = Rp. 7.021 x 82
Os = Rp. 575.722 TABEL 4 (a)
(Kategori Penggabungan Analisis ABC-VED)
4. Ongkos Kekurangan
Ok = N x Cu (5)
Ok = 10 x Rp. 11.828
Ok = Rp. 118.280

OT= Rp.7.136.378 + Rp. 56.160 + Rp. 575.722


+ Rp. 118.280
OT = Rp. 7.886.540
ISSN : 2355-9365 e-Proceeding of Engineering : Vol.10, No.3 Juni 2023 | Page 2500

Cate Cu : Rp. 5.765 / unit


gory D : 2524 (unit/tahun)
No of Item Jumlah % Priority L : 0,0055
med S : 229,181
icine Mencari solusi dengan metode Hadley-Within
1 I AV,BV,CV,AE,AD 42 34% P1 (Bahagia, 2006):
2 II BE,CE,BD 66 54%
P2
Iterasi 1
3 III CD 15 12% 1. Menghitung q_0^*
123 100%
2AD

ÿ01 =:
h
Dari tabel 4 (a) dapat didapatkan hasil untuk
matrix AV, BV, CV, AE, AD dengan jumlah
2 �㕥 Rp. 7.020 �㕥 2524
42 jenis obat masuk kedalam prioritas =:
penanganan 1. Sedangkan untuk matrix BE, Rp. 7.021
CE, BD, CD masuk dengan jumlah 81 jenis =71 unit
obat masuk dalam penanganan prioritas 2. 2. Menghitung ɑ
h �㕥 q∗01
α=
D. Perhitungan Metode Probabilistic Continuous (cu �㕥 D)
Review System (s,S) Rp. 7.021 �㕥 71
α=
Kategori obat yang masuk pada prioritas 1 dimana (Rp. 5.765 �㕥 2524)
berisikan jenis obat dengan klasifikasi AV, AE, α = 0,03426
AD, BV dan CV akan dilakukan perhitungan Setelah mendapatkan nilai α = 0,03426 dari
menggunakan metode Probabilistic Continuous tabel A didapatkan nilai z_α = 1,8216
Review System (Model Q) untuk didapatkan 3. Menghitung nilai Ā1 *
cadangan pengaman atau safety stock. Untuk Mencari nilai ekspektasi permintaan yang
farmasi setiap obat yang mengalami kekurangan terpenuhi

atau tidak dapat memenuhi kebutuhan pasien akan Ā01 = Ā �㕥 �㔿 + �㕧�㗼 �㕥 Ă√�㔿

tetap dilakukan pemenuhan dengan membeli obat Ā01
pada apotek di sekitar rumah sakit sehingga model = 2524 �㕥 0,0055
Q yang akan digunakan pada tugas akhir ini adalah + 1,8216 �㕥 229,181 √0,0055
Back Order (Bahagia, 2006). Karena itu pasien ∗
Ā01 = 44,8 ≈ 45 unit
akan tetap menunggu hingga obat tersedia
4. Mencari nilai ekspektasi permintaan yang
kembali.
terpenuhi Dari tabel B didapatkan nilai
�㕓(�㕧�㗼 ) =0,0759 dan �㗹(�㕧�㗼 ) = 0,01352
Berikut Merupakan contoh perhitungan salah satu
ý = Ă�㔿 [�㕓(�㕧�㗼 ) 2 �㕧�㗼 �㕥 �㗹(�㕧�㗼 )]
sampel obat yang masuk pada prioritas 1 yaitu
ý = 16,996 [0,0759
Meixam 1G Injeksi.
2 1,8216 �㕥 0,01352 ]
Komponen
ý = 0,8719 ≈ 1 unit
p : harga beli obat ∗
Setelah mendapatkan nilai N kemudian akan dicari nilai ÿ02
A : ongkos pesan
h : ongkos simpan sebagai berikut :
∗ 2 �㕥 Ā (ý + �㕐�㕢 �㕥 �㕁)
Cu : Ongkos kekurangan ÿ02 =:

D : permintaan
L : Lead time ∗ 2 �㕥 2524 ( Rp.7.020 + Rp.5.765 �㕥 0,8719 )
ÿ02 =:
S : Standar deviasi Rp.7.021

ÿ0∗ : lot pemesanan ÿ02 = 93,066 ≈ 93 unit
r : reorder point
N : Ekspektasi permintaan terpenuhi 5. Melakukan perhitungan kembali pada α dan Ā2 *
ss : cadangan pengaman h �㕥 q∗02
α=
η : service level (cu �㕥 D)
Diketahui : Rp. 7.021 �㕥 93,066
α=
p : Rp. 26.400/ unit (Rp. 5.765 �㕥 2524)
A : Rp. 7.020/ pesan α = 0,045 dan nilai �㕧�㗼 = 1,696390
h : Rp. 7.021/ unit Ā2 * = DL + �㕧�㗼 �㕥 Ă√�㔿
ISSN : 2355-9365 e-Proceeding of Engineering : Vol.10, No.3 Juni 2023 | Page 2501

= 2524 �㕥 0,0055 + Berikut Merupakan contoh perhitungan salah


1,696390 �㕥 229,181 √0,0055 satu sampel obat yang masuk pada prioritas 2
= 42, 715 yaitu Zamel Syrup 60 ML (Bahagia, 2006):
Setelah didapatkan Ā2 * kemudian akan Diketahui :
dibandingkan dengan nilai Ā1 *. Karena masih • p : Rp. 37.500 / unit
terdapat perbedaan yang cukup besar ( Ā1 * = 44,8 • A : Rp. 7.020/ pesan
dan Ā2 * = 42, 715) maka akan dilanjutkan iterasi • h : Rp. 7.021/ unit
2 dengan Ā1 * = Ā2 * = 42, 715 dan ÿ01∗ ∗
= ÿ02 = • Cu : Rp.6.875/ unit
93,066 [3] • D : 135 (unit/tahun)
Iterasi 2 dilakukan dengan mengulang proses • L : 0,0055
perhitungan pada tahap d. • S : 11,519
Kemudian dilakukan perhitungan continuous
review system (s,S) sebagai berikut [3] : Iterasi 0
1. Kebijakan inventori optimal: a. Menghitung waktu interval (T)
Pemesanan optimal (ÿ0∗ ) = 98 unit
Reorder point (r*) = 42 unit 2ý
Safety stock (ss) = 34 unit ă0 = :
Ā/
Service level (η) = 95%
2. Ekspektasi ongkos total (tahun) 2 �㕥 Rp.7.020
ă0 = :
135 �㕥 Rp.7.021
a. Ongkos beli (Ob)
Ob = Dxp ă0 = 0,12171
Ob = 2524 x Rp. 26.400 b. Menghitung ɑ dan R
�㕇 �㕥 ℎ
Ob = Rp. 66.633.600 �㗼 =
ÿ�㕢
b. Ongkos pesan (Op) 0,12171 �㕥 Rp.7.021
Op = AD/(q*) �㗼 =
Rp.6.875
Op = (Rp 7.020 x 2524)/98 �㗼 = 0,12429
Op = Rp. 180.163 Didapatkan nilai pada tabel A �㕧�㗼 = 1,1538. Dari
c. Ongkos simpan (Os) Tabel B didapatkan nilai �㕓(�㕧�㗼 ) = 0,205 ;
Os = h ((q*/2) + r-DL) �㗹(�㕧�㗼 ) = 0,0616
Os = Rp7.021x(98/2)+42-(2524x 0,0055) ā = Ā �㕥 ă + Ā �㕥 �㔿 + �㕧�㗼 √ă + �㔿
Os = Rp 542.664 ā = 135 �㕥 0,12171 + 135 �㕥 0,0055 +
d. Ongkos kekurangan (Ok)
1,1538√0,12171 + 0,0055
Ok = Cu (D/q0) N
ā = 17,858 ≈ 18 unit
Ok = Rp 5.765 (2524/98)1
c. Hitung ongkos total þ�㕇
Ok = Rp 165.087
e.Ongkos total persediaan (OT) ý = Ă√ă + �㔿[�㕓(�㕧�㗼 ) 2 �㕧�㗼 �㕥 �㗹(�㕧�㗼 )]
OT = Ob + Op + Os + Ok ý = 11,519 √0,12171 + 0,055[0,205 2
OT = Rp 66.633.600 + Rp 180.163 + Rp 1,1538 �㕥0,0616]
542.664 + Rp 165.087 ý = 0,5502 ≈ 1 unit
OT = Rp. 67.521.514
ý Ā�㕇 ÿÿ
E. Perhitungan Metode Probabilistic Periodic þ�㕇 = Dp+ + h (R 2Ā�㔿 + )+ ý
�㕇0 2 �㕇
Review System (R,s,S) Rp.7.020
Kategori obat yang masuk pada prioritas 2 þ�㕇 = 135 �㕥 Rp. 37.500 + + Rp. 7.021 (
0,12171
dimana berisikan jenis obat dengan klasifikasi 16,4309
17,858 2 0,74250 + ) +
BE, BD, CE, dan CD akan dilakukan 2
�㕅�㕝,6.875
perhitungan menggunakan metode �㕥 0,5502
0,12171
Probabilistic Periodic Review System (Model þ�㕇 = Rp. 5.211.828
P) untuk mendapatkan lot pemesanan yang Kemudian akan dilakukan iterasi 1 dengan
optimal selama interval waktu (T). Pada tugas menambahkan ă0 dengan 0,005 sehingga
akhir ini akan dilakukan perhitungan ă1 =0,12671
menggunakan model P dengan back order Iterasi 1
karena kebutuhan pasien akan obat tetap a. Hitung nilai �㗼
dilayani meskipun terjadi kekurangan. [3] ă �㕥 /
�㗼 =
ÿÿ
ISSN : 2355-9365 e-Proceeding of Engineering : Vol.10, No.3 Juni 2023 | Page 2502

0,12671 �㕥 Rp. 7.021 2. Mencari nilai Ā�㕝 dan Ă�㕝 [13] :


�㗼 = ý
Rp. 6.875 Ā�㕝 = 1,3 �㕋�㕅 0,494 ( )0,506 (1 +
Ā�㕟
�㗼 = 0,12940 �㔎�㕅+�㔿² 0,116
Didapatkan nilai pada tabel A �㕧�㗼 = 1,1292 Dari )
�㕋�㕅 ²
Tabel B didapatkan nilai �㕓(�㕧�㗼 ) = 0,2109 ; Ā�㕝 =
�㗹(�㕧�㗼 ) = 0,06475 Rp.7.020 0,506
1,3 �㕥 (17,1045)0,494 ( ) �㕥 (1 +
ā = Ā �㕥 ă + Ā �㕥 �㔿 + �㕧�㗼 √ă + �㔿 Rp.37.500 x Rp.7021
0,116
ā = 135 �㕥 0,12671 �㕥 135 �㕥 0,0055 1,52282
)
17,1045²
+ 1,1292 √ 0,12671 + 0,0055
Ā�㕝 = 15,047
ā = 18,259 ≈ 18 unit
b. Hitung ongkos total þ�㕇 Ā�㕝 Āā
ý = Ă√ă + �㔿[�㕓(�㕧�㗼 ) 2 �㕧�㗼 �㕥 �㗹(�㕧�㗼 )] �㕧 = :
�㔎�㕅�㔿 þ3
ý = 11,519 √0,12671 + 0,055[0,2109 2
1,1292 �㕥 0,06475] (15,047)�㕥(Rp. 7.021)�㕥(0,1267)
�㕧 = :
ý = 0,5770 ≈ 1 unit (1,5228)�㕥(Rp. 6.875)

ý Ā�㕇 ÿÿ
�㕧 =1,1307
þ�㕇 = Dp+ + h (R 2Ā�㔿 + )+ ý
�㕇0 2 �㕇
Rp.7.020 0,183
þ�㕇 = 135 �㕥 Rp. 37.500 + + Rp. 7.021 Ă�㕝 = 0,973 �㕋�㕅 + �㔎�㕅+�㔿 +( +
0,12671 �㕧
(18,259 2 0,74250 + 1,063 2 2,19�㕧)
17,1059 �㕅�㕝,6.875
)+ �㕥 0,5770 Ă�㕝 =
2 0,12671
þ�㕇 = Rp. 5.210.324 0,973 �㕥 (17,1045) +1,5228 +
0,183
Karena ongkos pada iterasi 1 < daripada ongkos ( + 1,063 2 2,19 �㕥 (1,1307))
1,1307
sebelumnya (Rp. 5.210.324 < Rp. 5.211.828)
Ă�㕝 = 29,907
maka dilanjutkan pada iterasi dengan menambah
ă0 dengan 0,005, maka T = 0,13171 3. Menghitung nilai k
�㕟
Kemudian dilakukan perhitungan ÿ�㕢 ≥ (�㕘) =
þ3 +�㕟
perhitungan periodic review system (R,s,S) pada Rp.7021
ÿ�㕢 ≥ (�㕘) =
Zamel Syrup 60 ML sebagai berikut [12] : Rp.6.875+Rp.7021

Diketahui : ÿ�㕢 ≥ (�㕘) = 0,1146


f. R = 0,1267 (�㕘) = 1,2024
g. L = 0,0055 4. Menghitung nilai Ă0
h. D = 135 Ă0 = �㕋�㕅+�㔿 + �㕘 �㔎�㕅+�㔿
i. s = 11,519 Ă0 = 17,8470 + (1,2024)�㕥(1,5228)
j. r = Rp. 7021 Ă0 = 19,6780
k. B3 = Rp. 6.875 5. Menghitung parameter (s,S)
l. A = Rp. 7.020 s = ÿÿĀÿÿ�㕢ÿ {Ă�㕝 , Ă0 }
m. V = Rp. 37.500 s = ÿÿĀÿÿ�㕢ÿ {29,907, (19,6780)}
Dilakukan perhitungan maximum inventory s = 20
level dan reorder point sebagai berikut : S = ÿÿĀÿÿ�㕢ÿ {Ă�㕝 + Ā�㕝 , Ă0 }
S = ÿÿĀÿÿ�㕢ÿ {29,907 +
1. Menghitung nilai �㕋�㕅 , �㕋�㕅+�㔿 dan �㔎�㕅�㔿 15,047, 19.6780}
[13] : S = 20
�㕋�㕅 = ā�㕥Ā
�㕋�㕅 = 0,1267�㕥 135 F. Perbandingan Total Ongkos Persediaan
�㕋�㕅 = 17,1045 Eksisting dan usulan.
�㕋�㕅+�㔿 = Ā(ā + �㔿) Perbandingan ongkos total eksisting dengan
�㕋�㕅+�㔿 = 135 �㕥 (0,1267 total ongkos persediaan usulan dengan metode
+ 0,0055) Continuous Review (s,S) dan Periodic Review
�㕋�㕅+�㔿 = 17,8470 (R,s,S).
�㔎�㕅+�㔿 = �㔎(ā + �㔿)
�㔎�㕅+�㔿 = 11,519 �㕥 (0,1267 +
0,055)
�㔎�㕅+�㔿 = 1,5228
ISSN : 2355-9365 e-Proceeding of Engineering : Vol.10, No.3 Juni 2023 | Page 2503

% Demand Perubahan %
-25% Rp 1.254.915.856 -24%
-20% Rp 1.336.043.146 -20%
-15% Rp 1.417.170.440 -15%
-10% Rp 1.498.297.730 -10%
-5% Rp 1.579.425.025 -5%
0% Rp 1.660.552.318 0%
5% Rp 1.754.263.496 6%
10% Rp 1.822.806.898 10%
15% Rp 1.903.934.188 15%
20% Rp 1.985.061.483 20%
25% Rp 2.066.188.771 24%
% Ongkos Pesan Perubahan %
GAMBAR 4 (b) -25% Rp 1.649.975.779 -0,19%
(Perbandingan Ongkos Total Persediaan eksting -20% Rp 1.650.595.305 -0,15%
dan Usulan) -15% Rp 1.651.214.825 -0,11%
-10% Rp 1.651.834.360 -0,07%
Gambar 4 (b) merupakan grafik perbandingan -5% Rp 1.652.453.883 -0,04%
0% Rp 1.653.073.410 0,00%
ongkos total biaya persediaan usulan untuk
5% Rp 1.653.692.936 0,04%
kedua kelompok prioritas obat setelah 10% Rp 1.654.312.460 0,07%
dilakukan kebijakan usulan yang baru dengan 15% Rp 1.654.931.991 0,11%
ongkos total persediaan eksisting. Terlihat 20% Rp 1.655.551.515 0,15%
bahwa ongkos yang dikeluarkan untuk 25% Rp 1.656.171.039 0,19%
% Ongkos Simpan Perubahan %
persediaan usulan lebih rendah dengan selisih -25% Rp 1.650.486.991 -0,160%
sebesar Rp1.656.942.450. Hal tersebut -20% Rp 1.651.004.274 -0,130%
membuktikan bahwa rancangan kebijakan -15% Rp 1.651.521.554 -0,090%
persediaan usulan mampu mengatasi -10% Rp 1.652.038.837 -0,060%
permasalahan biaya persediaan yang tinggi -5% Rp 1.652.556.124 -0,030%
0% Rp 1.653.073.410 0,000%
hingga 50%. 5% Rp 1.653.590.693 0,030%
10% Rp 1.654.107.979 0,060%
G. Analisis Sensitivitas 15% Rp 1.654.625.257 0,090%
20% Rp 1.655.142.543 0,130%
Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui 25% Rp 1.655.659.828 0,160%
dampak dari adanya perubahan pada variable % Ongkos Kekurangan Perubahan %
-25% Rp 1.665.902.489 -0,13%
terhadap solusi yang diberikan. Parameter
-20% Rp 1.666.333.612 -0,10%
perubahan ini dilakukan untuk mengukur -15% Rp 1.666.764.725 -0,08%
perubahan yang terjadi pada total biaya -10% Rp 1.667.195.841 -0,05%
persediaan akan adanya perubahan variable input -5% Rp 1.667.626.961 -0,03%
nya. Analisis sensitivitas dilakukan pada ongkos 0% Rp 1.668.058.080 0,00%
5% Rp 1.668.489.192 0,03%
pesan, ongkos simpan, ongkos kekurangan dan 10% Rp 1.668.920.313 0,05%
permintaan pada obat dengan persentase 15% Rp 1.669.299.500 0,06%
perubahan -25% hingga +25%. 20% Rp 1.669.782.546 0,10%
25% Rp 1.670.213.655 0,13%
TABEL 4 (b)
(Analisis Sensitivitas) Setelah dilakukan analisis sensitivitas keseluruhan
dapat dilihat pada tabel 4 (b) variabel yang memiliki
nilai sensitivitas tinggi terhadap perubahan ongkos
persediaan adalah permintaan.Semakin tinggi
permintaan maka semakin besar pula nilai ongkos
persediaan.

V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil perancangan pada tugas akhir
yang dilakukan pada lini farmasi rawat inap RSIA
untuk kebijakan persediaan obat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
A. Dilakukan klasifikasi obat dengan sampel
berjumlah 123 jenis obat yang masuk pada 5
kategori obat yang ditangai yaitu obat umum,
ISSN : 2355-9365 e-Proceeding of Engineering : Vol.10, No.3 Juni 2023 | Page 2504

injeksi, infus, BMHP, dan suppositoria didapatkan 1. Pada proses perancangan kebijakan
hasil untuk klasifikasi berdasarkan tingkat didapatkan hasil berupa interval review time (R),
investasi tahunan kedalam klasifikasi ABC. Untuk reorder point (s), dan maksimum kapasitas (S).
kategori A berjumlah 19 jenis obat, kategori B 27 2. Setelah dibandingan total biaya persediaan
jenis obat dan kategori C berjumlah 77 jenis obat. eksisting dengan total biaya persediaan usulan
Dilakukan juga pengelompokkan berdasarkan pada 81 jenis obat yang masuk pada prioritas 2
tingkat kekritisan obat dengan klasifikasi VED dan didapatkan hasil berupa penurunan biaya
didapatkan hasil untuk kategori V (vital) berjumlah persediaan hingga 73%. Sehingga dapat
25 jenis obat, kategori E (essensial) berjumlah 74 disimpulkan bahwa dengan penerapan kebijakan
jenis obat, dan kategori D (desirable) berjumlah 24 usulan ini mampu meminimasi ongkos persediaan
jenis obat. Setelah itu dilakukan pengklasifikasian eksisting.
dengan matrix ABC-VED untuk didapatkan 3. Jumlah stok eksisting pada gudang untuk 81
prioritas penanganan untuk solusi kebijakan jenis obat pada prioritas 2 berjumlah 96.941 unit,
persediaan usulan dan dihasilkan untuk prioritas 1 setelah dilakukan kebijakan usulan didapatkan
dengan matrix AV, AE, AD, BV, CV berjumlah 42 total stok yaitu 13.620. Dapat disimpulkan bahwa
jenis obat. Prioritas 2 dengan matrix BE, BD, CE, hasil perancangan dapat menurunkan persediaan
CD berjumlah 81 jenis obat. yang menumpuk pada gudang hingga 86%.
B. Berdasarkan hasil perhitungan untuk kebijakan 4. Jumlah frekuensi pemesanan pada usulan lebih
obat yang masuk pada prioritas 1 menggunakan tinggi 55% karena didapatkan waktu pemesanan
metode continuous review system (s,S) atau model kembali dalam pemenuhan persediaan untuk
Q didapatkan hasil sebagai berikut : menghindari terjadinya kekurangan persediaan
1. Pada proses perancangan kebijakan obat, meskipun frekuensi pemesanan bertambah
didapatkan hasil dari tingkat pelayanan 95%, namun jumlah pemesanan tetap dapat dikendalikan
reorder point (r), ukuran lot pemesanan (q*), karena didapatkan nilai kapasitas maksimum
safety stock (ss), dan maksimum inventory. sehingga dapat menghindari adanya penumpukan
Sehingga dapat meminimasi ongkos simpan berlebih pada gudang.
hingga 98%. D. Dari hasil perhitungan untuk 123 jenis obat yang
2. Setelah dibandingan total biaya persediaan masuk pada 2 prioritas penanganan dibandingkan
eksisting dengan total biaya persediaan usulan total ongkos persediaan eksisting yang awalnya
pada 42 jenis obat yang masuk pada prioritas 1 sebesar Rp. 3.319.697.099 menjadi Rp.
didapatkan hasil berupa penurunan biaya 1.662.754.649 pada kebijakan persediaan usulan.
persediaan hingga 40%. Sehingga dapat Dapat disimpulkan kebijakan persediaan usulan
disimpulkan bahwa dengan penerapan kebijakan mampu meminimasi biaya persediaan hingga 50%.
usulan ini mampu meminimasi ongkos
persediaan eksisting. REFERENSI
3. Jumlah stok eksisting pada gudang untuk 42 [1] E. Herjanto, Manajemen Operasi, Jakarta,
jenis obat pada prioritas 1 berjumlah 69.803 unit, 2008.
setelah dilakukan kebijakan usulan didapatkan
[2] A. Nurwildani, "Evaluasi Perencanaan Obat
total stok yaitu 17.976. Dapat disimpulkan
Menggunakan Metode Kombinasi ABC-VEN
bahwa hasil perancangan dapat menurunkan
di RSD Dr. Soebandi Jember," 2018.
persediaan yang menumpuk pada gudang hingga
74% [3] S. N. Bahagia, Sistem Inventory, Bandung:
4. Jumlah frekuensi pemesanan pada usulan lebih ITB, 2006.
tinggi 56% karena didapatkan waktu pemesanan [4] M. B. Alexandri, Manajemen Keuangan
kembali dalam pemenuhan persediaan untuk Bisnis: Teori dan Soal, Bandung: Penerbit
menghindari terjadinya kekurangan persediaan Alfabeta, 2009.
obat vital, meskipun frekuensi pemesanan [5] J. Heizer and B. Render, Manajemen Operasi,
bertambah namun jumlah pemesanan tetap dapat Jakarta: Salemba empat, 2010.
dikendalikan karena didapatkan nilai lot
[6] S. Assauri, Manajemen Produksi dan Operasi,
pemesanan dan kapasitas maksimum sehingga
Jakarta, 2004.
dapat menghindari adanya penumpukan berlebih
pada gudang. [7] S. Chopra and P. Meindl, Supply Chain
C. Berdasarkan hasil perhitungan untuk kebijakan Management : Strategy, Planning, and
obat yang masuk pada prioritas 2 menggunakan Operation, Precentice Hall, 2014.
metode periodic review system (R,s,S) atau model P [8] J. P. Quick, R. O. Laing, R. W. O'Cornor and J.
didapatkan hasil sebagai berikut : R. Rankin, Managing Drug Supply, The
ISSN : 2355-9365 e-Proceeding of Engineering : Vol.10, No.3 Juni 2023 | Page 2505

Selection, Procuremenet, Distribution and Use


of Pharmaceutical, USA:Kumarin Press:
Conecticus, 2012.
[9] M. Devnani, A. Gupta and R. Nigah, "ABC
and VED Analysis of the Pharmacy Store of a
Tertiary Care Teaching, Research and Referral
Healthcare Institute of India," J Young Pham,
2010.
[10] E. A. P. D. F. Silver and D. J. Thomas,
Inventory and Production Management in
Supply Chains, Boca Raton: CRC Press, 2017.
[11] S. Mulyono, Riset Operasi, 2004.
[12] E. A. P. D. F. Silver and D. J. Thomas,
"Inventory and Production Management in
Supply Chains," 4th ed., Boca Raton, CRC
Press, 2017.
[13] I. L. Manik, "Pengendalian Persediaan Obat
dengan Analisis ABC dan VEN di Rumah
Sakit Umum Daerah Porsea," Talenta
Conference Series : Energy & Engineering ,
vol. 2, no. 3, 2019.
[14] M. Devnani , A. Gupta and R. Nigah, "ABC
and VED Analysis of the Pharmacy Store of a
Tertiary Care Teaching, Research and Referral
Healthcare Institute of India," J Young Pham,
vol. 2, 2010.

Anda mungkin juga menyukai