Anda di halaman 1dari 65

1

KTI ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PENERAPAN TEKNIK


KOMPRES BAWANG MERAH TERHADAP PENINGKATAN
SUHU TUBUH ANAK DENGAN FEBRIS DI KABUPATEN
LAMPUNG TENGAH
TAHUN 2021

LAPORAN UJIAN

STASE KOMPREHENSIF PEMINATAN ANAK

Oleh :

NAMA : RIMA ARY PRADISCA S.Kep

NPM : 20350022

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2021
2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang

kesehatan yang saat ini terjadi di Indonesia. Derajat kesehatan anak

mencerminkan derajat kesehatan bangsa, karena anak sebagai generasi penerus

bangsa memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan dalam meneruskan

pembangunan bangsa. Berdasarkan alasan tersebut, masalah kesehatan anak

diprioritaskan dalam perencanaan atau penataan pembangunan bangsa (Hidayat,

2012). Menjaga kesehatan anak menjadi perhatian khusus saat pergantian musim

yang umumnya disertai dengan berkembangnya berbagai penyakit. Kondisi anak

dari sehat akan menjadi sakit mengakibatkan tubuh bereaksi untuk

meningkatkan suhu yang disebut demam (hipertermi) (Cahyaningrum, 2017)

Demam dapat didefinisikan dengan suatu keadaan suhu tubuh di atas normal

sebagai akibat peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus. Pusat

pengaturan suhu mempertahankan suhu dalam keadaan seimbang baik pada saat

sehat ataupun demam dengan mengatur keseimbangan diantara produksi dan

pelepasan panas tubuh (Sodikin, 2012).

Demam adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan suhu tubuh diatas

normal. Rentang suhu tubuh seseorang dikatakan hipotermi terjadi <36,5,

normal 36,5-37,5, dan dikatakan hipertermi >37,5 (Dzulfaijah, 2017). Menurut

badan kesehatan dunia (WHO) memperkirakan jumlah kasus demam di seluruh

dunia mencapai 16-33 juta dengan 500-600 ribu kematian tiap


3

Di indonesia penderita demam sebanyak 465 (91,0%) dari 511 ibu yang

memakai perabaan untuk menilai demam pada anak mereka, sedangkan sisanya

46 (23,1%) dari 511 ibu yang menggunakan thermometer (Setyowati, 2013).

Sementara di kota Jambi kasus demam pada balita, tahun 2016 yaitu sebanyak

27.632 yang terjadi demam yang tidak tau apa yang menjadi penyebabnya.

Sedangkan di Kabupaten Bungo pada tahun 2016 sebanyak 3.632 yang terjadi

dalam 2 tahun terakhir

Prevalensi demam di Provinsi Lampung sebesar 5,6%, dan tersebar di

seluruh Kabupaten/Kota dengan rentang 5,2 – 6,5%. Menurut data SKDR

(Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon), sepanjang tahun 2019 di Provinsi

Lampung tercatat sebagai provinsi dengan kasus penyakit suspek demam tifoid

tertinggi yaitu sebanyak 354.071 kasus yang tersebar di seluruh

Kabupaten/Kota. Dari data tersebut diperoleh di daerah Bandar Lampung

menduduki peringkat ke-5 dengan suspek demam tertinggi yaitu sebanyak

11.787 kasus yang tersebar di seluruh kecamatan, mengalami kenaikan kasus

dari tahun 2019 yaitu 567 kasus (Depkes Lampung 2019).

Berdasarkan data prevelensi Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2020 yang

menderita demam mengalami peningkatan menjadi 678 pasien. Sedangkan pada

tahun 2021 terhitung dari bulan Januari sampai dengan April 2021 jumlah

pasien dengan demam sebanyak 256 pasien (Dinkes Lamteng, 2020-2021).

Cara untuk menurunkan dan mengontrol demam dapat dilakukan dengan

berbagai macam, yaitu dengan pemberian obat Antipiretik. Namun penggunaan

obat antipiretik memiliki efek samping yaitu dapat mengakibatkan spasme


4

bronkus, perdarahan saluran cerna yang timbul akibat erosi (pengikisan)

pembuluh darah, dan penurunan fungsi ginjal (Cahyaningrum & Putri, 2017).

Selain menggunakan obat Antipiretik, menurunkan demam dapat dilakukan

secara fisik (non farmakologi) yaitu dengan mengenakan pakaian tipis, sering

minum, perbanyak istirahat, dan mandi dengan air hangat (Henriani, 2017).

Selain itu juga dapat dilakukan dengan penggunaan energi panas melalui

metode konduksi dan evaporasi. Metode konduksi merupakan perpindahan

panas dari suatu objek dengan kontak langsung. Ketika kulit hangat menyentuh

sesuatu yang hangat maka akan terjadi perpindahan panas melalui evaporasi,

sehingga perpindahan dari energi panas berubah menjadi gas/ uap air dalam

bentuk keringat (Cahyaningrum & Putri, 2017).

Bawang merah (Allium Cepa Varietas Ascalonicum) dapat digunakan untuk

mengompres karena mengandung senyawa sulfur organic yaitu Allylcysteine

Sulfoxide. Potongan atau irisan umbi bawang merah akan melepaskan enzim

allinase yang berfungsi menghancurkan pembentukan pembekuan darah

sehingga membuat peredaran darah menjadi lancar dan panas dari dalam tubuh

dapat lebih mudah disalurkan ke pembuluh darah tepi dan demam yang terjadi

akan menurun (Suryono, Sukatmi, & Jayanti, 2012). Kandungan lain bawang

merah yang dapat menurunkan suhu tubuh adalah minyak atsiri, florogusin,

sikloaliin, metilaliin, kaemferol, dan kuersetin (Cahyaningrum E. D, 2017).

Efek hangat dari bawang merah bekerja dengan cara penggunaan energi

panas melalui metode konduksi dan evaporasi, yaitu perpindahan panas dari

suatu objek lain dengan kontak langsung. Ketika kulit hangat menyentuh yang
5

hangat maka akan terjadi perpindahan panas melalui evaporasi, sehingga

perpindahan energi panas berubah menjadi gas (Cahyaningrum E. D, 2017).

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk mengambil judul

“Asuhan keperawatan komplementer dengan penerapan teknik kompres bawang

merah terhadap penurunan suhu tubuh anak dengan demam di kabupaten

Lampung Tengah tahun 2021 ”

B. Rumusan Masalah

Untuk melakukan “Asuhan keperawatan komplementer dengan penerapan

teknik kompres bawang merah terhadap penurunan suhu tubuh anak dengan

demam di kabupaten Lampung Tengah tahun 2021”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Menggambarkan Asuhan keperawatan komplementer dengan penerapan

teknik kompres bawang merah terhadap penurunan suhu tubuh anak

dengan demam di Kabupaten Lampung Tengah tahun 2021

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian Asuhan Keperawatan Komplementer dengan

penerapan teknik kompres bawang merah terhadap penurunan suhu

tubuh anak dengan demam di kabupaten Lampung Tengah tahun 2021

b. Merumuskan diagnosis Asuhan Keperawatan Komplementer dengan

penerapan teknik kompres bawang merah terhadap penurunan suhu

tubuh anak dengan demam di kabupaten Lampung Tengah tahun 2021


6

c. Melakukan tindakan Asuhan Keperawatan Komplementter dengan

penerapan teknik kompres bawang merah terhadap penurunan suhu

tubuh anak dengan demam di kabupaten Lampung Tengah tahun 2021

d. melakukan evaluasi Asuhan Keperawatan Komplementer dengan

penerapan teknik kompres bawang merah terhadap penurunan suhu

tubuh anak dengan demam di kabupaten Lampung Tengah tahun 2021.

e. Mendokumentasikan Asuhan Keperawatan Komplementer dengan

penerapan teknik kompres bawang merah terhadap penurunan suhu

tubuh anak dengan demam di kabupaten Lampung Tengah tahun 2021

D. Manfaat

1. Manfaat teoritis

Menambah khasanah dan meningkatkan ilmu pengetahuan mengenai

penerapan teknik kompres bawang merah untuk menurunkan suhu tubuh

dengan masalah demam khususnya demam pada anak

2. Manfaat aplikatif

a. Bagi penulis

Diharapkan penulisan ini dapat di jadikan bahan acuan dan pengetahuan

lebih lanjut untuk penulis mengenai manfaat bawang merah yang berguna

sebagai motode pembelajaran keperawatan komplementer

b. Bagi anak

Diharap kan asuhanan keperawatan komplementer ini bermanfaat bagi

anak dengan masalah demam dan dapat dapat menurunkan demam

dengan terapi non farmakologi


7

c. Bagi keluarga

Sebagai tambahan pengetahuan keluarga untuk mengambil keputusan

yang sesuai dengan masalah serta ikut memperhatikan dan melaksanakan

tindakan yang diberikan oleh perawat. Serta sebagai dasar pertimbangan

dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan demam

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Anak


8

1. Pengertian

Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 202 tentang perlindung anak, anak

adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk

anak yang dalam perlindungan terhadap anak sudah mulai sejak anak

tersebut dalam kandungan hingga berusia 18 tahun (Kemenkes, 2014).

2. Pembagian Usia pada anak

Pembagian usia anak menurut Fida dan Maya (2013) adalah:

Bayi:0 –12 bulan

Usia toodler:1 –3 tahun

Anak prasekolah:4 –6 tahun

Anak sekolah:7 –12 tahun

Anak remaja:13 –18 tahun

3. Pertumbuh Dan Perkembang Anak

a. Pertumbuhan anak Pertumbuhan merupakan suatu perubahan jumlah,

besar, ukuran yang dapat dinilai dengan ukuran gram (gram, pound,

kilogram) serti tinggi badan dan berat badan (Purwandari, dkk, 2014).

Indikator pemeriksaan pertumbuhan :

a) Pengukuran tinggi badan pada anak usia 0 samapai 2 tahun

pengukuran tinggi badan dilakukan dengan cara berbaring,

sedangkan pada anak usia lebih dari 2 tahun dilakukan dengan cara

berdiri ( Rizki, dkk, 2015).


9

b) Pengukuran berat badan Pengukuran berat badan dilakukan dengan

menggunakan timbangan yang berguna untuk mengetahui keadaan

gizi dari tumbuh kembang anak (Sulistyawati, 2014).

c) Lingkar kepala Lingkar kepala menggambarkan pemeriksaan

patologis dari besarnya kepala atau peningkatan ukuran kepala atau

peningkatan ukuran kepala. Perkembangan otak mempengaruhi

pertumbuhan tengkorak (Titin, 2017).

d) Lingkar lengan atas Tumbuh kembang jaringan lemak dan otot yang

tidak berpengaruh banyak oleh cairan tubuh dapat digambarkan oleh

ukuran lingkar lengan atas. Pengukuran ini berguna untuk skrining

malnutrisi pada anak (Titin, 2017).

b. Perkembangan Anak

Perkembangan merupakan bertambahnya kemampuan dalam struktur

dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur sebagai

hasil dari proses pematangan. Proses ini menyangkut perkembangan sel

tubuh, organ dan system tubuh yang berkembang untuk memenuhi

fungsinya, termasuk juga perkembangan intelektual, emosi dan tingkah

laku (Soetjiningsih, 2015). Ada 5 aspek perkembangan yang perlu

dibina dan dipantau, yaitu:

a) Perkembangan motoric

1) Motorik kasar
10

Adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak

melakukan pergerakan dengan sikap tubuh yang melibatkan otot-

otot besar seperti duduk dengan berdiri (Soetjiningsih, 2015).

2) Motorik halus Adalah aspek berhubungan dengan kemampuan

anak melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh

tertentu dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi melakukan

koordinasi yang cermat seperti mengamati sesuatu, menjepit,

menulis (Fida dan Maya, 2013).

b) Perkembangan kognitif

Merupakan proses berfikir, yang meliputi kemampuan individu untuk

menilai, menghubungkan, dan mempertimbangkan suatu peristiwa.

(Kyle da Carman 203).

c) Perkembangan

Bahasa Kemampuan bicara dan Bahasa adalah aspek yang

berhubungan dengan kemampuan untuk memberikan respon terhadap

suara, berbicara, berkomunikasi, mengikuti perintah

d) Perkembangan social

Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan dengan

kemampuan diri anak (makan sendiri, membereskan mainan setelah

bermain), berpisah dengan ibu atau pengasuh, bersosialisasi dan

berinteraksi dengan lingkungan.

e) Pengukuran perkembangan Perkembangan merupakan proses untuk

anak belajar lebih mengenal, memakai, dan menguasai sesuatu yang


11

lebih dari sebuah aspek. Perkembangan Bahasa salah satunya tujuan

dari perkembangan satu Bahasa ialah agar anak mampu

berkomunikasi secara verbal dengan lingkungan (sulistiawati, 2015).

4. Faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak

Factor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak yaitu :

a. Faktor dari dalam ( internal)

Faktor dari dalam dapat dilihat dari factor genetic atau hormone, factor

genetic akan mempengaruhi kecepatan pertumbuhan dan kematangan

tulang, alat seksual, syaraf. Kemudian pengaruh hormonal dimana sudah

terjadi sejak masa prenatal, yaitu saat janin berusia 4 bulan. pada saat itu

terjadi pertumbuhan somatropin yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitari.

Selain itu kelenjar tiroit juga menghasilkan kelenjar tiroksin yang

berguna untuk metabolisme serta maturase tulang, gigi, dan otak

(Soetjiningsih, 2015).

b. Faktor dari luar (ekternal)

factor dari luar dapat dilihat dari :

a) Factor pre-natal gizi pada waktu hamil, mekanis, otoksin, endokrin,

radiasi, infeksi, stress, imunitas, anoksia embrio

b) Faktor pos-natal

Faktor biologis Ras, jenis kelamin, umur, gizi, kepekaan terhadap

penyakit, perawatan kesehatan, penyakit kronis atau hormone.

Faktor lingkungan fisik Cuaca ,musim, sanitasi, dan keadaan rumah


12

Faktor keluarga dan adat istiadat pekerjaan, jumlah saudara, stabilitas

rumah tangga, adat istiadat.

B. Konsep Dasar Demam

1. Pengertian Demam

Febris / demam dapat didefinisikan dengan suatu keadaan suhu tubuh di

atas normal sebagai akibat peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus.

Pusat pengaturan suhu mempertahankan suhu dalam keadaan seimbang baik

pada saat sehat ataupun demam dengan mengatur keseimbangan diantara

produksi dan pelepasan panas tubuh (Sodikin, 2012).

Demam merupakan kenaikan suhu tubuh yang ditengahi oleh kenaikan

titik-ambang regulasi panas hipotalamus. Pusat regulasi/pengatur panas

hipotalamus mengendalikan suhu tubuh dengan menyeimbangkan sinyal dari

reseptor-reseptor neuronal perifer dingin dan panas (Nelson, 2012).).

2. Anatomi Fisiologis

Hipotalamus merupakan bagian ujung anterior diensefalon dan di depan

nucleus interpedunkularis. Hipotalamus terbagi dalam berbagai inti dan

dareah inti. Hipotalamus terletak pada anterior dan inferior thalamus.

Berfungsi mengontrol dan mengatur system saraf autonom, Pengaturan diri

terhadap homeostatic, sangat kuat dengan emosi dan dasar pengantaran

tulang, Sangat penting berpengaruh antara system syaraf dan endokrin.

Hipotalamus juga bekerjasama dengan hipofisis untuk mempertahankan

keseimbangan cairan, mempertahankan pengaturan suhu tubuh melalui

peningkatan vasokonstriksi atau vasodilatasi dan mempengaruhi sekresi


13

hormonal dengan kelenjar hipofisis. Hipotalamus juga sebagai pusat lapar

dan mengontrol berat badan. Sebagai pengatur tidur, tekanan darah, perilaku

agresif dan seksual dan pusat respons emosional (rasa malu, marah, depresi,

panic dan takut). Adapun fungsi dari hipotalamus antara lain adalah:

a. Mengontrol suhu tubuh

b. Mengontrol rasa haus dan pengeluaran urin

c. Mengontrol asupan makanan

d. Mengontrol sekresi hormon-hormon hipofisis anterior

e. Menghasilkan hormon-hormon hipofisis posterior

f. Mengontrol kontraksi uterus pengeluaran susu

g. Pusat koordinasi sistem saraf otonom utama, kemudian

mempengaruhi semua otot polos, otot jantung, sel eksokrin

h. Berperan dalam pola perilaku dan emosi

Peran hipotalamus adalah pengaturan hipotalamus terhadap nafsu

makan terutama bergantung pada interaksi antara dua area : area “makan”

lateral di anyaman nucleus berkas prosensefalon medial pada pertemuan

dengan serabut polidohi potalamik, serta “pusat rasa kenyang:’ medial di

nucleus vebtromedial. Perangsangan pusat makan membangkitkan perilaku

makan pada hewan yang sadar, sedangkan kerusakan pusat makan

menyebabkan anoreksia berat yang fatal pada hewan yang sebenarnya

sehat. Perangsangan nucleus ventromedial menyebabkan berhentinya

makan, sedangkan lesi di regio ini menyebabkan hiperfagia dan bila

ersediaan makan banyak, sindrom obesitas hipotalamik (Yahya, 2018).


14

3. Etiologi

Zat yang menyebabkan demam adalah pirogen. Ada 2 jenis pirogen

yaitu pirogen eksogen dan endogen. Pirogen eksogen berasal dari luar tubuh

dan berkemampuan untuk merangsang interleukin-1. Sedangkan pirogen

endogen berasal dari dalam tubuh dan memiliki kemampuan untuk

merangsang demam dengan mempengaruhi kerja pusat pengaturan suhu di

hipotalamus. Zat-zat pirogen endogen, seperti interleukin-1, tumor necrosis

factor (TNF), serta interferon (INF). Penyebab demam selain infeksi juga

dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau reaksi terhadap

pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya:

perdarahan otak, koma).

Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam

diperlukan ketelitian pengambilan riwayat penyakit pasien, pelaksanaan

pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan mengevaluasi

pemeriksaan laboratorium, serta penunjang lain secara tepat dan holistik.

Pada perdarahan internal, saat terjadinya reabsorpsi darah dapat pula

menyebabkan peningkatkan temperatur. Suatu kenyataan sering perlu

diketahui dalam praktek adalah penyakit-penyakit andemik di lingkungan

tempat tinggal pasien (Sodikin, 2012).Beberapa hal khusus perlu

diperhatikan pada demam adalah cara timbul demam, lama demam, tinggi

demam serta keluhan dan gejala lain yang menyertai demam (Nanda, 2013).

4. Patofisiologi
15

Demam terjadi bila berbagai proses infeksi dan non infeksi berinteraksi

dengan mekanisme pertahanan hospes. Saat mekanisme ini berlangsung

bakteri atau pecahan jaringan akan difagositosis oleh leukosit, makrofag,

serta limfosit pembunuh yang memiliki granula dalam ukuran besar. Seluruh

sel ini kemudian mencerna hasil pemecahan bakteri, dan melepaskan zat

interleukinke dalam cairan tubuh (zat pirogen leukosit/pirogen endogen).

Pada saat interleukin-1 sudah sampai ke hipotalamus akan menimbulkan

demam dengan cara meningkatkan temperatur tubuh dalam waktu 8-10

menit. Interleukin-1 juga memiliki kemampuan untuk menginduksi

pembentukan prostaglandin ataupun zat yang memiliki kesamaan dengan zat

ini, kemudian bekerja dibagian hipotalamus untuk membangkitkan reaksi

demam (Sodikin, 2012).

Dengan peningkatan suhu tubuh terjadi peningkatan kecepatan

metabolisme basa. Jika hal ini disertai dengan penurunan masukan makanan

akibat anoreksia, maka simpanan karbohidrat, protein serta lemak menurun

dan metabolisme tenaga otot dan lemak dalam tubuh cendrung dipecah dan

terdapat oksidasi tidak lengkap dari lemak, dan ini mengarah pada ketosis

(Menurut Sacharin, 1996 Dalam Yahya, 2018).

Dengan terjadinya peningkatan suhu, tenaga konsentrasi normal, dan

pikiran lobus hilang. Jika tetap dipelihara anak akan berada dalam keaadaan

bingung, pembicaraan menjadi inkoheren dan akhirnya ditambah dengan

timbulnya stupor dan koma. Kekurang cairan dan elektrolit dapat

mengakibatkan demam, karna cairan dan eloktrolit ini mempengaruhi


16

keseimbangan termoregulasi di hipotalamus anterior. Jadi apabila terjadi

dehidrasi atau kekurangan cairan dan elektrolit maka keseimbangan

termoregulasi di hipotalamus anterior mengalami gangguan. Pada pasien

febris atau demam pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan, yaitu dengan

pemeriksaan darah lengkap misalnya : Hb, Ht, Leokosit. Pada pasienfebris

atau demam biasanya pada Hb akan mengalami penurunan, sedangkan Ht

dan Leokosit akan mengalami peningkatan. LED akan meningkat pada

pasien observasi febris yang tidak diketahui penyebabnya, ( pemeriksaan

sputum diperlukan untuk pasien yang menderita demam dan disertai batuk –

batuk ) (Menurut Isselbacher, 1999 dalam Yahya, 2018).

5. Tanda dan Gejala

Sewaktu demam berlangsung, akan terlihat berbagai gejala klinis pada

demamnya. Ada 3 fase yang terjadi selama demam berlangsung, yaitu :

a. Fase I (awitan dingin atau menggigil) Pada fase awal ini demam akan

disertai dengan :

a) Peningkatan denyut jantung

b) Peningkatan laju dan kedalaman pernapasan

c) Menggigil akibat tegangan dan kontraksi otot

d) Kulit pucat dan dingin karena vasokontriksi

e) Merasakan sensasi dingin

f) Dasar kuku mengalami sianosis karena vasokontruksi

g) Rambut kulit berdiri

h) Pengeluaran keringat berlebihan


17

i) Peningkatan suhu tubuh

b. Fase 2 (proses demam)

Selama proses demam berlangsung akan disertai dengan :

a) Proses menggigil hilang

b) Kulit terasa hangat (panas)

c) Merasa tidak panas (dingin)

d) Peningkatan nadi dan laju pernapasan

e) Peningkatan rasa haus

f) Dehidrasi ringan hingga berat

g) Mengantuk, delirium, atau kejang akibat iritasi sel saraf Lesi mulut

h) Kehilangan nafsu makan (bila demam memanjang)

i) Kelemahan, keletihan, dan nyeri ringan pada otot akibat katabolisme

protein

c. Fase III (pemulihan)

Saat fase pemuliha makan akan disertai :

a) Kulit tampak merah dan hangat

b) Berkeringat

c) Menggigil ringan

d) Kemungkinan mengalami dehidrasi (Sodikin, 2012).

6. Komplikasi

a. Dehidrasi

b. Kekurangan oksigen

c. Kerusakan neurologis
18

d. Kejang (Sodikin, 2012)

7. Pengaturan Suhu

Pada manusia, suhu tubuhnya cenderung berfluktuasi tiap saat. Ada banyak

faktor yang menjadi penyebab fluktuasi suhu tubuh tersebut, agar suhu tubuh

mampu dipertahankan secara konstan, maka diperlukan pengaturan

(regulasi) suhu tubuh. Keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan

panas akan menentukan suhu tubuh. Keseimbangan tersebut dipengaruhi

oleh karena kecepatan reaksi kimia bervariasi sesuai suhu, selain itu sistem

enzim tubuh juga memiliki rentang suhu yang sempit agar berfungsi

optimum, maka fungsi tubuh yang normal tergantung pada suhu badan yang

relatif. Suhu tubuh manusia diatur oleh suatu mekanisme umpan balik (feed

back) yang berada dipusat pengaturan suhu (hipotalamus). Hipotalamus

merupakan pusat pengaturan utama temperatur tubuh (termoregulasi), yang

mendapat stimulasi baik fisik ataupun kimia. Adanya cedera mekanis yang

terjadi secara langsung atau akibat terpajan zat kimiawi pada pusat-pusat

tersebut akan menjadi penyebab demam. Tetap bentuk stimulasi tersebut

tidak selalu ditemukan pada berbagai jenis demam yang berhubungan

dengan infeksi, neoplasma, hipersensitivitas, dan juga penyebab radang

lainnya. Sedangkan bila suhu tubuh inti di bawah titik tetap (37°C), tubuh

akan menjalankan satu mekanisme untuk meningkatkan produksi panas dan

menurunkan laju penurunan panas tubuh dari lingkungan (Sodikin, 2012).

8. Penatalaksaan
19

a. Pemberian antipiretik Terapi antipiretik bermanfaat pada penderita

berisiko tinggi yang menderita penyakit kardiopulmonal kronis,

gangguan metabolik, atau penyakit neurologis dan pada mereka yang

berisiko mengalami kejang demam. Selain memberikan kesembuhan

simtomatis, terapi antipiretik tidak mengubah perjalanan infeksi biasa

pada anak normal, dan dengan demikian penggunaannya tetap

kontroversial pada penderita demam (Nelson, 2012). Indikasi pemberian

antipiretik, antara lain:

a) Demam lebih dari 39°C yang berhubungan dengan gejala nyeri atau

tidak nyaman, bisa timbul pada keadaan otitis media maupun mialgia

b) Demam lebih dari 40°C

c) Demam berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolisme.

Keadaan-keadaan berikut juga memerlukan pemberian antipiretik

seperti gizi buruk, penyakit jantung, luka bakar, atau pascaoperasi.

d) Anak dengan riwayat kejang atau delirium yang disebabkan demam

b. Metode fisik

Tindakan pendinginan secara tradisional, seperti memakaikan pakaian

minimal, memajan kulit dengan udara, dan menurunkan suhu kamar,

meningkatkan sirkulasi udara, dan pemberian kompres pada bagian

tubuh (misalnya di dahi) efektif jika diberikan kurang lebih1 jam setelah

pemberian antipiretik sehingga set point dapat menurun. Metode

penanganan demam secara fisik, memungkinkan tubuh kehilangan panas

dengan cara konduksi, konveksi, atau penguapan. Berikan minum


20

±1000-1.500 cc, karena adanya penguapan cairan yang berlebihanpada

saat demammelalui keringat.

c. Metode kompres hangat

Kompres hangat adalah tindakan menggunakan kain atau handuk yang

telah dicelupkan pada air hangat, yang ditempelkan pada bagian tubuh

tertentu sehingga dapat memberikan rasa nyaman dan menurukan suhu

tubuh (Wardiyah, dkk 2016). Pemberian kompres hangat pada daerah

aksila lebih efektif karena pada daerah tersebut banyak terdapat

pembuluh darah besar dan banyak terdapat kelenjar keringat apokrin

yang mempunyai banyak vaskuler sehingga akan memperluas daerah

yang mengalami vasodilatasi yang akan memungkinkan percepatan

perpindahan panas dari dalam tubuh ke kulit (Ayu, dkk 2015).

d. Metode kompres Bawang Merah

Bawang merah dapat digunakan untuk mengompres, hal ini disebabkan

karena bawang merah mengandung senyawa sulfur oerganik yaitu

allycystein sulfoxide (Aliin) yang berfungsi menhancurkan pembekuan

darah.

C. Konsep Dasar Bawang Merah

1. Klasifikasi

Menurut ilmu tumbuhan (botani), bawang merah diklasifikasikan sebagai

berikut :

Kingdom: Plantae

Divisi: Spermatophyta
21

Subdivisi: Angiospermae

Kelas : Monotyledonae

Ordo : Liliales

Familia : Liliaceae

Genus: Allium

Species : Allium ascalonicum L.

Bawang merah termasuk jenis tanaman semusim (berumur pendek) dan

berbentuk rumpun. Tinggi tanaman berkisar antara 15-25 cm, berbatang

semu, berakar serabut pendek yang berkembang di sekitar permukaan

tanah, dan perakarannyadangkal, sehingga bawang merah tidak tahan

terhadap kekeringan. Umbi terbentuk dari pangkal daun yang bersatu dan

membentuk batang yang berubah bentuk dan fungsi, membesar dan

membentuk umbi berlapis. Umbi bawang merah terbentuk dari lapisan-

lapisan daun yang membesar dan bersatu (Samadi, 2015).

2. Morfologi

Tanaman bawang merah termasuk tanaman sempurna yang hidup

semusim. Menurut Pitojo (2003) secara morfologis, bagian-bagian

tanaman bawang merah adalah akar, batang, daun, bunga, buah dan biji.

Yang digunakan dalam penelitian adalah buah dari bawang merah. Bakal

buah bawang merah tampak seperti kubah, terdiri atas tiga ruangan yang

masing-masing memiliki dua bakal biji. Bunga yang berhasil mengadakan

persarian akan tumbuh membentuk buah, sedangkan bunga-bunga yang

lain akan mongering dan mati. Buah bawang merah berbentuk bulat; di
22

dalamnya terdapat biji yang berbentuk agak pipih dan berukuran kecil.

Pada waktu masih muda , biji berwarna putih bening dan setelah tua

berwarna hitam.

2. Deskripsi Bawang Merah

Herba semusim, tidak berbatang. Daun tunggal memeluk umbi lapis. Umbi

lapismenebal dan berdaging, warna merah keputihan. Perbungaan

berbentuk bongkol, mahkota bunga berbentuk bulat telur. Buah batu bulat,

berwarna hijau. Biji segi tigawarna hitam. Bagian yang Digunakan Umbi

lapis.

3. Kandungan Kimia Bawang Merah

Umbi bawang merah mengandung zat-zat gizi dan zat-zat non gizi

(fitokimia). Bahan-bahan bergizi dalam bawang merah bisa dimanfaatkan

oleh tubuh untuk menyediakan energi, membangun jaringan, dan mengatur

fungsi tubuh. Sementara senyawa fitokimia memiliki efek farmakologis

dalam penyembuhan penyakit. Senyawa fitokimia yang terdapat dalam

bawang merah yaitu allisin, alliin, allil propel disulfide, asam fenolat, asam

fumarat, asam kafrilat, dihidroalin, floroglusin, fosfor, fitosterol, flavonol,

flavonoid, kaempfenol, kuersetin, kuersetin glikosida, pectin, saponin,

sterol, sikloaliin, triopropanal sulfoksida, propel disulfide, dan propel-

metil disulfida (Jaelani, 2017).

4. Efek Farmakologis Bagi Kesehatan


23

Bawang merah mengandung bahan-bahan aktif yang mempunyai efek

farmakologis terhadap tubuh. Beberapa bahan aktif yang berguna tersebut

adalah sebagai berikut:

a. Allisin dan alliin

Senyawa ini bersifat hipolipidemik, yaitu dapat menurunkan kadar

kolesterol darah. Menurut dr. Widjaja Kusuma (1991), mengkonsumsi

satu suing bawang merah segar dapat meningkatkan kadar kolesterol

‘baik’ (HDL, high density lipoprotein) sebesar 30%. Senyawa ini juga

berfungsi sebagai antiseptic, yaitu menghambat pertumbuhan

mikroorganisme. Allisin dan alliin diubah oleh enzim allisin liase

menjadi asam piruvat, ammonia, dan allisin antimikroba yang bersifat

bakterisidal (dapat membunuh bakteri) (Jaelani, 2017).

b. Flavonoid

Bahan aktif ini dikenal sebagai antiinflamasi atau antiradang. Jadi,

bawang merah bisa digunakan untuk menyembuhkan radang hati

(hepatitis), radang sendi (arthritis), radang tonsil (tonsillitis), radang

pada cabang tenggorokan (bronchitis), serta radang anak telinga (otitis

media). Flavonoid juga berguna sebagai bahan antioksidan alamiah,

sebagai bakterisida, dan dapat menurunkan kadar kolesterol ‘jahat’

(LDL, low density lipoprotein) dalam darah secara efektif (Jaelani,

2017).

c. Alil profil disulfida


24

Seperti flavonoid, senyawa ini juga bersifat hipolipidemik atau mapu

menurunkan kadar lemak darah. Khasiat lainnya yaitu sebagai

antiradang. Kandungan sulfur dalam bawang merah sangat baik untuk

mengatasi reaksi radang, terutama radang hati, bronchitis, maupun

kengesti bronchial (Jaelani, 2017).

d. Fitoterol

Fitosterol adalah golongan lemak yang hanya bisa diperoleh dari

minyak tumbuh-tumbuhan atau yang lebih dikenal sebagai ‘lemak

nabati’. Jenis lemak ini cukup aman untuk dikonsumsi, termasuk oleh

para penderita penyakit kardiovaskuler. Oleh karena itu,

penggunaannya justru akan menyehatkan jantung (Jaelani, 2017).

e. Flavonol

Senyawa ini bersama kuersetin dan kuersetin glikosida, memiliki efek

farmakologis sebagai bahan antibiotic alami (natural antibiotic). Hal ini

dikarenakan kemampuannya untuk menghambat pertumbuhan virus,

bakteri maupun cendawan. Senyawa ini juga mampu bertindak sebagai

antikoagulan dan antikanker (Jaelani, 207).

f. Kalium

Salah satu unsur penting dalam kandungan gizi bawang merah dan

terdapat dalam jumlah besar adalah kalium. Menurut Food and

Nutrition Research Center, Manila (1964), kandungan unsur kalium

dalam bawang merah biasa lebih tinggi daripada bawang Bombay,

masing-masing 334 mg dan 102 mg dalam setiap 100 gram. Kalium


25

berperan dalam mempertahankan keseimbangan elektrolit tubuh.

Unsure ini juga bermanfaat untuk menjaga fungsi saraf dan otot

(Jaelani, 2017).

g. Pektin

Bahan ini merupakan senyawa golongan polisakarida yang sukar

dicerna. Oleh karena itu, seperti pada flavonoid, pektin bersifat

menurunkan kadar kolesterol darah (hipolipidemik). Senyawa ini juga

mempunyai kemampuan mengendalikan pertumbuhan bakteri (Jaelani,

2007).

h. Saponin

Saponin termasuk senyawa penting dalam bawang merah, yang

memiliki cukup banyak khasiat. Senyawa ini terutama berperan sebagai

antikoagulan, yang berguna untuk mencegah penggumpalan darah.

Saponin juga dapat berfungsi sebagai ekspektoran, yaitu mengecerkan

dahak (Jaelani, 2007).

i. Tripropanal sulfoksida

Ketika umbi bawang merah diiris atau dilukai, akan keluar gas

tripropanal sulfoksida. Gas ini termasuk salah satu senyawa aktif eteris

dalam bawang merah yang menyebabkan keluarnya air mata

(lakrimator). Agar mata tidak pedih dan berair saat mengiris bawang

merah, simpanlah bawang merah dalam lemari pendingin selama

kurang lebih 30 menit. Bersamaan dengan keluarnya tripropanal

sulfoksida, akan muncul pula bau menyengat yang merupakan aroma


26

khas bawang merah. Bau ini berasal dari senyawa propil disulfida dan

propil-metil disulfida. Ketika bawang merah ditumis atau digoreng,

senyawa ini akan menebarkan aroma harum. Baik tripropanal

sulfoksida, propil disulfida, maupun propil metal disulfida dapat

berfungsi sebagai stimulansia atau perangsang aktifitas fungsi organ-

organ tubuh. Jadi, senyawasenyawa itu sangat berguna untuk

merangsang fungsi kepekaan saraf maupun kerja enzim pencernaan

(Jaelani, 2017).

5. Penggunaan Bawang Merah Sebagai Obat

Penggunaan bawang merah sebagai obat bisa sangat menolong dan

menguntungkan, mengingat tanaman ini banyak tersedia di hampir setiap

keluarga. Demikian juga, harganya relatif terjangkau oleh kamampuan

keluarga, walaupun kadang-kadang melambung tinggi. Manfaat bawang

merah ini semakin terasa terutama pada saat biaya pengobatan semakin

tinggi akibat krisi ekonomi (Jaelani, 2017).

Tanpa disadari oleh masyarakat, ternyata bawang merah memiliki

potensi yang cukup penting bagi kesehatan keluarga. Yakni, memberikan

solusi hidup sehat dengan cara yang relatif mudah dan murah. Selain itu,

bawang merah juga dapat memberikan banyak manfaat sebagai bahan

baku alternative dalam pengobatan keluarga. Penyembuhan dengan

bawang merah tergolong sangat efektif, efisien, dan relative aman (Jaelani,

2007). Bawang merah yang berkualitas memiliki bentuk normal (tidak

cacat), dengan kondisi cukup kering dan agak keras jika dipencet.
27

Aromanya kuat, kulit umbi berwarna terang, dan tidak sedang

berkecambah (Jaelani, 2017).

Berikut beberapa tips jika menggunakan bawang merah sebagai bahan

obat:

a. Bahan bahan yang akan digunakan harus terbebas dari zat-zat

toksik, seperti pestisida atau senyawa beracun lainnya, dan harus

dibersihkan atau dicuci terlebih dahulu agar higienis.

b. Gunakan jenis dan jumlah bawang merah sesuai keperluan. Jangan

sampai berlebihan kareana akan membebani fungsi metabolism.

Pengobatan menggunakan bawang merah mesti dilakukan secara

kontinu agar efek penyembuhan tercapai.

c. Jangan memasak bawang merah dalam kondisi terlalu panas

karena akan merusak ikatan kimia dari zat-zat yang ada di

dalamnya. Kecuali, jika sediaan memang berupa air rebusan

(decoctum), yakni untuk mengeluarkan zat-zat aktif hingga larut

dalam air perebus.

d. Jangan disimpan terlalu lama di dalam freezer karena akan

menghilangkan sebagian kandungan zat aktifnya. Ini akan

mengurangi daya khasiatnya.

e. Bawang merah hanyalah berperan sebagai terapi pendukung

(support therapy) dari terapi medis yang tingkat akurasi

penyembuhannya lebih meyakinkan (Jaelani, 2017)

6. Komponen Bawang Merah Yang Berpotensi Sebagai Antipiretik


28

Komponen bawang merah yang mempunyai potensi sebagai

antipiretik adalah flavonoid. Flavonoid merupakan golongan terbesar

senyawa fenol alam. Flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol

yang mudah larut dalam air dan cukup stabil dalam pemanasan yang

mencapai suhu 1000C selama lebih dari 30 menit. Senyawa fenol

mempunyai ciri sama yaitu cincin aromatik yang mengandung satu atau

dua gugus hidroksil. Semua senyawa fenol berupa senyawa aromatik.

Flavonoid dapat diekstraksi dengan etanol 70% (Ermawati, 2010).

Efek flavonoid terhadap bermacam-macam organisme sangat banyak

macamnya dan dapat menjelaskan mengapa tumbuhan yang mengandung

flavonoid dipakai dalam pengobatan tradisional. Beberapa flavonoid

menghambat fosfodiesterase sedangkan flavonoid lain menghambat

aldoreduktase, monoaminoksidase, protein kinase, DNA polimerase dan

lipooksigenase. Penghambatan siklooksigenase dapat menimbulkan

pengaruh lebih luas karena reaksi siklooksigenase merupakan langkah

pertama pada jalur yang menuju ke hormone eikosanoid seperti

prostaglandin dan tromboksan. Prostaglandin sendiri penting dalam

peningkatan hypothalamic therm set point. Mekanisme penghambatan

inilah yang menerangkan efek antipiretik dari flavonoid (Freddy, 2017).

Cara yang dilakukan dalam pembuatan bawang merah untuk

menurunkan demam pada anak yaitu kupas 5 butir bawang merah, parut

kemudian tambahkan dengan minyak kelapa secukupnya, lalu baurkan ke

ubun-ubun.
29

D. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan adalah suatu system dalam merencanakan pelayanan

asuhan keperawtaan yang mempunyai lima tahapan. Tahapan yaitu,

pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Proses pemecahan

masalah yang sistematik dalam memberikan pelayanan keperawatan serta

dapat menghasilkan rencana keperawatan yang menerangkan kebutuhan

setiap pasien seperti yang tersebut diatas yaitu melalui lima tahapan

keperawatan.

2. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan

proses yang sistematik dalam pengumpulana data dari berbagai sumber data

untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien. Data yang

dikumpulkan dalam pengkajian ini meliputi bio-psiko-sosio-spriitual. Dalam

proses pengkajian ada dua tahap yang perlu dilalui yaitu pengumpulan data

dan analisa data.

a. Identitas klien : Meliputi nama, alamat, umur

b. Keluhan utama : Alasan klien masuk ke rumah sakit

c. Riwayat Kesehatan Menurut Nursalam (2013), riwayat kesehatan adalah

untuk mengetahui alasan pasien datang dan riwayat kesehatannya dahulu

sekarang, serta riwayat kesehatan keluarga untuk menemukan masalah

kesehatan yang sedang dialami pasien dan untuk menentukan diagnosa

keperawatan serta tindakan yang akan diberikan pada pasie.


30

a) Keluhan Utama

Keluhan utama adalah keluhan atau gejala utama yang menyebabkan

pasien dibawa berobat, dan pada kasus febris keluhan utama yang

dirasakan anak adalah panas dan rewel.

b) Riwayat Kesehatan

Sekarang Didapatkan adanya keluhan panas mungkin dengan disertai

menggigil dan saat demam kesadaran komposmentis dan anak

semakin lemah. Kadang-kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri

telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala,

nyeri otot dan persendian, nyeri ulu hati dan pergerakan bola mata

terasa pegal.

c) Riwayat Kesehatan

Dahulu Mengkaji riwayat kehamilan ibu, apakah ibu pernah

mengalami trauma pada kehamilan Trimester I, bagaimana

pemenuhan nutrisi ibu saat hamil, obat-obat yang pernah dikonsumsi

oleh ibu dan apakah ibu pernah stress saat hamil. Kemudian apakah

anak sebelumnya pernah mengalami demam juga atau tidak atau

Penyakit apa saja yang pernah diderita.

d) Riwayat Kesehatan
31

Keluarga Riwayat kesehatan keluarga adalah untuk melihat apakah

keluarga pernah menderita gejala dan sakit yang sama, apakah

keluarga memiliki penyakit yang menurun dan menular.

d. Riwayat imunisasi

Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemumgkinan

akan timbulnya komplikasi dapat dihindarkan.

e. Riwayat gizi

Status gizi anak yang menderita febris dapat bervariasi. Semua anak

dengan status gizi baik maupun buruk dapat berisiko, apabila ada factor

predisposisinya. Anak yang menderita febris sering mengalami keluhan

panas, mual, muntah,dan nafsu akan menurun. Apabila kondisi ini

berlanjut dan tidak disertai pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka

anak dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya

menjadi kurang.

f. Kondisi lingkungan

Sering terjadi pada daerah yang suhu lingkungan yang panas, padat

penduduknya dan lingkumgan yang kurang bersih.

g. Pola kebiasaan

Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan

berkurang, dan nafsu makan menurun. Eliminasi BAB: kadang-kadang

anak mengalami diare atau konstipasi. Eliminasi BAK : perlu dikaji

apakah sering kencing, sedikit atau banyak, sakit atau tidak. Tidur dan

istirahat : anak sering mengalami kurang tidur karena merasa nyaman.


32

Kebersihan : upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan

lingkungan cenderung kurang. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga

yang sakit serta lupa untuk menjaga kesehatan.

h. Pemeriksaan fisik Review of system adalah pengkajian berdasarkan

persistem di tubuh, dengan mengkaji lebih detail berdasarkan sistem

untuk mendapatkan data yang mendukung masalah yang sedang dialami

pasien tidak hanya saat ini, tetap masalah yang sudah lama pasien alami

untuk menentukan diagnose dan intervensi serta implementasi yang akan

diberikan kepada pasien. Pengkajian dapat berupa vital signs berupa

denyut nadi, pernafasan, temperature. Meliputi inspeksi, auskultasi,

palpasi, perkusi dari ujung rambut sampai ujung kaki. keadaan fisik anak

adalah :

a. Sistem pernafasan dikaji untuk mengetahui apakah pasien memiliki

gangguan pernafasan berupa dispnea berupa sesak nafas sehingga

perlu mendapatkan bantuan oksigen. Pengkajian juga dilakukan

untuk mengetahui apakah pasien memiliki riwayat penyakit dengan

gangguan pernafasan berupa bronkitis, pneumonia, atau sebagainya

yang menyebabkan gejala kenaikan suhu tubuh pada anak.

b. Pengkajian kardiovaskuler untuk mengetahui apakah anak memiliki

gangguan pernafasan yang disebabkan oleh gangguan jantung dan

untuk mengetahui apakah terjadi peningkatan denyut nadi.

c. Sistem gastrointestinal mengkaji apakah terdapat gangguan buang air

besar (BAB) yang apabila terjadi diare, mual, dan muntah dapat
33

mengakibatkan dehidrasi yang akan memunculkan gejala kenaikan

suhu tubuh

d. Sistem perkemihan mengkaji apakah pasien terdapat riwayat ginjal,

melihat frekuensi buang air kecil (BAK), apakah anak terdapat

kesulitan BAK, dan melihat warna urine.

e. Sistem persyarafan mengkaji apakah pasien mengalami gangguan

pada persyarafan yang memiliki gejala pusing dan rasa ingin pingsan,

kelemahan, kejang.

f. Sistem imun mengkaji riwayat imunisasi anak berupa imunisasi

BCG, hepatitis A dan B, DPT, polio, campak, dan sebagainya.

g. Sistem reproduksi dikaji untuk melihat apakah terdapat gangguan

pada reproduksi yang akan memunculkan gejala kenaikan suhu

tubuh.

h. Sistem muskuloskeletal mengkaji untuk melihat tumbuh kembang

anak, serta aktivitas anak.

i. Sistem endokrin mengkaji apakah pasien mengalami gangguan tidur,

lemah, mudah lelah.

j. Sistem integumen mengkaji apakah pasien memiliki masalah kulit

yang mengakibatkan infeksi dan memunculkan gejala kenaikan suhu

tubuh

k. Sistem hematologi mengkaji apakah anak mengalami anemia,

perdarahan, atau terdapat penyakit gangguan pada darah berupa

leukimia yang memunculkan gejala kenaikan suhu tubuh


34

l. Pemeriksaan Penunjang

a) Uji rumple leed / tourniquet positif

b) Darah, akan ditemukan adanya gelaja trombositopenia,

hemokonsentrasi, masa perdarahan memanjang, hiponatremia,

hipoproteinemia.

c) Air seni, mungkin ditemukan albuminuria ringan

d) Serologi Dikenal beberapa jenis serologi yang biasa dipakai

untuk menentukan adanya infeksi virus dengue antara lain : uji

IgG Elisa dan uji IgM Elisa

e) Identifikasi virus dengan melakukan fluorescence anti body

technique test secara langsung / tidak langsung menggunakan

conjugate (pengaturan atau penggabungan)

f) Radiolog

3. Analisa Data

Analisa data adalah kemampuan kognitif perawat dalam pengembangan

daya berfikir dan penalaran yang dipengaruh latar belakang ilmu dan

pengetahuan, pengalaman, dan pengertian tentang subtansi ilmu

keperawatan dan proses penyakit. Fungsi analisa data adalah perawat yang

menginterprestasi data yang diperoleh dari pasien atau dari sumber lain,

sehingga data yang diperoleh memiliki makna dan arti pengambilan

keputusan untuk menentukan masalah keperawatan dan kebutuhan klien

(Nanda, 2020).
35

Dalam melakukan analisa data, perawat harus memperhatikan langkah-

langkah sebagai berikut:

a. Validasi data kembali, teliti kembali data yang dikumpul

b. Identifikasi kesenjangan data

c. Susun katagori data secara sistematik dan logis

d. Identifikasi kemampuan dan keadaan yang menunjang asuhan

keperawatan klien

e. Buat hubungan sebab akibat antara data dengan masalah yang timbul

serta penyebabnya

f. Buat kesimpulan tentang kesenjangan yang ditemukan. (Nanda, 2020

4. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penemuan sifat dan keluasan masalah

keperawatan yang ditujukan oleh pasien individual atau keluarga yang

menerima asuhan keperawatan (Nanda, 2020). Diagnosa keperawatan yang

muncul pada pasien demam adalah:

a. Hipertermi berhubungan dengan ketidakefektifan kerja hipotalamus.

b. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake yang

kurang dan kehilangan cairan aktif.

c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan factor biologis, penurunan nafsu makan dan kurang asupan

makanan.

d. Gangguan intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan anggota

tubuh.
36

e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kureangnya informasi

5. Intervensi Keperawatan

Berdasarkan (Nanda, 2020) intervensi keperawatan antara lain adalah:

No Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Intervensi


Hasil
1. Hipertermia NOC (Nursing NIC (Nursing Intervention
berhubungan dengan Outcome Classification) :
ketidakefektifan kerja Classification) : 1. Kaji warna kulit
hipotalamus. Batasan Kriteria hasil : 2. Monitor suhu tubuh
karakteristik: 1. Suhu tubuh dalam rentang minimal tiap 24 jam
1. Konvulsi normal, antara 36,5 - 37,5 3. Monitor TD, N dan RR.
2. Kulit kemerahan derajat celsius. 4. Identifikasi adanya
3. Peningkatan suhu tubuh 2. Nadi dan pernafasan dalam penurunan tingkat
di atas kisaran rentang normal. kesadaran.
normal. 3. Tidak ada 5. Tingkatkan intake
4. Kejang perubahan warna kulit cairan dan nutrisi.
5. Takikardi dan tidak ada pusing. 6. Beri kompres hangat pada
6. Takipnea sekitar axilla dan lipatan
7. Kulit terasa hangat. paha.
7. Beri pakaian yang tipis
dan menyerap keringat.
8. Kolaborasi
pemberian obat
antiperetik.

2. Resiko kekurangan volume NOC (Nursing NIC


cairan berhubungan dengan Outcome Fluid management
intake yang kurang dan Classification) : -Timbang popok/pembalut jika
kehilangan cairan aktif.  Fluid balance diperlukan
Definisi : beresiko mengalami  Hydration -Pertahankan catatan intake dan
dehidrasi vaskular, selular, atau  Nutritional output yang akurat
intraselular status:food -Monitor status
Faktor resiko : and fluid hidrasi(kelembaban membran
1. Kehilangan volume cairan intake mukosa,nadi adekuat, tekanan
aktif Kriteria hasil : darah ortostatik), jika diperlukan
2. Kurang pengetahuan 1. mempertahankan urine -Monitor vital sign
3. Penyimpangan yang output sesuai dengan -Monitor masukan makanan /
mempengaruhi akses cairan usia dan BB, BJ urine cairan dan hitung intake cairan
4. Penyimpangan yang normal, HT normal kalori harian
mempengaruhi absorb cairan 2. tekanan darah, nadi, -Monitor status nutrisi
5. Penyimpangan yang suhu tubuh dalam batas -Dorong masukan oral
mempengaruhi asupan normal -Dorong keluarga untuk
cairan. 3. tidak ada tanda-tranda membantu pasien makan
6. Faktor yang mempengaruhi dehidrasi, elastisitas -Tawarkan snack (jus buah, buah
cairan(mis, status kulit baik, membrane segar)
hipermetabolik mukosa lembab, tidak
7. Kegagalan fungsiregulator ada rasa haus berlebih.
37

3. Ketidakseimbangan nutrisi NOC NIC


kurang dari kebutuhan tubuh. Nutritional Status : Nutrition Management
Definisi : Asupan nutrisi tidak 1. food and Fluid 1. Kaji adanya alergi
cukup untuk memenuhi 2. nutrient IntakeWeight makanan
kebutuhan metabolik. control 2. Anjurkan pasien untuk
Batasan Karakteristik : Kriteria Hasil : meningkatkan protein dan
1. Kram abdomen 1. Adanya peningkatan berat vitamin C
2. Nyeri abdomen badan sesuai dengan 3. Anjurkan keluarga untuk
3. Menghindari makanan tujuan memberikan klien makan
4. Berat badan 20% atau 2. Berat badan ideal sesuai dalam porsi sedikit tapi
lebihdibawah berat dengan tinggi badan sering
badan ideal 3. Mampu mengidentifikasi 4. Anjurkan keluarga untuk
5. Kerapuhan kapiler kebutuhan nutrisi memberikan klien makan
6. DiareKehilangan 4. Tidak ada tanda-tanda dan minum dalam kondisi
rambut berlebihan malnutrisi hangat
7. Bising usus hiperaktif 5. Menunjukkan peningkatan 5. Monitor turgor kulit
8. Kurang makanan fungsi pengecapan dan 6. Monitor kekeringan,
9. Kurang informasi menelan rambut kusam, dan mudah
10. Kurang minat pada 6. Tidak terjadi penurunan patah
makanan berat badan yang berarti 7. Monitor mual dan muntah
11. Penurunan berat badan
dengan asupan
makanan adekuat
12. Kesalahan konsepsi
13. Kesalahan informasi
14. Mambran mukosa
pucat
15. Ketidakmampuan
memakanmakanan
16. Tonus otot menurun
17. Mengeluh gangguan
sensasi rasa
18. Mengeluh asupan
makanan kurang dan
RDA
(recommendeddaily
allowance)
19. Cepat kenyang setelah
makan
20. Sariawan rongga
mulut
21. Kelemahan otot
pengunyah
22. Kelemahan otot untuk
menelan
38

4. Gangguan intoleransi aktivitas NOC (Nursing NIC (Nursing Intervention


berhubungan dengan kelemahan Outcome Classification) : Classification) :
anggota tubuh. 1. Energy conservation 1. Bantu klien
Definisi : Resiko dari 2. Activity tolerance mengidentifikasi aktivitas
pengalaman ketidakmampuan 3. Self care, ADLs yang mampu dilakukan
dari energi baik dari segi fisik Kriteria hasil : 2. Anjurkan keluarga untuk
maupun psikis dalam memenuhi 1. Berpartisipasi dalam selalu mendampingi
aktivitas sehari-hari. aktivitas fisik tanpa aktivitas klien untuk
Factor resiko : disertai peningkatan mencegah terjadinya resiko
1. Status decondition tekana darah,nad i dan habis
2. Sejarah intoleransi respirasi 3. Dekatkan barang-barang
sebelumnya 2. Mampu melakukan yang diperlukan klien
3. Pengalaman dengan aktivitas secara mandiri 4. Monitor respon fisik, emosi
aktivitas 3. Tanda-tanda vital normal social dan spiritual.
4. Keberadaan dari 4. Energy psikomotor
masalah peredaran 5. Mampu berpindah dengan
5. Keberadaan masalah atau tanpa bantuan alat
pernapasan 6. Status kardiopulmonari
adekuat
7. Sirkulasi status baik
8. Status respirasi adekuat

5. Kurang pengetahuan NOC (Nursing NIC (Nursing Intervention


berhubungan dengan kurangnya Outcome Classification) :
informasi Classification) : Teaching : disease Process
Definisi : Tidak adanya atau Knowledge : 1. Berikan penilaian tentang
kurangnya informasi kognitif - disease process tingkat pengetahuan
sehubungan dengan topic - health !ehavior pasien tentang proses
spesifik. Kriteria Hasil : penyakit yang spesifik
Batasan karakteristik : 1. Pasien dan keluarga 2. Jelaskan patofisiologi dari
1. Memverbalisasikan menyatakan pemahaman penyakit dan bagaimana
adanya masalah tentang penyakit" hal ini berhubungan
2. Ketidakakuratan kondisi"prognosis dan dengan anatomi dan
mengikuti instruksi program pengobatan fisiologi dengan cara yang
3. Perilaku tidak sesuai. 2. Pasien dan keluarga tepat.
mampu melaksanakan 3. Gambarkan tanda dan
Faktor yang berhubungan :
prosedur yang dijelaskan gejala yang biasa muncul
1. Keterbatasan kognitif secara benar pada penyakit dengan cara
2. Interpretasi terhadap 3. Pasien dan keluarga yang tepat
informasi yang salah mampu menjelaskan 4. Gambarkan proses
3. Kurangnya keinginan kembali apa yang penyakit dengan cara
untuk mencari dijelaskan perawat dan tim yang tepat
informasi kesehatan lainnya 5. Identifikasi kemungkinan
4. Tidak mengetahui penyebab dengan cara
sumber-sumber yang tepat
informasi 6. Sediakan informasi pada
pasien tentang kondisi
dengan cara yang tepat
7. Hindari harapan yang
kosong
8. Sediakan bagi keluarga
informasi tentang
kemajuan pasien dengan
cara yang tepat
39

6. Implementasi

Implementasi merupakan fase ketika perawat mengimplementasikan

intervensi keperawatan (Kozier, 2011). Implementasi merupakan langkah

keempat dari proses keperawatan yang telah direncanakan oleh perawat

untuk dikerjakan dalam rangka membantu klien untuk mencegah,

mengurangi, dan menghilangkan dampak atau respons yang ditimbulkan

oleh masalah keperawatan dan kesehatan (Nanda, 2020).

7. Evaluasi

Evaluasi yaitu penilaian hasil dan proses. Penialian hasil menentukan

seberapa jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan.

Penilaian proses menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan

proses mulai dari pengkajian, diagnose, perencanaan, tindakan, dan evaluasi

itu sendiri (Nanda, 2020). Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan

untuk menilai apakah tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai

atau tidak untuk mengatasi suatu masalah (Nanda, 2020).

E. Penelitian Terkait

NAMA JUDUL HASIL DAN METODE


Damayanti Penerapan Kompres Metode yang digunakan adalah Menggunakan
2020 Bawang Merah Untuk desain studikasus deskriptif analitik dengan subyek
Menurunkan Demam studi kasus 1 orang pasien yang mengalami gangguan
Pada Anak Dengan kebutuhan Termoregulasi: Hipertermi. : Pada hasil
Febris Di Puskesmas I pengkajian didapatkan hasil data suhu pada subyek
Muara Bungo Tahun studi kasus yaitu 38,3°C, warna kulit kemerahan, kulit
2020 teraba hangat dan pasien berkeringat. Penulis
mendapatkan masalah keperawatan yaitu hipertermi
yang berhubungan dengan proses penyakit (Febris).
Penulis menyusun rencana sesuai dengan SLKI dan
SIKI. Tindakan yang direncanakan telah dilakukan
selama 3 x 24 jam sesuai pada rencana keperawatan
40

yang telah dilaksanakan dengan hasil evaluasi masalah


hipertermi berhubungan dengan penyakit pada subyek
studi kasus masalah teratasi. Kesimpulannya adalah
Kompres Bawang Merah bekerja secara efektif
menurunkan demam pada pasien Febris. Untuk
menurunkan hipertermia pada pasien thypoid di masa
mendatang dapat menggunakan obat herbal yang alami
selain bawang merah.
Astri, 2020 Asuhan Keperawatan Tujuannya untuk menganalisa hasil implementasi
Pada An.E Dengan asuhan keperawatan dengan intervensi pemberian
Hipertermi kompres bawang merah pada anak yang mengalami
( Pemberian Kompres Demam terhadap peningkatan suhu tubuh. KIAN ini
Hangat Dengan bertujuan untuk memberikan gambaran tentang asuhan
Campuran keperawatan pada anak yang mengalami Demam dengan
Irisan Bawang Merah masalah keperawatan Hipertermi dan intervensi
Sebagai Upaya keprawatan sendiri yang dilakukan adalah kompres
Penurunan Suhu bawang merah. Kompres bawang merah merupakan
Tubuh) Di Puskesmas tindakan yang dilakukan pada klien yang mengalami
Rasimah Ahmad peningkatan suhu tubuh yang tinggi yang memerlukan
Bukittinggi Tahun bantuan untuk menurunkan suhu tubuh pada anak yang
2020 demam . kompres bawang merah dilakukan selama 15
menit dilakukan 1 kali sehari dengan pengukuran suhu
tubuh pasien, intervensi dilakukan selama 3 hari,
pengukuran dilakukan sebelum, dan sesudah di kompres
dengan bawang merah. Hasil evaluasi menunjukkan
intervensi keperawatan kompres bawang merah efektif
untuk menurunkan suhu tubuh anak yang mengalami
demam. Saran
untuk peneliti selanjutnya agar dapat melakukan terapi
yang lain contohnya
Mengompres pasien dengan cara tebit sponge dll.
Cahyaningrum, Pengaruh Kompres Demam adalah peningkatan suhu tubuh di atas normal:
2016 Bawang Merah ketika > 38° C (100,4 °F) diukur pada rectal, > 37,8° C
Terhadap Suhu Tubuh diukur pada oral, dan > 37,2° C (99° F) diukur pada
Anak Demam axilla. Menurunkan demam pada anak dapat dilakukan
melalui farmakologis dan non-farmakologis perlakuan
yaitu dengan penggunaan energi panas melalui metode
konduksi dan penguapan. metode dapat
diimplementasikan dengan kompres hangat atau obat
rumahan seperti bawang merah. Hangat kompres
umumnya diterapkan saat kompres dengan bawang
merah jarang digunakan. Penelitian ini bertujuan
untuk membuktikan penurunan suhu tubuh pada anak-
anak dengan demam menggunakan kompres bawang
merah. Penelitian ini menggunakan desain penelitian
pra-eksperimental dengan pendekatan pra-tes satu
kelompok.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah
Purposive Sampling. Sampel penelitian ini adalah anak-
anak demam di Puskesmas Kembaran I Banyumas pada
periode Mei hingga Juli tahun 2017.
41

F. Bagan Demam

Demam

proses infeksi dan non infeksi berinteraksi


dengan mekanisme pertahanan hospes

a. Allisin dan alliin


b. Flavonoid
c. Alil profil disulfida
d. Fitoterol
Pengobatan nonfarmakologi: e. Flavonol
f. Kalium
1. Klien diistirahatkan g. Pektin
2. Mengenakan pakaian tipis h. Saponin
3. Banyak minum air i. Tripropanal
4. Terapi kompres j. sulfoksida
Pengobatan farmakologi:

1. Obat-obatan antipiretik seperti


paracetamol bayi 6-12 bulan
60mg/kgBB, anak umur 1-3 tahun 60-
125mg/kgBB, anak umur 4-6 tahun Komponen Bawang Merah Yang Berpotensi
125-250mg/kgBB, anak umur 6-12 Sebagai Antipiretik
tahun 250-500mg/kgBB.
Efek flavonoid terhadap bermacam-macam
organisme sangat banyak macamnya dan dapat
menjelaskan mengapa tumbuhan yang
mengandung flavonoid dipakai dalam
pengobatan tradisional. Beberapa flavonoid
menghambat fosfodiesterase sedangkan
flavonoid lain menghambat aldoreduktase,
monoaminoksidase, protein kinase, DNA
polimerase dan lipooksigenase.
42

BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian Pasien Pertama

1. Identitas Pasien

a. Identitas klien

Nama : An. R

Jenis Kelamin : perempuan

Umur : 5 Tahun

Agama : Islam

Pendidikan : belum sekolah

Alamat : Lampung Tengah

Tanggal Masuk :

Tanggal Pengkajian :

Diagnosa Keperawatan: Demam Thypoid

b. Penanggung Jawab

Nama : Tn. A

Hubungan dengan Pasien : Ayah


43

Pekerjaan : Buruh

Umur : 46 Tahun

Alamat : Lampung Tengah

2. Keluhan Utama
42
Ibu klien mengatakan anaknya memliki keluhan demam tidak kunjung turun

sudah 4 hari, kepala terasa nyeri ibu klien mengatakan sudah membawa

anaknya ke bidan desa tetapi tidak kunjung sembuh

3. Riwayat Kesehatan Sekarang

Ibu klien mengatakan anaknya demam sejak 4 hari yang lalu, ibu klien

mengatakan demam muncul terutama pada malam hari, demam dirasakan di

bagian dahi, tangan dan kaki. Ibu klien mengatakan demam berkurang saat

klien minum obat tetapi kambuh kembali setelah 2 jam. Klien mengatakan

kepala juga terasa sakit dengan hsil pemeriksaan fisik mmHg, N : 89

x/menit, RR : 22 x/menit, Temp : 390c, BB 25kg

4. Riwayat Penyakit Masa Lalu

Ibu klien mengatakan kurang lebih 5 bulan yang lalu pernah demam dan

dirawat dirumah sakit. Ibu klien mengatakan klien tidak memiliki riwayat

penyakit kronis, menahun dan menular

a. riwayat alergi: ibu klien mengatakan tidak ada riwayat alergi makanan,

udara dan debu

b. riwayat operasi: ibu klien mengatakan tidak pernah menjalani operasi

sebelumnya
44

c. riwayat minum minuman dan merokok: ibu klien mengatakan tidak

pernah merokok dan minum-minuman keras

5. Riwayat Kesehatan Keluarga

Ibu klien mengatakan didalam anggota keluarga tidak ada yang memiliki

riwayat kejang demam.

Genogram

Tinggal satu rumah


Laki- laki
Pernikahan
Perempuan

Meninggal Keturunan
+
Sakit (Ny. S)

Cerai
45

B. PEMERIKSAAN FISIK

N : 89 x/menit

RR : 22 x/menit

Temp : 390c

BB : 25kg

Tb :137cm

Keadaan umum :

Penampilan : klien nampak rapih dan bersih

Kesadaran : Composmentis yaitu kesadaran normal (dengan

prevalensi 15) sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang

keadaannya

1. B1 – Breathing : Pernapasan

Pola napas : Irama nafas terdengar teratur

Bunyi Napas : vasikuler kanan dan kiri, tidak terdapat bunyi

nafas tambahan

Sesak napas : klien tidak sesak, RR : 22x/menit

Otot bantu napas : tidak nampak menggunakan otot bantu pernafasan

Batuk : tidak ada batuk

Produksi sputum : tidak ada

Pergerakan dada : nampak simetris

Terpasang WSD : tidak ada

Alat bantu napas : tidak nampak adanya alat bantu pernafasan


46

2. B2 – Bleeding : Kardiovaskuler

Irama Jantung : terdengar reguler

S1/S2 tunggal : terdengar tunggal, tidak ada suara S3

Nyeri Dada : tidak ada nyeri dada seluruh lapang dada

Suara Jantung : suara jantung normal, tidak ada suara jantung

tambahan

CRT : < 2 dt

Akral : Hangat

Distensi vena jugular : tidak ada

Syanosis : tidak ada

3. B3 – Brain: Persrafan

Reflek fisiologis : ( + ) Patela (+ ) Triseps ( + ) Bisep

Reflek patologis : (+ ) Babinsky ( + ) Brudzinsky ( + ) Kernig

Keluhan pusing : klien mengatakan saat ini tidak ada keluhan pusing

Pengelihatan (mata)

Pupil : isokor Ukuran: 3mm

Reflek cahaya (ka/ki) : normal

Diameter (ka/ki) : 3mm/3mm

Konjungtiva : nampak anemis

Sklera : nampak ikterik

Pengelihatan : normal, tidak nampak adanya alat bantu

penglihatan
47

Pendengaran (telinga) : telinga nampak berisih tidak ada pengeluaran

serumen, tidak nampak adanya lesi, tidak nampak adanya alat bantu

pendengaran

Gangguan pendengaran : tidak ada

Penciuman (hidung) : klien mengatakan tidak ada masalah dalam

penciuman, tidak ada batuk dan hidung napak normal. Tidak nampak adanya

pernafasan cuping idung

Pola tidur : klien mengatakn pola tidurnya sedikit terganggu

karena nyeri yang di rasakan pada ulu hati

Istirahat/tidur : kurang dari 8 jam/hari

Pengkajian Nyeri

Pencetus Kualitas Lokasi/Radiasi Skala (0-10) Waktu Penyebab nyeri hilang


atau berkurang
Proses Hilang Bagian kepala 5 Selama Setelah minum obat
inflamasi timbul 2-4 menit dan istirahat

4. B4 – Bladder : Perkemihan

Kebersihan : urine nampak bersih tidak ada busa yang berlebihan

Urine : Jumlah, kurang lebih 400cc/hari, Warna : kuning jernih

Bau: normal

Kateter : tidak ada

Kandung Kemih : tidak ada nyeri tekan pada kandung kemih

Gangguan : tidak ada gangguan dalam berkemih

Intake cairan oral : kurang lebih 1100cc sehari

5. B5 – Bowel : Pencernaan
48

Nafsu makan : klien mengatakan nafsu makan menurun

Frekuensi : 3x/hari, klien mengatakan setiap habis

makan selalu muntah

Porsi makan : hanya habis ½ dari porsi yang telah disediakan

Diet saat ini : klien mengatakan tidak ada diet makanan

tertentu. Makanan Kesukaan : klien mengatakn

tidak memilih makanan apa saja yang disukai

Perubahan BB : klien mengatakn selam sakit tidak ada penurunan

BB

Alat bantu makan : tidak ada

Minum : kurang lebih 700 cc setiap hari dengan jenis air

putih dan 400 cc air susu

Mulut : nampak kotor

Mukosa : mukosa bibir nampak kering

Tenggorokan : klien mengatakan tidak ada nyeri telan dan tidak

nampak adanya peradangan pada tonsiliti

Abdomen : nampak kembung, tidak ada lesi dan odema,

adanya nya nyeri tekan pada daerah ulu hati

Peristaltik : 15x/menit

Pembesaran hepar : tidak nampak

Pembesaran limpa : tidak nampak

BAB : 1/hari

Anus : Tidak ada pembesaran hemoroid


49

Konsistensi : sedikit keras Bau : khas Warna : kecoklatan

Lain-lain : tidak ada masalah dalam BAB

6. B6 – Bone and Musculoskeletal, Integumen

Kemampuan pergerakan sendi : bebas karen tidak ada dislokasi sendi

Kekuatan Otot : atas 5+/5+ bawah 5+/5+

Keterangan : tidak nampak adanya odema dan kelainan tulang

Fraktur : tidak ada

Dekubitus : tidak ada

Luka : tidak ada

Luka Bakar : tidak ada

Kulit : kulit nampak kering dan tidak elastis

Warna kulit : kemerahan

Akral : teraba hangat

Turgor : nampak kering

Odema : tidak ada odema

Pemakaian alat bantu :tidak nampak adanya alat bantu

7. Endokrin

Pembesaran tiroid : tidak ada pembesaran

Pembesaran KGB : tidak ada pemberasan

Luka Gangren : tidak ada

8. Psiko-sosio-spiritual

a. Persepsi klien terhadap penyakit : ibu klien mengatakan penyakit yang di

alami oleh anaknya adalah cobaan dari tuhan dan menerima dengan ikhlas
50

b. Ekspresi klien terhadap penyakit : ibu klien mengatakan sedikit takut dan

gelisah dengan penyakit yang di alami oleh anaknya karena sudah lama

demam dan tidak kunjung turun

c. Orang yang paling dekat : klien mengatakan orang yang paling dekat

dengan klien yaitu ibu klien

d. Hubungan dengan teman dan lingkungan sekitar : ibu klien mengatakan

hubungan dengan orang sekitar baik saja tidak ada masalah dalam

lingkungan sekitar

e. Kegiatan ibadah

Sebelum sakit :ibu klien mengatakan anaknya sudah mengaji

Saat sakit : selama sakit ibu klien mengatakan tidak mengaji lagi

C. Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan medis

Obat:

Paracetamol syrup 3x125mg (oral) (antipiretik)

2. Penatalaksanaan keperawatan

a. Menganjuran ibu untuk memberi minum banyak air putih

b. Memonitor keadaan tugor kulit

c. Memonitor suhu badan

d. Menganjurkan untuk makan sedikit tapi sering

e. Menganjurkan kepada ibu untuk melakukan kompres menggunakan

bawang merah

f. Menganjurkan ibu untuk tidak memakaikan anaknya pakaian yang tebal


51

g. Anjurkan kepada ibu untuk menganti pakaian anaknya menggunakan

bahan yang menyerap keringat

D. ANALISA DATA

No Data Masalah Etiologi


1 DS: Hipertermi Proses penyakit
1. Ibu klien mengatakan anaknya demam
sudah 4 hari naik turun
DO:
1. N: 89x/menit, RR: 22x/menit, S:39˚C
2. Kesadaran composmentis, akral teraba
hangat,
3. Mukosa bibir klien nampak kering
4. Lidah nampak kotor dan berwarna
putih
5. Demam pada malam hari
2 DS: Kekurangan Intake caira kurang
1. Ibu klien mengatakan anaknya muntah volume cairan dan kehilangan cairan
setiap setelah makan aktif
2. Klien mengatakan perutnya terasa
nyeri
3. Klien mengatakan nyeri terasa setelah
muntah
DO:
1. N; 89x/mnt, RR; 22x/mnt, S: 39x/mnt
2. Intake cairan 1100cc
3. Output kurang lebih 500cc
4. Mukosa bibir kering
5. BB 25kg, TB 137cm
6. Klien tampak lemaass
3 DS: Ketidakseimbang Penurunan nafsu
1. Ibu klien mengatakan nafsu makan an nutrisi makan
menurun
2. Ibu klien mengatakan anaknya hanya
makan ½ porsi saja
3. Ibu klien mengatakan setiap habis
makan selaku mual dan muntah
DO:
1. Klien nampak lemas
2. Klien nampak hanya menghabiskan ½
makanan dari porsi yang sudah
disediakan
3. Klien makan 3x/hari
4. Mukosa bibir klien nampak kering
5. Intake cairan kurang lebih 1100cc
52

E. DIAGNOSA YANG MUNCUL

1. Hipertermi berhubungan dengan proses terjadinya penyakit

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake cairan kurang dan

kehilangan cairan aktif

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhn tubuh berhubungan dengan

penurunan nafsu makan

Intervensi Keperawatan

Tgl Diagnosa dan data Tujuan Rencana tindakan Rasional


penunjang
Hipertermi Setelah dilakukan Fever Treatmen 1. Untuk mengetahui kedaan
berhubungan asuhan keperawatan 1. Monitor tanda -tanda vital umum klien dan sebagai
dengan proses selama 3x24 jam ( Tekanan, Darah, Nadi, tindakanintervensi
penyakit diharapkan masalah Suhu, Pernafasan selanjutnya
hipertermi dapat 2. Berikan pengobatan 2. Untuk menurunkan
teratasi dengan kriteria untuk mengatasi penyebab demam
hasil: demam 3. Untuk menurunkan
1. TTV dalam batas 3.Kompres pasien demam dengan teknik
normal menggunakan bawang nonfarmakologi
2. Demam berkurang merah 4. Untuk mempertahankan
3. Pasien tampak rileks 4.Selimuti pasien untuk agar klien tidak
mencegah hilangnya mengalami kehilangan
kehangatan tubuh suhu tubuh yang
5.Kaloborasi pemberian berlebihan
terapi anti piretik, anti biotik 5. Untuk menurunkan
atau agen anti menggigil demam
6. Berikan air minum 6. Untuk menghindari dari
sesuai dengan kebutahan terjadinya dehidrasi
tubuh 7. Untuk memudahkan
7. Berikan pakaian yang dapat penyerapan
menyerap keringat 8. Agar memudahkan suhu
8. Berikan pakaian yang tipis panas hilang

Kekurangan Setelah dilakukan Fluid Managemen Fuid Managemen


volume cairan asuhan keperawatan 1. Kaji keadaan umum 1. Mengetahui tanda
berhubungan selama 3x24 jam klien dan tanda-tanda abnormalitas
dengan intake diharapkan masalah vital. 2. Mengetahui
cairan kurang dan nyeri teratasi dengan 2. Kaji intake dan balance cairan dan
kehilangan cairan kriteria hasil: output cairan. elektrolit dalam
aktif 1. Tidak ada tanda- 3. Observasi dan tanda- tubuh/homeostatis
tanda dehidrasi tanda syok 3. Agar dapat segera
53

2. Turgor kulit baik 4. Anjurkan klien untuk dilakukan tindakan


3. Tanda-tanda vital banyak minum air jika terjadi syok.
normal 5. Anjurkan keluarga 4. Asupan cairan
4. Tidak terjadi mual untuk memberikan sangat diperlukan
muntah klien minum air untuk menambah
hangat volume cairan
tubuh
5. Menjaga tubuh
klien agar tehindar
dari dehidrasi
Ketidakseimbangan Setelah dilakukan Pengelolaan nutrisi: Pengelolaan nutrisi:
nutrisi kurang dari asuhan keperawatan 1. Kaji tentang makanan 1. Untuk mengetahui
kebutuhn tubuh selama 3x24 jam yang membuat klien alergi makanan apa saja yang
berhubungan diharapkan masalah 2. Tentukan makanan membuat klien alergi
dengan penurunan 1. Berat badan ideal kesukaan klien 2. Untuk menambah nafsu
nafsu makan sesuai dengan 3. Dorong klien untuk makan klien
tinggi badan memilih makanan yang 3. Untuk mendukung
2. Mampu lunak kemauan klien untuk
mengidentifikasi 4. Anjurkan klien untuk memenuhi kebutuhan
kebutuhan nutrisi meningkatkan protein dan makanan
3. Tidak ada tanda- vitamin C 4. Untuk menghindari
tanda malnutrisi 5. Menganjurkan klien untuk terjadinyakekurangan
4. Menunjukan makan sedikit tapi sering nutrisi dan menambah
peningkatan 6. Menganjurkan klien untuk daya tahan tubuh klien
fungsi pengecapan makan makanan dalam 5. Untuk memeudahkan
dan menelan kondisi hangat lambung dalam
5. Tidak terjadi 7. Monitor jumlah masukan memproses makanan
penurunan berat nutrisi dan kalori 6. Untuk menghindari
badan yang berarti 8. Kolaborasi dengan ahli terjadinya muntah
gizi dalam menentukan 7. Untuk mengetahui
jumlah kalori dan protein intake dan output klien
9. Kolaborasi dengan dokter 8. Menetkan kebutuhan
kebutuhan stimulasi, nafsu klien
makan dan makanan 9. Untuk menambah
pelengkap peningkatan asupan
nutrsi yang sesuai
dengan kebutuhan tbuh
klien

PENGKAJIAN PASIEN KEDUA

1. Identitas Pasien

Nama : An. T

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 5 Tahun

Agama : Islam
54

Pendidikan : belum sekolah

Alamat : Lampung Tengah

Tanggal Masuk :

Tanggal Pengkajian :

Diagnosa Keperawatan: Demam

Penanggung Jawab

Nama : Ny. B

Hubungan dengan Pasien : Ibu

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Umur : 32 Tahun

Alamat : Lampung Tengah

2. Keluhan Utama

Ibu klien mengatakan anaknya memliki keluhan demam tidak kunjung turun

sejak 2 hari yang lalu, anak sering rewel, dan terkadang menangis, nafsu

makan menurun ibu mengatakan anaknya tidak mau makan sejak 1 hari yang

lalu

3. Riwayat Kesehatan Sekarang

Ibu klien mengatakan anaknya demam sejak 2 hari yang lalu, mengatakan

anaknya demam pada malam hari dan pada siang hari mulai turun demam nya,

ibu klien menagatkan merasa

4. Riwayat Penyakit Masa Lalu

Ibu klien mengatakan sebelumnya anaknya tidak pernah mengalami masalah

penyakit seperti saat ini, tidak memiliki riwayat penyakit kejang demam
55

a. riwayat alergi: ibu klien mengatakan tidak ada riwayat alergi makanan,

udara dan debu

b. riwayat operasi: ibu klien mengatakan tidak pernah menjalani operasi

sebelumnya

c. riwayat minum minuman dan merokok: ibu klien mengatakan tidak pernah

merokok dan minum-minuman keras

5. Riwayat Kesehatan Keluarga

Ibu klien mengatakan didalam anggota keluarga tidak ada yang memiliki

riwayat kejang demam.

Genogram
56

Tinggal satu rumah


Laki- laki
Pernikahan
Perempuan

Meninggal Keturunan
+
Sakit

Cerai

F. PEMERIKSAAN FISIK

N : 89 x/menit

RR : 22 x/menit

Temp : 38,20c

BB : 18 kg

TB : 123cm

Keadaan umum :

Penampilan : klien nampak rapih dan bersih

Kesadaran : Composmentis yaitu kesadaran normal (dengan

prevalensi 15) sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang

keadaannya

9. B1 – Breathing : Pernapasan

Pola napas : Irama nafas terdengar teratur


57

Bunyi Napas : vasikuler kanan dan kiri, tidak terdapat bunyi nafas

tambahan

Sesak napas : klien tidak sesak, RR : 22x/menit

Otot bantu napas : tidak nampak menggunakan otot bantu pernafasan

Batuk : tidak ada batuk

Produksi sputum : tidak ada

Pergerakan dada : nampak simetris

Terpasang WSD : tidak ada

Alat bantu napas : tidak nampak adanya alat bantu pernafasan

10. B2 – Bleeding : Kardiovaskuler

Irama Jantung : terdengar reguler

S1/S2 tunggal : terdengar tunggal, tidak ada suara S3

Nyeri Dada : tidak ada nyeri dada seluruh lapang dada

Suara Jantung : suara jantung normal, tidak ada suara jantung tambahan

CRT : < 2 dt

Akral : Hangat

Distensi vena jugular : tidak ada

Syanosis : tidak ada

11. B3 – Brain: Persrafan

Reflek fisiologis : ( + ) Patela (+ ) Triseps ( + ) Bisep

Reflek patologis : (+ ) Babinsky ( + ) Brudzinsky ( + ) Kernig

Keluhan pusing : klien mengatakan saat ini tidak ada keluhan pusing

Pengelihatan (mata)
58

Pupil : isokor Ukuran: 3mm

Reflek cahaya (ka/ki) : normal

Diameter (ka/ki) : 3mm/3mm

Konjungtiva : nampak anemis

Sklera : nampak ikterik

Pengelihatan : normal, tidak nampak adanya alat bantu

penglihatan

Pendengaran (telinga) : telinga nampak berisih tidak ada pengeluaran

serumen, tidak nampak adanya lesi, tidak nampak adanya alat bantu

pendengaran

Gangguan pendengaran : tidak ada

Penciuman (hidung) : klien mengatakan tidak ada masalah dalam

penciuman, tidak ada batuk dan hidung napak normal. Tidak nampak adanya

pernafasan cuping idung

Pola tidur : klien mengatakn pola tidurnya sedikit terganggu

karena nyeri yang di rasakan pada ulu hati

Istirahat/tidur : kurang dari 7 jam/hari

Pengkajian Nyeri

Pencetus Kualitas Lokasi/Radiasi Skala (0-10) Waktu Penyebab nyeri hilang


atau berkurang
Proses Hilang Bagian kepala 4 Selama Setelah minum obat
inflamasi timbul 2-4 menit dan istirahat
59

12. B4 – Bladder : Perkemihan

Kebersihan : urine nampak bersih tidak ada busa yang berlebihan

Urine jumlah : kurang dari 300 cc/hari, Warna : kuning jernih Bau:

normal

Kateter : tidak ada

Kandung Kemih : tidak ada nyeri tekan pada kandung kemih

Gangguan : tidak ada gangguan dalam berkemih

Intake cairan oral : kurang lebih 1000cc dalam sehari

13. B5 – Bowel : Pencernaan

Nafsu makan : ibu klien mengatakan nafsu makan anaknya

mengalami penuruna. Frekuensi : 2x/hari, klien

mengatakan setiap makan tidak habis dan

mengeluh makananya pahit dan tidak ada rasanya

Porsi makan : hanya habis ½ dari porsi yang telah disediakan

Diet saat ini : klien mengatakan tidak ada diet makanan

tertentu. Makanan kesukaan : klien mengatakan

tidak memilih makanan apa saja yang disukai

Perubahan BB : klien mengatakan selama sakit tidak ada

penurunan BB

Alat bantu makan : tidak ada

Minum : 800 air putih dan 200cc susu

Mulut : nampak kotor

Mukosa : mukosa bibir nampak kering


60

Tenggorokan :klien mengatakan adanya nyeri pada saat menelan

Abdomen : tidak ada lesi dan odema, adanya nya nyeri tekan

pada daerah ulu hati

Peristaltik : 14 x/menit

Pembesaran hepar : tidak nampak

Pembesaran limpa : tidak nampak

BAB : 1x/hari

Anus : Tidak ada pembesaran hemoroid

Konsistensi : sedikit keras Bau : khas Warna : kecoklatan

Lain-lain : tidak ada masalah dalam BAB

14. B6 – Bone and Musculoskeletal, Integumen

Kemampuan pergerakan sendi : bebas karen tidak ada dislokasi sendi

Kekuatan Otot : atas 5+/5+ bawah 5+/5+

Keterangan : tidak nampak adanya odema dan kelainan tulang

Fraktur : tidak ada

Dekubitus : tidak ada

Luka : tidak ada

Luka Bakar : tidak ada

Kulit : kulit nampak kering dan tidak elastis

Warna kulit : kemerahan

Akral : teraba hangat

Turgor : nampak kering

Odema : tidak ada odema


61

Pemakaian alat bantu :tidak nampak adanya alat bantu

15. Endokrin

Pembesaran tiroid : tidak ada pembesaran

Pembesaran KGB : tidak ada pemberasan

Luka Gangren : tidak ada

16. Psiko-sosio-spiritual

a. Persepsi klien terhadap penyakit : ibu klien mengatakan penyakit yang di

alami oleh anaknya adalah cobaan dari tuhan dan menerima dengan ikhlas

b. Ekspresi klien terhadap penyakit : ibu klien mengatakan sedikit takut dan

gelisah dengan penyakit yang di alami oleh anaknya karena sudah lama

demam dan tidak kunjung turun

c. Orang yang paling dekat : klien mengatakan orang yang paling dekat

dengan klien yaitu ibu klien

d. Hubungan dengan teman dan lingkungan sekitar : ibu klien mengatakan

hubungan dengan orang sekitar baik saja tidak ada masalah dalam

lingkungan sekitar.

G. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan medis

Obat:

Paracetamol syrup 3x125mg (oral) (antipiretik)

3. Penatalaksanaan keperawatan

a. Menganjuran ibu untuk memberi minum banyak air putih


62

b. Memonitor keadaan tugor kulit

c. Memonitor suhu badan

d. Menganjurkan untuk makan sedikit tapi sering

e. Menganjurkan kepada ibu untuk melakukan kompres menggunakan

kompres hangat

f. Menganjurkan ibu untuk tidak memakaikan anaknya pakaian yang tebal

g. Anjurkan kepada ibu untuk menganti pakaian anaknya menggunakan

bahan yang menyerap keringat

3. ANALISA DATA

No Data Masalah Etiologi


1 DS: Hipertermi Proses penyakit
1. Ibu klien mengatakan anaknya demam
sejak 2 hari yang lalu
2. Ibu mengatakan demam bertambah
tinggi pada malam hari dan pada siang
hari demam turun
3. Ibu klien menagatakan anknya sering
rewel
DO:
1. N: 89x/menit, RR: 22x/menit, S:38,2˚C
2. Kesadaran composmentis, akral teraba
hangat
3. Mukosa bibir klien nampak kering
6. Lidah nampak kotor dan berwarna
putih
7. Demam pada malam hari
DS: Defisit nutrisi Penuruna nafsu
1. Ibu klien mengatakan anaknya makan
kesulitan untuk menelan makana
2. Ibu lien mengatakan anaknya susah
makan
3. Ibu klien mengatakan anak nya
mengeluh lidah terasa pahit
DO:
1. Klien nampak lemas
2. Makanan klin nampak hanya di
habiskan ½ porsi
3. Tugor kulit nampak kering
4. Mukosa bibir nampak kering
5. Intake cairan 1000cc
63

4. DIAGNOSA YANG MUNCUL

a. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit

b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan penuruna nafsu makan

Intervensi Keperawatan

Tgl Diagnosa dan data Tujuan Rencana tindakan Rasional


penunjang
Hipertermi Setelah dilakukan Fever Treatmen 1. Untuk mengetahui
berhubungan asuhan keperawatan 1. Monitor tanda -tanda kedaan umum klien dan
dengan proses selama 3x24 jam vital ( Tekanan, Darah, sebagai
penyakit diharapkan masalah Nadi, Suhu, Pernafasan tindakanintervensi
hipertermi dapat 2. Berikan pengobatan selanjutnya
teratasi dengan kriteria untuk mengatasi 2. Untuk menurunkan
hasil: penyebab demam demam
4. TTV dalam batas 3. Kompres pasien 3. Untuk menurunkan
normal menggunakan air hangat demam dengan teknik
5. Demam berkurang 4. Selimuti pasien untuk nonfarmakologi
6. Pasien tampak rileks mencegah hilangnya 4. Untuk mempertahankan
kehangatan tubuh agar klien tidak
5. Kolaborasi pemberian mengalami kehilangan
terapi anti piretik, anti suhu tubuh yang
biotik atau agen anti berlebihan
menggigil 5. Untuk menurunkan
6. Berikan air minum demam
sesuai dengan kebutahan 6. Untuk menghindari dari
tubuh terjadinya dehidrasi
7. Berikan pakaian yang 7. Untuk memudahkan
dapat menyerap keringat penyerapan
8. Berikan pakaian yang 8. Agar memudahkan suhu
tipis panas hilang

2 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan Pengelolaan nutrisi: Pengelolaan nutrisi:


nutrisi kurang dari asuhan keperawatan 1. Kaji tentang makanan 1. Untuk mengetahui
kebutuhan tubuh selama 3x24 jam yang membuat klien makanan apa saja yang
berhubungan diharapkan masalah alergi membuat klien alergi
dengan penuruna 1. Berat badan ideal 2. Tentukan makanan 2. Untuk menambah nafsu
nafsu makan sesuai dengan kesukaan klien makan klien
tinggi badan 3. Dorong klien untuk 3. Untuk mendukung
2. Mampu memilih makanan yang kemauan klien untuk
mengidentifikasi lunak memenuhi kebutuhan
kebutuhan nutrisi 4. Anjurkan klien untuk makanan
3. Tidak ada tanda- meningkatkan protein dan 4. Untuk menghindari
tanda malnutrisi vitamin C terjadinyakekurangan
4. Menunjukan 5. Menganjurkan klien nutrisi dan menambah
peningkatan untuk makan sedikit tapi daya tahan tubuh klien
fungsi pengecapan sering 5. Untuk memeudahkan
dan menelan 6. Menganjurkan klien lambung dalam
5. Tidak terjadi untuk makan makanan memproses makanan
64

penurunan berat dalam kondisi hangat 6. Untuk menghindari


badan yang berarti 7. Monitor jumlah masukan terjadinya muntah
nutrisi dan kalori 7. Untuk mengetahui
8. Kolaborasi dengan ahli intake dan output klien
gizi dalam menentukan 8. Menetkan kebutuhan
jumlah kalori dan protein klien
9. Kolaborasi dengan dokter 9. Untuk menambah
kebutuhan stimulasi, peningkatan asupan
nafsu makan dan nutrsi yang sesuai
makanan pelengkap dengan kebutuhan tbuh
klien

DAFTAR PUSTAKA

Cahyaningrum, E. D., & Siwi, A. S. (2018). Pendahuluan Demam (Hipertermi) Adalah


Suatu Keadaan Dimana Suhu Tubuh Lebih Tinggi Dari Biasanya , Dan Merupakan
Gejala Dari Suatu Penyakit ( Maryunani , 2010 ). Hipertermi Adalah Suatu
Keadaan Dimana Suhu Tubuh Melebihi Titik Tetap ( Set Point ) Lebih. 1–1

Nursalam.(2011). Proses dan dokumentasi keperawatan, konsep dan praktek.Jakarta :


Salemba Medika
65

Jaelani, 2017 Aromaterapi. Jakarta: Pustaka Populer Obor

Sodikin, 2012. Prinsip Perawatan Demam Pada Anak.Yogyakarta:Pustaka Pelajar

Soetjiningsih, 2015. Tumbuh Kembang Anak Ed 2. Jakarta: EG

Sulistyawati, 2014. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta : Trans Info
Medika

Anda mungkin juga menyukai