Anda di halaman 1dari 54

Hasil Investasi

(The Return of Investment)

Oleh :
Abdullaah Bahjat, Ph.D.
Ieman Kurdi

Alih Bahasa:
Ir. Gusti Noor Barliandjaja
Daftar Isi
Judul . Halaman

Daftar Isi ...................................................................................................................................................................... 2


Pengantar.................................................................................................................................................................................... 3
Hasil ber-Investasi................................................................................................................................................................ 9
Letak Lahan Investasi........................................................................................................................................................ 10
Jalan Menuju Ke Sana ..................................................................................................................................................... 10
Kabar Gembira Bagi Muqarrabin........................................................................................................................... 12
Pintu Surga Akan Terbuka............................................................................................................................................. 13
Lebar Pintu-pintu Surga.................................................................................................................................................. 14
Tingkat-tingkat Surga........................................................................................................................................................ 16
Surga Tertinggi dan Para Penghuninya............................................................................................................. 17
Dinding Pemagar Surga ................................................................................................................................................. 19
Bidadari-bidadari Surga................................................................................................................................................. 21
Mereka Menantikan Kedatangan Anda...................................................................................................... 22
Taman-taman Surga .......................................................................................................................................................... 21
Tanah Surga ............................................................................................................................................................... 26
Pepohonan dan Buah-buah di Surga........................................................................................................... 27
Atmosfir, Cahaya, dan Waktu........................................................................................................................... 30
Rumah dan Istana di Surga................................................................................................................................ 31
Wewangian Surga.................................................................................................................................................... 34
Sungai-sungai dan Mata-air.............................................................................................................................. 34
Parabot di Surga....................................................................................................................................................... 36
Pakaian dan Perhiasan Para Penghuni Surga...................................................................................... 37
Makanan, Minuman, dan Peralatan Para Penghuni Surga ------------------------------------------------ 38
Komunikasi Antar Para Penghuni Surga................................................................................................. 40
Apakah yang Mereka Dengarkan?................................................................................................................ 41
Kesenangan Abadi................................................................................................................................................... 42
Kebahagiaan Batiniyah Para Penghuni Surga...................................................................................... 48

* * *

2
2
Pengantar

Segala Puji hanyalah bagi Allah (SWT) yang telah menjadikan manusia sebagai yang terbaik
diantara semua makhluk-Nya, dan (Dia) menerangkan dan menyediakan bagi manusia jalan iman
dan kebenaran. Dia menciptakan Surga sebagai balasan bagi yang mengikuti jalan-Nya, dijadikan-
Nya segala isi Surga begitu indah – tak pernah terlihat dengan mata, tak pernah terdengar dengan
telingga, dan bahkan tak pernah terlintas dalam hati. Saya panjatkan shalawat dan salam bagi
hamba-Nya yang pada dirinya terkumpul segala kebenaran dan akhlaq mulia – pemimpin kita,
penutup para Nabi dan Rasul, Muhammad Rasulullah (SAW), juga bagi keluarganya, para
sahabatnya dan para pengikutnya yang setia dalam ketaatan kepada Allah (SWT).

Amma ba’du:

Satu hal mengherankan dari berbagai ihwal yang dapat dibayangkan adalah, bahwa orang telah
dapat mendengar berita tentang Surga dan apa saja yang telah disediakan oleh Allah (SWT)
didalamnya, namun orang masih juga gagal menggerakkan dirinya untuk melakukan perbuatan
(amaliyah) demi mencapai Surga. Ketika para sahabat Rasulullah dan para pengikut mereka
(tabiin) dari kalangan salafush-shalih mendengar berita tentang Surga, mereka membicarakan hal
itu sepanjang siang dan malam, serta bekerja keras untuk sampai ke sana.

Kita telah mendengar berita perihal Surga dan yakin atas keberadaannya; kita mempercayainya
namun kita mengabaikannya!

Kita telah menjadi lalai dan terlenakan, dan tak pernah memikirkannya sama sekali, dan
ingatlah bahwa segala yang orang gagal untuk tetap mengingatnya maka hal itu pun akan mudah
untuk terlupakan olehnya.

Bagaimana caranya agar kita terlepas dari keterlenaan kita? Bagaimana seorang hamba bisa
menjadi seperti generasi umat Muslim yang pertama (generasi para sahabat), lantas mendengarkan
dan memandang segala hal dengan cara mereka? Bagaimanakah kita yang telah mendapat berita
demikian (perihal Surga) tidak menjadi bergegas dan dengan hati penuh gairah bersegera berusaha
memasukinya; Demikianlah perasaan generasi pertama, bisakah kita juga sebergairah mereka
(dalam menyegerakan melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya)?

2
Ketika Rasulullah Muhammad (SAW) hadir menyampaikan agama yang sempurna ini, beliau
telah berjanji bahwa barangsiapa menjadi pengikutnya maka akan memperoleh Surga; didalam
qalbu para sahabat (RA= radhiallahu anhum) tidak timbul nafsu yang buruk; tak setitik pun
terdapat karat pada qalbu mereka; Sesungguhnya mereka sama sekali tidak menderita penyakit
qalbu, sehingga mudah bagi mereka untuk meninggalkan (semua yang dilarang) dan
mengorbankan harta yang mereka miliki agar mereka memperoleh apa yang telah dijanjikan oleh
Rasulullah (SAW) tersebut, seperti dalam contoh tentang seorang sahabat yang memiliki beberapa
butir kurma di genggaman tangannya ketika ia sedang didalam pertempuran, dan sebelum ia
berkesempatan untuk menikmati kurma itu, ia berkata kepada diri sendiri: “Wah…waah, Jika
bagiku hanya tersisa kesempatan hidup selama waktu yang diperlukan untuk menghabiskan
kurma-kurma ini sebelum memperoleh Surga Firdaus, maka hidup ini sungguh terlalu lama
bagiku…” Maka ia pun membuang jauh kurma-kurma dalam genggamannya dan mulailah ia
bertempuh sehingga gugur sebagai syuhada.

Demikianlah, para Sahabat (RA) seolah-olah telah melihat bahwa Surga itu ada persis di
hadapan mata mereka sepanjang usia mereka; Maka jadilah itu mutlak sebagai sasaran utama
mereka dan selalu nampak di pelupuk mata manakala mereka sedang mengerjakan segala hal –
bahkan ketika mereka hendak tidur dan ketika terjaga dari tidur. Suatu ketika, Haritsah (RA)
ditanya oleh Rasulullah (SAW): “Wahai Haritsah! Dalam keadaan bagaimana engkau bangun
dari tidurmu hari ini?” Ia menjawab: “(Aku bangun) sebagai seorang mukmin sejati”, maka
Rasulullah (SAW) bersabda: “Renungkanlah apa yang baru engkau ucapkan, sebab segala
sesuatu yang diucapkan seseorang tentang dirinya haruslah dibuktikan dalam tindakannya;
lalu apakah bukti ucapanmu itu?” Ia menjawab: “Aku telah mengorbankan kehidupan ini
dengan bangun di waktu malam (untuk sholat malam/ qiyamul-lail) dan aku dahaga di pagi hari
(karena shaum/puasa); aku lakukan itu seolah-olah aku melihat singgasana Rabb-ku nampak di
hadapanku, dan para penghuni Surga sedang saling kunjung-mengunjungi, dan para penghuni
Neraka sedang mendapat siksa.” Kemudian Beliau (SAW) bersabda: “Wahai Haritsah! Dirimu
telah memahami inti persoalan, maka peliharalah.” (1)

1
(?) Riwayat Al-Haithami dalam “Majma’ Az-Zawaa’id” No. (981) dan mata-rantai perawinya termasuk Yusuf bin ‘Atiyyah yang tidak
diterima ada diantara para perawi, namun riwayat ini dapat digunakan disini sebagai penunjang gagasan paragraf di atas yang
2menggambarkan situasi para Sahabat (RA) dalam upaya mereka menjauhi kesenangan duniawi, mendamba kehidupan Akhirat dan
mengingat-ingat ke-Mahabesar-an Allah (SWT) dan juga Surga dan Neraka-Nya.
Menentukan suatu sasaran, menggambarkan dan memperindahnya dalam benak kita akan
menjadi pembangkit semangat dan mendorong diri untuk berjuang untuk mencapainya; sebaliknya
(jika diri lalai) maka sasarannya pun terlupakan, ini karena manusia cenderung condong terhadap
apa yang mampu ia gambarkan dibandingkan dengan apa yang hanya dapat didengarnya.
Rasulullah (SAW) bersabda: “Mendengar kabar tidaklah sama dengan menyaksikan langsung;
Allah mengabarkan kepada Musa perihal perbuatan umatnya menyembah patung anak sapi
dan ketika mendengar kabar itu Musa tidak melemparkan lempengan-lempengan Kitab
(Taurat) yang diterimanya Allah, namun ketika ia menyaksikan sendiri perbuatan umatnya
sedemikian itu maka ia lemparkan lempengan-lepengan itu sehingga pecah.” (2) Musa (AS)
bukannya tidak mempercayai apa yang dikabarkan oleh Allah (SWT) kepadanya, namun dampak
dari mendengar suatu berita tidaklah sekuat dampak ketika ia menyaksikan dengan mata-kepala
sendiri. Demikian juga halnya, Surga adalah tempat yang telah diberitakan kepada kita, namun kita
tidak dapat menyaksikannya di dunia ini, kalaulah dapat dilihat maka sudah barang tentu semua
orang akan menjadi Muslim; Demikianlah ke-Mahabijaksana-an Allah (SWT) untuk tidak
memperlihatkan Surga.

Boleh jadi kita telah menyaksikan di beberapa tempat perbelanjaan, betapa indah sebuah mobil
mewah yang dipajang didepan tempat-tempat itu sebagai hadiah untuk pemenang undian.
Pengelola tempat itu memajang hadiah-hadiah itu agar disaksikan langsung oleh para pengunjung
sehingga tidak perlu menguraikan secara lisan, dan ketika pengunjung melihat langsung hadiah-
hadiah yang dijanjikan maka bergegaslah mereka masuk kedalam tempat itu untuk berbelanja
aneka barang, dengan harapan akan memenangkan hadiah undian itu. (3)
Karena Surga bukanlah hadiah instan, maka hendaklah orang yang mendambakannya berusaha
mengangankan didalam hatinya agar dirinya terdorong untuk mendapatkannya, kalau tidak
demikian maka bisa saja ia menjadi lemah/malas untuk mengupayakan keberhasilan dan
ketekunannya pun memudar. Surga bukanlah sesuatu yang jelas dapat dilihat bagi mata manusia di
kehidupan sekarang, tetapi para shalihin bisa membayangkannya, sebagaimana tersebut dalam
hadits perihal Haritsah(RA) di atas. Semakin seorang hamba mendekatkan diri kepada Allah
(SWT), semakin kuat kemampuannya untuk membayangkan hal-hal ghaib menggunakan ‘mata-
batin’-nya, itulah sebabnya seorang hamba dianjurkan agar hendaknya ia menyembah Allah
(mengerjakan shalat) seolah-olah ia sedang melihat Allah (SWT).(4)

Salah satu hal terpenting bagi seseorang adalah bahwa ia mengetahui bahwa Surga itu ada dan
ia membayangkan sebuah gambaran menyeluruh tentang Surga berdasarkan keterangan Al-Qur’an
dan As-Sunnah, khususnya setelah membaca uraian dalam buku ini; sepatutnya seseorang
memperkuat gambaran batinnya dengan hal-hal nyata sementara ia sedang membayangkannya
sehingga gambaran itu menjadi lebih nyata baginya; karena itulah Allah (SWT) seringkali
memberikan penjelasan dan uraian perihal Surga didalam Al-Qur’an, misalnya:

2
(?)Riwayat Ahmad didalam “Musnad”-nya (1/443-2451) dan Al-Albaani menggolongkan hadits ini shahih dalam “Shahih Al-Jaami’)
No. (5374).
3
(?) Hal seperti ini tergolong judi sebagaimana telah diperingatkan oleh para ulama, maka setiap orang hendaklah waspada terhada hal
demikian.
4 2 (?) Bermenung (tafakur) tentang Allah (SWT) tidak berarti harfiah membayangkan Dzat Allah, namun memenungi segala ciptaan-
Nya yang merupakan cerminan dari ke-Mahabesar-an Nya.
‫َويُ ْد ِخلُهُ ُم ْٱل َجنَّةَ َع َّرفَهَا لَهُ ْم‬
artinya: “Dan memasukkan mereka kedalam Surga yang telah diperkenalkan-Nya kepada
mereka.” [Muhammad(47): 6] Imaam Az-Zamakhshari, Rahimahullah, menafsirkan ayat ini
sebagai berikut: “(Allah) telah memperkenalkan, bermakna menjelaskan(perihal Surga) kepada
mereka.” Beberapa ahli tafsir yang lain memaknai ‘memperkenalkan’ berarti menguraikan
(perihal Surga) kepada mereka. (5)

Rasulullah (SAW) memanfaatkan contoh-contoh dari kehidupan ini demi mempermudah orang
yang mendengarkan uraian perihal Surga untuk membayangkannya, seperti ketika beliau (SAW)
bersabda kepada seorang Arab Badui dalam rangka menerangkan perihal pohon Tubaa di dalam
Surga: “Pohon itu mirip dengan pohon kenari di Syria yang tumbuh pada satu batang-pokok
dan bagian atasnya bercabang-cabang.” Contoh lain, beliau (SAW) menerangkan kepada
seorang badui yang lain perihal ukuran sebutir buah anggur di Surga: “Pernahkah ayahmu
menyembelih seekor domba yang besar?” Si badui pun menjawab: “Ya!” maka Rasulullah
(SAW) bersabda: “Apakah ayahmu menguliti sembelihan itu dan memberikan kulitnya kepada
ibumu, dan meminta agar ibumu membuat sebuah keranjang dari kulit itu?” Jawabannya pun:
"Ya", maka beliau (SAW) menerangkan kepadanya bahwa sebesar keranjang itulah ukuran sebutir
anggur Surga. (6)

Satu dari alasan mengapa orang lengah untuk tetap mengigat Surga dan lalai dalam berupaya
mendapatkannya adalah karena mereka tidak memiliki gambaran yang benar dan komprehensif
(menyeluruh) perihal Surga dalam akal mereka; ini lantaran kita berada di zaman yang telah jauh
dari masa Rasulullah (SAW), dan juga karena qalbu kita telah berkarat, terbelenggu oleh
keterlenaan (dari tujuan hidup), terusik oleh tantangan dan bujuk-rayu gaya hidup orang lain yang
bermukim di rumah-rumah indah dan ‘istana’ megah; juga akibat dari ‘godaan’ tempat-tempat
wisata yang indah ‘laksana surga’ seperti yang terdapat di Malaysia, Jerman, Amerika, Hawaii,
dan sebagainya; dan yang tak kalah penting adalah fakta hadirnya sarana-sarana informasi yang
menyajikan dan mengiklankan semua (gaya hidup) itu langsung ke dalam rumah-rumah semua
orang.

5 2 (?) Lihat tafsir Al-Qurtubi & Ar-Raazi, dan ayat ini juga mengandung makna-makna lain.
6
(?) Rujukannya akan kami kutip dalam bahasan: 'Pepohonan dan Buah-buahan Surga.'
Semua yang telah disebutkan di atas, sebagai tambahan atas keadaan umat yang lemah iman
dan memperturutkan keinginan dan godaan nafsu, artinya, umat lebih suka hadiah materi yang
cepat didapat dibandingkan dengan (hadiah Surga) yang butuh waktu penantian yang lama;
mereka memandang Surga melalui sepasang mata yang telah terpenuhi dengan harta-benda yang
mereka miliki dalam hidup ini, dan lebih menyukai makan-makan dan bersantai-ria daripada
berjuang dengan sungguh-sungguh. Jika seseorang dari mereka digugah untuk bersemangat meraih
istana di Surga, mereka akan mengatakan: “Kami toh, telah memiliki yang serupa itu di dunia
ini!”; Jika kita beritakan kepada mereka perihal sungai-sungai dan mata-air di dalam Surga,
mereka pun menimpali: “Sama dengan yang telah kami saksikan.” Bila kita menerangkan tentang
taman-taman di Surga dan keteduhan suasananya, dikatakan oleh mereka: “(di Dunia ini) banyak
yang seperti itu.” Bahkan jika kita mencoba menyemangati mereka dengan penjelasan betapa
mempesona para bidadari penghuni Surga, mereka pun menyergah: “Kami telah bosan dengan
mereka”. Bagaimana mungkin seorang yang telah teramat kenyang dengan berbagai kesenangan
duniawi dapat berfikir untuk makanan tambahan, walaupun yang jauh lebih baik? Mungkinkah
seorang yang memuaskan segenap hawa-nafsunya merenungkan apa yang dibutuhkannya lagi?
Dengan kita menambahkan fakta bahwa melemahnya iman dan memudarnya keinginan untuk
berjumpa dengan Allah (SWT) dan kerinduan yang mendalam untuk sampai kepada saat
perjumpaan dengan-Nya mengakibatkan seseorang semakin terjerumus pada pemuasan nafsu-
nafsunya, maka lengkaplah sudah jawaban atas persoalan ‘Mengapa banyak orang yang tidak lagi
berjuang untuk mendapatkan Surga?’.

Boleh jadi keterangan di atas juga merupakan penjelasan atas perbedaan antara sepak-terjang
kita dibandingkan dengan apa yang telah dilakukan oleh para Sahabat (RA), dimana mereka kala
itu sangat merindukan Surga dan gigih berjuang (dengan harta dan jiwanya) untuk mencapainya.
Mereka memikirkan bagaimanakah kiranya kedudukan yang akan mereka dapatkan disisi Sang
Raja Segala Raja, Yang Mahakuasa, Yang Mahaesa dan Yang Maha Agung, Yang Maha Suci dan
Maha Mulia; maka mereka pun menantikan saat perjumpaan itu seraya memerdekakan jiwa
mereka dari belenggu segala nafsu; mereka rendahkan pandangan mata mereka dari kesenangan
dan nafsu duniawi; mereka rindukan saat pertemuan itu dengan segenap qalbu yang selalu dahaga
terhadap mata-air petunjuk dan bimbingan Nya. Orang-orang yang lebih menyukai kenikmatan
hidup ini melebihi dari cintanya terhadap masa depan (Akhirat) yang telah dijanjikan oleh Allah
(SWT) adalah orang-orang yang telah lupa atas betapa sangat berharganya pahala yang sedang
menantikan mereka; sepertinya mereka mengira bahwa apa yang dijanjikan di kehidupan Akhirat
itu sama saja dengan apa yang telah mereka miliki di kehidupan dunia ini. Orang-orang seperti ini
adalah sosok-sosok yang gagal memahami sepenuhnya apa yang sebenarnya dijanjikan terhadap
mereka.

Kehidupan modern lengkap dengan segala keindahannya telah memperdaya dan memesona
masyarakat; kenikmatan dan kesenangan yang tersaji telah merasuk jauh kedalam qalbu mereka,
sehingga banyak orang telah menjadi pemuja (tunduk kepada) semua hal (yang dikatakan modern)
itu, meskipun mengerti bahwa kesenangan-kesenangan itu sama sekali tidaklah sebanding dengan
kenikmatan didalam Surga.

2
Pada usia muda, manusia menjalani ‘periode-emas’ dari rentang masa hidupnya dan ini terjadi
manakala tenaga dan semangat mereka sedang pada puncaknya. Perusahaan-perusahaan farmasi
bekerja keras untuk mengembangkan segala macam obat yang diharapkan dapat memperpanjang
periode ini; semua kaum muda berharap bahwa perjalanan waktu berhenti di usia ini; kaum tua
pun menoleh ke masa muda mereka seolah periode itu adalah sebuah mimpi indah dan berangan-
angan bahwa putaran jarum jam berbalik arah untuk mengembalikan mereka ke masa-muda.

Kita hidup di era pembangunan dan pengembangan, kemakmuran melimpah dan bermuncul
temuan-temuan baru, namun orang tidak mampu menyediakan sarana-sarana pokok penunjang
kenyamanan; keselamatan dan keamanan; orang kaya takut harta mereka dicuri; para orangtua
khawatir anak-anak mereka akan tersesat dan terpengaruh oleh munculnya berbagai kerusakan
moral yang mengelilingi mereka; kepala keluarga mengkhawatirkan serangan para penjahat,
mereka yang sehat takut jatuh sakit; mereka yang sakit ketakutan terhadap kematian. Rasa takut
dapat dijumpai oleh seseorang ke arah mana pun ia memandang, dan dengan semakin bertambah
makmur dan bertambah banyak harta, orang semakin bertambah pula rasa takutnya.

Segala macam kenikmatan telah tersedia, namun masing-masing orang memikul sebuah
persoalan; ada yang mengidap kanker, yang lain menderita masalah kolesterol; berikutnya lagi
bermasalah dengan tekanan darah tinggi; dan lainnya lagi mengidap AIDS, ataupun penyakit lain
yang mematikan. Marilah kita berdoa, semoga Allah (SWT) melindungi kita dari semua hal itu.

Berbagai sarana kenyamanan tersedia, tetapi kenyamanan yang berlebihan membuahkan


kemalasan, yang pada gilirannya mengakibatkan kelebihan berat badan, selanjutnya menjadi
pemicu timbulnya berbagai penyakit, sehingga sampailah pada keadaan dimana orang perlu
memanjatkan doa yang lain diluar doa yang biasa diucapkan ketika memulai menyantap makanan;
nampaknya ia (si sakit) harus berdoa demikian: “Bismillahil-ladzi la yadurru ma`as-mihi syai'un
fil-ardi wa la fis-sama'i, wa Huwas-Sami`ul-`Alim (Dengan menyebut Nama Allah yang
dengan Namanya terdapat perlindungan terhadap segala mara-bahaya di bumi maupun di
langit, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui)” sebab ia merasa takut terhadap
bahaya yang akan timbul dari kesenangan yang akan dinikmatinya (yaitu, dari jenis makanan yang
ia santap; jika seseorang pergi berlibur, ia butuh perlindungan Allah (SWT) dari
keburukan/kejahatan yang mungkin saja akan menghadangnya – demikianlah, aneka kenikmatan
dan kesenangan yang dikelilingi oleh rasa cemas dan ketakutan; kecuali bagi orang-orang yang
mendapatkan anugerah kasih-sayang Allah (SWT) berupa kesanggupan untuk menarik diri
mendekat kepada-Nya dan berlari menghampiri-Nya.

Adakah kiranya masyarakat modern ini, dengan segala keindahan pemandangannya,


lingkungan yang penuh daya-tarik dan gaya-hidup yang terfasilitasi, berhasil menghilangkan rasa
takut dari qalbu semua orang dan menghadirkan kehidupan yang bebas penyakit? Adakah tercipta
masyarakat yang bebas kriminalitas? Adakah jaminan kemewahan yang kekal? Adakah garansi
bahwa kaum muda tetap muda, tidak pernah menjadi tua dan kemudian mati?

2
Sesungguhnya, betapa singkat hidup ini, hidup yang mana orang-orang begitu bergairah untuk
merengkuh yang mereka dambakan; hidup yang bahkan tak sepadan dengan serpihan terkecil dari
keabadian hidup didalam Surga. Disana, seorang lelaki akan dapat memeluk istrinya tercinta
selama waktu yang setara dengan seumur hidup di dunia; makanan tersedia di hadapannya dan ia
akan makan sebagaimana lamanya ia hidup di dunia tanpa menyudahi makannya ataupun sampai
kenyang; segelas minuman yang ia letakkan di ujung mulutnya pun dapat ia minum dalam waktu
sepanjang usianya tanpa menyudahi keinginannya. (7)

Marilah kita tinggalkan kelalaian kita, ayo kita bangkit dari keterlenaan yang lelap, sebelum
terlambat dan sebelum kita didahului mencapai Surga oleh para penyegera dalam kebajikan, dan
kita tertinggal di belakang, hanya dapat memandang mereka yang telah sampai di Surga, dengan
penuh duka dan penyesalan. Allah (SWT) berfirman:
‫ت‬ َ ‫ُون * لَ َعلّى َأ ْع َم ُل‬
ُ ‫ص ٰـلِحا ً فِي َما تَ َر ْك‬ ِ ‫َربّ ٱرْ ِجع‬
artinya: “… ‘Ya Tuhanku, kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku dapat berbuat kebajikan
yang telah aku tinggalkan.’…” [Al-Mu’minun(23): 99-100]

(dan juga) firman-Nya:


َ ِ‫ون ِم َن ْٱل ُمحْ ِسن‬
‫ين‬ َ ‫اب لَ ْو َأ َّن لِى َكـ َّرةً فََأ ُك‬
َ ‫ين تَ َرى ْٱل َع َذ‬ َ ُ‫َأ ْو تَق‬
َ ‫ول ِح‬
artinya: “atau (agar jangan) ada yang berkata ketika melihat azab, ‘Sekiranya dapat
kembali (ke dunia), tentu aku termasuk orang-orang yang berbuat baik.’ [Az-Zumar(39): 58]

Penyusun

Hasil ber-Investasi

Pembaca yang saya hormati! Apakah kiranya yang akan anda katakan jika anda ditawari
hadiah sebidang lahan di lokasi yang paling menarik dari bagian bumi ini? Sebidang lahan dimana
terdapat sungai mengalir dan semerbak aroma harum wewangian meliputinya; Lahan ini pun
dihiasi taman yang indah memesona dengan pepohonan tinggi nan rindang menaungi seluruh
lahan, serta hamparan tetumbuhan yang buah-buahannya telah ranum dan enak rasanya.

7
(?) diriwayatkan bahwa Ibnu ‘Abbas, (RA), mengatakan tentang hal ini di dalam ‘Bustaanul Waa’idzin Wa Riyaadhus Saami’in’ oleh
Ibnu Al-Jawzi hal. 136. Riwayat ini didukung oleh sabda Rasulullah (SAW): “Di Surga, orang akan berbaring menghadap satu sisi
selama tujuh puluh tahun sebelum ia berbalik menghadap ke sisi yang lain.” Perhatikanlah riwayat/hadits pada buku ini dalam bab:
“Anak-anak dan Bidadari di Surga” dan dikatakan oleh Sa’id ibnu Jubair, Rahimahullah: 'Penghuni Surga mendapatkan rasa nikmat
badaniah selama tujuh puluh tahun seusai ia menunaikan hasrat (seksual)-nya.” Bukankah sedetik di Surga setara dengan usia (rata-
2rata) manusia hidup (di dunia)? Perkataan Sa’id ini disampaikan juga oleh Ibnu Syaibah dalam “Takhrij Al-Ihyaa’” (4217) namun
dalam riwayat ini kata-ganti ‘nya’ yang digunakan adalah untuk perempuan bukan untuk lelaki..
Mungkin, setelah membaca uraian ini ada orang yang menghela nafas panjang dan berkata
pada diri sendiri: 'Semoga aku dapat memiliki sebidang lahan itu, walaupun hanya satu atau dua
meter persegi saja.” Baiklah, sesungguhnya lahan sedemikian ada dalam jangkauan; orang bisa
mendapatkannya dan Allah (SWT) telah menjanjikan untuk memberikannya kepada setiap hamba-
Nya yang mukmin; Malahan, sebenarnya Dia telah menjanjikan lahan yang demikian itu sangat
luas untuk mereka dan memerintahkan kepada para malaikat untuk mempersiapkan dan
membangun lahan itu. Jika saja anda dapat melihat bahan-bahan yang dipilih untuk bangunannya!
Dindingnya terdiri dari batuan ‘aquamarine’(permata hijau kebiruan) dan ‘korundum’ (sejenis
aluminium), lantainya berbahan ‘kesturi’ murni; untuk mendapatkannya, seseorang haruslah
membayar harganya yang boleh jadi sangat jauh dibawah perkiraannya. Ia tidak perlu membayar
hingga milyaran, ataupun harus pergi ke bank untuk memperoleh pinjaman dan membayar
cicilannya kemudian; yang diperlukan untuk membayar lahan itu adalah pahala yang diperolehnya
(dari Allah, SWT.) atas amal-shalihnya yang telah dikerjakannya (karena Allah, SWT. semata)
selama hidup di dunia. Orang dapat membangun kemah-kemah untuk dirinya sendiri di lahan yang
bertaman indah ditingkahi kemilau air dari aliran sungainya, kemahnya berbahan mutiara-mutiara
berlubang, lengkap dengan dipan-dipan, dan ditinggali bidadari-bidadari surga yang cantik jelita;
Atau, bisa juga ia membangun rumah kaca yang tembus-pandang dimana ia dapat melihat bagian
dalamnya dari sisi luar, dan sebaliknya dari dalam ia pun dapat memandangi sekeliling bagian
luarnya yang berupa taman-taman surga yang elok memesona serta sungai-sungai yang mengalir
padanya. Kapan pun ia berbaring di dipan yang tersedia, ia merasa seolah di tengah taman,
dikelilingi oleh air dan tetumbuhan; tiada satu pun yang akan mengusiknya, tidak pula orang-orang
usil menyusup untuk melihat-lihat dan merusak suasana yang tengah dinikmatinya. Jika ingin
lebih dari itu, ia juga dapat mendirikan istana tinggi dengan bangunan megah melingkunginya,
aneka bunga mawar ditanam berbaris-baris dan tetumbuhan aromatik yang manis rasanya
menghiasi pintu-pintu masuknya; ketika ia menyusuri koridor istananya, anak-anak lelaki (bujang)
surga berbaris menyambutnya dan siap mengerjakan perintah-perintahnya, sesampainya didalam
istana, para bidadari surga yang cantik, gemulai, penuh kelembutan pun telah siap menantikan
kehadirannya.

Istana-istana itu ada yang terbuat dari aneka batu permata dan logam mulia, ada yang berbahan
‘aquamarine’, dan ada pula yang berbahan ‘korundum’, zamrud, bebatuan indah lainnya. Ia boleh
membangun satu istana untuk tinggal di pagi dan siang hari, satu lagi untuk tinggal di sore hari,
dan satu lagi untuk sisa waktu di hari itu; maka ia akan selalu berpindah-pindah dari satu istana ke
istananya yang lain, dari ruang yang satu ke ruang yang lain, dari kemah yang satu ke kemah yang
lain sehingga dirinya takkan pernah merasa bosan. Hidupnya akan selalu terbarukan dan ia akan
menyukai kenikmatan-kenikmatan yang tak terbandingkan dengan yang pernah ia rasakan
sebelumnya.

Maka, pilihlah yang sesuai dengan yang anda suka; bangunlah sebanyak yang anda mampu
karena rumah-rumah dan istana istana di Surga hanya dapat diperoleh dengan jalan selalu
mengingat Allah (SWT) dan melaksanakan ibadah (hanya kepada-Nya) serta beramal-shalih
(hanya demi menggapai ridha-Nya).

2
Wahai saudara-saudaraku Muslim yang saya cintai! Marilah kita melihat lebih dekat lagi
tempat yang menakjubkan ini...!

Letak Lahan Investasi

Lahan itu berada nun di atas sana, jauh melampaui lapisan-lapisan atmosfir, melalui tujuh lapis
langit, yang tak ada lagi langit yang menaunginya, tidak juga tanah untuk berpijak; namun, Surga
yang akan ditempati oleh yang (berhak) mendapatkannya, dipayungi oleh Singgasana (‘Arsy) Ar-
Rahman; sebagaimana firman-Nya:
‫ِعن َد ِسد َْر ِة ٱ ْل ُمنتَ َه ٰى * ِعن َد َها َجنَّةُ ٱ ْل َمْأ َو ٰى‬
artinya: “(yaitu) di Sidratulmuntaha. Di dekatnya terdapat surga tempat tinggal” [An-Najm(53):
14-15]
Rasulullah (SAW) bersabda: “Jika kamu berdo’a kepada Allah, maka mintalah Al-Firdaus,
Sebab itulah bagian Surga yang terbaik dan paling tinggi tingkatannya. Diatas itu adalah
‘Arsy (singgasana) Yang Maha Pengasih, dan dari situlah memancar sumber-sumber air yang
mengaliri sungai-sungai di Surga..” (8)

Jalan Menuju Ke Sana

Saya berharap anda menjawab sejujurnya; demi Allah; seberapa besarkah perjuangan dan
kerja keras yang telah anda lakukan untuk mencapai stabilitas kehidupan anda di dunia, demi
untuk beberapa tahun membangun dan bermukim di sebuah rumah yang pada waktunya kelak
akan berubah menjadi puing-puing? Berapa banyak biaya yang telah anda keluarkan dan seberapa
besar pengorbanan anda untuk memberikan rasa aman pada diri sendiri di dunia yang fana yang
hanya akan tersisa beberapa tahun saja untuk bersantai ini? Adakah jalan yang mudah dan mulus
untuk anda menggapai rasa santai yang berlangsung singkat ini? Saya merasakan seolah
mendengar anda menghela nafas, mencerminkan bahwa tidak pernah ada jalan yang mudah dan
mulus untuk mencapai semua itu, malahan sering-kali jalan itu kasar dan menegangkan.

Jika seseorang mengamati bagaimana awal mula perjalanan kehidupan orang-orang kaya, maka
ia akan terperanjat; beberapa diantara mereka memulai mencari penghidupan sebagai buruh kasar,
memanggul batu-bata di punggung mereka, kaki mereka terbenam adukan semen dan lumpur,
kemudian, mereka berubah menjadi pemborong kecil-kecilan, lambat-laun mereka dikenal dan
dapat mengembangkan usaha, sampai kemudian memiliki beberapa badan usaha jasa konstruksi;
beberapa yang lain memulai usaha mereka sebagai pedagang ‘kaki-lima’ ia menawarkan barang
dagangan dengan berbagai cara agar pejalan-kaki tertarik untuk membeli, dan terpancarlah
kebahagiaan di wajahnya manakala ia menerima uang receh dari seorang yang membayar
dagangannya. Sedikit demi sedikit, dari tahun ke tahun, terkumpul uang tabungan untuk membuka
kiosnya sendiri, waktu terus berjalan, dan keuletan bekerja mengantarkan mereka berkembang
pesat, kios-kios menjadi toko-toko swalayan dan pusat perbelanjaan (plasa dan mal).

2
8
(?) Riwayat Bukhari dalam bab: ‘Al-Jihaad’ bagian: ‘Tingkatan para Mujahidin’- “Fathul-Baari” (11/6).
Seorang kaya-raya bernama Ma’an ibnu Zaa’idah, suatu hari didatangi seorang badwi (arab
dusun) yang mengingatkannya tentang masa lalu dimana ia belum menjadi kaya-raya, katanya:

“Masihkah kamu ingat ketika selimutmu kulit domba betina?


alas-kakimu kulit kerbau?
Segala Puji bagi Dia yang telah menganugerahkan kekayaan kepadamu,
Dan telah mengajarkan kepadamu bagaimana cara duduk di sofa.”

Ia pun mengakui dan masih ingat masa lalunya itu dan menjawab: “Ya, aku masih ingat dan
tak kan mungkin melupakannya, dan jika kita berlaku cukup adil, kita pun juga selalu ingat, tak
mungkin pernah melupakan.”

Wahai anak Adam! Betapa mengherankan keadaanmu! Bagaimana bisa dirimu berharap
memperoleh kebahagiaan abadi di Akhirat hanya dengan sedikit usaha yang hanya sesempatnya,
setelah waktu dan tenagamu terkuras bekerja keras penuh pengorbanan demi memperjuangkan
kehidupan fana nan singkat ini?

Bagaimana anda beralasan untuk tetap teguh dan berlelah-lelah demi mendapatkan selingan
kesenangan-kesenangan yang cepat sirna, sementara anda tidak bersemangat memperjuangkan
ataupun berpayah-payah, demi mencapai kenikmatan abadi dan pemuasan keinginan yang
berlangsung selamanya? Tidak pernahkah anda mendengar pepatah:

Barangsiapa gagal bertahan mengupayakan yang dicita-citakannya


Tidaklah ia akan mendapatkan yang menantikannya

Jangan mengira bahwa jalan menuju Surga halus mulus; jangan menduga jalan ke sana
bertabur bunga mawar; Namun jika anda sanggup mengelola diri untuk sampai ke sana, maka
setelah anda berada di tujuan, yang anda jumpai adalah kesenangan demi kesenangan, rasa
nyaman yang tak berkesudahan, dan kenikmatan yang kekal.

2
Kabar Gembira Bagi Muqarrabin
Pada saat sangkakala ditiup dan manusia dibankitkan dari kubur mereka dalam keadaan
ketakutan yang mencekam, terdapat kelompok orang yang tidak terpengaruh keadaan ini; (9)
Mereka akan menepiskan debu-debu dari badan mereka masing-masing seraya berkata: “Segala
puji bagi Allah yang telah melenyapkan kesedihan kami.” Manusia akan dibangkitkan dalam
keadaan telanjang dan tanpa alas-kaki; diantara mereka ada yang di seret pada wajahnya; Semoga
Allah (SWT) menjauhkan kita dari termasuk yang demikian. Perhatikanlah firman-Nya:
ُ ‫ش ُر ُه ْم يَ ْو َم ٱ ْلقِيَ ٰـ َم ِة َعلَ ٰى ُو ُجو ِه ِه ْم ُع ْميًا َوبُ ْك ًما َو‬
‫ص ّما‬ ُ ‫َونَ ْح‬
artinya: “…Dan akan Kami akan mengumpulkan mereka pada hari Kiamat (diseret) atas
muka mereka dalam keadaan buta, bisu dan pekak (tuli) …” [Al-Israa’(17): 97]

Ada orang-orang yang kemudian akan dibawa mengendarai onta-onta betina berpelana emas
dan kendalinya dari permata aquamarine; mereka akan mengendarainya sampai ke depan pintu-
pintu Surga dan dapat mengetuk pintunya; sementara yang lain berbondong-bondong berjalan-
kaki, mereka berkendaraan; ketika yang lain bertelanjang, mereka mengenakan busana yang
bermutu sangat halus. (10) Sementara yang lain sangat kehausan, dahaga mereka telah hilang;
mereka akan ternaungi keteduhan Singgasana (‘Arsy) Allah sedangkan yang lain masih terjebak
dalam panas matahari yang membakar. Kelompok pengendara onta ini akan segera memasuki
Surga; beberapa diantara mereka akan masuk Surga empat puluh tahun lebih awal dari yang lain;
Kebanyakan orang masih berada di padang mahsyar sedang dalam kegelapan dan ketakutan;
matahari diperintahkan untuk merendah sedekat-dekatnya ke kepala kumpulan manusia; sinarnya
dipadamkan sedangkan panasnya dilipat-gandakan setara dengan panas sepuluh tahun, dan ini
akan terjadi dalam waktu yang sangat singkat, sebagaimana telah dikabarkan oleh Rasulullah
(SAW) kepada kita melalui hadits beliau;(11) maka semua orang akan sangat menderita akibat panas
ini; mereka akan menjadi sangat lapar dan haus, jauh melebihi yang pernah mereka rasakan;
mereka tetap berdiri menunggu keputusan (pengadilan akhirat); mereka harus menunggu selama
empat puluh tahun, bahkan lebih, dan Allah Yang Mahakuasa tak hendak mengucapkan sepatah-
kata pun kepada mereka, bahkan sebenarnya, Dia tak ambil peduli sedikitpun terhadap mereka,
bagaimanapun keadaannya.

9
(?) Para Muqarrabin, dan bagian terbesar dari mereka adalah para Muhajirin miskin dari golongan Sahabat Rasulullah.
10
(?) Lihat ‘At-Tadzkirah’ oleh Imam Al-Qurtubi (201-204).
11 2(?) Lihat “As-Sunnah” oleh Al-Haafidz Asy-Syaybani No. (813). Al-Albaani mengkategorikan hadits ini shahih menurut persyaratan
dari Al-Bukhaari & Muslim.
Kesengsaraan, rasa takut, dan penderitaan manusia akibat panas itu akan sampai pada tingkat
dimana mereka tak sanggup lagi untuk menanggungnya, maka mereka akan menemuai Nabi Adam
(AS), untuk mencarikan syafaat kepada Allah (SWT), namun beliau akan menjawab say:
“Diriku.., diriku.., (maksudnya; aku khawatir dengan diriku sendiri). Mintalah kepada yang lain.
Datangilah Nabi Nuh.” tetapi Nabi Nuh(AS) akan menjawab dengan jawaban yang sama, dan
selanjutnya merekapun akan menghadap kepada para Nabi yang lain, satu demi satu, namun
jawaban mereka tetap sama: “Diriku.., diriku.., (maksudnya; aku pun khawatir dengan diriku).
Mintalah kepada yang lain.” Peristiwa ini berlanjut hingga sampailah mereka kepada Rasulullah
Muhammad (SAW), yang kemudian beliau (SAW) akan meminta izin dan melangkah menuju ke
bawah Singgasana Allah (SWT); beliau (SAW) menjatuhkan diri bersujud di hadapan-Nya dan
inilah kedudukan tertinggi yang dinamakan Al-Maqam Al-Mahmud yang telah di anugerahkan
oleh Allah (SWT) kepada Rasulullah (SAW). Selanjutnya beliau (SAW) akan menjadi mediator
memohon kepada Allah (SWT) untuk memulai pengadilan atas mereka. Kemudian Allah Ta’ala
akan menuruni ‘Arsy sehingga ke-Maha-Agungan-Nya tepat di kaki penyangga ‘Arsy yang berada
dalam balutan awan, dan neraca-amal pun disiapkan, dan proses pengadilan dan pertanggung-
jawaban segera dimulai; semua orang akan menantikan selama lima puluh ribu tahun(12) dalam
posisinya dan keadaan mereka akan sesuai dengan dosa mereka masing-masing, maka inilah kabar
gembira bagi para Muqarrabin.

Pintu Surga Akan Terbuka

Tertulis dalam Hadits Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim, Rahimahumullah, bahwasanya
Rasulullah (SAW) bersabda: “Surga mempunyai delapan pintu, salah satunya dinamakan Ar-
Rayyaan, hanya mereka yang berpuasa secara tertib dan teratur saja yang dapat masuk Surga
melalui pintu ini.” (13)Abu Hurairah(RA) meriwayatkan bahwa Rasulullah (SAW) bersabda:
“Barangsiapa bersedekah dua kali (dalam sehari, atau menyedekahkan dua barang yang sama)
di jalan Allah akan dipanggil untuk memasuki Surga melalui salah satu pintunya: `Wahai
hamba Allah! Pintu ini lebih baik untukmu' dan bagi hamba yang tertib mendirikan shalat
akan dipanggil dari pintu Shalat; dan mereka yang berjihad fii sabilillaah akan dipanggil dari
pintu Jihad; dan bagi mereka yang menjalankan ibadah puasa secara tertib dan teratur akan
dipanggil dari pintu Ar-Rayyaan, dan barangsiapa yang secara ikhlas menginfaqkan hartanya
(zakat,infaq, dan sedekah) akan dipanggil untuk masuk melalui pintu Zakat.” (14) Pada bagian
lain dari riwayat di atas perihal permohonan syafa’at disebutkan bahwa: “Allah akan berkata:
‘Wahai Muhammad! Diijinkan untuk masuk Surga melalui pintu-pintunya yang sesuai’, dan
kemudian mereka yang selebihnya (yang juga akan diijinkan masuk Surga) akan masuk
melalui berbagai pintu Surga yang selebihnya.” (15)

12
(?) Untuk lebih lengkapnya silakan baca “Shahih Haadi Al-Arwaah” oleh Ibnul-Qayyim Hal. (278-282); Lihat juga “Shahih At-
Targhib Wat-Tarhib” No. (749); Lihat juga “Al-Mustadrak” dari Al-Haakim No. (2430) yang merupakan riwayat shahih menurut
persyaratan Al-Bukhari & Muslim sebagaimana disebutkan oleh Al-Albaani dalam “Shahih Al-Jaami’” No. (96).
13
(?) Hadits Riwayat Al-Bukhari No. (3178).
14 2 (?) Hadits Riwayat Muslim No. (2324).
15
(?) Bagian dari sebuah hadits panjang yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari No. (4594).
Demikianlah bukti bahwa Surga memiliki delapan pintu utama disamping pintu-pintu yang
lain, dan beberapa pintu itu juga disebutkan namanya, seperti, Pintu Ar-Rayyaan, Pintu Shalat,
Pintu Jihad, Pintu Zakat, dan sebuah pintu khusus bagi tujuh puluh ribu orang yang akan
dimasukkan kedalam Surga tanpa hisab, demikian juga satu pintu bagi umat Rasulullah
Muhammad (SAW) yang selebihnya dan umat-umat terdahulu. Imam Al-Qurtubi,Rahimahullah,
menyebutkan lebih dari tiga-belas pintu dalam kitabnya 'At-Tadzkirah’, satu dari pintu itu
diperuntukkan bagi mereka yang berbakti kepada kedua orangtua, satu lagi pintu untuk mereka
yang selalu taat pada hukum (perintah dan larangan) Allah (SWT) sepanjang hidupnya, ada juga
sebuah pintu bagi mereka yang selalu sanggup mengendalikan amarah, dan sebagainya. Maka,
jumlah pintu Surga sesuai dengan banyaknya macam amal-ibadah yang dapat dikerjakan oleh
seseorang.

Abu Bakr (RA) pernah bertanya: "Wahai Rasulullah! Adakah orang yang akan dipanggil dari
semua pintu itu?'' Maka beliau (SAW) menjawab, “Ya.. ada, dan perkiraanku kamu adalah
seorang diantara mereka.”

Apakah keutamaan dari dipanggil dari semua pintu Surga? Apakah satu pintu saja tidak cukup,
toh semua pintu-pintu itu menuju ke Surga? Tentunya, ada sesuatu yang istimewa perihal orang
yang dikaruniai berkah dipanggil masuk dari semua pintu; pasti ada penghargaan khusus bagi
dirinya. Masuk melalui pintu-pintu ini sudah merupakan nikmat tersendiri dan masing-masing
pintu memiliki corak sendiri yang membedakannya dengan pintu yang lain, dan dengan demikian
dipanggil memasuki Surga dari semua pintunya merupakan penghargaan tambahan. Kita berdoa
semoga Allah (SWT) memberikan penghargaan dan karunia kepada kita dengan keutamaan ini,
Aamiiin.

Lebar Pintu-pintu Surga

Pada riwayat yang tertulis dalam kitab hadits Imam Al-Bukhari dan Muslim, Rahimahumullah,
Rasulullah (SAW) bersabda: “Demi Allah yang jiwaku dalam genggaman-Nya! Lebar pintu-
pintu Surga diantara kedua kakinya setara jarak antara Makkah dengan Himyar, atau jarak
antara Makkah dengan Busraa (Syria).” (16)

Hakim ibnu Mu’awiyah (RA) meriwayatkan bahwa Rasulullah (SAW) bersabda: “Bentangan
dua daun-pintu Pintu Surga adalah empat puluh tahun. Dan akan tiba satu saat dimana pintu
itu menjadi rapat (oleh banyaknya manusia).” (17)Pintu Surga memiliki daun-pintu yang sangat
besar, yang membuka dan menutup – dalam riwayat-riwayat lain dikatakan bahwa lebar pintu
berbeda-beda karena masing-masing gerbang tidak sama ukurannya, tetapi ukuran terbesar adalah
yang diperuntukkan bagi umat Rasulullah Muhammad (SAW).

16 2 (?) Riwayat Al-Bukhari No. (4594).


17
(?) Bagian dari sebuah hadits yang panjang yang diriwayatkan oleh Muslim No. (7384).
Qatadah, Rahimahullah, ketika menerangkan Pintu Surga berkata: “Pintu-pintu itu adalah
yang mana mereka yang di sisi luar dapat melihat ke dalam dan yang di sisi dalam dapat melihat
ke sebelah luar; mereka (pintu pintu surga) itu dapat bercakap-cakap dan mengerti apa yang
dikatakan orang kepada mereka, ketika manusia berkata ‘buka’ atau ‘tutup’, mereka mengerti,
dan pada mereka terdapat gelang-gelang (pegangan).” Anas (RA) meriwayatkan bahwa
Rasulullah (SAW) bersabda: “Aku akan menjadi orang pertama yang memegang gelang pada
Pintu Surga, dan ini bukanlah diriku omong-besar” (18) Dalam sebuah riwayat yang panjang
yang ditulis oleh Ibnu ‘Uyainah,Rahimahullah, yang membahas perihal syafa’at, ‘Ali (RA)
mengatakan bahwa Rasulullah (SAW) bersabda: “Aku akan memegang gelang pintu pintu Surga
dan aku gunakan untuk mengetuk pintunya.” (19) Riwayat ini jelas membuktikan bahwa gelang
yang dimaksud adalah benda nyata secara fisik, dapat digerakkan dan menimbulkan bunyi jika
diketukkan terhadap benda lain, dan karena tingkat-tingkat di Surga membedakan peringkat antara
yang satu dengan yang lain, maka pintu-pintunya pun ada yang lebih lebar dan lebih tinggi
dibandingkan dengan yang lain. (20)

Allah (SWT) memberitahu kita melalui firman-Nya bahwa pintu-pintu itu umumnya dalam
keadaan terbuka:
ُ ‫ْن ُّمفَتَّ َحةً لَّ ُه ُم ٱ ْال ْب َو‬
‫اب‬ ِ ‫َجنَّ ٰـ‬
ٍ ‫ت َعد‬
Artinya: “(yaitu) Surga ‘Adn yang pintu-pintunya terbuka bagi mereka.” [Shaad(38): 50].
Disinilah kelak orang-orang mukmin akan disambut di Hari Kiamat, dengan kenikmatan dan
salam. Pintu Surga juga dibuka semasa kehidupan dunia ini pada bulan Ramadhan dan pada
beberapa kesempatan-kesempatan lain, sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah (SAW): “Siapa
saja diantara kalian berwudlu’ dengan benar kemudian bersyahadat (mengucapkan
kesaksiannya): `Asy-hadu allaa ilaaha illallaahu Wah-dahu laa syariika Lahu, wa asy-hadu
anna Muhammadan `abduhu wa Rasuuluhu [Aku bersaksi bahwasanya tiada tuhan yang patut
disembah selain Allah, dan tidak ada sekutu bagi-Nya, dan bahwasanya Muhammad adalah
hamba-Nya dan Rasul/utusan-Nya),' maka baginya dibukakan delapan pintu Surga. Dan ia
boleh memilih pintu manapun yang disukainya untuk masuk (ke dalam Surga).” (21) Tambahan
pula, ayat (Al-Qur’an) yang dikutip di atas menyiratkan rasa aman. Kita mengetahui bahwa
pintunya tetap terbuka karena tidak ada pernyataan bahwa akan ditutup, sebab pada waktu itu tidak
akan ada pencuri ataupun orang yang penasaran yang hendak menyelinap masuk. Lebih dari itu,
pintu yang terbuka bagi mukmin menunjukkan bahwa pintu-pintunya siap untuk bergerak (buka-
tutup), dan bahwa keadaan asalnya yang terbuka memberi kemudahan kepada para malaikat untuk
masuk melaluinya dengan membawa hadiah-hadiah dan balasan (nikmat-nikmat) yang lain dari
Tuhan mereka, secara teratur. (22)

18
(?) Oleh Abu Nu’aim (128, 28/2) dan riwayat ini bersesuaian dengan syarat dari Muslim. Ad-Daarami menyampaikan riwayat serupa
sebagaimana para ahli yang lain, dan terdapat banyak riwayat serupa dalam 'As-Shahihah' dari Al-Albaani.
19
(?) Oleh At-Tirmithi (566/8) No. (6261), dikategorikan Shahih oleh Al-Albaani.
20
(?) Ibnul-Qayyim dalam kitabnya 'Haadi Al-Arwaah' Pg. (49-50) sebagian kalimat ditulis ulang.
21 2 (?)Oleh Ahmad dalam 'Al-Musnad' No. (17036). Muslim meriwayatkan hadits serupa dalam 'Shahih'-nya No. (506).
22
(?) Ibnul-Qayyim-'Haadi Al-Arwaah' Pg. (45).
Jarak antara pintu satu dengan yang Lain: ‘Abul-Aswad, Rahimahullah, menceritakan
bahwa ‘Aasim ibnu Luqait ibnu ‘Aamir, (RA), datang menghadap kepada Rasulullah Muhammad
(SAW) dan berkata: “Wahai Rasulullah! Beritahulah aku perihal Surga dan Neraka” Maka
Rasulullah (SAW) menjawabnya: “Demi Tuhanmu aku bersumpah! Neraka terdapat tujuh
pintu, lebarnya dapat ditempuh oleh pengendara dalam waktu empat puluh atau tujuh puluh
tahun; dan pada Surga terdapat delapan pintu, lebar bentang pintunya dapat ditempuh seorang
pengendara dalam waktu tujuh puluh tahun.” (23)

Tingkat-tingkat Surga

Surga bertingkat-tingkat, satu tingkat berada di atas yang lain, dan jarak antara masing-masing
tingkat sama dengan jarak antara langit dan bumi dan jarak antara ‘Arsy (singgasana) Allah (SWT)
terhadap kaki-kaki penyangga ‘Arsy, perlu ditempuh selama lima ratus tahun, sebagaimana banyak
disebutkan dalam beberapa riwayat (hadits), beberapa riwayat lain berbeda dalam hal jumlah
tahun, Imaam Ibnul-Qayyim,Rahimahullah, menyatakan bahwa perbedaan penyebutan jarak
tempuh ini karena beda kecepatan antara berkendara atau berjalan kaki.

Rasulullah Muhammad (SAW) menerangkan bahwa para penghuni Surga akan melihat ke
tingkat-tingkat di atasnya bagaikan bintang-bintang yang bersinar, sebagaimana dalam sabda
beliau (SAW): “Para penghuni Surga akan melihat para penghuni di tingkat atas mereka
seperti jika kamu melihat bintang-bintang bersinar yang bergantungan di langit sebelah timur
ataupun barat. (24) Dalam riwayat yang lain beliau (SAW) bersabda: “Surga memiliki seratus
tingkat yang disediakan Allah untuk para Mujahiddin (yakni mereka yang berjuang karena
Allah); dan jarak tingkat-ke-tingkatnya bagaikan jarak antara langit dan bumi.” (25)

Ibnu ‘Abbas (RA) mengatakan bahwa tingkat-tingkat di Surga lebih jauh dari itu, dan
jumlahnya adalah sebanyak jumlah ayat dalam Al-Qur’an; pendapatnya ini berdasarkan sabda
Rasulullah (SAW): “Pada hari Kiamat seorang yang setia terhadap Al-Qur'an akan
diperintahkan untuk membacanya: `Bacalah dan naiklah (kedudukanmu) sebagaimana
biasanya kamu membacanya sewaktu masih di dunia. Kedudukanmu akan berada pada ayat
yang terakhir kamu baca.'” (26) Jumlah ayat dalam Al-Qur’an lebih dari enam ribu ayat. Beberapa
riwayat yang menganjurkan membaca Al-Qur’an menyatakan bahwa Allah (SWT) akan memberi
pahala orang-orang yang membacanya dengan meninggikan kedudukan mereka ratusan hingga
ribuan kali tingkatan Surga, ini menunjukkan bahwa tingkatan Surga berjumlah sangat banyak,
bahkan mungkin saja dalam jumlah jutaan, hanya Allah (SWT) saja yang mengetahui secara pasti.

23
(?) sebagian riwayat dari 'Musnad' Imam Ahmad No. (15897).
24
(?) Riwayat Al-Bukhari Bab: 'Awal penciptaan' No. (7093). Riwayat Muslim Bab: 'Surga' No. (2177/4).
25 2 (?) Riwayat Al-Bukhari No. (2730).
26
(?) Riwayat Ahmad dalam “Al-Musnad” No. (6780). At-Tirmidzi juga menuliskan riwayat serupa dan dikategorikan sebagai shahih.
Rasulullah (SAW) bersabda: “Barangsiapa ketika memasuki tempat-tempat perbelanjaan
mengucapkan; ‘Tiada tuhan yang patut disembah selain Allah, dan tiada sekutu bagi-Nya;
Milik-Nyalah segala kerajaan dan bagi-Nya segala puji; (Dia) Yang menghidupkan dan (Dia)
Yang mematikan, Dia Mahahidup dan Tidak akan pernah mati; pada-Nya tergenggam segala
kebajikan;dan Dia berkuasa atas segala sesuatu.’ Maka ia akan diberi sejuta pahala, dan
dihapus sejuta dosanya, dan diangkat kedudukannya sejuta tingkatan.” (27)
Imam Ibnul-Qayyim, Rahimahullah, memberikan catatan sebagai berikut: “Kemungkinan
terdapat tingkat-tingkat kecil diantara tingkat-tingkat yang besar.”

Tidaklah mengherankan jika Surga terbagi-bagi dalam banyak tingkat, sebab jika kita
perhatikan, keadaan masyarakat pun terbagi dalam berbagai tingkat, terdapat perbedaan yang
tajam antara si miskin dengan mereka yang lebih baik darinya, perbedaan antara kelompok
ekonomi menengah dengan mereka yang kaya, dan juga perbedaan diantara orang-orang kaya itu
sendiri, dan seterusnya perbedaan diantara mereka yang tergolong kaya-raya; Allah (SWT)
berfirman:
ِ ‫ت َوَأ ْكبَ ُر تَ ْف‬
ً‫ضيال‬ ٍ ‫ال ِخ َرةُ َأ ْكبَ ُر َد َر َج ٰـ‬
ْ َ‫َول‬
artinya: “…Dan pasti kehidupan Akhirat lebih tinggi tingkatnya danlebih besar
keutamaannya.” [Al-Israa’(17): 21]

Surga Tertinggi dan Para Penghuninya

Telah kami sebutkan bahwa Surga memiliki berbagai tingkatan berbeda yang beraneka ragam
ukuran dan jenis nikmat yang terdapat didalamnya, demikian juga dengan ketinggian letaknya;
Allah (SWT) telah membuat tingkat-tingkat yang lebih tinggi dan kedudukan yang berbeda dari
yang lain yang disediakan bagi hamba-hamba-Nya yang taqwa, adapun Surga terbawah
diperuntukkan bagi mereka yang terkecil ketaatannya, dan semakin murni ketaqwaan yang
dikerjakan oleh seorang hamba, maka akan semakin tinggi pula kedudukan yang akan
diperolehnya di Surga. Imam Ibnul-Qayyim, Rahimahullah, mengatakan: “Pengentasan dari
Neraka hanyalah karena pengampunan yang diberikan Allah; masuk kedalam Surga hanyalah
berdasarkan kasih-sayang Allah dan kedudukan seorang hamba didalam surga ditentukan oleh
amal shalih yang telah dikerjakannya.”

27 2(?) Riwayat At-Tirmidzi Bab: 'Shalatnya Rasulullah (SAW)' Sub-bab: 'Do’a ketika memasuki pasar'. AlAlbaani mengatakan hadits ini
Hasan No. (3428). Didalam kitab Ibnu Maajah juga terdapat hadits serupa dengan kategori yang sama (Hasan).
Kedudukan terbawah diberikan kepada orang yang telah sejenak menerima siksa di Neraka
menurut kadar dosa-dosanya, dan kemudian dikeluarkan dari sana; para penghuni Surga menyebut
mereka yang datang dari neraka ini “Jahannamin” (yang berarti, pendatang dari Neraka); mereka
akan dimasukkan kedalam Neraka sampai semua dosa terhapus (disucikan kembali) baru
kemudian dimasukkan ke Surga. Anas bin Malik (RA) mengatakan bahwa Rasulullah (SAW)
bersabda: “Sekelompok orang dari penghuni Neraka akan dikeluarkan setelah menyelesaikan
hukuman mereka dan selanjutnya mereka dimasukkan kedalam Surga, dan para penghuni
surga menamakan mereka kaum Jahannamin.” (28) Mereka kemudian memohon kepada Allah
agar sebutan demikian tidak diberikan kepada mereka, maka Allah (SWT) pun mengabulkan
permohonan itu. (29)

Kedudukan berikutnya adalah bagi mereka para ‘moderat’, yang juga mempunyai banyak
nama julukan, dan mereka pun terdiri dari beraneka macam kedudukan yang tergantung pada
derajat ketaatan mereka masing-masing; didalam Al-Qur’an terdapat bermacam-macam sebutan,
seperti: muhsinin, golongan pertengahan, ashabul-yamin (yang menerima catatan amal di tangan-
kanan), mereka yang amal-shalihnya masih tercampur dengan yang bathil, dan sebagainya.
Mereka ini akan mendiami Surga di tingkat-tingkat pertengahan.

Adapun mereka yang berkesempatan menempati Surga di tingkat-tingkat tertinggi; kita berdo’a
semoga Allah (SWT) menjadikan kita berada dalam golongan mereka; adalah mereka yang disebut
Allah (SWT) dalam Al-Qur’an dengan julukan/sebutan: Abdullah, muttaqin, muqarrabin, As-
sabihul khairat (mereka yang segera berbuat kebajikan). Diantara mereka terdapat para Nabi dan
Rasul, tujuh puluh ribu atau tujuh ratus ribu (pada riwayat-riwayat yg lain) yang akan memperoleh
ganjaran Surga tanpa hisab (tidak diperhitungkan lagi timbangan amalnya); juga berada diantara
mereka adalah, para shalihin, siddiqin, dan para syuhada. (30) Dan mereka juga terdiri dari berbagai
tingkatan yang berbeda-beda.

Pada tingkat paling tinggi dari Surga terdapat nikmat yang tak tertandingkan jika dibandingkan
dengan nikmat dari tingkat-tingkat di bawahnya, bagaimana tidak, jika disana (Surga tertinggi)
Allah (SWT) telah menambahkan keagungan dengan Tangan-Nya dan telah menciptakan istri-
istri, buah-buahan dan aneka minuman, dan kemudian menutupinya sehingga tak satupun dari
makhluk-Nya yang pernah melihat ke dalamnya, tidak pula dari salah satu Rasul-Nya, tidak pula
satu dari malaikat terdekat-Nya; setelah bagian ini tercipta, maka Allah (SWT) berfirman kepada
taman surga selebihnya: 'Jadilah!' maka semuanya pun terwujud dalam sekejap; dalam satu
riwayat, Rasulullah (SAW) bersabda: “Seorang Lelaki dari kaum ‘Illiyin (yakni, satu dari Surga
di bagian tertinggi) akan keluar untuk berjalan-jalan mengelilingi istananya, dari wajahnya
terpancar cahaya yang menyusup kedalam kemah-kemah di Surga, maka mereka berbahagia
atas terpaan angin lembut yang datang dari arahnya, dan akan dikatakan: ‘Inilah seorang
lelaki dari para penghuni ‘Illiyin yang melangkah keluar untuk berjalan-jalan di sekitar
istananya.’” (31)
28
(?) Riwayat Al-Bukhaari bab: 'Penjelasan Perihal Surga' No. (6412).
29
(?) Al-Qurtubi dalam kitabnya: 'Peringatan Tentang Keadaan Orang-orang yang Telah Mati dan Akhirat' hal. (429).
30
(?) Beberapa diantara syuhada berlainan kedudukannya; beberapa didekatkan kepada Allah sedangkan yang lain pada kedudukan
pertengahan.
31 2(?) Al-Mundziri mengatakan dalam “At-Targhib wat-Tarhib” (4-17/934-940) bahwa ini adalah bagian dari riwayat yang disampaikan
oleh Ibn Abi Ad-Dunyaa, Ath-Thabrani & Al-Haakim, dalam kitab Ibnu Mas’ud (RA) dan bagian terakhirnya diriwayatkan berasal dari
Puncak tertinggi dari Surga hanya diperuntukkan bagi satu orang saja, sebagaimana telah
disabdakan oleh Al-Amin Rasulullah (SAW), yaitu kedudukan dari Al-Wasilah, dinamakan
demikian karena inilah yang terdekat kepada Allah (SWT) dan adalah bagian dari Surga yang
terdekat dengan ‘Arsy. Allah (SWT) berfirman:
ُ ‫سيلَةَ َأيُّ ُه ْم َأ ْق َر‬
‫ب‬ ِ ‫ون ِإلَ ٰى َربّ ِه ُم ٱ ْل َو‬
َ ‫يَ ْبتَ ُغ‬
artinya: “Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan
mereka, siapa diantara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) …” [Al-Israa’(17): 57] . Dengan
demikian Al-Wasilah berarti kedudukan yang paling dekat. Rasulullah (SAW) bersabda: “Al-
Wasilah adalah kedudukan yang dekat dengan Allah dan tidak ada kedudukan lain lagi
diatasnya, maka berdo’alah kepada Allah agar kedudukan itu diberikan-Nya kepadaku.” (32)

Dengan demikian maka para muttaqin berbagi tempat didalam tingkatan Surga yang lebih
tinggi, kecuali di Al-Wasilah, masing-masing memiliki kerajaannya sendiri dengan wilayah di
tingkat yang sama ataupun di tingkat-tingkat lain (di bawahnya). (33)

Dinding Pemagar Surga

Imam Ibnul-Qayyim, rahimahullah, mengatakan: “Puncak tertinggi dari Surga berbentuk


kubah, yang terluas, tertinggi, dan berada di bagian tengah adalah Al-Firdaus; merupakan
bagian terbaik dari Surga, langit-langitnya adalah ‘Arsy Allah.” (34) Surga berbentuk kubah
menggambarkan bahwa Al-Firdaus berada di puncak kubah sebagaimana juga bagian tengah
(pusat)-nya, karena bagian puncak kubah adalah juga titik-tengah kubah, dan mengenai hal ini
hanya Allah (SWT) yang paling sempurna ilmu-Nya.

Surga terdiri dari berbagai tingkatan, tingkat yang satu berada di atas yang lain, dan semakin
tinggi tingkatannya pun menjadi semakin luas (pembagiannya), maka pada tingkat-tingkat yang
lebih tinggi lebih luas (bagiannya) dibandingkan terhadap tingkatan di bawahnya. (35)

ucapan Ka’ab (RA). Satu dari riwayat Ath-Thabrani berderajat shahih dan kalimat di atas dikutip dari kitabnya; Al-Haakim
mengatakan bahwa mata-rantai perawinya shahih dan Ibnul-Qayyim, Rahimahullah, mengkategorikan hadits ini hasan dan ini pun
mendapat predikat yang sama dalam kitab “As-Sunnah” dari ‘Abdullaah ibn Ahmad ibn Hanbal, Rahimahullah, (2-1203/520-524).
32
(?) Riwayat Ahmad didalam 'Musnad'-nya No. (11528).
33
(?) Lihat bab ‘Rumah dan Istana di Surga’ perhatikanlah perbedaan nikmat yang diperoleh.
34 2 (?) Ibnul-Qayyim: “Haadi Al-Arwaah” hal. (53).
35
(?) Ibnul-Qayyim: “Haadi Al-Arwaah” hal. (50).
Surga diliputi oleh dinding yang tembus pandang dari kedua sisinya, dari luar nampak bagian
dalamnya, demikian juga sebaliknya, seolah-olah dindingnya terbuat dari kaca. Rasulullah (SAW)
bersabda: “Dinding-dinding Surga terbuat dari emas dan perak dan lantainya terbuat dari
bahan ‘kesturi’; ketika dinding-dinding itu diperintahkan untuk berbicara, maka mereka akan
mengatakan: ‘Sesungguhnya, kemenangan ada pada orang-orang mukmin’ dan para malaikat
akan berkata kepada mereka: ‘Kalian adalah tempat tinggal yang menyenangkan bagi para
raja.'” (36)

Pada Dinding Surga terdapat pintu-pintu utama yang berpenjaga dan berpengawal; mereka
berada di bawah kepemimpinan Malaikat Ridwan,(AS). Pintu-pintu ini disebut dalam firman Allah
(SWT) berikut:
‫ين ٱتَّقَ ْو ْا َربَّ ُه ْم ِإلَى ٱلّ َجنَّ ِة ُز َمراً َحتَّ ٰى ِإ َذا َجاءو َها َوفُتِ َحتْ َأ ْب ٰوبُ َها َوقَا َل لَ ُه ْم َخ َزنَتُ َها‬
َ ‫ق ٱلَّ ِذ‬
َ ‫سي‬
ِ ‫َو‬
َ ‫سلَ ٰـ ٌم َعلَ ْي ُكـ ْم ِط ْبتُ ْم فَٱد ُْخلُو َها َخ ٰـلِ ِد‬
‫ين‬ َ
artinya: “Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya dibawa kedalam Surga
berombong-rombongan (pula). Sehingga apabila mereka sampai ke Surga itu dan pintu-
pintunya telah terbuka dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya: 'Kesejahteraan
(dilimpahkan) atasmu, berbahagialah kamu! Maka masukilah Surga ini sedang kamu kekal
didalamnya'” [Az-Zumar(39): 73]

Imam Muslim,Rahimahullah, meriwayatkan dari Anas,(RA), bahwa Rasulullah (SAW)


bersabda: “Pada Hari Kiamat aku akan datang ke pintu Surga dan meminta izin untuk
memasukinya; Sang penjaga akan bertanya: ‘Siapakah kamu?’ Aku pun menjawab:
‘Muhammad’, maka penjaga itu akan berkata: ‘Telah diperintahkan kepadaku agar tidak
membuka pintu kepada siapa saja sebelum (membukakan) untukmu.” (37)

Banyak ayat didalam Al-Qur’an menjelaskan perihal luasnya Surga dan menegaskan bahwa
Surga itu seluas seluruh langit dan bumi, namun hanya Allah (SWT) yang mengetahui seberapa
tingginya karena tiada satupun kecuali Dia yang mengetahui ada berapa tingkatkah didalam Surga.
Allah (SWT) berfirman:
َ ِ‫ض ُأ ِعدَّتْ لِ ْل ُمتَّق‬
‫ين‬ ُ ‫س َم ٰـ ٰوتُ َوٱ ْال ْر‬ ُ ‫سا ِرعُو ْا ِإلَ ٰى َم ْغفِ َر ٍة ّمن َّربّ ُك ْم َو َجنَّ ٍة َع ْر‬
َّ ‫ض َها ٱل‬ َ ‫َو‬
artinya: “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan Tuhanmu dan kepada Surga yang
luasnya seluas langit dan bumi, disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa.” [Ali ‘Imran(3):
133] Meskipun kita tidak mengetahui secara pasti luasnya Surga, kita mengetahui bahwa luas
seluruh langit dan bumi adalah sungguh amat sangat luas, dan dengan demikian ayat di atas
menunjukkan kepada kita betapa luas Surga itu. Lebih dari itu jika itu hanyalah ukuran luasannya
saja maka seberapa menjulangkah tingginya?

36 2 (?) Riwayat Al-Haitami dalam “Majma’ Az-Zawaa’id” No. (24681).


37
(?) Riwayat Muslim No. (439).
Mari kita berhenti sejenak, merenungi, dan memperkirakan ukuran Surga berdasarkan sedikit
informasi yang telah kita peroleh. Kita lihat saja bumi, bintang-bintang dan galaksi-galaksi yang
meliputinya. Tata-surya nampak jauh lebih besar daripada yang sanggup dicerna oleh akal kita;
keliling bumi saja 4,075 milyar kilometer; garis-tengah (diameter) matahari seratus kali diameter
bumi; bintang-bintang berjarak jutaan kilometer satu dengan yang lain; pesawat antariksa yang
pernah diluncurkan dari bumi menuju planet Jupiter membutuhkan waktu delapan belas bulan
untuk sampai disana. Matahari berjarak 150 juta kilometer dari bumi dan 227 juta kilometer dari
planet Mars; Venus berada pada 108 kilometer dari Matahari; Mercurius 640 juta kilometer
jauhnya dari Matahari. Namun demikian, sistem tata-surya itu hanyalah laksana sebutir atom jika
dibandingkan dengan Alam Semesta Raya, yang meliputi seluruh galaksi, dimana dalam setiap
galaksi terdapat jutaan sistem tata-surya yang lain. (38)

Jarak terjauh yang sampai kini dapat dilihat manusia menggunakan alat dan teknologi modern
berkisar dari sebelas sampai limabelas milyar tahun cahaya ke segala arah dari bumi. Para
ilmuwan telah menghitung jumlah galaksi yang serupa dengan gugusan galaksi kita ini ada 100
milyar; Kesemuanya itu, termasuk galaksi kita (yang diberi nama Milky Way alias Bimasakti),
didalamnya terdapat 400 milyar bintang berukuran sama dengan matahari kita; (39) Sedangkan kita
mengetahui bahwa pengetahuan manusia tentang alam semesta raya teramat sangat kecil; adapun
alam semesta raya sendiri tidak lebih hanyalah sebagian dari ukuran seluruh langit. Jika demikian
maka seberapa besarkah tepatnya ukuran Surga, yang seluas gabungan seluruh langit dan bumi?

Disebutkan dalam sebuah hadits, bahwasanya jika semua makhluk dikumpulkan dalam satu
tingkatan Surga, maka satu tingkat itu saja sudahlah cukup untuk menampung seluruhnya. Abu
Hurairah (RA) mengatakan bahwa Rasulullah (SAW) bersabda: “Terdapat seratus tingkatan
didalam Surga, dan jika seluruh makhluk dikumpulkan didalam salah-satunya, maka
semuanya akan dapat tertampung didalamnya.” (40)

Tingkat tertinggi dari Surga adalah tempat dimana lautan dan sungai-sungainya memancar dan
kemudian mengalir kedalam tingkat-tingkat Surga di bawahnya; ini dibuktikan dari dua hadits
berikut:
1. Hakim ibnu Mu’aawiyah(RA), mengatakan bahwa Rasulullah (SAW) bersabda: “Di
Surga terdapat lautan madu, lautan sari anggur yang tidak memabukkan, lautan
susu, dan lautan air, dari situlah dipancarkan isinya ke sungai-sungai yang mengalir
didalam Surga.” (41)
2. Sabda Rasulullah (SAW): “Jika kamu berdoa kepada Allah, mohonlah kepada-Nya
Al-Firdaus, karena inilah tempat terbaik dan berada pada tingkat tertinggi di Surga;
di atasnya terletak ‘Arsy Ar-Rahman, dan dari sini pula memancar mata-air sungai-
sungai Surga.” (42)

38
(?) David Dates – 'Everything about spacecraft and shuttles'- edisi ke-7 hal. (93-99). Terjemahan bahasa Arab oleh Dr. Jamaal Al-
Findi;
39
(?)Diringkas dari Majalah ‘Scientific Miracles’, edisi 6 Muharram 1421 H topik pada hal. (8)
40
(?) Diriwayatkan oleh Ahmad dalam ‘Musnad”-nya No. (1002).
41
(?) Riwayat At-Tirmidzi, Ad-Daarami, Ahmad & Ibnu Hibbaan; At-Tirmidzi menggolongkan hadits ini Hasan didalam “Sunan”-nya
2No. (2623) dan Al-Albaani menggolongkan hadits ini Shahih didalam kitabnya “Shahih Al-Jaami.”
42
(?) lihat catatan kaki no.(8).
Bidadari-bidadari Surga

Didalam Surga, para lelaki akan memperoleh kegembiraan dengan ditemani oleh bidadari-
bidadari Surga, adapun para perempuan akan tersedia pelayan-pelayan Surga; (43) para penghuni
Surga menjadi raja-raja di dalam sana, kepala mereka bermahkota, dikelilingi oleh anak-anak
muda tampan yang siap siaga. Mereka seindah gambaran dalam ayat-ayat Al-Qur'an: laksana
mutiara yang bertebaran. Allah (SWT) telah menciptakan mereka di Surga(44) dan mereka
diciptakan sangat indah dan baik budi pekertinya. Perempuan-perempuan di Surga tidak saling
cemburu satu sama lain, tidak pula membenci atau bersekongkol untuk mencelakakan yang lain;
mereka disucikan dari segala sifat-sifat buruk, dan mereka mencitai pasangan mereka setulusnya.
Masing-masing penghuni Surga akan mendapatkan sejumlah bidadari dan anak-anak lelaki Surga
yang banyaknya sesuai dengan kedekatan kepada Allah (SWT) selama hidup di dunia.

Tingkatan Surga yang berdekatan dengan Yang Maha Penyayang diperuntukkan bagi mereka
yang tergolong penyegera dalam kebajikan (As-sabihul khairat/muqarrabin). Mereka ini mendapat
anugerah lebih banyak bidadari Surga dan anak lelaki Surga, dan dari hari ke hari mereka
mendapatkan kejutan dan kegembiraan dengan bertambahnya bidadari Surga, sebagaimana firman
Allah (SWT):
‫َاءون فِي َها َولَ َد ْينَا َم ِزي ٌد‬
َ ‫لَ ُهم َّما يَش‬
artinya: “Mereka didalamnya memperoleh apa yang mereka kehendaki; dan pada sisi Kami
ada tambahannya.” [Qaaf(50): 35] Imaam Ahmad, Rahimahullah, mengatakan bahwa Abu Sa’id
Al-Khudri,(RA), meriwayatkan bahwa Rasulullah (SAW) bersabda: “Didalam Surga, seorang
lelaki akan berbaring selama tujuh puluh tahun sebelum ia mengubah letak tubuhnya;
kemudian, seorang bidadari Surga akan menghampirinya dan menepuk pundaknya, maka ia
akan menatap bidadari itu dan terlihat olehnya bahwa bayangan wajahnya terpantul didalam
pipi bidadari itu lebih jelas daripada pantulan cermin; mutiara terkecil yang menghiasi
gaunnya dapat menerangi bidang seluas antara timur dan barat; bidadari itu mengucapkan
salam kepadanya dan dijawabnya dengan salam seraya bertanya: ‘Siapakah dirimu?’ dan
dijawab: ‘Aku dari yang ‘Lebih’. Bidadari ini mengenakan tujuh puluh gaun dimana si lelaki
itu dapat memandang menembus seluruh gaun itu sehingga ia pun dapat memandang betisnya
sampai ke dalam sumsum tulangnya. Bidadari ini mengenakan mahkota,mutiara terkecil di
mahkotanya pun dapat menerangi bidang seluas antara timur dan barat.” (45) Setiap mukmin
akan memperoleh dua istri, dan para penghuni Surga berusia sama, yakni tiga puluh tiga tahun;
ukuran tubuh mereka akan sama dengan ayah mereka Adam(AS), yakni setinggi sekitar 30 meter
dan lebar bahunya sekitar 3 ½ meter. Penghuni Surga tidak berjenggot, dan mereka bercelak pada
kedua (kelopak) mata mereka. (46)

43
(?) Ibnu Al-Jauzi “Bustanul Waa’idzin” Pg. (142).
44
(?) Para ulama berbeda pendapat perihal anak-anak lelaki Surga ini, apakah mereka tercipta di Surga ataukah dari anak-anak kaum
kafir yang mati sebelum baligh (pubertas). Al-Albaani menyebutkan hadits shahih yang mendukung pendapat bahwa mereka itu anak-
anak kaum kafir yang dijadikan pelayan-pelayan para penghuni Surga. Wallahu a’lam.
45 2 (?) Riwayat Ahmad didalam “Musnad”- nya (3/492) No. (11472) dan Ibnu Hibban didalam kitab “Shahih”-nya.
46
(?) Riwayat Al-Bukhari No. (3257), “Musnad Ahmad” No. (7892), dan At-Tirmidzi No. (2601).
Mereka Menantikan Kedatangan Anda

Ketika saat untuk masuk Surga telah dekat, maka tahap persiapan dan menghias Surga pun
telah selesai; hati anak-anak lelaki Surga dan para bidadari berdetak gembira mendengar berita
kedatangan para penghuni Surga; anak-anak Surga menyambut dan membawa mereka berkeliling
menunjukkan segala isi Surga seolah sahabat karib yang telah lama berpisah dan baru saja
berjumpa kembali; anak-anak itu berkata kepada mereka: “Salam sejahtera untuk kalian; Allah
telah menyiapkan segala macam hadiah di Surga.” Satu dari anak-anak itu akan menghampiri
seorang dari istri-istri (bidadari) Surga seraya berkata: “Fulan dan fulan, (menyebutkan nama
yang dipakai sewaktu di dunia oleh penghuni Surga), telah datang.” Maka para istri itu pun
menjawab: “Sudahkah kamu berjumpa dengannya?” anak itu pun menjawab: 'Ya.' Dan mereka
pun ceria dan melangkah mendekati pintu hunian mereka, menantikan kedatangan pasangan
masing-masing.

Maka sang mukmin pun melangkah masuk ke dalam Surga dan mendapati bahwa
sofa-sofa/dipan-dipan dan bantalan-bantalan terjajar, piala-piala terletak rapi, dan hamparan
permadani terbentang di sekelilingnya; ia pun merebahkan diri pada satu dari sofa yang tersedia
seraya terkagum-kagum atas keindahan bangunan Surga; ia melihat-lihat dan menikmati
pemandangan sekitarnya, mengamati betapa indah batu-bata yang terpasang; ia pun melihat
sebuah kemah yang terbuat dari mutiara yang berongga; sebuah istana yang terbuat dari batu-bata
emas, dengan kamar-kamar berwarna kuning, merah dan hijau; kemudian matanya tertuju ke
langit-langit istana, jika saja Allah (SWT) tidak menjadikannya mampu menyesuaikan diri dengan
cahaya yang ada, maka ia tentu terbutakan pandangannya lantaran menatap cahaya yang sangat
terang; maka ia pun berkata: “Segala puji hanyalah bagi Allah yang telah membimbing kami
menuju ke sini, dan sekiranya Allah tidak memberi bimbingan kepada kami tentu kami tidak akan
pernah terbimbing.” (47)

Taman-taman Surga

Abu Musa Al-Asy’ari, (RA), meriwayatkan bahwa Rasulullah (SAW) bersabda: “Ada dua
taman (di Surga), dimana perangkat dan wadah-wadahnya terbuat dari perak, dan dua taman
yang perangkat dan wadah-wadahnya terbuat dari emas. Satu-satunya tabir bagi para
penghuni Surga di taman hunian abadi (yakni, Taman Eden) untuk melihat Allah adalah
tabir Ke-Mahabesar-an Allah yang meliputi Wajah-Nya.” (48)

47
(?) Diriwayatkan bahwa kalimat ini telah diucapkan oleh ‘Ali bin Abu Thalib,(RA), sebagaimana dikabarkan oleh Ibnu Abu Syaibah
2didalam kitab “Al-Musannaf” (29792-62/8).
48
(?) Riwayat Muslim & Al-Bukhaari No. (7278).
Saudaraku Muslim yang saya cintai! Dapatkah anda membayangkan keadaan salah-satu taman
di Surga yang seluruhnya terbuat dari emas, dan satu lagi seluruhnya berbahan perak? Seseorang
yang tidak beriman boleh jadi tidak mampu mencerna uraian ini dikarenakan daya nalarnya yang
pendek, dan disebabkan ia menganggap semua ini berarti hidup didalam susunan bongkah-
bongkah emas yang tidak menyiratkan keindahan. Bukankah taman-taman yang paling menarik
perhatian dalam hidup ini bermula dari dan kemudian tumbuh dan berkembang dari tanah?
Demikian juga halnya dengan semua gerabah dan keramik yang halus dan indah juga bermula dari
bahan tanah? Segala ciptaan Allah (SWT) yang menakjubkan juga muncul dari dalam tanah; hutan
rimba yang luas; panorama alam yang indah; berbagai buah-buahan dengan aneka rasa yang
membangkitkan selera, juga bentuk nan indah manusia ciptaan Allah; bahkan bejana kaca juga
berasal dari pembakaran pasir hingga meleleh! Dan bukankah segala macam logam pun diperoleh
(dengan menambang) dari dalam bumi? Selain dari kesemua itu, kita manusia juga dipenuhi oleh
keindahan kehidupan ini dan apa saja yang ada padanya, walaupun kebanyakan bermula dari pasir
dan tanah yang tidak berarti sama sekali dibandingkan dengan emas dan perak.

Kita seharusnya mengetahui hal-hal berikut ini berkaitan dengan kedua macam taman Surga:
 Taman dan segala isinya berbahan dari emas dan perak. (49)
 Emas, perak dan material-material yang lain di Surga tidaklah sama dengan yang kita jumpai
dalam hidup ini, selain hanya kesamaan nama-namanya.
 Jika bahan dasar pembuatan taman itu adalah emas maka semua yang ada didalamnya pun
berasal dari emas, demikian juga jika bahan dasarnya adalah perak maka semua isi taman itu
pun berasal dari perak, meskipun pernyataan ini seolah bertentangan dengan firman Allah
(SWT):
ً‫ض ٍة قَ َّد ُرو َها تَ ْق ِديرا‬ َ ‫ير ْا * قَ َوا ِر‬
َّ ِ‫ير ْا ِمن ف‬ ٍ ‫ض ٍة َوَأ ْكوا‬
َ ‫ب َكانَتْ قَ َوا ِر‬ َّ ِ‫َويُطَافُ َعلَ ْي ِه ْم بِـَئانِيَ ٍة ّمن ف‬
artinya: “Dan diedarkan kepada mereka bejana-bejana dari perak dan piala-piala yang
bening laksana kaca. (Yaitu) kaca-kaca (yang terbuat) dari perak yang telah diukur mereka
dengan sebaik-baiknya.” [Al-Insaan(76): 15-16] Ibnu ‘Abbas (RA) mengatakan: Bejana-bejana
ini terbuat dari kaca namun menjadi begitu bening laksana kaca, sehingga seseorang dapat
melihat isi didalamnya dari sisi luarnya, dan tidak ada yang serupa dengan benda-benda itu di
dunia ini yang dapat digunakan sebagai pembandingnya.” (50) Bejana-bejana yang lain bisa saja
terbuat dari emas tipis. Sebagian yang lain lagi terbuat dari emas tebal, dan ada pula yang di antara
keduanya. Diterangkan pula bahwa beberapa barang seperti peti-peti kayu pun terbuat dari emas,
namun barang-barang yang terbuat dari emas ini tidak selalu memiliki permukaan berupa emas;
Bukankah manusia yang terdiri dari jaringan otot dan darah yang bahan dasarnya pun dari
lempung dan tanah?

49 2 (?) Berdasarkan Riwayat nomor (1).


50
(?) Tafsir Al-Qur’an oleh Ibnu Katsir.
Dikabarkan pula bahwa kemah-kemah di Surga terbentuk dari sebuah mutiara berongga dan
terdapat pula beraneka ragam batu permata, semuanya berbahan baku emas. Kedengarannya
seperti sebuah kontradiksi, namun bukankah semua batu permata dan mineral yang kita dapati
dalam hidup ini pun berasal dari kedalaman tanah tertentu? Wallahu a’lam. (Seperti halnya kaca
terbuat dari pasir, tetapi anda tidak akan pernah mengenalinya pada barang jadinya. Di Surga
segala sesuatu akan terbuat dari bahan baku yang sama, emas atau perak, tetapi barang jadinya
tidaklah tampak seperti emas ataupun perak).

Kedua taman itu berbeda dalam hal jenis kenikmatan yang ditawarkan, tergantung kepada para
penghuninya; bandingkanlah antara para muqarrabin(as-sabihul-khairat) dengan para Ashabul-
yamin:

Ashabul-yamin muqarrabin (51)


}‫َان‬ َ ‫ض‬
ِ ‫اخت‬ َّ َ‫ان ن‬
ِ َ‫{فِي ِه َما َع ْين‬ }‫ان‬ ِ َ‫{فِي ِه َما َع ْين‬
ِ َ‫ان ت َْج ِري‬
Artinya: “Didalam kedua Surga itu ada dua mata Artinya: “Didalam kedua Surga itu ada dua
air yang memancar.” [Ar-Rahmaan(55): 66] Dua mata air yang mengalir.” [Ar-Rahmaan(55):
mata air disini memancar namun tidak sekuat 50] Dua mata air disini memancar sekaligus
pancaran yang sekaligus mengalir. mengalir, keduanya menebarkan air beraroma
(wewangian) ke atas tempat tinggal para
penghuni Surga laksana air-mancur atau rintik
hujan.
} ٌ‫{فِي ِه َما فَ ٰـ ِك َهةٌ َونَ ْخ ٌل َو ُر َّمان‬ }‫ان‬ ْ ‫{فِي ِه َما ِمن ُك ّل فَ ٰـ ِك َه ٍة‬
ِ ‫زَو َج‬
Artinya: “Didalam keduanya ada (macam- Artinya: “Didalam kedua Surga itu terdapat
macam) buah-buahan dan kurma serta delima.” segala macam buah-buahan yang
[Ar-Rahmaan(55): 68] Menunjukkan bahwa jenis berpasangan.” [Ar-Rahmaan(55):52] Tak
buah-buahan yang ada terbatas, tidak seperti terhitung jenis buahnya, dan masing-masing ada
didalam taman Surga yang lebih tinggi yang sepasang (dua macam); Dikatakan bahwa salah
diperuntukkan bagi muqarrabin. satunya dikenali oleh manusia dan satu lagi
(pasangannya) tidak dikenali, kering dan
lembut.
}‫ان‬
ٍ ‫س‬َ ‫ى ِح‬ ٍ ‫{ ُمتَّكِِئينَ َعلَ ٰى َر ْف َر‬
ْ ‫ف ُخ‬
ّ ‫ض ٍر َو َع ْبقَ ِر‬ ‫ق َو َجنَى‬ ْ ‫ش بَطَاِئنُ َها ِمنْ ِإ‬
ٍ ‫ستَ ْب َر‬ ٍ ‫{ ُمتَّكِِئينَ َعلَى فُ ُر‬
Artinya: “Mereka bertelekan pada bantal-bantal ٍ ‫ٱ ْل َجنَّتَ ْي ِن د‬
}‫َان‬
yang hijau dan permadani-permadani yang Artinya: “Mereka bertelekan di atas permadani
indah.” [Ar-Rahmaan(55): 76] Terdapat bantal- yang bagian dalamnya dari sutra dan buah-
bantal indah berwarna hijau. buahan pada kedua Surga itu dapat (dipetik)
dari dekat.” [Ar-Rahmaan(55): 54] Bagian
dalamnya saja berbahan sutra, maka betapa
halus kiranya bagian luarnya? Buah-buahan pun
menggantung dekat sejarak jangkauan tangan,
dimanapun penghuninya berada; buah-buahan
itu akan selalu dekat dengan mereka, untuk
memakan dalam keadaan duduk, berdiri ataupun
berbaring.
}‫ورتٌ فِى ٱ ْل ِخيَ ِام‬
ٰ ‫ص‬ُ ‫{حو ٌر َّم ْق‬ َ ‫{فِي ِهنَّ َخ ْي ٰرتٌ ِح‬
ُ ،} ٌ‫سان‬ ٌ ‫ف لَ ْم يَ ْط ِم ْث ُهنَّ ِإ‬
َ‫نس قَ ْبلَ ُه ْم َوال‬ ِ ‫ص ٰرتُ ٱلطَّ ْر‬
ِ ‫{ فِي ِهنَّ قَ ٰـ‬
51 2(?) Semua keterangan didalam tabel ini dikutip dari Bab: Ar-Rahmaan (46-47), Al-Insaan (5-18), Al-Muthaffifiin (22-28). Dengan
rujukan tafsir Ibnu Katsir dan Ibnul-Qayyim dalam kitab ‘Haadiul-Arwaah’ bab 22 dan 48.
Artinya: “Didalam Surga itu ada bidadari- }‫َجانٌّ } {كأنهن الياقوت والمرجان‬
bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik. Artinya: “Didalam Surga itu ada bidadari
(bidadari-bidadari) yang jelita putih bersih yang sopan menundukkan pandangannya,
dipingit didalam rumah.” [Ar-Rahmaan(55): 70 tidak pernah disentuh manusia sebelum
& 72] Mereka diciptakan dengan sifat tidak mereka (penghuni-penghuni Surga yang
tertarik kecuali terhadap pasangan-pasangan yang menjadi suami mereka) dan tidak pula oleh
ditetapkan untuk mereka, dan yang demikian ini jin."[Ar-Rahmaan(55): 56]"Seakan-akan
adalah sosok kualitas utama. bidadari itu permata yakut dan marjan.” [Ar-
Rahmaan(55): 58] Mereka lebih menarik
dibandingkan dengan yang menghuni taman-
taman Surga yang terletak lebih rendah. Atas
kemauan mereka sendiri tidak memiliki
ketertarikan terhadap selain penghuni Surga
yang dijadikan pasangan mereka. Allah (SWT)
mengibaratkan mereka bagaikan permata yakut
dan marjan untuk menggambarkan sosok dan
warna mereka yang istimewa.
Mereka memperoleh mata air yang ditambah Minuman mereka dari mata-air Tasnim, yakni
dengan mata air lain dari peringkat di bawahnya. mata-air terbaik didalam Surga.
Minuman mereka dari mata air yang disediakan di Mereka juga minum dari mata-air Kaafuur,
tingkatan itu dan ditambah satu lagi dari mata-air yaitu mata-air di Surga yang beraroma manis
Surga di bawahnya. menyegarkan.
Mereka akan menikmati aneka minuman yang Sebagai minuman tambahan bagi mereka
berbeda-beda, namun peringkatnya masih dibawah tersedia pula susu, sari-anggur dan sari-jahe.
dari yang diperoleh oleh para Muqarrabin. Berkaitan dengan mata-air jahe yang disebut
Kaafuur ini, Allah (SWT) berfirman:
}ً‫ب بِ َها ِعبَا ُد ٱهَّلل ِ يُفَ ّج ُرونَ َها تَ ْف ِجيرا‬
ُ ‫{ َع ْينا ً يَش َْر‬
Artinya: “(Yaitu) mata-air (didalam Surga)
yang daripadanya hamba-hamba Allah
minum, yang mereka dapat mengalirkannya
dengan sebaik-baiknya.” [Al-Insaan(76): 6]
Diterangkan disini bahwa mereka akan
mengendalikan Kaafuur dan mengatur pancaran
dan aliran kemanapun mereka suka. Singkat
kata; mereka akan mendapatkan kenikmatan
lebih banyak, taman Surga yang lebih luas,
bidadari-bidadari yang lebih memikat-hati, serta
makanan dan minuman yang lebih lezat
daripada yang diperoleh oleh para penghuni
Surga di tingkatan yang lain.
Mereka berjumpa dengan Allah tiap-tiap hari Mereka berjumpa dengan Allah setiap hari.
Jum’at.
Amal shalih mereka (di dunia) masih tercampur َ ‫س ٰـ ِن ِإالَّ ٱِإل ْح‬
} ُ‫سـٰن‬ َ ‫{ َه ْل َجزَاء ٱِإل ْح‬
dengan perbuatan bathil, maka ganjaran yang Artinya: “Tidak ada balasan kebaikan
mereka terima pun campuran. melainkan kebaikan (pula).” [Ar-Rahmaan
(55): 60] Ibadah mereka yang selalu ikhlas
2 semasa hidup di dunia membuahkan balasan
yang lain daripada yang lain dari Allah (SWT).

Tanah Surga

Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, At-Tirmidzi & Ad-Darrami, Rahimahumullah, bahwasanya


Abu Hurairah,(RA), berkata “Kami bertanya kepada Rasulullah (SAW): 'Bagamanakah Surga
dibangun?’ Beliau (SAW) menjawab: “Batu-batanya ada yang terbuat dari emas dan ada pula
yang dari perak;Lantainya kesturi murni; batu-batunya mirah delima dan kuning jingga; siapa
saja yang memasukinya akan bermukim didalam sana untuk selama-lamanya; mereka akan
selalu ceria dan takkan pernah berduka dan disana usianya akan tetap muda tanpa akhir, dan
tidak pula pakaiannya menjadi usang.” (52)

Banyak riwayat menyatakan bahwa tanah di Surga adalah kesturi putih murni, pasirnya kuning
jingga dan bebatuannya mirah delima dan mutiara putih, batu-cadasnya jahe.

Imam Ibnul-Qayyim,Rahimahullah, berkata: “Tidaklah bertentangan antara keterangan bahwa


tanahnya kesturi dan pasirnya kuning jingga, sebab mungkin saja tanahnya mengandung
keduanya, atau manakala pasir kuning jingga dicampur dengan air maka akan berubah menjadi
kesturi, sebagaimana telah disebutkan bahwa rerumputannya kuning jingga dan pasirnya adalah
kesturi.”

Dalam beberapa hadits disebutkan bahwa lantai Surga berwarna putih, dan bahwa putihnya
bagaikan perak dan terdapat juga pasir yang terbuat dari emas, dan boleh jadi keterangan yang
nampak sekilas bertentangan satu sama lain ini dapat diselaraskan dengan fakta adanya bermacam-
macam taman-taman Surga (yang berbeda satu sama lain menurut tingkatannya).

Pepohonan dan Buah-buah di Surga

2
52
(?) Riwayat Ad-Daarami didalam “As-Sunan” No. (2820). Al-Albaani meriwayatkan hadits serupa dalam “Ash-Shahihah”.
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa tetumbuhan didalam Surga merupakan hasil dari
berdzikir dengan mendawamkan kalimat: 'Subhaan-Allaah' (Maha Suci Allah), 'Alhamdulillaah'
(Segala Puji hanya bagi Allah), 'Laa ilaaha illallaah' (tiada tuhan yang patut disembah selain
Allah) dan 'Allaahu Akbar' (Allah Maha Besar). Abu Ayyub Al-Anshari,(RA), meriwayatkan
bahwa Rasulullah,(SAW), berjumpa dengan Nabi Ibrahim,(AS), pada malam ‘Israa’ yang
kemudian bertanya: “Hai Jibril! `Siapakah ia yang bersamamu?` Jibril,(AS), menjawab: `Dia
Muhammad` dan ia (Ibrahim,AS.) berpesan kepadaku: `Hai Muhammad, beritahukanlah
kepada ummatmu untuk menanam sebanyak-banyaknya tanaman di Surga; karena tanahnya
subur dan lahannya luas.` Aku bertanya: `Bagaimanakah dengan benihnya?` Ia menjawab:
`Tanaman Surga tumbuh dengan mendawamkan bacaan kalimat: Laa haula wa laa quwwata
illaa billaah' (Tiada daya-upaya dan kekuatan selain dengan (izin) Allah).” (53)

Diriwayatkan pula oleh Imam At-Tirmidzi,Rahimahullah, bahwasanya Ibnu Mas’ud,(RA),


mengatakan bahwa Rasulullah (SAW) bersabda: “Aku berjumpa dengan Ibrahim (AS) di
perjalanan malam (Al-‘Israa’), dan dia katakan kepadaku: `Wahai Muhammad, sampaikan
salamku bagi ummatmu, dan katakanlahlah kepada mereka bahwa di Surga terdapat dataran
luas dengan minyak murni yang melimpah dan juga air yang manis rasanya. Lahannya datar
dan bertingkat-tingkat. Tanaman disana ditumbuhkan dengan mendawamkan bacaan dzikir:
Subhaanallaah, Al-hamdu lillaah, Laa ilaaha illallaah dan Allaahu Akbar.” (54)

Maka dari itu, barangsiapa berkeinginan untuk memperbanyak tanamannya di Surga,


hendaklah ia sering mengingat Allah (SWT) dengan mengulang-ulang bacaan kalimat-kalimat di
atas sebanyak-banyaknya. Berikut ini diterangkan aneka tanaman Surga dengan berbagai
keharuman yang berbeda-beda dan bunga-bunga indah serta aneka mawar yang menjelaskan
firman Allah (SWT):
‫ون‬ َ ‫فَ ُه ْم فِى َر ْو‬
َ ‫ض ٍة يُ ْحبَ ُر‬

53
(?) Riwayat Ahmad, Abu Bakr Asy-Syaafi’i, Ath-Thabraani. Ibnu Hibbaan menggolongkan hadits ini hasan, sementara Al-Albaani
menyatakan riwayat ini dapat diterima dengan menggabungkan pada hadits sebelumnya. Ahmad pun meriwayatkan dalam
2“AlMusnad” No. (231567).
54
(?) At-Tirmidzi dalam “As-Sunan” No. (3600). Al-Albaani memasukkannya dalam “Shahih Al-Jaami’”.
artinya: “…Maka mereka berada didalam taman (Surga) bergembira.” [Ar-Rum(30): 15]
Mereka akan ditempatkan di lingkungan yang penuh keindahan aroma, tanaman, dan bunga-bunga
(55)
. Didalam sebuah hadits diriwayatkan bahwa Rasulullah (SAW) bersabda: “Didalam Surga,
daun pacar (hienna) adalah yang terbaik aromanya diantara semua tanaman beraroma.” (56)
Diriwayatkan pula bahwa Di Surga terdapat berbagai macam pepohonan, beberapa diantaranya
ada yang serupa dengan yang terdapat di bumi, sedangkan jenis-jenis lain hanya Allah (SWT)
yang mengetahui, seperti halnya Sidratul-Muntahaa (pohon yang menjulang hingga batas
tertinggi), pohon Ath-Thalah, yang sebagian ulama mengatakan bahwa ini adalah pohon pisang,
sedangkan beberapa ulama lain mengatakan bahwa ini adalah pohon yang di dunia ini dipenuhi
banyak duri, dan di Surga duri-duri itu diganti oleh Allah (SWT) dengan bermacam-macam buah
Surga; pohon Al-Khuldi (pohon keabadian), pohon kurma, pepohonan yang menyala terang,
pepohonan peneduh, pepohonan yang memercikkan aroma-aroma segar mewangi, pepohonan
dengan berbagai macam buah dan pepohonan yang menghasilkan pakaian-pakaian yang dikenakan
oleh para penghuni Surga. Banyak hadits meriwayatkan penjelasan tentang beberapa pohon dan
betapa besar ukurannya, misalnya hadits riwayat Abu Sa’id Al-Khudri, (RA), mengatakan bahwa
Rasulullah (SAW) bersabda: “Di Surga terdapat sebuah pohon yang amat sangat besar
sehingga bila seorang penunggang kuda-pacuan diminta menempuh jarak dari sisi satu ke sisi
lainnya dalam waktu seratus tahun, maka belumlah cukup untuk menyelesaikan.” (57)

Tuubaa adalah nama pohon yang darinya diciptakan pakaian untuk para penghuni Surga;
didalam Musnad Imam Ahmad dan Ash-Shahih dari Ibnu Hibban, Rahimahumullah, disebutkan
bahwa Abu Sa’id Al-Khudri,(RA), meriwayatkan bahwa Rasulullah (SAW) bersabda: “Tuubaa
adalah satu dari pohon Surga, naungan kerindangannya berjarak tempuh seratus tahun
perjalanan. Pakaian para penghuni Surga keluar dari cabang-cabangnya.” (58) Batang-batang
pepohonan Surga terbuat dari bahan emas, sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Hurairah,(RA),
bahwasanya Rasulullah (SAW) bersabda: “Tiada satupun pohon di Surga yang batangnya tidak
terbuat dari emas.” (59)

55
(?) Tafsir Ath-Thabari dalam Surah Ar-Rum ayat 14-15.
56
(?) Al-Haidzami dalam “Majma’ Az-Zawaa’id” No. (3678). Al-Albaani menggolongkan shahih.
57
(?) Riwayat Al-Bukhari Bab “Peringatan-peringatan Allah” Sub-bab “Penjelasan tentang Surga” No. (6406).
58
(?) Riwayat Ahmad didalam “al-Musnad” No. (11430). Albaani menjebutkan pula dalam “Ash-Shahihah”.
59 2 (?) Riwayat At-Tirmidzi didalamin “As-Sunan” No. (2577) dan dikategorikan shahih. Albaani menyebutkannya didalam “Shahih al-
Jaami”.
Beberapa ulama ahli tafsir Al-Qur’aan mengatakan bahwa cabang-cabang pepohonan itu
sangatlah tinggi sehingga tidak membahayakan siapapun, dan ketika penghuni Surga
menginginkan buah-buahnya, maka cabang-cabang itu merendah kepada mereka, dan setelah
mereka selesai menikmati buahnya, maka cabang-cabang itupun kembali ke posisi semula; ketika
buahnya dipetik, tumbuh buah baru yang lebih baik menggantikanya. Diantara buah-buah di Surga
adalah kurma, delima, anggur, dan ara; masing-masing buah memiliki aneka jenis dan bentuk;
seperti halnya buah apel di kehidupan dunia, dimana ada yang berwarna kuning, merah, hijau,
kecil, besar, manis dan masam; begitu pula buah-buah di Surga, namun ragam dan jenisnya jauh
lebih banyak dan ukuran buahnya pun lebih besar, dan kesamaan dengan buah di dunia ini
hanyalah pada namanya saja. Ukuran buah An-Nabaqah dalam hidup ini hanyalah sebesar buah
kemiri, sedangkan di Surga disebutkan dalam sebuah hadits bahwa: “…berukuran sama dengan
sebuah poci besar dari Hajr.” (60)Hajr adalah sebuah wilayah dimana dikenal dengan poci-poci
berukuran besar. Kalau buah kemiri yang kecil saja menjadi seukuran itu di Surga, bayangkanlah
sebesar apakah kiranya anggur dan delima disana?

Tertulis dalam Musnad dari Imam Ahmad bin Hanbal dari ‘Utbah ibnu ‘Abdus-Salmaa,(RA),
bahwasanya suatu hari datang seorang badwi (arab dusun) menghadap Rasulullah (SAW) dan
bertanya perihal air-mancur Al-Kautsar dan tentang Surga, selanjutnya ia bertanya: “Adakah
buah-buahan di sana?” Maka Beliau (SAW) menjawab: “Ya; dan disana terdapat pohon yang
bernama Tuubaa.” Selanjutnya beliau (SAW) menyebutkan sesuatu yang terlupakan oleh
perawinya, yang mana disambut lagi oleh pertanyaan oleh si badwi: “Seperti apakah kiranya
pohon itu?” Beliau (SAW) bersabda: “Tidak ada pohon yang serupa itu di tempat asalmu”
Selanjutnya sabdanya: “Pernahkah engkau mengunjungi Syam?” Si badwi menjawab:
“Belum!” Rasulullah (SAW) bersabda: “Pohon itu serupa dengan pohon kenari di Syam, yang
tumbuh tegak di satu batang pokoknya, dan bagian atasnya terkembang membuka.” Badwi
bertanya lagi: “Sebesak apakah batang pokoknya?” Beliau menjawab: “Jika salah satu ontamu
yang muda mencoba untuk mengelilinginya, maka ia telah menua dan berkurang kekuatannya
sebelum selesai melakukannya.” Si badwi bertanya lagi: “Apakah disana (Surga) juga ada
anggur?” Dijawab oleh Rasulullah (SAW): “Ya, ada.” Bertanya lagi si badwi: “Sebesar apakah
untaiannya?” Beliau menjawab: “Sejarak satu bulan perjalanan seekor gagak tanpa melambat
ataupun beristirahat.” Si badwi masih melanjutkan pertanyaannya: “Seberapa besar sebutir
anggur?” Beliau (SAW) bertanya: “Pernahkah ayahmu menyembelih domba yang besar?”
jawabnya:“Ya” Rasulullah (SAW) melanjutkan pertanyaannya: “Apakah ia menguliti domba
sembelihannya dan memberikan kulitnya kepada ibumu dan menyuruhnya membuat sebuah
kantong dari kulit itu??” dijawabnya: “Ya.” Maka beliau (SAW) menerangkan: “Sebesar itulah
ukuran setiap butiran anggurnya.” Maka si badwi berkata: “Sebutir saja sudah mencukupi untuk
diriku dan keluargaku.” Dan Rasulullah(SAW) menimpali pernyataan itu: “Sesungguhnya, itu
mencukupi untuk semua anggota suku(keluarga besar)-mu.” (61)

60
(?) Riwayat Al-Bukhari No. (3800).
61
(?) Riwayat Ahmad dalam “Al-Musnad” No. (17313); Ath-Thabrani meriwayatkan juga hadits serupa didalam “Al-Kabir” & “Al-
2Awsat”; Al-Baihaqi, Ibnu Hibbaan. Syu’aib Al-Arna’ut menggolongkan hadits ini shahih berdasarkan hadits-hadits lain yang
menguatkannya.
Beberapa ulama menerangkan bahwa sebagian dari buah-buah itu renyah dan sebagian lagi
lembut, bagaikan buah ara dan buah aprikot di dunia ini.

Bebuahan di Surga selalu tersedia dan takkan pernah habis, tidak pula bergantung musim;
Surga tidak mengenal musim panas dan dingin, iklimnya selalu pertengahan yang indah; tidak ada
buah yang jelek ataupun membusuk, semuanya enak dan manis; semua buahnya tanpa biji, Ibnu
‘Abbas, (RA), berkata: “Buah-buah di Surga (berukuran) sebesar guci dan poci, lebih putih
daripada susu dan lebih manis daripada madu serta lebih lembut daripada mentega, semua pun
tanpa biji.” (62)

Semua buah berada dekat dan dalam jangkauan tangan; sebagaimana Allah (SWT) berfirman:
ٌ‫قُطُوفُ َها َدانِيَة‬
artinya: “Buah-buahnya dekat” [Al-Haaqqah(69): 23] Para penghuni Surga bisa meraihnya
dengan berdiri, duduk, ataupun sedang berbaring dimanapun didalam Surga.

2
62
(?) Ibnul-Qayyim dalam “Haadiul-Arwaah” Pg. (126).
Atmosfir, Cahaya, dan Waktu

Di Surga tidak terdapat matahari, bulan, dingin, panas, musim kering, musim salju, ataupun
siang dan malam; Cahayanya yang ada terus-menerus adalah pancaran cahaya Ar-Rahman.
Beberapa Salafush-shalih,rahimahumullah, mengatakan bahwa cahaya ini nampak bagaikan
cahaya di waktu fajar, tepat sebelum matahari terbit.

Para penghuni Surga tidak pernah tidur dan memang mereka tidak memerlukannya; hidup
mereka penuh ketenangan, tentram dan damai. Imam Ibnu Al-Jauzi, rahimahullah, mengatakan(63)
bahwa mereka akan mengenali rentang waktu malam manakala kelambu-kelambu dibentangkan
dan pintu-pintu tertutup, demikian pula sebaliknya, mereka mengenali siang hari manakala
kelambu-kelambu tersibak dan pintu-pintu terbuka.

Imam Al-Bukhari, rahimahullah, meriwayatkan bahwa Az-Zamil ibnus-Simak, rahimahullah,


mendengar ayahnya menceritakan kepadanya bahwa ia pernah berjumpa dengan ‘Abdullah bin
‘Abbas,(RA), di Madinah yang pada waktu itu telah buta dan bertanya ia kepadanya: “Wahai Ibnu
‘Abbas! Seperti apakah tanah Surga itu?” Ibnu ‘Abbas menjawab: “Putih pualam terbuat dari
perak dan nampak laksana cermin” aku (ayah az-zamil) pun bertanya: “Bagaimana dengan
cahayanya?” dijawabnya: “Tahukah kamu (terangnya cahaya) sebelum matahari terbit? Serupa
itulah cahaya disana, bedanya adalah bahwa disana tidak ada matahari ataupun Zamharir
(yakni, udara yang amat sangat dingin yang diperuntukkan sebagai siksaan penghuni Neraka).”
(64)

Imam Ibnu Taimiyyah, rahimahullah, berkata: “Di Surga tidak terdapat matahari, bulan, siang
ataupun malam, namun para penghuninya dapat membedakan pagi dan malam dengan mengenali
cahaya yang muncul dari arah ‘Arsy (Singgasana Allah).” (65) Nampaknya sebagian cahaya Allah
(SWT) itulah yang menerangi Surga dan demikianlah cara para penghuni Surga membedakan
antara siang dengan malam.

Lantaran di Surga tidak terdapat udara panas ataupun dingin, tidak dikenal adanya musim
panas maupun musim dingin, maka iklim disana akan selalu bagaikan musim semi dan udaranya
pun tetap terasa menyegarkan; bilamana hujan turun maka akan berupa wewangian (parfum);
awannya membawakan apa saja yang diinginkan oleh para penghuni Surga.

63
(?) Al-Qurtubi-“A reminder about the situation of the dead and the matters of the Hereafter” Pg. (495).
64
(?) Reported by Al-Munthiri-“At-Targheeb wat-Tarheeb” (292/4) No. (5664); Ibn Abu Ad-Dunyaa reported it as the words of Anas
2with a good chain of narrators.
65
(?) Ibn Taymiyyah-“Al-Fataawaa Al-Kubraa” (83/5).
Tertulis dalam kitab Imam Muslim, rahimahullah, bahwa Anas bin Malik, (RA), meriwayatkan
bahwa Rasulullah (SAW) bersabda: “Di Surga terdapat pasar yang dikunjungi oleh para
penghuni Surga setiap hari Jum’at. Angin utara akan berhembus dan menebarkan aroma yang
menerpa wajah-wajah dan pakaian-pakaian mereka sehingga mengakibatkan bertambahnya
keelokan dan pesona mereka. Mereka pun kemudian kembali kepada istri-istri mereka yang
juga telah bertambah cantik dan menarik, maka keluarga mereka akan mengatakan kepada
mereka: `Demi Allah, kami bersumpah, engkau telah bertambah tampan dan memesona
dibandingkan dengan sewaktu sebelum berangkat meninggalkan kami.` Mereka pun akan
menjawab: `Demi Allah, kami bersumpah, bahwa kalian pun bertambah cantik dan menarik
daripada ketika kami tinggalkan.`” (66) Imam An-Nawawi, rahimahullah, memberikan ulasan
perihal ini: “Rasulullah (SAW) menyebutkan angin utara karena angin inilah yang di dunia ini
merupakan angin pembawa hujan; angin ini pula yang berhembus di Surga menebarkan aroma
kesturi yang tertiup dari tanah Surga, menerpa wajah-wajah penghuninya, beserta aroma
wewangian yang lain.” (67)

Sa’id ibnul-Musayyab, rahimahullah, suatu ketika berjumpa dengan Abu Hurairah,(RA), yang
kemudian berkata: “Aku memohon kepada Allah agar mengumpulkan diriku bersamamu di pasar
Surga.” Sa’id, rahimahullah, membalas: “Adakah pasar disana?” Dijawabnya: “Ya; Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wasallam yang memberitahuku . . .” (68) Dan ia juga mengatakan bahwa
orang-orang di pasar itu akan dinaungi awan yang menurunkan hujan wewangian ke tubuh
mereka, yang mana aromanya belum pernah mereka kenal sebelum itu.

Angin Khamasin kita kenal di dunia ini bersifat panas, kering, dan berdebu, yang bertiup kala
musim semi dan menyebabkan debu dan pasir masuk ke dalam mata dan memenuhi atmosfir
dengan butiran-butiran debu yang dibawanya, sedangkan angin utara yang berhembus di Surga
menebarkan kesturi ke wajah para penghuni Surga, mengharumkan mereka dengan aroma
wewangian yang terbaik mutunya.

Rumah dan Istana di Surga

Terdapat berbagai macam bangunan di Surga, dan bahan-bahan untuk membangunnya pun
beraneka ragam, namun ada perbedaan yang sangat menonjol antara struktur bangunan di dunia
dengan di Akhirat.

66
(?) Riwayat Muslim Bab “Surga” sub-bab “Pasar di Surga” (2178/4) No. (2833).
67
(?) Penjelasan dari An-Nawawi atas kitab Imaam Muslim (143/17).
68
(?) Ini merupakan hadits panjang yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi didalam “As-Sunan” (265/7) No. (2605); dan diriwayatkan juga
oleh Ibnu Hibban, ibnu Majah dan lain-lain. At-Tirmidzi mengatakan bahwa riwayat ini hanya dikenal melalui satu mata-rantai para
perawi. Suwaid ibnu ‘Amr meriwayatkan bahwa Al-Auza’i meriwayatkan sebagian dari hadits ini; Al-Hafidz mengatakan: “’Abdul-
Hamid adalah penulis Al-Auza’i dan para ulama berbeda pendapat perihal dirinya (apakah riwayat-riwayat yang disampaikannya
kuat ataukah lemah) namun perawi yang selebihnya tergolong yang dapat dipercaya” Ibnu Abud-Dunyaa meriwayatkannya dari
mata-rantai perawi yang didalamnya termasuk Haql ibnu Ziyaad, yang juga penulis lain dari Al-Auzaa’i , nama depannya ada yang
mengatakan Muhammad adapun yang lain menyebutkan nama depannya adalah ‘Abdullaah, dan ia termasuk dapat dipercaya, dan
2riwayat-riwayatnya selain dari Al-Auza’i pun banyak dikutip, dan bahasan ini disebutkan oleh Al-Arna’ut dalam “Jaami’ul-Ushul”
(511/10).
Di Surga akan didapati kemah-kemah, kamar-kamar, dan istana-istana (kastil). Istana-istana
dibangun dengan bahan mutiara, rubi, dan permata aquamarin. Ada pula istana–istana yang
terbuat dari perak dan emas yang dihiasi aneka batu-mulia dan berbagai permata, semuanya
sebagai bahan bangunan hunian-hunian di Surga. Berbeda dengan istana, kemah-kemah didirikan
pada sepanjang tepian sungai dan di antara taman-taman Surga. Abu Musa Al-Asy’ari,(RA),
meriwayatkan bahwa Rasulullah (SAW) bersabda: “Orang-orang mukmin di dalam Surga akan
memiliki kemah-kemah yang terbuat dari sebutir mutiara yang dibuat berongga, tingginya
enam puluh mil menjulang ke angkasa. Mereka akan memiliki istri-istri dan setiap mukmin
akan mengunjungi istri-istri mereka yang tidak dapat berjumpa satu sama lain.” (69)

Anas bin Malik,(RA), meriwayatkan bahwa Rasulullah (SAW) bersabda: “Aku tercipta untuk
masuk Surga dan aku melihat didalamnya berdiri sebuah istana terbuat dari emas, maka aku
bertanya: ‘Untuk siapakah istana ini dibangun?’ Jawabnya adalah: ‘Untuk seorang pemuda
dari suku Quraisy.’ Maka aku pikir itu adalah untukku, dan aku kembali bertanya: ‘Sipakah
gerangan pemuda itu?’ Ku dengar jawaban: ‘Umar ibnul-Khattab.’” (70)

Adalah hal yang mudah bagi Allah (SWT), Sang Maha Pencipta lagi pula Maha Kuasa, untuk
menciptakan bangunan-bangunan di Surga yang tersusun dari berbagai batu permata pilihan,
banyak ulama meyakini bahwa ada sebuah planet yang telah ditemukan dan terbuat dari berlian
murni, planet ini terletak amat sangat jauh dari bumi, hal demikian tidaklah mengagetkan bagi
ummat Muslim sebab mereka percaya sepenuhnya bahwa alam semesta secara keseluruhan adalah
karya-cipta yang menakjubkan dari Allah (SWT).

Kamar-kamar di Surga adalah jenis bangunan lain yang berbeda dengan kemah-kemah dan
kastil-kastil; Allah (SWT) berfirman:
ٌ‫ين ٱتَّقَو ْا َربَّ ُه ْم لَ ُه ْم ُغ َرفٌ ّمن فَ ْوقِ َها ُغ َرفٌ َّم ْبنِيَّة‬
َ ‫لَ ٰـ ِك ِن ٱلَّ ِذ‬
artiya: “Tetapi orang-orang yang bertaqwa kepada Tuhannya, mereka mendapat kamar-
kamar (di Surga), di atasnya terdapat pula kamar-kamar yang dibangun (bertingkat-tingkat)
…” [Az-Zumar(39): 20] Diriwayatkan bahwa, berkaitan dengan kamar-kamar tersebut, Rasulullah
(SAW) bersabda: “Di Surga terdapat kamar-kamar, bagian dalamnya nampak dari luar dan
bagian luarnya pun nampak dari sebelah dalam; Allah telah menyediakan semuanya bagi
mereka yang memberi makan (kepada yang kelaparan, yang membutuhkan dan miskin) dan
juga disediakan bagi mereka yang sering mengerjakan puasa (yang sunnah) dan bagi mereka
yang mendirikan shalat malam (tahajud) ketika banyak orang sedang tidur.” (71)

69
(?) Riwayat Muslim (141/17) No. (7107).
70
(?) Riwayat Ahmad (1790, 542/3); Al-Albaani menyatakan hadits ini shahih berdasarkan persyaratan daril Al-Bukhari & Muslim.
71
(?) Riwayat Ibnu Hibbaan didalam Bab: “Keutamaan dan Kebajikan” sub-bab: “Menyebar-luaskan Salam dan Memberikan
2Makanan” (262/2) No. (509), Syu’aib Al-Arna’udz mengatakan bahwa mata-rantai perawi hadits ini kuat. At-Tirmidzi & Ahmad
meriwayatkan hadits serupa dan Al-Albaani menggolongkan hadits ini hasan.
Dari semua informasi di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa bangunan di Surga terbuat dari
aneka permata, aneka batuan dan logam mulia, dan bahwa beberapa diantara bangunan-bangunan
itu ada yang yang berdinding transparan (tembus pandang); dari dalam dapat melihat keluar dan
demikian juga sebaliknya; sehingga para hamba-Allah yang duduk-duduk didalamnya merasa
seolah-olah berada di luar bangunan dan sedang berada di taman di antara pepohonan, lantaran
sangat beningnya dinding transparan itu.

Setiap hamba di Surga mendapat dua taman sebagaimana telah diterangkan terdahulu, dan
didalam kedua taman itu tersedia banyak rumah-rumah dan kamar-kamar. Diterangkan pula bahwa
salah satu taman adalah tempat tinggalnya adapun satu taman lagi untuk para pelayan dan istri-
istri, seperti layaknya para raja dalam kehidupan dunia ini; dikatakan pula bahwa sebuah taman
diberikan sebagai ganjaran ketaatan seorang hamba kepada Allah (SWT) dan sebuah lagi sebagai
balasan atas kemampuannya mengekang hawa-nafsunya didalam hidup ini. (72)

Semua kamar di Surga telah dilengkapi dengan berbagai parabot (furnitur), siap huni dan telah
bersiap pula didalamnya para pemuda belia dan para bidadari Surga menantikan hamba Allah yang
akan mendiaminya. Setiap hamba dapat memiliki lebih dari itu dengan jalan memperbanyak
berdzikir menyebut asma Allah dan melaksanakan amal-shalih selama hidup di dunia. Sebagian
ulama seperti Imam Ath-Thabari, Imam Al-Qurtubi dan Imam Ibnul-Qayyim, rahimahumullah,
menerangkan bahwa Surga seorang hamba dibangun dengan cara berdzikir menyebut asma Allah
(SWT), dan manakala ia berhenti berdzikir para malaikat yang bekerja membangunannya pun
berhenti mengerjakan bangunan untuknya, maka mereka pun diperintahkan untuk melanjutkan
pekerjaan mereka, namun mereka menjawab: “Kami tidak dapat melanjutkan sehingga kami
menerima upah kami.”

Setiap hamba dapat menambahkan bangunan untuk dirinya di Surga dengan cara sering
mendawamkan asma Allah (SWT) dan mengerjakan amal-shalih sehingga ia akan mendapatkan
bangunan yang setara dengan kota-kota besar. Di Surga, Allah (SWT) akan membuat dirinya dapat
melihat seluruh bangunan miliknya semudah ia melihat benda yang berada di depan matanya; ia
akan dapat melihat semuanya sementara ia hanya dalam posisi duduk di tempatnya, ia takkan
memerlukan menara ataupun teropong untuk mengamati kerajaannya.

Didalam sebuah hadits, diriwayatkan bahwa Rasulullah (SAW) telah mengabarkan kepada kita
bahwa tubuh para penghuni Surga tidak mengeluarkan kotoran (buang-air) ataupun menghela
hidung, jadi mereka tidak memerlukan kamar-mandi (kamar-kecil) beserta sistem sanitasinya
ataupun yang sejenisnya untuk penanganan sampah/kotoran seperti di dunia, mereka tidak pula
membutuhkan berbagai sarana dan bahan pembersih; segala yang ada didalam Surga bersifat
bersih dan murni dan tidak akan ada debu dan kotoran (sampah).

2
72
(?) Lihat Tafsir Al-Qurtubi didalam Surah Ar-Rahmaan.
Wewangian Surga

Surga memiliki aroma wewangian yang kuat, menebar jauh sehingga tercium dari jarak yang
sangat jauh; dan tak seorangpun kecuali orang-orang mukmin yang dapat mencium harumnya dari
jarak sejauh lima ratus atau bahkan seribu tahun perjalanan, ada pula yang dapat mengenali
aromanya dari jarak empat puluh atau tujuh puluh tahun. Tidak ada pertentangan dalam perbedaan
jarak ini karena setiap mukmin berbeda jangkauan jaraknya untuk mengenali aroma Surga, karena
hal ini tergantung pada tingkat ketaqwaan masing-masing, semakin bertaqwa maka semakin jauh
pula jarak-jangkaunya untuk mengenali harumnya Surga.

Surga memiliki dua macam wewangian; salah satunya kadang tercium oleh jiwa (ruh) dari
dunia ini dan jenis yang satu lagi dapat dikenali oleh indera penciuman seseorang, sepertihalnya
orang dapat mengenali harumnya bunga mawar dan benda-benda lain yang harum; Inilah yang
akan dikenali oleh para penghuni Surga di Akhirat kelak dari jauh maupun dekat, namun untuk
jenis yang dapat dikenali aromanya di kehidupan dunia ini, hanya terbatas pada para Nabi dan
Rasul, serta orang-orang tertentu yang dikehendaki oleh Allah (SWT) untuk dapat mencium
keharuman Surga. Aroma inilah yang tercium oleh Anas ibnu An-Nadhr, (RA); hanya Allah
(SWT) yang paling mengetahui; bahwa kemungkinan ia mencium aroma dari jenis wewangian
yang pertama. (73) Kisah Anas ibnu An-Nadhr, (RA), ini terjadi ketika ia di tengah medan
peperangan Uhud, berkata: “Aku dapat mencium harumnya Surga dari arah Uhud!” dan
kemudian ia pun maju ke medan laga sehingga gugur sebagai syuhada. Riwayat ini berkategori
shahih dan terdapat dalam kitab Imam Muslim diriwayatkan dari Anas, (RA).

Sungai-sungai dan Mata-air

Di Surga terdapat lautan luas, aliran sungai-sungai dan mata-air yang mengalirinya. Rasulullah
(SAW) bersabda: “Di Surga terdapat lautan madu, lautan khamr (sari anggur), lautan susu,
dan lautan air – dan dari sana terpancar ke sungai-sungainya (didalam Surga).” (74)

Sungai-sungai di Surga dialiri dari lautan ini; Allah (SWT) berfirman:


‫ءاس ٍن َوَأ ْن َها ٌر ّمن لَّبَ ٍن لَّ ْم يَتَ َغيَّ ْر‬
ِ ‫ون فِي َها َأ ْن َها ٌر ّمن َّماء َغ ْي ِر‬ َ ُ‫َّمثَ ُل ٱ ْل َجنَّ ِة ٱلَّتِى ُو ِع َد ٱ ْل ُمتَّق‬
‫صفًّى‬
َ ‫س ٍل ُّم‬ َ ‫ين َوَأ ْن َه ٰـ ٌر ّمنْ َع‬ َّ ‫طَ ْع ُمهُ َوَأ ْن َه ٰـ ٌر ّمنْ َخ ْم ٍر لَّ َّذ ٍة لّل‬
َ ِ‫ش ٰـ ِرب‬
artinya: “Perumpamaan taman Surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertaqwa
yang didalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada beruba rasa dan baunya, sungai-sungai
dari air susu yang tiada berubah rasanya, sungai-sungai dari khamr (arak) yang lezat rasanya
bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring …” [Muhammad(47): 15]

73 2 (?) Ibnul-Qayyim -“Haadi Al-Arwaah” bab 42 hal. (16).


74
(?) Telah disebutkan dalam catatan-kaki terdahulu.
Para ahli tafsir Al-Qur'an mengatakan bahwa airnya murni dan jernih; takkan pernah menjadi
basi meskipun didiamkan dalam tempo yang lama. Air susu di Surga tidak berasal dari onta
ataupun binatang ternak yang lain, rasanya tak pernah berubah, tidak pula akan kadaluwarsa.
Tambahan pula, madunya murni dan tidak berasal dari lebah, sari anggur (arak) –nya bukan hasil
gilasan kaki manusia, tidak memabukkan atau menyebabkan kepala pusing, namun malah terasa
lezat bagi siapapun yang meminumnya. (75)

Sungai-sungai di Surga mengalir tanpa tepian sungai, ini menperjelas firman Allah (SWT):
ٍ ‫س ُكو‬
‫ب‬ ْ ‫َو َماء َّم‬
artinya: “Dan air yang tercurah” [Al-Waqi’ah(56): 31]

Sungai-sungai di Surga memancar mulai dari atas mengalir kebawah sampai mencapai tingkat
Surga yang terbawah, sebagaimana diterangkan dalam hadits: “Jika kamu berdo’a kepada Allah,
maka mintalah Surga Firdaus, karena tempat inilah yang terbaik di Surga dan berada pada
tingkat tertinggi. Di atasnya terletak kaki-kaki (penyangga) ‘Arsy (singgasana) Ar-Rahman dan
dari sinilah awal tercurahnya sungai-sungai Surga.” (76)

Beberapa sungai yang disebut namanya didalam hadits shahih adalah sungai-sungai Al-
Kautsar, Siihaan, Jiihaan, An-Niil (seperti nama sungai Nil di Mesir), Al-Furaat (seperti nama
sungai di Iraq) dan Baariq; diriwayatkan pula bahwa Ibnu ‘Abbas, (RA), mengatakan bahwa ada
sungai di Surga yang bernama Al-Baidaj.

Dijelaskan pula bahwa sungai-sungai tersebut mengalir di atas tanah kesturi murni, tepi-
tepinya berbentuk kubah terbuat dari mutiara dan batu permata jenis rubi; arah aliran semua sungai
mengikuti keinginan para penghuni Surga ke manapun dan kapanpun.

Adapun sumber-sumber (mata-air), ada satu yang terbuat dari jahe dan dinamakan Kaafuur,
satu lagi dinamakan Salsabil dan yang ketiga bernama Tasniim (77), dan masih banyak lagi sumber-
sumber lain yang hanya Allah saja yang mengetahui. Para penghuni Surga mengalirkan sumber-
sumber itu ke arah mereka sendiri di taman-taman dan istana-istana yang mereka miliki, sesuai
dengan arah yang mereka inginkan sebagaimana tersebut dalam firman Allah (SWT):
ً‫ب بِ َها ِعبَا ُد ٱهَّلل ِ يُفَ ّج ُرونَ َها تَ ْف ِجيرا‬
ُ ‫َع ْينا ً يَش َْر‬
artinya: “(Yaitu) mata-air (dalam Surga) yang daripadanya hamba-hamba Allah minum,
yang mereka dapat mengalirkannya dengan sebaik-baiknya.” [Al-Insaan(76): 6]

75
(?) Lihat tafsir Ibnu Katsir dalam Surah Muhammad, ayat 15.
76 2 (?) Lihat pada catatan kaki terdahulu.
77
(?) Perhatikan Bab “Macam-macam Taman Surga” yang membahas perbedaan nikmat yang didapat.
Parabot di Surga

Setiap taman Surga memiliki parabot (furnitur/mebel) yang unik didalamnya. Mutunya pun
beraneka-ragam sesuai dengan tingkatan (letak ketinggian) dan kedudukan dari penghuninya.
Perlengkapan ini tersebar didalam istana (kastil), halaman (taman), dan kemah-kemah, dan para
penghuni Surga duduk pada hamparan sutera dan brokat yang disulam dari benang-benang
berbahan emas dan perak. Beberapa contoh perlengkapan itu adalah dipan, sofa, bantalan
(dudukan dan sandaran), sprei, permadani nan lembut, dan bantal. Allah (SWT) berfirman:
‫صفُوفَةٌ * َو َز َرابِ ُّي َم ْبثُوثَةٌـ‬ ُ ‫ضو َعةٌ * َونَ َما ِر‬
ْ ‫ق َم‬ ٌ ‫س ُر ٌر َّم ْرفُو َعةٌ * َوَأ ْك َو‬
ُ ‫اب َّم ْو‬ ُ ‫فِي َها‬
artinya: “Didalamnya ada sofa-sofa yang ditinggikan, dan piala-pila yang terletak
(didekatkan), dan bantal-bantal sandaran yang tersusun, dan permadani-permadani yang
terhampar.” [Al-Ghasyiyah(88): 13-16]

Wahai ummat Muslim! Bayangkan bahwa anda menjelang memasuki koridor megah nan indah
yang terdapat pada sebuah hotel yang sangat mewah; tidakkah akan anda dapati disana permadani
elok nan lembut terhampar, gelas-gelas diatur berjajar rapi pada tempatnya, dan sofa-sofa tertata
rapi, serta aroma wewangian semerbak memenuhi seluruh ruangan? Kalaulah hal duniawi yang
seindah ini saja bukanlah bandingan dari kenyamanan Surga di kehidupan Akhirat, lantas
bagaimanakah kiranya kamar-kamar yang terdapat didalam Surga, lengkap dengan permadani-
permadani, aneka sutra, bantal-bantal dan sandaran-sandaran yang tersedia disana? Dalam Al-
Qur’an, Allah (SWT) telah menggambarkan sofa-sofa (dipan) itu dengan firman-Nya:
ٌ‫س ُر ٌر َّم ْرفُو َعة‬
ُ
artinya: “Didalamnya ada sofa-sofa yang ditinggikan” [Al-Ghashiyah(88): 13]
dan juga:
‫ضونَ ٍة‬
ُ ‫س ُر ٍر َّم ْو‬
ُ
artinya: “Mereka berada diatas dipan-dipan yang bertahtakan emas dan permata” [Al-
Waqi’ah(56): 15]. Beberapa ahli tafsir menerangkan bahwa “bertahtakan emas dan permata”
yang dimaksud adalah bahwa batu-batu permata; dari jenis rubi dan aquamarine; disulam dengan
benang-benang emas, dan manakala hamba-Allah hendak duduk, sofa itu pun merendah
menyongsongnya, dan ketika sang hamba telah selesai, maka sofa itu pun kembali pada
ketinggiannya semula.(78) Diterangkan pula bahwa tingginya sejauh jarak langit dan bumi, yang
berjarak-tempuh lima ratus tahun, ulama lainnya menerangkan bahwa sofa-sofa itu terdapat dalam
setiap tingkat Surga dan terletak diantara satu tingkat ke tingkat berikutnya. (79)

Ini berarti bahwa sofa itu juga bergerak naik membawa hamba-Allah yang duduk padanya
kemanapun yang diinginkannya, sampai ke tingkat tertinggi untuk peringkat sang hamba didalam
Surga. Diriwayatkan bahwa jarak antara dua tingkat sama dengan jarak langit dan bumi; di dunia
ini kita jumpai elevator (lift) gedung-gedung pencakar langit untuk mencapai tingkat-tingkatnya;
demikianlah gambaran yang dapat dimaklumi seseorang, masihkah tak terbayangkan?

78 2 (?) Lihat tafsir Al-Qurtubi untuk Surah Al-Waqi’ah, ayat 15.


79
(?) Merujuk pada hadits riwayat At-Tirmidzi (2595-253/7), beliau menggolongkan hadits ini hasan.
Pakaian dan Perhiasan Para Penghuni Surga

Allah (SWT) berfirman:


ٍ ‫ستَ ْب َر‬
‫ق‬ ٍ ‫س ْن ُد‬
ْ ‫س وَِإ‬ ْ ‫ون ثِيَابًا ُخ‬
ُ ‫ض ًرا ّمن‬ َ ‫س‬ُ َ‫َويَ ْلب‬
artinya: “…dan mereka memakai pakaian hijau dari sutera halus dan sutera tebal …” [Al-
Kahfi (18): 31]
juga firman-Nya:
‫س ُه ْم فِي َها َح ِري ٌر‬
ُ ‫َولِبَا‬
artinya: “…dan pakaian mereka adalah sutera.” [Al-Hajj (22): 23] Sutera adalah bahan
pakaian terbaik; bermacam-macam jenisnya, ada yang tipis ada pula yang tebal; di dunia ini, sutera
dikenal sebagai bahan pakaian terbaik dan paling menarik, maka betapa indah kiranya sutera di
Surga? Penghuni Surga akan diberi pakaian sutera aneka warna, dan yang terindah dari semua itu
adalah yang berwarna hijau, maka warna itulah yang disebut dalam firman Allah (SWT) di atas.

Adapun perhiasan yang mereka kenakan terbuat dari emas, perak, aneka batu permata;
mahkota, gelang dan cincin, yang mereka pakai; baik lelaki maupun perempuan; terbuat dari
bahan-bahan tersebut. Ibnu Abu Ad-Dunya, rahimahullah, meriwayatkan bahwa Atiyyah ibnu
Ka’ab, rahimahullah, mengatakan: “Allah memiliki malaikat khusus yang bertugas meramu
permata bagi penghuni Surga yang telah mulai bekerja semenjak diciptakan-Nya.” (80)

Pakaian para penghuni Surga berasal dari pepohonan Surga, seperti pohon Tuubaa,
sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Hurairah, (RA), bahwasanya Rasulullah (SAW) bersabda:
“Tempat tinggal seorang mukmin didalam Surga adalah sebuah mutiara yang didalamnya
terdapat empat puluh rumah; di tengah-tengahnya terdapat sebuah pohon yang menguarkan
pakaian, penghuni Surga akan mendatangi pohon itu dan dengan satu jarinya ia dapat
memetik tujuh puluh pakaian yang berhiaskan mutiara dan rubi.” (81)

Ibnu ‘Abbas, (RA), mengatakan: “Di Surga terdapat pohon yang buahnya bagaikan delima,
dan ketika hamba Allah memerlukan pakaian, salah satu buahnya akan merendah bersama
tangkainya kemudian membelah menjadi dua bagian; tujuh puluh pakaian dengan warna yang
berbeda pun kemudian keluar dari dalam buah itu, setelahnya buah itu pun menutup kembali
seperti semula.” (82)

80
(?) Diriwayatkan oleh Ibnu Abu Syaibah dalam kitab “Al-Musannaf” (29797-63/8).
81
(?) Diriwayatkan oleh Ibnu Abu Syaibah dalam kitab “Al-Musannaf” (29828-70/8), dikatakannya ini riwayat ini disampaikan oleh
Ibnu Abu Ad-Dunyaa sebagai perkataan para sahabat dan bukan sabda Rasulullah (SAW); Al-Mundziri menyebutkan riwayat serupa
dalam “At-Targhib Wat-Tarhib”.
82 2(?) Diriwayatkan oleh Ibnu Abu Ad-Dunyaa dari perkataan para sahabat dan bukan dari sabda Rasulullah (SAW), dan mata-rantai
perawinya hasan. Al-Mundziri menyampaikan pula riwayat serupa dalam “At-Targhib Wat-Tarhib” (5664-292/4).
Pembaca yang saya hormati! Janganlah menyangka bahwa seorang perempuan yang
mengenakan tujuh puluh pakaian akan merasa terbebani dan terhambat geraknya, atau langkah
kaki mereka terhalang ketika berjalan, Imam Ibnu Al-Jauzi, Rahimahullah, mengatakan: “Semua
pakaian itu masih lebih ringan daripada rambut mereka.” (83) Disampaikan pula bahwa hikmah
dibalik mengenakan tujuh puluh lapis gaun itu adalah untuk menambahkan rasa senang dan
kenikmatan; tatapan mata sang suami akan mampu menembus lapis demi lapis gaunnya yang
berlainan warna, misalnya : hijau, kuning, dan merah, dan dengan demikian setiap saat sang istri
akan nampak dengan warna pakaian yang berlainan; pandangan mata suaminya pun menembus
sumsum tulang betisnya, yang demikian ini memberikan tambahan kenikmatan bagi sang suami,
dan Allah (SWT) sajalah yang paling mengetahui tentang hal ini.

Makanan, Minuman, dan Peralatan Para Penghuni Surga


Ketika para penghuni Surga mulai masuk kedalam Surga, mereka akan dimandikan di
pancuran yang terdapat di pintu gerbangnya dan selanjutnya minum dari pancuran yang satu lagi;
air yang diminum menimbulkan rasa nikmat yang menjalar ke sekujur tubuh mereka. Kemudian,
mereka masuk kedalam Surga dalam keadaan belum berbusana, sehingga mereka mendapatkan
pakaian mereka dari pohon Tuubaa. Selanjutnya Tuhan pun menyambut mereka dan layaknya
‘tuan-rumah’ yang ramah-tamah menyembelih ternak untuk para tamu, seekor lembu Surga
disembelih untuk mereka. Sedangkan seekor anak lembu Surga, hatinya saja sudah mencukupi
bagi tujuh puluh ribu penghuni Surga yang masuk tanpa melalui hisab atas amal mereka di dunia.

Dari daging ini, akan diolah sebuah masakan dan bumi sebagai rotinya, sebagaimana tertuang
didalam kitab Al-Bukhari & Muslim, Rahimahumullah, dari Abu Sa’id Al-Khudri,(RA), bahwa
Rasulullah (SAW) bersabda: “Bumi akan menjadi bagaikan sepotong roti yang disajikan
sebagai santapan para penghuni Surga; Sang Maha Perkasa akan memindahkannya dengan
Tangan-Nya seperti seorang diantara kamu memindahkan sepotong roti dengan tangannya.”(84)
Ini baru merupakan hidangan penyambutan ketika mereka mulai memasuki Surga.

Adapun makanan dan minuman yang selanjutnya, akan berupa aneka daging, sayur-mayur, dan
berbagai macam buah. Daging-daging yang disajikan ada dari daging lembu, domba, onta, anak
lembu, dan berbagai jenis burung yang diciptakan dan berkembang-biak didalam Surga serta
memakan rerumputan Surga; bagaimana pula kiranya rasanya jika dibandingkan dengan binatang-
binatang yang diciptakan untuk mengisi bumi dan makan dari rerumputan bumi? Seberapa
besarkah ukuran mereka? Kalau didalam hadits disebutkan bahwa burung-burung di Surga
berukuran sebesar onta (di dunia), lantas seberapa besarkah kiranya onta dan lembu di Surga?

Beberapa jenis buah Surga adalah aneka delima, kurma, dan lain-lain; Allah (SWT) berfirman:
َ َ‫ُكلَّ َما ُر ِزقُو ْا ِم ْن َها ِمن ثَ َم َر ٍة ِّر ْزقا ً قَالُو ْا َه ٰـ َذا ٱلَّ ِذى ُر ِز ْقنَا ِمن قَ ْب ُل َوُأتُو ْا بِ ِه ُمت‬
ً ‫ش ٰـبِها‬

83 2 (?) Ibnu Al-Jauzi -“Bustannul-Wa’idzin wa Riyaadhus-Sami’in” hal.. (135).


84
(?) Riwayat Al-Bukhaari No. (6373).
artinya: “… Setiap kali mereka diberi rizki buah-buahan didalam surga-surga itu, mereka
mengatakan, 'Inilah yang penah diberikan kami dahulu.' Mereka diberi buah-buahan yang
serupa …” [Al-Baqarah(2): 25] Terdapat perbedaan dari para ulama perihal tafsir ayat ini, namun
pernyataan terbaik yang dikemukakan tentang hal ini adalah bahwa tidaklah mungkin bentuk
buah-buah di Surga serupa dengan yang di dunia ini karena tak satupun dari buah di dunia yang
dapat dibandingkan dengan buah-buah di Surga. Lantaran kenyataan bahwa tidak semua orang
pernah memakan semua jenis buah yang terdapat di dunia, maka mereka tak mungkin mengatakan
bahwa mereka telah pernah mendapatkan buah itu sebelumnya semasa hidup di dunia, fakta yang
lain lagi adalah, di beberapa negeri terdapat buah-buah yang bahkan tidak pernah dikenal oleh
orang-orang dari negeri-negeri lainnya; maka, tidaklah mungkin mereka akan selalu mengatakan
bahwa mereka pernah memakan buah itu di kehidupan dunia setiap kali kepada mereka
dihidangkan buah-buah Surga, yang lebih mungkin maksudnya adalah bahwa ketika memakannya,
kelezatan yang dirasakan tidak berubah dari awal hingga akhir. Ada sebuah ungkapan: “Buah
yang dimakan pertama, terasa paling lezat.” , demikianlah di dunia ini seseorang merasa bahwa
buah yang dicicipinya pertama kali terasa lezat sedangkan yang selebihnya mengandung rasa asam
dan yang lainnya terdapat rasa asin, namun tidaklah demikian dengan buah-buah Surga, Al-Hasan,
Rahimahullah, menerangkan: “Seluruhnya (buah Surga) lezat rasanya.” Jadi tidak satupun
diantaranya terdapat buah yang jelek.

Perihal firman Allah (SWT):


َ َ‫َوُأتُو ْا بِ ِه ُمت‬
ً ‫ش ٰـبِها‬
artinya: “… Dan mereka diberi buah-buahan yang serupa” [Al-Baqarah(2): 25] Sejumlah
Sahabat (Radhiyallahu anhum) mengatakan bahwa warna dan bentuknya serupa setiap kali mereka
(penghuni Surga) mengambil buah yang dihidangkan, namun berbeda rasa, dan setiap kali ‘bocah-
lelaki’ Surga berkeliling sambil menyodorkan buah-buah itu kepada para penghuni Surga, mereka
pun menyantapnya, dan ketika ‘bocah’ itu kembali untuk menyajikan lagi, ia mengatakan bahwa
buah itu serupa dengan yang dihidangkan sebelumnya, namun si penyaji menyuruh mereka
memakannya karena hanya bentuk dan warnanya saja yang sama tetapi lezatnya berbeda. (85)

Beberapa minuman bagi para penghuni Surga antara lain adalah sari-anggur, susu, madu, air
dan sari jahe; ada yang dingin ada pula yang hangat, mereka akan meminum sebanyak yang
mereka inginkan dan Allah (SWT) telah mengetahui sebelumnya seberapa banyak yang akan
mereka minum, oleh karena itu tak kan ada minuman tersisa dalam piala-piala dan tidak pula yang
kurang dari yang mereka harapkan; Allah (SWT) berfirman:
ً‫قَ َّد ُرو َها تَ ْق ِديرا‬
artinya: “… yang telak diukur oleh mereka dengan sebaik-baiknya.” [Al-Insaan(76): 16] Para
penghuni Surga tidaklah minum karena haus ataupun makan karena lapar, tetapi mereka
melakukannya semata-mata untuk kesenangan.

2
85
(?) “Haadi Al-Arwaah” bab ke-45, hal. (123-126).
Kita ketahui bahwa dalam hidup ini segala sesuatu menjadi usang dengan berlalunya sang
waktu; sebaliknya di Surga semuanya menjadi semakin lebih baik seiring bertambahnya waktu.
Penghuni Surga, lelaki maupun perempuan, dari waktu ke waktu menjadi semakin menarik, begitu
pula buah-buahan dan makanan semakin bertambah lezat.

Para penghuni Surga mengunakan peralatan makan dan minum yang terbuat dari emas dan
perak; diantaranya ada yang bening laksana kaca, misalnya gelas, cangkir, dan mangkuk, ada pula
yang tidak, misalnya piring-piring.

Komunikasi Antar Para Penghuni Surga

Diterangkan didalam hadits bahwa kendaraan penghuni Surga adalah onta betina, ada juga
yang menunggang kuda berpelana emas dan perak. Diterangkan pula bahwa sofa mereka dapat
berpindah-pindah ketika diduduki sehingga para penghuni Surga dapat saling berjumpa dan
bercakap-cakap. Didalam sebuah hadits, Rasulullah (SAW) bersabda: “Di Surga terdapat satu
pohon yang dari bagian atasnya mengeluarkan pakaian-pakaian, dari bagian bawahnya keluar
kuda-kuda berpelana emas, mutiara dan permata rubi, kuda ini tidak mengeluarkan kotoran
cair ataupun padat, dan memiliki sepasang sayap; setiap langkahnya dapat memindahkan
penunggangnya sejauh pandangan mata; para penghuni Surga mengendarai mereka dan
terbang bersama kemanapun mereka suka.” (86)

Berikut adalah macam-macam kunjungan yang dilakukan oleh para penghuni Surga:

 Yang terbaik dari semua kunjungan adalah kunjungan kepada Tuhan Yang Maha Perkasa:
selama dalam kunjungan ini Allah (SWT) menampakkan Wajah-Nya kepada mereka dan
bercakap-cakap dengan mereka; Firman Allah (SWT):
ٌ‫سنَ ٰى َو ِزيَا َدة‬ َ ‫ين َأ ْح‬
ْ ‫سنُو ْا ٱ ْل ُح‬ َ ‫لّلَّ ِذ‬
artinya: “Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (Surga) dan
tambahannya …” [Yunus(10): 26] Rasulullah (SAW) menerangkan bahwa tambahan tersebut
adalah melihat Wajah Allah (SWT) (87), sebagaimana terdapat dalam hadits riwayat Imam
Muslim, Rahimahullah. Orang-orang mukmin (di Surga) berjumpa dengan Tuhan mereka setiap
hari Jum’at, dan beberapa diantaranya ada yang dapat berjumpa dengan-Nya dua-kali dalam
sehari, mereka inilah orang-orang yang mendapatkan kedudukan tertinggi didalam Surga.

2
86
(?) Al-Munthiri-“At-Targheeb Wat-Tarheeb” (5735-317/4).
 Pergi ke pasar: Ada pasar di Surga yang didatangi oleh para penghuni Surga pada hari Jum’at,
nama-nama hari di Surga sama dengan di dunia. Pasar di Surga bukanlah tempat untuk berjual-
beli; disini orang-orang mukmin mengambil apasaja yang mereka inginkan, semuanya itu
adalah perwujudan karunia Allah (SWT) bagi mereka. Disini berbaur para penghuni dari
berbagai tingkatan Surga, mereka yang dari tingkatan yang lebih rendah terkagum-kagum
dengan busana yang dikenakan oleh mereka yang berasal dari tingkat-tingkat di atasnya, dan
seketika itu pula mereka pun mendapati diri mereka telah mengenakan busana yang lebih
indah, demikian karena mereka tidak diperkenankan bersedih (murung) di Surga. Orang-orang
mukmin di Surga melihat Tuhan mereka dengan jelas tanpa halangan layaknya orang melihat
bulan purnama di malam tak berawan (88); mereka berkumpul di salah satu taman Surga dan
melihat Allah (SWT) berada di atas ‘Arsy-Nya.

 Saling mengunjungi: Di dalam Surga orang-orang mukmin saling mengunjungi sebagaimana


diterangkan dalam Firman Allah (SWT):
ُ ‫ِإ ْخ َوانًا َعلَ ٰى‬
َ ِ‫س ُر ٍر ُّمتَقَ ٰـبِل‬
‫ين‬
artinya: “… sedangkan mereka merasa bersaudara, duduk berhadap-hadapan di atas dipan-
dipan” [Al-Hijr(15): 47] Mereka pun ingat perihal apa-apa yang pernah mereka kerjakan
bersama-sama semasa hidup di dunia. Penghuni Surga yang berperingkat lebih tinggi akan
berkunjung kepada para penghuni yang berperingkat di bawah mereka dan mereka bersama-
sama akan menengok para penghuni neraka yang sedang dibakar api, dari sebuah lubang yang
terdapat di bawah mereka, dan mereka pun akan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah
(SWT) yang telah menyelamatkan mereka dari siksaan api neraka. (89)

Apakah yang Mereka Dengarkan? (90)

Penghuni Surga memanjakan telinga mereka dengan mendengarkan hal-hal berikut:

 Kalimat-kalimat Allah Yang Maha Perkasa, manakala Dia sedang berbicara kepada mereka,
dan pembicaraan ini adalah yang paling nilainya diantara suara apapun yang akan mereka
dengar di Surga.
 Mereka juga akan mendengarkan nyanyian para bidadari; Allah (SWT) berfirman:
‫ون‬ َ ‫ت فَ ُه ْم فِى َر ْو‬
َ ‫ض ٍة يُ ْحبَ ُر‬ ِ ‫ص ٰـلِ َح ٰـ‬ َ ‫فََأ َّما ٱلَّ ِذ‬
َّ ‫ين ءا َمنُو ْا َو َع ِملُو ْا ٱل‬

87
(?) Reported by Muslim (403-404-15/3).
88
(?) Sebuah hadits panjang yang diriiwayatkan oleh Muslim (405-16/3).
89
(?) Ibnu Katsir dalam tafsirnya atas Surah Ash-Shaaffaat, ayat 50-55.
90
(?) Ibnul-Qayyim-“Haadi Al-Arwaah” bab 75; lihat juga tafsir Al-Qurtubi dalam Surah Ar-Rum ayat 15. Penulis tidak berhasil
2menemukan rujukan yang mendukung hal-hal yang diterang pada alinea ini, namun tetap mencantumkannya sebagai sebuah
penyemangat bagi pembaca.
artinya: “Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih, maka mereka
didalam taman (Surga), bergembira” [Ar-Rum(30): 15] beberapa ulama mengatakan:
“Kegembiraan ini adalah kenikmatan yang akan mereka dapati melalui pendengaran mereka
(mendengarkan lantunan suara para bidadari).” Rasulullah (SAW)bersabda: “Di surga akan
didapati perempuan (bidadari) Surga berkumpul dan bernyanyi dengan suara merdu yang
belum pernah didengar orang sebelumnya.” Mereka bernyanyi di tepi sungai-sungai Surga
untuk (menghibur) suami mereka.
 Mereka juga akan mendengarkan bunyi yang indah dari pepohonan: Diriwayatkan bahwa
seorang lelaki suku Quraisy bertanya kepada Ibnu Syihaab, rahimahullah: “Adakah bunyi-
bunyian di Surga? Karena aku suka mendengarkannya.” dijawabnya: “Sesungguhnya, aku
bersumpah demi Yang Mahaesa, yang jiwaku dalam genggaman-Nya, ada pepohonan di Surga
yang bebuah mutiara dan permata biru (aquamarin), dibawahnya ada bidadari-bidadari molek
bernyanyi: ‘Kami pencinta yang tulus dan tak pernah berduka, kami abadi takkan mati.’ Ketika
pepohonan itu mendengar nyanyian mereka, maka dedaunannya pun saling bertepuk
mengeluarkan bunyi berirama yang disahut oleh (nyanyian) para bidadari; orang-orang tak
kan pernah dapat membedakan mana yang lebih merdu dari keduanya, apakah bunyi
pepohonan ataukah suara para bidadari.”
 Al-Auzaa’i, rahimahullah, berkata: “Para penghuni Surga akan mendengar suara Israfil
(malaikat peniup sangkakala) ketika ia sedang memuji Allah dengan suaranya, yang mana
manusia belum pernah mendengar yang lebih merdu dari suaranya.”
 Dikatakan bahwa Nabi Daud, (AS), memiliki panggung yang tinggi di Surga dan Allah (SWT)
akan menyapanya dengan suara yang terindah.
 Suara para malaikat; ‘Abdullah ibnul-Mubarak, rahimahullah, mengatakan bahwa Malik bin
Anas, rahimahullah, meriwayatkan: “Pada Hari Kiamat, sebuah suara akan memanggil;
‘Dimanakah gerangan mereka yang dahulu menghidari alunan bunyi musik dan suara
(bisikan) setan semasa hidup mereka, Balaslah mereka dengan taman-taman kesturi dan
kemudian dikatakan kepada para malaikat: ‘Buatlah mereka mendengarkan suara kalian
mengagungkan dan bersyukur kapada-Ku.’” (91)

Kesenangan Abadi

Pembaca yang saya hormati! Marilah kita jalani hidup dibawah naungan ayat-ayat berikut;
mari kita berfikir dan bermenung atas huruf-huruf dan kalimat-kalimat; demi untuk mendapatkan
‘harta’ yang terkandung didalamnya.

Allah (SWT) berfirman:


‫س َوتَلَ ُّذ ٱَأل ْعيُنُ َوَأنتُ ْـم‬
ُ ُ‫شتَ ِهي ِه ٱَأل ْنف‬ ٍ ‫ب َوَأ ْك ٰو‬
ْ َ‫ب َوفِي َها َما ت‬ ٍ ‫ف ّمن َذ َه‬ ِ ِ‫يُطَافُ َعلَ ْي ِه ْم ب‬
ٍ ‫ص َح ٰـ‬
َ ‫فِي َها َخ ٰـلِد‬
‫ُون‬

91 2(?) Diriwayatkan oleh Nu’aim bin Hamid; ibnul-Mubaarak-“Az-Zuhd” (43) hal. (12). Ad-Dailami-“Jaami’ Al-Ahaadits wal-Maraasil"
(2481-339/1).
artinya: “Diedarkan kepada mereka piring-piring dari emas dan piala-piala, dan didalam
surga itu terdapat segala apa yang diinginkan oleh hati dan sedap (dipandang) mata dan kamu
kekal di dalamnya.” [Az-Zukhruf(43): 71] Seorang yang kaya boleh jadi ketika membaca ayat ini
melewatkan begitu saja tanpa perhatian sedikitpun, dan bisa jadi ia berpendapat bahwa Allah
(SWT) telah memenuhi janjinya ini terlebih dahulu untuk dirinya di dunia ini, namun jika ia
bersedia memperhatikan lebih seksama makna ayat ini,akan ia dapati bahwa nafsu duniawinya
selalu beriringan dengan satu dari aneka ketidak-nyamanan, dan bahwa (di dunia) kenikmatan
yang ia dapatkan berbaur dengan kepahitan. Tidaklah mungkin ia memenuhi keinginannya secara
terus-menerus disebabkan oleh adanya hambatan-hambatan yang menghalanginya, seperti
hadirnya persoalan-persoalan hidup, duka-cita, tekanan-tekanan psikologis maupun finansial
(keuangan); maka, tiada seorangpun dapat memenuhi segala keinginan di sepanjang rentang
hidupnya di dunia, meskipun orang itu dikaruniai oleh Allah (SWT) kekayaan layaknya Qarun dan
keadaan tubuh yang selalu sehat-kuat segar-bugar.

Segala jenis kesenangan dunia ini terbatas sampai pada ‘titik-jenuh’-nya, lebih dari itu
segalanya akan tersisa dalam kesia-siaan. Jika seorang yang lapar disodori bermacam-macam
makanan, ia hanya akan memakan sejumlah yang cukup untuk mengenyangkan perutnya dan
tidaklah akan ia sanggup memakan yang selebihnya ketika ia telah sampai di ‘titik-jenuh’ perutnya
(merasa kenyang), walaupun ia masih menginginkan aneka makanan lezat yang terlihat
dihadapannya; ia hanya akan mampu memenuhi sebagian nafsu makannya hingga batas tertentu.

Demikian pula, jika seorang yang suka bertamasya ditawari pergi ke tempat paling eksotis
(mengagumkan) dari seantero planet ini ketika ia baru saja kembali dari sebuah perjalanan wisata
yang melelahkan, walau ia sangat ingin tidak akan ia seranta berangkat, sebab kondisi tubuhnya
sedang tidak memungkinkan. Sama halnya, adalah sebuah kenyataan bahwa orang senang
memiliki banyak uang, namun ia pun akan sampai pada titik kemanfaatan tertentu atas
kekayaannya demi memenuhi segala keinginan nafsunya dengan uang yang tersedia, dan uang
selebihnya hanyalah angka-angka penghias rekening tabungan di bank. Hal-hal lain yang
menyenangkan pun akan sampai pada keadaan seperti contoh-contoh tersebut.

2
Akan selalu ada batas atau titik dimana lebih dari itu seseorang takkan sanggup memanfaatkan
hartanya untuk kesenangannya, apapun bentuknya. Sesungguhnya, bertambah menikmati
(kesenangan) akan membawa kerugian dari segi harta, kesehatan, ataupun yang berhubungan
dengan kehidupan Akhiratnya kelak (92), dan oleh sebab itu ia tidak akan dapat terus bersenang-
senang memuaskan keinginan(nafsu)-nya. Puncak dari segala macam nafsu selalu berada di awal
terpenuhinya, tetapi ketika rasa puas itu telah didapat maka perlahan-lahan kenikmatan itu akan
memudar, bahkan mungkin saja akan sirna daya tariknya sama sekali setelah sampai pada titik
(batas) tertentu. Sebagai contoh, seorang yang diundang menghadiri pesta pernikahan dimana
tersaji aneka makanan lezat yang membuatnya meneteskan air-liur; jika ia ingin memenuhi
piringnya dengan segala macam makanan yang tersedia, ia pun mengisi piring dengan setiap jenis
sajian sehingga menggunung, dan ketika ia bermaksud menyantap habis makanan itu, di tengah ia
menikmatinya ia pun segera merasa kenyang sehingga ia tidak dapat lagi merasakan nikmatnya
makanan selebihnya; maka iapun akan meletakkan piring yang masih berisi lebihan makanan yang
diambilnya setelah menikmati sebagian saja; mungkin juga ia pun telah terlalu kenyang sehingga
kemudian perutnya terasa kaku dan mengakibatkannya susah tidur, sebagai akibat dari
memaksakan diri memuaskan nafsu (keinginan) makannya.

Di Surga, seorang hamba akan selalu memperoleh apa saja yang diinginkannya secara terus-
menerus; jika dihidangkan kepadanya beraneka jenis makanan, ia akan menikmati sendiri
semuanya dari awal hingga akhir, dan jika ditambahkan lagi sajian yang berbeda, ia masih akan
mampu menikmati santapan itu sebagaimana ia menikmati sajian sebelumnya, ia tidak akan
merasa terlalu kenyang sehingga merusak selera makan dan tidak pula akan kehilangan rasa
nikmat. Hal demikian ini berlaku untuk segala macam kesenangan dan keinginan yang bisa
didapatkannya; ia akan terus-menerus memanjakan dirinya dengan aneka kenikmatan tanpa pernah
berhenti. Para penghuni Surga akan semakin menikmati kehidupan di sana karena setiap kali
seorang dari mereka menginginkan sesuatu, maka seketika itu apa yang menjadi keinginannya
langsung tersaji dihadapannya; terpenuhi apapun yang diingini dan harapan pun seketika menjadi
kenyataan. Jadi, perbedaan antara kesenangan duniawi dengan kesenangan Akhirat adalah sebagai
berikut:
1. Jika dalam hidup ini apa yang diinginkan oleh seseorang akan diperoleh di saat-saat tertentu
dan akan mencapai titik akhir, maka di Surga segala keinginan dan harapan akan terpenuhi
terus menerus.
2. di Surga, kuatnya keinginan sama besarnya (konstan) dari awal hingga akhir pemenuhannya
dan dapat dibangkitkan kembali; sedangkan di kehidupan dunia kuatnya keinginan terjadi amat
kuat pada awalnya dan segera melemah sesaat setelah mulai terpenuhi.
3. Di Surga segala keinginan dan harapan terkabulkan, sedangkan di dunia tidak semua keinginan
dan harapan menadi kenyataan.

92
(?) Karena semakin menikmati lebih banyak kesenangan yang diperbolehkan semakin bertambah pula beban dan resiko yang harus
dipikulnya; si miskin akan mendahului si kaya limaratus tahun sebagaimana disebutkan hadits riwayat Albani didalam “Shahih Al-
Jaami’” No. (8076). Begitu pula, menyibukkan diri dengan kesenangan yang diperbolehkan (halal) mengakibatkan turunnya peringkat
2seorang mukmin didalam Surga sebagaimana diterangkan oleh Imam Ibnu Taimiyyah didalam “Penyembuhan Qalbu” hal. (283), dan
kerugian yang demikian adalah benar-benar kerugian yang sangat besar.
4. Tidak ada biaya, kerugian, ataupun bahaya yang harus ditanggung atas pemenuhan keinginan
di Surga; adapun dalam hidup ini orang harus mengeluarkan biaya untuk mewujudkan sesuatu
yang diinginkannya dan masih harus menanggung kerugian, secara fisik maupun finansial
tergantung jenis keinginannya.

Dari diagram berikut ini kita dapat melihat perbedaan antara dua macam kehidupan tersebut:
Manfaat

Puncak kenikmatan
Titik Jenuh

Kerugian
Biaya
Kesenangan Duniawi

2
Tak terbatas

Manfaat

Titik awal masuk


Surga

Titik Nol Biaya

Kesenangan Surgawi

Ketahuilah bahwa semua kesenangan di kehidupan dunia diciptakan untuk memberikan


beberapa manfaat bagi manusia; nafsu seksual diberikan untuk terjaminan kelangsungan
kehidupan manusia dangan jalan berketurunan; kesehatan, makanan, dan minuman untuk
memeliharan ketahanan tubuh, dan jika nafsu makan, minum, dan seksual ditiadakan, maka
manusia tidak akan perlu bekerja untuk memenuhi kebutuhannya dan oleh karenanya akan
mengancam kehidupan dan eksisitensi manusia di muka bumi. Imam Ibnu Al-Jauzi, rahimahullah,
mengatakan: “Ini semua (nafsu) diciptakan untuk membantu tubuh menempuh kehidupan dan
bukan diciptakan semata-mata untuk bersenang-senang; kesenangan yang menyertainya adalah
pemberdaya agar manusia tetap terus bekerja untuk memenuhi kebutuhannya, sehingga
mendapatkan manfaat yang berkesinambungan dari semua itu.” (93)

Kesenangan Surgawi adalah kesenangan sejati yang diciptakan semata-mata untuk kenikmatan
tanpa hambatan/gangguan apapun; kita memohon kepada Allah (SWT) semoga kita mendapatkan
karunia-Nya berupa kenikmatan-kenikmatan ini!
Allah (SWT) berfirman:
َ ‫يم * َعلَى ٱَأل َراِئ ِك يَنظُ ُر‬
‫ون‬ َ ‫ِإنَّ ٱَأل ْب َر‬
ٍ ‫ار لَفِى نَ ِع‬
artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang berbakti itu berada dalam kenikmatan yang
besar (surga). Mereka (duduk) di atas dipan-dipan sambil memandang.” [Al-Muthaffifin(83):
22-23] ’kenikmatan‘ yang dimaksud dalam ayat ini mengandung arti yang sangat luas; kenikmatan
ini kekal dan tak berkesudahan; kenikmatan yang selalu terbarukan; yang mana orang-orang
beriman akan menikmati dengan seluruh inderanya sebagai balasan atas pengendalian inderanya di
dunia dari perbuatan dosa. Allah (SWT) berfirman:
َ ‫شتَ ُه‬
‫ون‬ ْ َ‫ط ْي ٍر ّم َّما ي‬ َ ‫َوفَ ٰـ ِك َه ٍة ّم َّما يَت ََخيَّ ُر‬
َ ‫ون * َولَ ْح ِم‬
2
93
(?) Ibnu Al-Jauzi-“Sayidul-Khaatir” bab-75 Hal. 127.
artinya: “Dan buah-buahan apa pun yang mereka pilih. Dan daging burung apa pun yang
mereka inginkan.” [Al-Waaqi’ah(56): 20-21] Kesenangan mencicipi makanan lezat adalah satu
dari kesenangan terbaik yang dapat dinikmati oleh seseorang, maka dari itu kita mendapati hal ini
disebutkan berulang-kali didalam Al-Qur’an dengan cara penyampaian dan gaya bahasa yang
berbeda-beda. Kesenangan apakah yang dapat melebihi duduk menghadapi meja makan yang
diatasnya tersaji berbagai makanan dan minuman terbaik dan serba lezat? Orang yang duduk di
situlah yang tahu benar bahwa tak soal seberapa banyak yang ia makan, ia tak akan mendapatkan
dampak buruk dan tak kan pernah ada perasaan kenyang, dan tidak pula ia menjadi sakit akibat
kegemukan.

Pahala yang menyedapkan pandangan mata pun tak kalah menyenangkan dibandingkan dengan
kesenangan tersebut di atas; Allah (SWT) berfirman:
َ ‫َعلَى ٱَأل َراِئ ِك يَنظُ ُر‬
‫ون‬
artinya: “Mereka (duduk) di atas dipan-dipan sambil memandang .” [Al-Muthaffifin(83): 23]
Ini menunjukkan kepada penyimaknya betapa luas kesyahduan suasana dan kedamaian qalbu yang
sedang dirasakan oleh para penghuni Surga; tak ada hal yang menyibukkan pikiran mereka
ataupun hal yang mengganggu mereka merasakan keasyikan memandang (panorama Surga); tidak
ada kerja keras untuk mengumpulkan harta dan tak ada duka-lara; mereka dalam kehidupan yang
mewah dan tak perlu bekerja; satu-satunya yang mereka kerjakan hanyalah merasakan kesenangan
yang telah disediakan bagi mereka dan kenyamanan melempar pandangan dan mengamati ke
segala arah sekeliling mereka. Dalam ‘penjara’ kehidupan dunia ini, pandangan mereka terbatasi
oleh rambu-rambu dan batasan-batasan yang tak mungkin mereka langgar, sebagaimana Allah
(SWT) berfirman:
َ ‫ضوْـا ِمنْ َأ ْب‬
‫ص ٰـ ِر ِه ْم‬ َ ِ‫قُ ْل لّ ْل ُمْؤ ِمن‬
ُّ ‫ين يَ ُغ‬

2
artinya: “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, hendaklah mereka menahan
pandangannya…” [An-Nur(24): 30] Dalam kehidupan dunia ini, memandang berarti melihat
sesuatu yang menyenangkan sama halnya dengan melihat sesuatu yang mengganggu/
mengacaukan; Mungkin saja seseorang terpaksa menyaksikan hal-hal yang menyeramkan,
misalnya saja siksaan yang sedang diderita oleh muslim di tempat lain, yang menyebabkan badan
bergidik karenanya; Adapun di Surga, seseorang dapat melihat ke segala arah yang ia sukai dan ke
arah manapun ia lemparkan pandangannya ia tak kan pernah melihat selain yang menyenangkan
qalbunya dan membangkitkan keriangan pada dirinya, dan ia tak perlu lagi menahan
pandangannya. Malahan, Allah (SWT) akan membuatnya mampu melihat seluruh bagian (lahan
dan bangunan) Surga yang menjadi miliknya hingga ke perbatasannya semudah ia melihat apa
yang dekat di hadapannya, dan untuk itu ia tidak perlu memanjat menara ataupun menggunakan
teropong, meskipun sebenarnya bagian surga yang dimilikinya lebih luas daripada luasan seluruh
bumi; karena bagian terkecil yang akan diperoleh oleh seorang hamba di Surga adalah sepuluh kali
luas bumi sebagaimana tersebut dalam sebuah hadits shahih.(94) Lebih dari itu, ia akan menikmati
kesenangan-kesenangan yang telah diterangkan dalam bab “Pakaian dan Perhiasan Para
Penghuni Surga” dimana diterangkan pula bahwa ia akan memandangi istrinya yang cantik dan
pandangannya akan sanggup menembus helai demi helai, tujuh puluh gaun yang dikenakan sang
istri; ia memandangi warna gaun sang istri yang berbeda warnanya ketika menghampirinya dan
ketika meninggalkannya, tatapan matanya menembus seluruh gaun dan daging hingga ke sumsum
tulang betisnya. Inilah cerminan kemampuan yang menakjubkan yang akan dimiliki oleh orang
mukmin di Surga kelak, ia pun mampu melihat benda-benda yang berjarak jutaan kilometer sejelas
ia melihat benda yang ada didekatnya; ia mampu mengendalikan pandangannya untuk melihat
jauh ke dalam sebuah benda tertentu yang ada di hadapannya sedalam yang ia inginkan, inilah
sebabnya ia dapat melihat lapisan gaun demi gaun yang dikenakan istrinya yang berbeda-beda
warna. Segala puji hanyalah milik Allah, Sang Maha Pencipta! Sesungguhnya hal terbaik yang
akan dilihat oleh para penghuni Surga adalah Wajah Allah (SWT) dan kita berdo’a memohon
kepada-Nya agar kita dianugerahi-Nya nikmat terbaik ini.

Kebahagiaan mendengarkan dan memanjakan telinga menikmati bunyi dan suara yang
menggembirakan qalbu adalah salah satu kebahagiaan yang akan dirasakan oleh para penghuni
Surga; sepasang telinga mereka takkan diganggu oleh suara-suara kencang memekakkan telinga,
atau pun suara-suara ratapan sedih dan memilukan, ataupun juga suara jeritan yang menakutkan;
mereka hanya akan menikmati suara merdu dan harmoni syahdu sebagaimana telah diterangkan
dalam bab “Apakah yang Mereka Dengarkan?”.

Pembaca yang saya hormati! Jika anda bertanya perihal aroma wewangian berbagai mawar dan
bunga-bunga Surga yang menyenangkan, maka jawabnya adalah bahwa semerbak harumnya akan
membuat seseorang sungguh-sungguh mensyukuri anugerah indera penciuman yang diperolehnya.
Sungai-sungai Surga menebarkan wangi kesturi dan jahe, dan manakala anda minum dari
sungainya akan anda dapati rasa segar aroma kesturi setelah meneguknya; Jika anda tanyakan
perihal aneka buah Surga, maka aromanya saja sangat lembut sehingga orang dibuat telah
merasakan kelezatannya sebelum memakannya.

2
94
(?) Riwayat Muslim dalam bab: “Iman” (173/1) No. (186).
Terlebih lagi, angin di Surga pun menebarkan bau wewangian seiring dengan hembusannya;
bahkan tubuh para penghuni Surga pun beraroma kesturi; mereka tidak berbau menyengat, tidak
pula berkeringat ataupun mengeluarkan kotoran.

Adapun perihal indera perasa (sentuhan), orang-orang mukmin akan merasakan kenikmatan
manakala mereka bercengkerama dengan istri-istri mereka di Surga, serasa bak kesan ‘malam-
pertama’ yang mereka penah dapatkan setelah pernikahan. Di dunia ini, dengan berlalunya hari
demi hari, berkurang pula kepekaan indera seseorang terhadap sentuhan-sentuhan itu, semakin
sering bersentuhan semakin memudar pula kesan yang ditimbulkannya. Akan tetapi, di Surga
kenikmatan ini akan selalu terasa baru; orang-orang mukmin bertemu dengan istri-istri mereka
setiap hari dan selalu merasa layaknya pertemuan pertama, demikian pula dengan perempuan
terhadap suami mereka; setiap hari adalah ‘malam-pertama’; mereka akan seterusnya hidup dalam
suasana keindahan malam pengantin yang tak terbatas dan tanpa akhir.

Ada lagi satu kebahagiaan yang menyelimuti tubuh dan jiwa, yakni kesenangan batiniyah

Betapa besar kebahagiaan yang diperoleh mereka dan betapa Maha Agung Dzat yang
menganugerahkan seluruh nikmat itu, dan betapa Dia Maha Bijaksana!

Kebahagiaan Batiniyah Para Penghuni Surga

Kalaupun kesenangan yang ada di Surga itu tiada lain kecuali hidup yang bebas kekisruhan
tanpa kemurungan atau rasa sedih, maka itupun sudahlah mencukupi (sebagai balasan bagi orang
yang beriman). Demi Allah saya bersumpah, kalau Dia berkenan menempatkan kita di padang
pasir yang terbuka dan mencukupi kita dengan makanan dan minuman dan menganugerahkan
kebahagiaan dan melindungi kita dari segala bencana, maka itu pun sudah merupakan nikmat dan
kesenangan yang memadai; lantas bagaimana halnya manakala selain dari yang memadai tersebut,
kita juga akan menikmati taman-taman Surga dan kesenangan-kesenangan lain yang tak pernah
kita bayangkan sebelumnya?

Aneka kesenangan di dalam Surga tidak tercemari oleh kesedihan dan duka cita; tidak pula
dirusak oleh keausan atau usang termakan zaman; tidak terganggu oleh rasa khawatir terhadap
masa depan ataupun risiko yang akan timbul kemudian; tidak pula dibayang-bayangi perasaan
takut akan jatuh miskin; di Surga tidak dikenal rasa bosan atau jemu; setiap hari, orang-orang di
Surga mengalami perubahan hidup dan taman-taman mereka pun berbeda bentuk, menjadi lebih
indah dari sebelumnya. Tiada kecemburuan, kedengkian, ataupun pengkhianatan; Allah (SWT)
berfirman:
‫ين‬ ُ ‫صدُو ِر ِهم ّمنْ ِغ ّل ِإ ْخ َوانًا َعلَ ٰى‬
َ ِ‫س ُر ٍر ُّمتَقَ ٰـبِل‬ ُ ‫َونَ َز ْعنَا َما فِى‬
artinya: “Dan Kami lenyapkan rasa dendam yang ada dalam hati mereka, sedang mereka
merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan.” [Al-Hijr(15): 47]
2
Tidak akan dijumpai wabah dan penyakit; tidak ada bakteri, virus, ataupun kuman; orang-
orang akan selalu menikmati rasa sehat dan bertenaga dan tak pernah menjadi tua. Kesenangan
yang ada adalah murni; sebuah kebahagiaan dan kehidupan abadi yang nyaman tanpa kewajiban
ataupun ibadah yang harus dikerjakan, namun demikian para hamba Allah itu selalu terdorong
kesadarannya untuk memuji Allah (SWT) sebagaimana layaknya mereka bernafas. (96)

Mereka akan merasakan nikmat memandang Wajah Ar-Rahman; Dia yang selalu mencurahkan
kasih-sayang-Nya, pahala-Nya dan perhatian-Nya kepada mereka setiap hari.

Maka dimanakah gerangan mereka yang hendak berinvestasi (menanamkan modal kehidupan
dunianya untuk kebahagiaan kehidupan Akhirat)? Saya mengundang diri saya sendiri dan anda
semua untuk bersama-sama bersegera melakukan ‘investasi optimal’, meraih hasil tertinggi, dan
kebahagiaan yang abadi.

Pembaca yang saya hormati! Pada akhirnya, inilah sebuah undangan untuk bergabung dalam
investasi yang mana anda akan menikmati buahnya dan mendapatkan Surga, yang jauh dari
imajinasi dan daya fikir, lantaran keindahannya yang sangat menakjubkan.

Marilah kita memohon kepada Allah Yang Maha Perkasa; Tuhan yang memiliki ‘Arsy
(Singasana yang Agung) agar menjadikan kita tergolong dalam mereka yang beribadah hanya
kepada-Nya sehingga kelak mendapatkan pertolongan-Nya dan diselamatkan-Nya; kita memohon
kepada-Nya agar termasuk orang-orang yang hanya menyembah-Nya sehingga kita memperoleh
kemenangan yang besar; semoga kita digolongkan-Nya sebagai orang-orang yang mencintai-Nya
sehingga kita akan diangkat-Nya dekat kepada-Nya. Yaa Allaah! Jadikanlah kami orang yang
mendengar seruan ini dan mengikuti yang terbaik dari mereka.

Alhamdulillaahi rabbil ‘alamin-Segala puji hanyalah bagi Allah, Tuhan seluruh alam semesta.

95 2 (?) Diuraikan pada bab berikutnya.


96
(?) Hadits riwayat Muslim (2182/19-4).

Anda mungkin juga menyukai