Hukum Perdata
Hukum Perdata
dan Gadai
Studi kasus terkait dengan hukum jaminan gadai, hak tanggungan, dan fidusia dapat
memberikan gambaran tentang bagaimana ketiga bentuk jaminan hutang tersebut diatur dalam
praktiknya. Beberapa contoh studi kasus terkait dengan hukum jaminan gadai, hak tanggungan,
dan fidusia yang dapat dijadikan referensi adalah sebagai berikut:
Contoh studi kasus terkait dengan jaminan fidusia adalah kasus yang terjadi di
Jombang, di mana terdapat permasalahan dalam pelaksanaan eksekusi objek jaminan fidusia.
Dalam kasus ini, debitur atau pemberi fidusia melakukan wanprestasi pada perjanjian pokok
sehingga jaminan fidusia dapat dieksekusi. Namun, dalam praktiknya, masih terdapat
permasalahan dalam pelaksanaan eksekusi jaminan fidusia
Dasar hukum terkait dengan jaminan fidusia diatur dalam Undang-Undang Nomor 42
Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Pasal 5 ayat (1) UU tersebut menyatakan bahwa jaminan
fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak, baik yang berwujud maupun tidak berwujud,
dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan atau
hipotik. Selain itu, Pasal 13 ayat (1) UU tersebut menyatakan bahwa jaminan fidusia baru dapat
dieksekusi apabila debitur melakukan wanprestasi pada perjanjian pokowanprestasi pada
perjanjian pokok.
Salah satu contoh studi kasus terkait dengan hukum jaminan gadai adalah kasus yang
terjadi di PT. Pegadaian, di mana terdapat permasalahan dalam pelaksanaan eksekusi gadai
terhadap objek jaminan yang bukan milik sipeemberi gadai. Dalam kasus ini, terdapat perbedaan
pendapat antara pihak pemilik objek jaminan gadai dengan pihak PT. Pegadaian terkait dengan
pelaksanaan eksekusi gadai. Perlindungan hukum bagi si pemilik objek jaminan gadai yang
sesungguhnya atas pelelangan objek gadai diberikan oleh hukum yakni apabila terbukti bahwa
pihak PT. Pegadaian telah melakukan pelanggaran terhadap hak-hak si pemilik objek jaminan
gadai
.Dasar hukum terkait dengan gadai diatur dalam Pasal 1150 sampai dengan Pasal 1161
KUHPerdata. Pasal 1150 KUHPerdata menyatakan bahwa gadai adalah hak jaminan atas barang-
barang bergerak yang tidak diserahkan kepada kreditur, dengan ketentuan bahwa barang-barang
tersebut tetap berada dalam penguasaan pemberi gadai. Selain itu, Pasal 1155 ayat (1)
KUHPerdata menyatakan bahwa gadai dapat dieksekusi apabila debitur melakukan wanprestasi
pada perjanjian pokok
Contoh studi kasus terkait dengan hak tanggungan adalah kasus yang terjadi di Jakarta,
di mana terdapat permasalahan dalam pelaksanaan hak tanggungan atas tanah dan bangunan
yang diberikan oleh debitur kepada kreditur. Dalam kasus ini, terdapat sengketa antara pihak
kreditur dan pihak debitur terkait dengan objek jaminan. Pihak kreditur mengajukan permohonan
eksekusi hak tanggungan ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Setelah melalui proses
persidangan, Pengadilan Negeri Jakarta Selatan memutuskan untuk mengabulkan permohonan
eksekusi hak tanggungan.
Dasar hukum terkait dengan hak tanggungan diatur dalam Undang-Undang Nomor 4
Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan. Pasal 1 ayat (1) UU tersebut menyatakan bahwa hak
tanggungan adalah hak jaminan atas tanah dan/atau bangunan yang diberikan oleh debitur
kepada kreditur. Selain itu, Pasal 6 ayat (1) UU tersebut menyatakan bahwa hak tanggungan
harus didaftarkan pada Kantor Pertanahan setempa
Komentar atau tanggapan terhadap kasus-kasus di atas adalah bahwa meskipun ketiga
bentuk jaminan hutang tersebut memiliki perbedaan mendasar, namun dalam praktiknya masih
terdapat permasalahan dalam pelaksanaannya. Oleh karena itu, diperlukan perlindungan hukum
yang memadai bagi kreditur agar dapat melaksanakan haknya secara efektif dan efisien.
Referensi:
Kepastian Hukum terhadap Kreditur Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 18/PUU-
XVII/2019 dan Nomor 2/PUU [PDF].
https://notarylaw.journal.ulm.ac.id/index.php/nolaj/article/download/23/16/62. Diakses
pada 12 Juni 2023.