Anda di halaman 1dari 13

Seni lukis merupakan pengembangan dari kegiatan menggambar yang diwujudkan melalui

karya dua dimensi bermediakan kanvas atau media datar lainnya dari objek tiga dimensi.
Lukisan merupakan hasil seni lukis berupa tampilan yang memiliki nilai estetika. Sebuah
lukisan harus dapat menerjemahkan apa yang ada dalam objeknya.
Seni lukis merupakan pengembangan dari kegiatan menggambar yang diwujudkan melalui
karya dua dimensi bermediakan kanvas atau media datar lainnya dari objek tiga dimensi.
Lukisan merupakan hasil seni lukis berupa tampilan yang memiliki nilai estetika. Sebuah
lukisan harus dapat menerjemahkan apa yang ada dalam objeknya.
1. Pengertian seni lukis menurut para ahli
- Galeria Fasya Art Studio
Seni lukis merupakan cabang atau bagian dari seni rupa di mana wujud dari lukis itu
merupakan karya dua dimensi dwi matra, walau memiliki dasar pengertian yang sama dengan
seni rupa, seni lukis memiliki arti yang lebih karena seni lukis merupakan sebuah
pengembangan yang lebih utuh dari sekadar menggambar.
- Soedarso SP
Seni lukis adalah karya manusia yang mengomunikasikan pengalaman-pengalaman batinnya.
Pengalaman batin tersebut disajikan dalam gambar secara indah sehingga merangsang
timbulnya pengalaman batin pula pada manusia lain yang menghayatinya.
- Soni Ade dan Imam R
Seni lukis merupakan kekuatan peradaban manusia, kekuatan budaya, karena dalam
melakukannya manusia dilatih untuk jeli, cermat, dan teliti dalam mengamati berbagai
fenomena alam dan kehidupannya.
- Menurut Suyanto
Menurut Suyanto, seorang seniman lukis mengatakan seni lukis merupakan karya seni rupa
yang dituangkan dalam bentuk lukisan hasil dari ekspresi jiwa seorang seniman.
2. Jenis-jenis seni lukis
Berikut jenis-jenis aliran seni lukis yang memiliki ciri khas yang berbeda-beda:

 Klasisme
 Romantisme
 Realisme
 Naturalisme
 Ekspresionisme
 Surealisme
 Abstrak
 Gotik
 Futurisme
 Konstruktivisme
3. Teknik-teknik yang digunakan dalam seni lukis
- Teknik aquarel
Teknik aquarel adalah jenis teknik lukis yang memanfaatkan cat air sebagai bahan lukis
dengan cara mengoleskan warna secara tipis.
- Teknik plakat
Teknik plakat menggunakan bahan cat air, cat akrilik, dan cat minyak dengan mengoleskan
warna secara tebal dengan komposisi cat yang lebih kental. Terdapat perbedaan dengan
teknik aquarel terkait cara mengoles dan komposisi catnya.
- Teknik pointillis
Teknik pointillis merupakan teknik yang membutuhkan suatu kesabaran yang lebih. Hal ini
dikarenakan teknik lukis ini menggunakan titik-titik agar menghasilkan tampilan lukisan
yang indah dan menawan.
- Teknik spray
Teknik spray merupakan teknik lukis gaya baru dengan menyemprotkan cat ke papan atau
media lukis. Teknik lukis ini sering digunakan untuk melukis grafitti di dinding-dinding.
- Teknik basah
Melukis dengan teknik basah dilakukan dengan cara mengencerkan cat minyak menggunakan
bahan-bahan tertentu seperti linseed oil. Bila cat minyak telah diencerkan dengan kekentalan
tertentu, barulah cat tersebut dioleskan pada media lukis.
Kuas yang dipakai untuk melukis dengan teknik ini adalah kuas dengan bulu panjang.
- Teknik kering
Melukis dengan teknik kering dilakukan tanpa menggunakan cat minyak. Teknik ini
seringkali digunakan dengan hanya menggunakan alat pensil, crayon atau spidol. Namun,
dalam melukis yang lebih khusus, digunakan kuas yang kering dan tidak berminyak.
- Teknik campuran
Melukis dengan teknik campuran mengombinasikan dua teknik atau lebih untuk
menghasilkan suatu karya yang lebih elegan. Sebagai contoh, kamu dapat mengombinasikan
teknik kering dan teknik basah dengan cara memanfaatkan teknik kering terlebih dahulu,
kemudian melapisinya dengan teknik basah.
Hal ini membuat pengguna lebih kreatif dalam membuat lukisan baru.
4. Tujuan seni lukis
- Tujuan religius
Seorang pelukis mampu menjadikan lukisan atau hasil karyanya bernilai keagungan kepada
Tuhan YME, leluhur, nenek moyang, atau dewa.
- Tujuan magis
Ada sebuah lukisan yang di dalamnya bertujuan magis dan berisi mantra-mantra tertentu,
lukisan ini cukup primitif dan memberikan kesan misterius bagi siapa saja yang melihatnya.
- Tujuan simbolis
Seorang seniman yang memiliki tujuan simbolis, melakukan kegiatan melukis untuk
melambangkan suatu cita-cita kehidupan pribadi atau kelompok, misalnya cita-cita berupa
kebahagian, kedamaian, kekuatan, dan kehendak positif yang bermanfaat bagi manusia.
- Tujuan estetis
Seniman yang menampilkan tujuan estetis biasanya akan menampilkan pemandangan
keindahan suatu daerah.
- Tujuan komersil
Lukisan ini biasanya mengutamakan nilai ekonomi, contohnya lukisan jalanan yang
menggambar wajah seseorang.
- Tujuan ekspresi
Seniman meluapkan segala isi hatinya dalam sebuah karya di kanvas atau kertas yang
mewakili rasa bahagia atau sedih.
Berikut ada 5 tokoh seni rupa lukis :
1. Raden Saleh

Raden Saleh adalah seniman yang dikenal sebagai pelopor seni rupa modern Indonesia yang
karya-karyanya bernilai tinggi dan telah dikenal luas oleh masyarakat dunia. Karena
kemahirannya dalam melukis menggunakan teknik Barat (modern untuk masyarakat
Nusantara), Tokoh penting Seni rupa Indonesia ini juga disebut sebagai Sang Pembaru.
Biografi Raden Saleh
Raden Saleh lahir dengan nama lengkap Raden Saleh Sjarif Bestaman di tahun 1807, tanggal
lahir dan bulannya tidak diketahui. Lahir di Terboyo, dekat Semarang, Jawa Tengah dari
Rahim Mas Adjeng Zarip. Saat baru berusia sepuluh tahun, Raden Saleh diserahkan kepada
pamannya yang menjabat sebagai Bupati Semarang, ketika Indonesia masih dikolonialisasi
oleh Belanda (Hindia Belanda).
Raden Saleh sudah gemar menggambar dari sejak kecil. Bakatnya di bidang seni sudah mulai
menonjol saat Saleh kecil bersekolah di sekolah rakyat (Volks-School). Tak jarang di kala
gurunya sedang mengajar, ia malah asyik menggambar. Meskipun begitu, sang guru tak
pernah marah, karena kagum melihat hasil karya muridnya.
Belajar kepada Pelukis asal Belgia A.A.J. Payen
Selain memiliki kepekaan terhadap seni yang tinggi, Saleh juga dikenal sebagai sosok yang
ramah, sopan dan mudah bergaul. Karena sifatnya yang hangat dan supel itulah, Saleh tidak
menemui kesulitan saat harus menyesuaikan diri dalam lingkungan orang Belanda. Karena
sifatnya itu pula ia mendapatkan kesempatan dari Prof. Caspar Reinwardt untuk menjadi
calon pegawai di Lembaga Pusat Penelitian Pengetahuan dan Kesenian di Bogor.
Di lembaga tersebut Saleh bertemu dengan seorang pelukis keturunan Belgia bernama A.A.J.
Payen yang didatangkan dari Belanda untuk membuat lukisan pemandangan di Pulau Jawa,
untuk hiasan kantor Departemen van Kolonieen Belanda. Payen tertarik pada bakat Raden
Saleh dan berinisiatif memberikan bimbingan kepadanya.
Sebetulnya, Payen tidak terlalu menonjol di kalangan seniman lukis Belanda, namun peran
mantan mahaguru Akademi Senirupa di Doornik, Belanda, ini nyatanya sangat membantu
Raden Saleh untuk mendalami teknik seni lukis Barat. Ia mengajarkan berbagai teknik lukis
Barat, misalnya teknik melukis dengan cat minyak. Payen juga mengajak Saleh muda dalam
perjalanan dinas keliling Jawa untuk mencari model dan pemandangan untuk dilukis.
Karena kemampuan Raden Saleh yang dinilai Payen semakin matang, Ia kemudian
mengusulkan agar anak didiknya itu mendapatkan pendidikan yang lebih baik di Belanda.
Usulan itu kemudian mendapatkan dukungan yang positif dari G.A.G.Ph. van der Capellen,
setelah Gubernur Jenderal Hindia Belanda (1819 – 1826) itu melihat karya Raden Saleh.
Penghargaan Raden Saleh
Raden Saleh banyak dikagumi di negara-negara Eropa. Berbagai penghargaan diberikan pada
Raden Saleh. Di antaranya, bintang Ridder der Orde van de Eikenkoon (R.E.K.),
Commandeur met de ster der Frans Joseph Orde (C.F.J.), Ridder der Kroonorde van Pruisen
(R.K.P.), Ridder van de Witte Valk (R.W.V.), dan masih banyak lagi. Pemerintah Indonesia
juga memberikan penghargaan pada tahun 1969 lewat Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Yaitu Piagam Anugerah Seni sebagai Perintis Seni Lukis di Indonesia.
Contoh Lukisan Raden Saleh

mengunakan lukisan aliran


naturalisme realisme dan klasik

Lukisan yang juga disebut sebagai "Wild Bull Hunt" atau "La Chasse au Taureau Sauvage"
ini merupakan salah satu karya Raden Saleh yang sangat terkenal. Karya ini terjual pada
suatu kegiatan lelang di Vannes, Prancis, pada 27 Januari 2018. Dilansir dari Indonesia
Expat, lukisan ini dihargai sekitar 7.2 miliar Euro atau sekitar 8.8 miliar dolar USD.

Seperti karya Raden Saleh pada umumnya, lukisan berdimensi 110 x 180 sentimeter ini
memiliki tema perburuan yang memperlihatkan konflik antara manusia dan hewan yang
liar dan dramatis. Lukisan ini dinilai unik karena melibatkan self-potrait di mana Saleh
melukiskan dirinya sendiri di atas kuda cokelat yang gagah.
Lukisan dengan media oil painting ini merupakan pesanan dari seorang pedagang gula dan
kopi di abad ke-19 bernama Jules Stanislas Sigisbert Cezart. Karya ini kemudian dijual
dan diwariskan ke beberapa generasi, hingga kemudian ditemukan kembali di rumah
seorang warga Prancis pada Agustus 2017. Lukisan ini terakhir dimiliki oleh kolektor seni
anonim dari Indonesia yang menawarkan harga tertinggi pada kegiatan lelang di Vannes,
Prancis.

Dikabarkan, terdapat beberapa karya Raden Saleh yang hilang dalam kebakaran di sebuah
pameran seni kolonial di Paris pada tahun 1931. Lainnya, ada sekitar 30 karya Saleh yang
dikenal di Indonesia, termasuk enam di antaranya dalam koleksi kepresidenan di Istana
Merdeka.

2. Affandi

Affandi adalah seorang maestro pelukis ekspresionis asal Indonesia yang dikenal melalui
teknik khas dengan cara menumpahkaan cat dari tube-nya langsung pada kanvas, kemudian
menyapukan, membentuk, serta melukiskannya langsung dengan jari jemarinya tanpa kuas.
Affandi menyebut dirinya sendiri sebagai “Pelukis Kerbau” yang tak peduli akan teori.
Namun dalam perjalanan karirnya ia tetap mampu memahami dan menggeluti bidang seni
rupa. Ia lebih senang mempelajari sesuatu dengan cara praktik dan langsung terjun ke
lapangan.

Biografi Affandi
Affandi lahir di Cirebon, Hindia Belanda pada tahun 1907, putra dari R. Koesoema yang
berprofesi sebagai mantri ukur di pabrik gula Ciledug. Maestro Affndi lahir pada saat
Indonesia masih di bawah kekuasaan Belanda, sehingga sulit bagi keturunan pribumi biasa
sepertinya untuk mendapatkan pendidikan yang tinggi. Affandi hanya menyelesaikan
pendidikannya hingga AMS (Algemene Middelbare School) atau kini setara dengan SMA.

Awal Karir
Affandi telah gemar menggambar dari semasa kecilnya. Affandi juga telah memperlihatkan
bakat seni-nya dari semenjak sekolah dasar. Namun ia baru benar-benar menggeluti dunia
seni lukis di sekitar 1940-an. Sulit bagi Affandi untuk memperoleh pekerjaan seni di
masanya, masa di mana Indonesia masih dikuasai oleh Belanda.
Awal karir Affandi diawali dengan menjadi seorang guru dan juru sobek karcis. Karena lebih
tertarik pada bidang seni lukis ia juga sempat menjadi penggambar reklame bioskop di salah
satu bioskop di Bandung. Namun pekerjaan tersebut tidak lama digelutinya.
Selain tidak mendapatkan pendidikan formal, Affandi juga bukan tipikal orang yang gemar
membaca. Ia lebih senang mempelajari berbagai hal dengan terjun langsung
mengpraktikannya. Hal ini dapat dilihat dengan aktifnya seniman yang satu ini dalam
berbagai kegiatan organisasi selama masa hidupnya.
Kelompok Lima Bandung
Pada tahun 1930 ia bergabung dengan kelompok Lima Bandung, yaitu kelompok lima orang
pelukis yang berada di Bandung. Sekumpulan orang yang semuanya memiliki andil besar
dalam perkembangan seni rupa Indonesia. Lima pelukis tersebut adalah: Barli Sasmitawinata,
Sudarso, Hendra Gunawan, Wahdi dan Affandi sebagai pimpinan kelompok tersebut. Dapat
dilihat meskipun Affandi adalah tipikal orang yang tidak suka belajar teori, ia adalah praktisi
yang handal dalam berorganisasi hingga dipercaya sebagai pimpinan kelompok.
Kelompok Lima Bandung memiliki pengaruh yang lumayan besar dalam perkembangan seni
rupa di Indonesia. Namun berbeda dengan kelompok serupa lainnya, Lima Bandung lebih
fokus terhadap kegiatan melukis dan belajar bersama antar pelukis. Tidak se-formal
kelompok lain seperti Persagi (Persatuan Ahli Gambar Indonesia). Kegiatan tersebut sangat
cocok untuk Affandi yang kurang menyukai pendidikan formal namun tetap dapat belajar dan
saling memberikan pengaruh satu sama lain antar seniman.

Penghargaan
Affandi kemudian Menerima gelar kehormatan Doctor Honoris Causa dari University of
Singapore pada tahun 1974. Tak berhenti disana saja pada tahun 1977, ia menerima hadiah
perdamaian International dari Yayasan Dag Hammerskoeld. Kemudian ia juga memperoleh
gelar Grand Maestro dari San Marzano Florence, Italia. Ia juga sekaligus diangkat menjadi
anggota Komite hak-hak asasi manusia dari Diplomatic Academy of Peace PAX MUNDI di
Castello ditempat yang sama. Sepulangnya dari Itali, ia mendapat undangan dari Raja Arab
Saudi untuk menunaikan ibadah haji bersama istrinya, Maryati.
Pada tahun 1978, ia menerima penghargaan piagam tanda kehormatan Bintang Jasa Utama
dari Presiden Indonesia yang menjabat pada orde tersebut, yaitu Presiden Soeharto.
Penghargaan tersebut diberikan atas jasa-jasanya yang besar terhadap negara dan bangsa
Indonesia secara umum, termasuk bidang seni. Tahun 1984 Affandi menggelar pameran
bersama di Houston, Texas, Amerika Serikat, berbarengan dengan pelukis besar Indonesia
lainnya: S. Sudjojono dan Basuki Abdullah.
Tahun 1986, Affandi diangkat menjadi Anggota Dewan Penyantun Institut Seni Indonesia
(ISI) Yogyakarta. Pada tahun 1987, ia mengadakan pameran tunggal pada ulang tahunnya
yang ke-80. Pameran tersebut sekaligus menjadi peresmian penggunaan gedung pameran seni
rupa milik Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang terletak di jalan Medan Merdeka
Timur, Gambir Jakarta, yang kini telah berganti nama menjadi Galeri Nasional.
Meskipun telah mendapatkan banyak penghargaan Affandi tetap memiliki pemikiran yang
sederhana dan bersikap low profile. Bahkan ketika kritikus Barat menyatakan bahwa lukisan
Affandi memberikan perspektif baru pada aliran ekspresionisme, ia malah balik bertanya
“Aliran apa itu?”. Ia juga sering menyebut dirinya sendiri sebagai “Seniman Kerbau” yang
secara implisit menyebut dirinya sendiri terlalu rendah untuk disebut sebagai seniman. Ia juga
sering mengatakan bahwa ia lebih pantas untuk disebut sebagai tukang gambar.
Contoh Lukisan Affandi

Menggunakan lukisan aliran ekspresionisme

Potret Diri & Topeng-topeng Kehidupan (1961)

Lukisan ini merupakan karya langka maesto Affandi yang memiliki nilai falsafah yang
dalam. Arti dari lukisan ini adalah manusia merupakan makhuk ciptaan Tuhan yang paling
sempurna diantara makhluk yang lain. Namun dengan kesempurnaan itu, manusia cenderung
banyak kelemahan dengan adanya hawa nafsu dan sering berbuat untuk mengingkari kodrat.
Hawa nafsu itu digoda oleh bisikan-bisikan yang pada lukisan ini digambarkan oleh topeng-
topeng yang berperan jahat pada cerita Jawa. Topeng tersebut bukan wajah asli manusia
melainkan perwujudan dari bisikan-bisikan jahat yang menutupi hati dari kebenaran.

3. Barli Sasmita Winata

Biografi Barli Sasmitawinata


Barli Sasmitawinata adalah salah satu seniman besar Indonesia yang lahir di Bandung 18
Maret 1921. Ia adalah seniman yang memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan
Seni Rupa Indonesia. Kontribusinya dalam dunia pendidikan seni rupa sangatlah besar, baik
pada lembaga nonformal, maupun lembaga formal.
Boleh dikatakan Barli juga menjadi “spesimen” penting seniman Indonesia. Mengapa?
Karena Ia melewati dua titik sambung periode dimana pergolakan sedang terjadi di
Indonesia. Seperti yang dikatakan oleh Jim Supangkat dalam buku Titik Sambung mengenai
Barli: “Tidak ada pelukis Indonesia lain yang seposisi dengan Barli Sasmitawinata. Pelukis
ini contoh amung dalam sebuah babak perkembangan seni lukis Indonesia. Ia satu-satunya
pelukis yang berada pada ’titik sambung’ dua gugus perkembangan seni lukis Indonesia,
yaitu seni lukis masa kolonial dan seni lukis modern Indonesia”.

Awal Karir Barli Sasmitawinata


Perjalanan karir berkesenian Barli dimulai dari sejak tahun 1930-an dengan menjadi ilustrator
di Balai Pustaka, Jakarta. Barli juga sempat menjadi ilustrator untuk media masa yang terbit
di Bandung. Keterampilan tersebut masih berlanjut sampai dia berkesempatan untuk sekolah
di luar negeri. Barli diangkat menjadi ilustrator majalah De Moderne Boekhandel di
Amsterdam, dan majalah Der Lichtenbogen di Recklinghausen, Jerman. Barli merupakan
salah satu contoh seniman yang mendapatkan pendidikan ideal dari usia muda hingga
berkesempatan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi di Perancis dan Belanda.
Pendidikan Barli
Barli mulai mendapatkan pelatihan seni atas dukungan dari kakak iparnya, yang memintanya
untuk belajar melukis di studio Jos Pluimentz, seorang pelukis asal Belgia yang tinggal di
Bandung. Disana ia belajar berbagai teknik-teknik melukis realis dan menjadi satu-satunya
murid pribumi yang belajar bersama Pluimentz.
Studio Jos Pluimentz
Barli mendapatkan pelatihan teknik gambar objektif, dalam artian untuk belajar bagaimana
cara seniman melihat berbagai objek dan subjek yang dilukisnya. Untuk kemudian
dipindahkan pada karya lukisnya seakurat mungkin. Seperti yang sering dikatakan oleh
mentornya, Pluimentz: cara melihat seniman harus berbeda dengan orang biasa. Saat itu juga
aliran yang menekankan pada kemiripan objek yang dilukis seperti Realisme dan Naturalisme
memang sedang hangat-hangatnya.
Selain belajar pada Pluimentz disana juga Barli Sasmitawinata berkesempatan untuk belajar
pada Luigi Nobili, seorang pelukis asal Italia. Disini juga ia bertemu dengan Affandi, yang
sedang menjadi model lukis untuk Nobili. Selain menjadi model Luigi untuk mendapatkan
uang tambahan, Affandi juga ikut belajar melukis. Pertemuan ini juga yang akhirnya akan
membawa Barli, Affandi dan rekan-rekannya yang lain membentuk Kelompok Lima
Bandung.
Kelompok Lima Bandung
Barli Sasmitawinata bersama Affandi, Hendra Gunawan, Soedarso, dan Wahdi Sumanta,
membentuk Kelompok Lima Bandung. Kelompok berkarya sambil belajar bersama yang
dipelopori oleh Affandi dan Wahdi. Konon kelompok ini dibentuk atas kekaguman dari Barli
dan tiga rekan lainnya di kelompok ini kepada Affandi. Kelompok ini adalah salah satu
kelompok yang memberikan pengaruh besar terhadap dunia Seni Rupa Indonesia. Tentunya
kelompok ini juga mencetak seniman-seniman besar pula. Berbeda dengan kelompok sejenis
dimasanya, kelompok ini terhitung lebih santai dan fokus terhadap kegiatan berkarya
bersama. Mereka berlima sangat akrab dan sudah seperti saudara.
Kontras dengan Affandi yang menyebut dirinya “seniman kerbau”, Barli justru dikenal
sebagai seorang akademisi yang sangat menjunjung pentingnya pendidikan seni rupa. Pada
tahun 1948 ia mendirikan studio Jiwa Mukti bersama rekannya: Karnedi dan Sartono.
Kemudian melanjutkan pendidikannya ke jenjang perguruan tinggi di Eropa.

Penari Kipas - Gambar Lukisan Barli Sasmitawinata


Menggunakan lukisan aliran realisme dan
naturalisme

Makna dari lukisan penari kipas ialah , mencerminkan ekspresi kelembutan, kesantunan,
kesetiaan,, kepatuhan, dan sikap hormat perempuan

4. Basuki Abdullah

Biografi Basuki Abdullah


Basoeki Abdullah lahir di Desa Sriwidari, Surakarta Jawa Tengah, 27 Januari 1915 dengan
Indonesia yang masih berstatus Hindia Belanda. Lahir dari pasangan R. Abdullah
Suryosubroto dan Raden Nganten Ngadisah. Kakek Basuki Abdullah adalah seorang figure
sejarah Kebangkitan Nasional Indonesia, yaitu dokter Wahidin Sudirohusodo. Ayahnya
adalah seorang pelukis juga, salah satu tokoh Mooi indie.
Sejak dari kecil (umur 4 tahun) Basuki Abdullah sudah mulai menyukai dunia seni. Ia mulai
suka menggambar figur-figur penting seperti Yesus Kristus, Mahatma Ghandi, dll. Dalam
usianya yang masih muda Basoeki Abdullah telah berhasil menggambar dengan tingkat
kemiripan dan teknis yang luar biasa.
Bakat melukisnya terwarisi dari ayahnya, Abdullah Suriosubroto, yang juga seorang pelukis
dan penari. Sedangkan kakeknya adalah seorang tokoh Pergerakan Kebangkitan Nasional
Indonesia pada awal tahun 1900-an yaitu Doktor Wahidin Sudirohusodo. Sejak masa umur 4
tahun Basuki Abdullah mulai gemar melukis beberapa tokoh terkenal diantaranya Mahatma
Gandhi, Rabindranath Tagore, Yesus Kristus dan Krishnamurti.
Pendidikan formal Basuki Abdullah diperoleh di HIS Katolik dan Mulo Katolik di Solo.
Berkat bantuan Pastur Koch SJ, Basuki Abdullah pada tahun 1933 memperoleh beasiswa
untuk belajar di Akademik Seni Rupa (Academie Voor Beeldende Kunsten) di Den Haag,
Belanda, dan menyelesaikan studinya dalam waktu 3 tahun dengan meraih penghargaan
Sertifikat Royal International of Art (RIA)
Pendidikan dasar hingga menengahnya ditempuh di HIS (Hollands Inlandsche Scool)
kemudian dilanjutkan ke MULO (Meer Ultgebried Lager Onderwijs). Pada tahun 1913
Basuki Abdullah mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikannya di Akademi Seni
Rupa (Academie Voor Beldeende Kunsten) di Den Haag, Belanda berkat bantuan dari Pastur
Koch SJ. Ia menyelesaikan studinya dalam waktu dua tahun lebih dua bulan dan meraih
penghargaan sertifikat Royal International of Art (RIA). Tak berhenti disana setelah itu ia
juga mengikuti semacam program studi banding di beberapa sekolah seni rupa di Paris dan
Roma.

Menggunakan lukisan aliran realisme

Keluarga Berencana Nama seniman : Basuki Abdullah Tahun : 1975 Aliran Lukisan :
Realisme Natural Ukuran : 200 x 90 cm Basuki Abdullah yang berjiwa romantis, melukis
kuda pun menjadi cantik. Kesan beauty tersirat dari perindahan bentuk dan pemilihan warna
yang cemerlang. Keindahan pada sebahagian besar lukisan Basuki Abdullah merupakan
keindahan yang estetis obyektif ringan yang terkadang hampa dari pendalaman ekspresi.
Judul lukisan Keluarga berencana, dengan teknik cat minyak di atas kanvas. Berukuran 200 x
90 cm dengan media oil canvas dan dibuat pada tahun 1975 dengan media water colour on
paper. Lukisan ini bermakna yaitu sosok keluarga berencana dari kuda yang cantik tersebut
yang sangat sedang bahagia. 3

5. Delsy Syamsumar
Biografi
Nama Delsy Syamsumar dikenal sebagai pelukis terkemuka di Indonesia yang telah
membuahkan beberapa karya-karya indah hingga dia menjadi satu-satunya pelukis asal
Indonesia yang diakui bakat dan keterampilannya dalam bidang seni lukis oleh Lembaga Seni
dan Sejarah Perancis melalui sebuah buku literatur seni dunia "France Art Journal 1974".
Dalam buku tersebut, dia diberi predikat " II'exellent dessinateur" dan "Litteratures
Contemporaines L' Azie du Sud Est" hingga diakui sebagai seniman dari Asia Tenggara
terbaik yang memiliki bakat tak hanya dalam seni lukis, melainkan juga sebagai designer,
ilustrator, komikus, dan lain sebagainya.
Kepiawaiannya dalam dunia seni ternyata juga bisa menyatu dengan dunia perfilman. Pada
saat diselenggarakannya Festival Film Asia di Tokyo tahun 1962, Delsy Syamsumar berhasil
menyabet penghargaan sebagai Art Director terbaik di Asia atas film yang berjudul "Holiday
in Bali" yang disutradarai oleh H. Usmar Ismail.

Delsy Syamsumar dilahirkan pada tanggal 7 Mei 1935 di Medan, Sumatera Utara, Indonesia.
Keahliannya sebagai seorang pelukis Neo-Klasik sudah didengar oleh orang banyak. Bakat
seni melukisnya mulai tampak ketika ia masih kecil berumur 5 tahun. Ketika telah
menduduki bangku persekolahan, Delsy Syamsumar berhasil memenangkan dan menjadi
juara beberapa sayembara di sekolah-sekolah Sumatera Barat. Bakatnya semakin terasah
ketika dia mendalami ilmu seni lukis dari Gurunya yang bernama Wakidi, seorang pelukis
handal di masa Orde Lama.

Pameran tunggal Delsy pernah diselenggarakan di Hotel Indonesia, Gedung Kesenian


Jakarta. Lukisan hasil karyanya bahkan pernah tercatat sebagai lukisan termahal yang terjual
dalam suatu pameran bersama para seniman lukis tersohor Indonesia lainnya (Afandi, Basuki
Abdullah, dll).

Delsy Syamsumar menghembuskan nafas terakhirnya di pangkuan istri pertamanya, Adila, di


Jakarta pada tanggal 21 Juni 2001. Dengan demikian, 5 orang istri yang ia nikahi dan 9 orang
anak yang dikaruniakan untuknya telah ia tinggalkan.

Riset dan analisa oleh: Giri Lingga Herta Pratama

Pendidikan
 SMA Negeri
 Sekolah Seni Rupa (NASRI)
 Training Animasi Film Kartun Compugrafic ARVISCO (1992 - 1994)

Karir

 Pelukis Neo-Klasik
 Komikus dan Pelukis Komik di Jakarta (1954)
 Art Director (1960
 Illustrator tetap sekaligus wartawan di majalah “CARAKA” Ditpom. (1966-
1970)
 Wakil Ketua kelompok seluruh Art Director Film dan Televisi Indonesia
(KFT) (1978-1982)
 Production Designer (1995)

Penghargaan

 Meraih penghargaan kritisi melukis credit title film PERFINI “Pejuang”


berbentuk sketsa (1961)
 Sebagai Art Director : Menerima penghargaan dekor tata warna terbaik dalam
Festival Film Asia di Tokyo (1962)
 Predikat "Litteratures Contemporaines L' Azie du Sud Est" oleh Perancis

Menggunakan lukisan aliran


Romantisisme

Yang menarik dari komik antik Si Semut ini adalah pelukisnya Delsy Syamsyumar. Selama
ini kita hanya lihat ilustrasi Oom Delsy di majalah-majalah jadul tahun 70 an yang terkesan
sexy dan mengumbar tubuh sintal seorang perempuan. Modelnya kalau tidak salah bernama
Donna Sita atau Doris Callebaute, pokoknya hot.

Kita juga mengengenal Delsy Syamsumar sebagai pelukis dari Sumatra teman pengarang
novel hot Motinggo Boesye.

Siapa sangka Oom Delsy juga bisa membuat komik pendidikan untuk anak sekolah seperti Si
Semut ini…. tentu saja dengan ilustrasi yang bagus.

A. Kesimpulan
Seni Lukis adalah sebuah cabang dari seni visual yang mengutamakan kerja manual.
Kerja manual yang dimaksudkan adalah sebuah proses kerja fisik dan hubungan langsung
antara perupa/pelukis dengan karya yang dihasilkan. Proses pengerjaan secara manual
tersebut dimaksudkan untuk mendapatkan hasil yang eksklusif/satu-satunya. Selain daripada
hasil eksklusif yang diharapkan adalah bagaimana kemudian latar belakang dan pemilihan
teknik pengerjaaan karya lukisan dapat menjadi sebuah pertimbangan dalam rangka kegiatan
mengkoleksi karya. Namun upaya plagiatisme/meniru/memalsu sebuah lukisan telah cukup
menjadi isu dan perilaku kejahatan yang mengganggu keberlangsungan kerja kreatif tersebut.
Telah banyak pekerja kreatif khususnya pelukis yang telah mengalami bagaimana
karya-karya dipalsukan hingga mrngalami kerugian secara finansial maupun moral. Bahkan
hingga hari ini upaya pemalsuan masih menghantui dunia seni lukis. Memalsu sebuah karya
untuk mendapatkan keuntungan adalah sebuah 39 40 tindakan yang sangat bertentangan
dengan nilai-nilai apresiasi terhadap karya lukisan.
Bertitik tolak dari uraian di atas, maka yang menjadi kesimpulan penelitian ini, Hak
Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip
deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi
pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan nomor 28 Tahun 2014.
Pemalsuan lukisan telah melanggar stelsel deklaratif yang berarti pemegang hak cipta
mendapatkan perlindungan hukum otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa perlu
proses pendaftaran. Pengaturan secara sistematis mengenai pengakuan, penghargaan dan
perlindungan terhadap hak cipta belum lama dilakukan. Meskipun memiliki akar budaya
yang terpelihara serta pengaturan yang terstruktur dalam tatanan hukum dan penerapannya
dalam kehidupan bermasyarakat, tampaknya masih perlu terus diupayakan untuk ditingkatkan
dan dikembangkan secara lebih intensif terhadap perlindungan hak cipta, khususnya pada
seni lukis. Berangkat dari kenyataan dimana masih minimnya upaya serius dari pihak-pihak
yang terkait untuk melakukan penindakan terhadap pemalsuan lukisan, maka adalah menjadi
tanggung jawab seorang perupa untuk menjaga karyanya dari pemalsuan. Upaya yang dapat
dilakukan untuk menjaga sebuah karya dari pemalsuan dengan 41 mendokumentasikan karya,
menggunakan meterial-material tertentu yang dapat menjadi identitas karya, membuat sebuah
sertifikat dalam proses jual beli lukisan, dan yang terakhir melakukan pameran. Pameran
selain dari pada dimaksudkan untuk menjaga eksistensi seorang didunia seni lukis, namun
juga dapat dimaksudkan sebagai upaya untuk mempresentasikan karya ke publik dengan
maksud turut serta menjaga karya dari pemalsuan.
B. Saran
1. Disarankan kepada seniman lukis dalam melindungi karya selain mendaftarkan ke
Hak Cipta, seniman dapat melindungi dengan caranya sendiri dengan cara mempunyai
dokumentasi dalam pembuatan sebuah karya seperti dilakukannya pameran ataupun
dokumentasi media yang menunjukkan proses pembuatan sebuah karya lukis.
2. Disarankan kepada pemerintah untuk memberikan perlindungan terhadap hak cipta,
perlindungan tersebut ditujukan untuk menciptakan iklim yang mampu mendorong bagi para
pencipta untuk lebih kreatif menciptakan karya yang lebih beragam, semakin banyak dan
semakin berkualitas.

Anda mungkin juga menyukai