Anda di halaman 1dari 18

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/359158869

Tokoh Filosof Yunani Kuno Serta Pemikirannya Mengenai Asal Mula


Penciptaan Alam

Method · March 2022

CITATION READS

1 27,838

3 authors, including:

Fakhri Putra Tanoto


UIN Sunan Gunung Djati Bandung
28 PUBLICATIONS 4 CITATIONS

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Tahfizh Dulido Mobile View project

Quran Live Chat View project

All content following this page was uploaded by Fakhri Putra Tanoto on 11 March 2022.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


TOKOH FILOSOF YUNANI KUNO SERTA PEMIKIRANNYA MENGENAI
ASAL MULA PENCIPTAAN ALAM

Adha Santri Madani,1 Fakhri Putra Tanoto,2 Nisa Halwati,3


1
Jurusan Manajemen Pendidikan Islam – Institut PTIQ Jakarta
(almadaniadha@gmail.com)
2
Jurusan Manajemen Pendidikan Islam – Institut PTIQ Jakarta
(fakhriputra12@gmail.com)
3
Jurusan Manajemen Pendidikan Islam – Institut PTIQ Jakarta
(nisahalwati2@gmail.com)

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan membahas secara mendasar mengenai tokoh-tokoh filosof
Yunani kuno dan asal mula penciptaan alam. Metode penelitian ini bersifat kualitatif
dengan menggunakan metode deskriptif melalui analisis teori serta studi
kepustakaan. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat tokoh Yunani
Kuno dengan berbagai macam pemikirannya seperti Plato, Aristoteles, Socrates,
Thales dan yang lainnya. Penelitian ini memiliki signifikasi untuk pengembangan
diskursus ilmu filsafat. Kesimpulan pada penelitian ini bahwa asal usul dunia yang
berlaku sudah ada dengan kumpulan masa dari elemen tidak berbentuk yang disebut
Chaos.

ABSTRACT
This study aims to discuss fundamentally about the figures of ancient Greek philosophers and
the origin of the creation of nature. This research method is qualitative by using descriptive
method through theoretical analysis and literature study. The results of this study conclude
that there are ancient Greek figures with various kinds of thoughts such as Plato, Aristotle,
Socrates, Thales and others. This research has significance for the development of philosophical
science discourse. The conclusion in this study is that the origin of the prevailing world already
exists with a mass collection of formless elements called Chaos.

Keyword: Tokoh, Filsafat, Yunani

1
1. PENDAHULUAN
Yunani berada di letak geografis Laut Tengah tepatnya ujung Tenggara Benua
Eropa. Yunan Memiliki iklim yang panas dan sebagian besar daerah tanahnya
berkondisi kering. Dengan demikian sudah dipastikan turunnya hujan sangat jarang
sekali di negeri Yunani. Pada mulanya, Yunani merupakan bangsa campuran yang
berasal dari bangsa dari Laut Kaspia, Laut Aegea, dan Laut Lonia dengan penduduk
asli di sana dan pada akhirnya membentuk wilayah.
Bersamaan dnegan peradaban lainnya seperti Persia, Yunani tumbuh dan
berkembang menjadi suatu pusat peradaban tertua di Eropa. Yunani menjelma
menjadi suatu wilayah yang sangat kuat dan sangat disegani oleh musuh-musuhnya
terutama daerah Athena dan Sparta. Sebelumnya pada periode klasik sekitar abad ke-
5 SM Yunani di dominasi oleh Athena yang selanjutnya digantikan oleh Sparta pada
awal abad ke-4 SM.
Lahirnya pemikiran intelektual dari bangsa Yunani disebabkan oleh faktor
berikut ini:1
1. Faktor Geografis, yaitu alam Yunani berupa gunung-gunung yang tidak subur
dan tandus. Dari hal tersebut masyarakat Yunani merasa tertantang dan
memutar otak untuk lebih bisa kreatif dalam menjalani hidup.
2. Orang-orang Yunani banyak membangun diplomasi dengan bangsa-bangsa
lain, seperti Babilonia, Mesir, dan yang lainnya, sehingga dari hasil diplomasi
tersebut terjadilah suatu tukar-menukar pengetahuan.
3. Masyarakat Yunani memiliki hak otonom kemerdekaan dan kemakmuran
dibidang ekonomi. Sehingga mereka bisa lebih berkreasi untuk
mengembangkan perekonomian keluarga mereka.
4. Bangsa Yunani sangat menghargai logika atau akal dan cara berfikir yang
rasional setiap manusia.
5. Bangsa Yunani selalu terlibat aktif dalam urusan ekonomi, politik, dan sosial.
Hal itulah yang membuat mereka pintar dalam berusaha untuk mencari
pemecahan dalam setiap masalah yang muncul.

Melalui penjelasan di atas, kami ingin membahas mengenai tokoh-tokoh


filosofi Yunani yang telah memberikan dampak pada peradaban yang sangat besar
terutama pada bidang ilmu pengetahuan serta membahasa mengenai asal mula
penciptaan alam semesta menurut filosof Yunani.

1
R. Aizid, Sejarah Terlengkap Peradaban Dunia (Depok: PT Huta Parhapuran, 2018).

2
2. METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif-deskriptif.2 Penelitian kualitatif
dikatakan sebagai rangkaian penelitian yang mampu menghasilkan data berupa
deskriptif kata-kata baik tertulis atau lisan dari objek atau perilaku manusia yang
dapat diamati.3 Penelitian ini juga menggunakan analisis teori dan studi kepustakaan.
Analisis teori adalah salsah satu teknik dalam penelitian yangg menjadiikan teori
sebagai acuan dari kebenaran, fakta, dan keadaan objek yang diteliti. Analisis teori
digunakan sebagai alat pembacaan realitas yang kemudian dikonstruksikan menjadi
deskripsi yang argumentatif.4 Studi kepustakaan dipakai untuk memperkaya literatur
penelitian, agar kemudia dapat ditarik sebuah kesimpulan.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Tokoh Filosof Yunani Kuno Beserta Pemikirannya
Tokoh filosof Yunani kuno yang memberikan dampak peradaban pada dunia
banyak ditemui di beberapa sumber. Tetapi dalam pembahasan kali ini, ada 6 tokoh
populer dengan pemikirannya, yaitu:
1. Socrates (469-399 SM)
2. Plato (427-347 SM)
3. Aristoteles (384-322 SM)
4. Thales (624-546 SM)
5. Anaximander/Anaximandros (610-546 SM)
6. Anaximenes (545-528 SM)

3.1.1 Socrates (469-399 SM)


Socrates terlahir pada sekitar tahun 470 SM. Ayahnya, Sophroniskos
merupakan seorang pematung, sedangkan ibunya, Phaenarete berprofesi sebagai
dukun beranak. Sokrates menikah dengan Xanthippe, melalui pernikahannya,
Socrates dikaruniai tiga orang putera, Lamprokles, Sophorniskos, dan Menexos.5
Formasi pendidikan filsafat Socrates didapatkan dari Anaxagoras, yang mana
merupakan salah satu filsuf Yunani awal yang ternama. Socrates merupakan orang
yang sangat terpelajar dan intelektual yang tinggi sehingga ia dikenal berkat ilmu
pengetahuan dan kebijaksanaan yang sangat tinggi.

2 Wahyudin Darmalaksana, “Metode Penelitian Kualitatif Studi Pustaka Dan Studi Lapangan,” Pre-
Print Digital Library UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 2020, 1–6,
http://digilib.uinsgd.ac.id/32855/1/Metode Penelitian Kualitatif.pdf.
3 L. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), 8.

4 Hamad, “Lebih Dekat Dengan Analisis Wacana,” Jurnal Komunikasi, 2007, 325–44.
5
Sandy H, Pijar Filsafat Yunani Klasik (Bandung: Perkumpulan Studi Ilmu Kemasyarakatan ITB, 2016), hal. 45.

3
Metode yang dikembangkan Socrates ialah metode dialektika, metode ini tidak
disukai oleh kebanyakaan warga Athena, hingga akhirnya Socrates berikhtiar untuk
mengembangkan metode dialektikanya dalam rangka mendidik kaum muda idealis
Athena sebagai muridnya. Murid dari Socrates seperti Aristhopanes, Platon,
Xenophon, dan Aristoteles. Dan murid setianya yang banyak menerangkan Sokrates
di dalam tulisannya yang berupa dialog-dialog ialah Plato pemuda aristokrat tinggi
yang menjadi murid setianya, yang kelak dikemudian hari mengembangkan lebih
jauh filsafat Socrates. Pengaruhnya dikalangan kaum muda idealis Athena segera
mendatangkan murka bagi para petinggi politik di sana.
Pada tahun 399 SM, Socrates diajukan ke pengadilan dan dihukum mati
dengan cara dipaksa untuk meminum racun karena dianggap bertindak subversif
dengan tuduhan proliferasi paham atheisme, dan dianggap menginsinuasi kaum
muda Athena dengan pengaruh buruk (diajarkan untuk mempertanyakan
segalanya).
Tema pokok metode filsafat Socrates selalu berhubungan dengan etika.
Socrates berkeyakinan, ketika seseorang berpengetahuan tentang ‘kebaikan’, maka
dengan sendirinya ia akan berbuat baik. Begitu juga dengan tema tema moralitas
lainnya, ketika seseorang mengetahui maksud dari keberanian dan keadilan maka
secara otomatis ia akan berkelakuan seperti itu. Socrates berkeyakinan bahwa hidup
berkeutamaan merupakan tujuan utama setiap manusia. Ia berpikir bahwa tidaklah
memungkinkan seorang yang hidupnya bahagia, memiliki moralitas yang buruk.

Socrates mengemukakan pendapatnya bahwa pengetahuan dan kehidupan


adalah satu dan tidak dapat dipisahkan antara satu dengan lainnya. Untuk itu,
pengujian diri sendiri merupakan dasar dari penelitian dan pembahasannya. Bagi
Socrates pengetahuan yang sangat berharga adalah pengetahuan tentang diri sendiri.
Semboyan yang paling disukainya adalah tulisan yang tertera di Kuil Delphi yaitu
“Kenalilah dirimu sendiri”.

3.1.2 Plato (427-347 SM)


Plato terlahir dari keluarga aristokrat tinggi Athena pada tahun 427 SM.
Ayahnya, Ariston, merupakan keturunan Kodros, raja Athena legendaris terakhir,
sementara ibunya Periktione, adalah saudara perempuan dari Kharmides, dan juga
sepupu dari Kritias, yang mana keduanya merupakan tokoh terkemuka dalam sistem
oligarki Athena pada tahun 404 – 403 SM. Plato mempunyai dua orang saudara laki –
laki, Glaukon dan Adeimantos, yang mana muncul dalam mahakaryanya, Politeia
(The Republic). Berdasarkan ilustrasi historis tersebut, wajarlah jika kita berpretensi
untuk menduga, bahwa Plato muda dipersiapkan untuk hidup sebagai politisi.
Pada usia sekitar 20 tahun, Plato berguru kepada Socrates, yang kerap disebut
sebagai “Bapak Filsafat Barat”. Pengaruh pemikiran, dan hidup Socrates dalam karya

4
– karya filsafat Plato tidak dapat dipandang remeh. Plato kerap kali memakai figur
Socrates sebagai tokoh sentral dalam seluruh dialog – dialog filosofisnya, dan sedapat
mungkin memakai metode dialektik Socrates pada karya – karya awalnya.
Ajaran Filsafat Plato berkonsep Idea dan buku yang pernah ditulisnya berjudul
Republica. Dalam buku tersebut dijelaskan tentang derajat wanita yang harus
diangkat dan kebahagiaan hidup yang dapat dicapai bila manusia bekerja dengan
wataknya. Selain itu juga plato mendirikan pusat pendidikan yang diberi nama
Academus/ Akademi di kawasan hutan kecil Akademe.6
Ajaran Plato tentang Tuhan yakni bahwasanya Tuhan bagi seorang Plato
dipahami sebagai jiwa alam semesta artinya adalah ajaran Tuhan sebagai sumber
utama dari semua gerakan yang terjadi dalam alam semesta beserta isinya selain
Tuhan. Bulan, matahari dan bintang-bintang, mengatur gerakan semua benda langit
dalam orbitnya masing-masing.7
Plato berpendapat bahwa manusia berada di dalam dua dunia, yaitu dunia
pengalaman yang bersifat tidak tetap, bermacam-macam dan berubah. Sedangkan
yang kedua adalah dunia Idea yang merupakan dunia sesungguhnya, yaitu dunia
realitas. Selama 40 tahun Plato menghabiskan usianya untuk mengajar di Akademi
hingga ia wafat di usia 81 tahun. Selain tentang Idea dan ketuhanan Plato juga
berpendapat bahwa ada tiga level hakikat manusia, aktifitas nafsu, pengindraan,
kehendak, intelegensi atau akal.8
Kebanyakan karya filsafat Plato ditulis dalam bentuk dialog. Berikut ini
karakteristik utama dialog Plato secara singkat:
1. Seluruh diskursus filosofis Plato dalam dialog dialognya selalu menampilkan
percakapan antara dua, atau lebih partisipan
2. Umumnya tema dialog tersebut berkisar pada tema – tema kemanusiaan yang
spesifik, sebagai contoh, keadilan, persahabatan, dan keshalehan.
3. Seluruhnya dituliskan dalam bentuk percakapan sehari – hari, yang mana
seringkali ditemukan perihal yang dianggap ngelantur secara filsafat, dan tanpa
konklusi eksplisit.
Dialog – dialog Plato dikenal bukan hanya sebagai mahakarya secara filsafat, lebih
dari itu, dialog – dialog tersebut juga dikenal sebagai karya sastra adiluhung. Plato
dengan teliti mengatur latar dari setiap dialog, dan membangun kepribadian dari
setiap karakter dalam dialognya. Yang menarik dari dialog – dialog ini adalah betapa
Plato mampu membangun suasana dramatik pada topik – topik dialog yang
umumnya berat untuk kaum awam.

6
W. Djaja, Sejarah Eropa Dari Eropa Kuno Hiingga Eropa Modern Ombak (Yogyakarta: PT Huta Parhapuran,
2012), hal. 16.
7
I. Weisman, “Filsafat Ketuhanan Menurut Plato,” Jurnal Jaffaray 3, no. 1 (2015): 11–18.
8
A. Roswantoro, “Filsafat Sosial Politik Plato Dan Aristoteles,” Jurnal FIlsafat Dan Pemikiran Islam 15, no. 2
(2015): 123–38.

5
3.1.3 Aristoteles (384-322 SM)
Aristoteles terlahir pada tahun 385 SM di Stagira, sebelah timur Makedonia.
Karena kota kelahirannya, Aristoteles sering disebut sebagai ‘Stagrit’. Meskipun
Stagira dekat dengan Makedonia, secara politik Stagira merupakan koloni dari
Yunani. Keluarga Aristoteles cukup terpelajar, ayahnya Nikomaxia adalah seorang
tabib dari keluarga Asklepiades, yang dianggap masih keturunan dewa
penyembuhan, Askleipos. Nikomaxia merupakan tabib Istana Makedonia. Menurut
informasi yang bersumber dari Souda (ensklopedia Byzantium dari abad 10 M),
Nikomaxia bukan sekedar tabib biasa, melainkan juga seorang ilmuwan yang
mempublikasikan dua buah buku, yang bertopik tentang farmakologi, dan fisika.
Pada tahun 365 SM, ketika Aristoteles berusia 17 tahun, ia berangkat ke Athena
untuk menimba pengetahuan. Waktu itu di Athena terdapat dua sekolah yang cukup
terkemuka, Akademia yang didirikan Platon, serta sekolah kaum orator yang
didirikan oleh Isokrates. Aristoteles memutuskan untuk belajar di Akademia yang
didirikan Platon, Selama 20 tahun Aristoteles belajar di Akademia.
Aristoteles merupakan murid dari Plato, ia ahli dalam bidang ilmu biologi dan
ilmu ketatanegaraan. Hasil karyanya yang terkenal adalah Klasifikasi Flora dan Fauna
yang dilakukan dikepulauan Aegea Yunani. Ada lagi dibidang ketatanegaraan,
Aristoteles mengemukakan bahwa sistem pemerintahan yang baik yaitu
pengutamakan kebahagiaan rakyatnya, bukan malah sebaliknya rakyat menderita
karena penguasa yang serakah. Aristoteles juga berjasa atas pendidikan di Yunani
karena ia merupakan pendiri dari pusat pendidikan yang bernama Paripatetis. Salah
seorang muridnya adalah Alexander Agung, yang merupakan Raja Makedonia.
Menjelang akhir hidupnya, kondisi politik Athena sedang panas – panasnya
oleh penentangan akan Makedonia. Partai nasionalis di bawah kepemimpinan
Demosthenes ketika itu menuduh Aristoteles sebagai antek penjajah, dengan
didasarkan pada eulogi Aristoteles kepada karibnya, Hermias yang ditulis duapuluh
tahun silam. Melihat gelagat yang tidak mengenakan ini, Aristoteles akhirnya
meninggalkan Athena, dan memberikan tanggung jawab Lykeios kepada
Theoprastes. Aristoteles sempat berujar, bahwa ia tidak ingin melihat warga Athena
melawan filsafat untuk kedua kalinya (dengan referensi pada peristiwa hukuman
mati Sokrates). Aristoteles kemudian menghabiskan sisa umurnya di Chalchis,
tinggal di tanah warisan ibunya, dan meninggal di sana pada tahun 322 SM.
Aristoteles menjadi saksi hidup dari puncak kejayaan demokrasi Athena, dan
meredupnya demokrasi di sana seiring semakin kuatnya pengaruh kekuasaan
Makedonia.
Kekhasan dari Aristoteles adalah kecintaannya yang begitu mendalam pada
ilmu pengetahuan, seperti yang dituliskannya dalam bagian pembuka Metafisika,
“Semua manusia secara alamiah menghasrati pengetahuan”. Selain itu, Aristoteles
juga menjunjung tinggi penyelidikan rasional, dimana aktivitas ini menurutnya

6
dengan sendirinya akan mendatangkan kebahagiaan. Seperi katanya yang dikutip
Lamblixos dalam Proteptique, “Penemuan kebijaksanaan selalu menyenangkan.
Semua manusia bahagia saat berfilsafat, dan ingin menghabiskan waktunya untuk hal
itu saja, serta menyingkirkan aktivitas lainnya”.
Kita dapat menemukan karya Aristoteles yang berjumlah delapan pokok
bahasan, yakni filsafat alam, psikologi, logika, biologi, dan matematika yang oleh
Aristoteles ilmu-ilmu tersebut dinamakan theologia-etika, ekonomi dan politik, putika
dan serta retorika.
Beberapa unsur pokok pemikiran Aristoteles tentang kebahagiaan, sebagai
berikut:
1. Kebahagiaan merupakan tujuan akhir, dan tujuan keberadaan manusia.
2. Kebahagiaan tidaklah sama dengan kesenangan, pun juga bukanlah keutamaan.
Kebahagiaan merupakan latihan keutamaan.
3. Kebahagiaan tidak dapat dicapai hingga berakhirnya kehidupan seseorang.
Karena kebahagiaan merupakan tujuan, bukan kondisi sementara.
4. Kebahagiaan adalah penyempurnaan kodrat manusia. Karena manusia
merupakan animal rationale, maka kebahagiaan manusia bergantung pada
latihan rasionya.
5. Kebahagiaan tercermin dalam karakteristik moral seseorang, dimana ditunjukkan
melaui tindakan berkeutamaan, seperti keberanian, kemurahatian, keadilan,
persahabatan, dll dalam kehidupan seseorang. Keutamaan memerlukan
keseimbangan antara yang berlebih, dan kekurangan.
Kebahagiaan menuntut adanya kontemplasi intelektual, yang mana merupakan
pokok dari potensi rasional manusia.

3.1.4 Thales (624-546 SM)


Thales (624-546 SM) merupakan ahli matematika dan astronomi. Thales
dengan ilmu penghitungannya tentang terjadinya gerhana, dengan menghitung
ketinggian piramida dengan menghitung bayangannya. Selain itu juga Thales
berpendapat bahwa bumi itu berasal dari air.9
Selain ahli matematika dan astonomi, Thales juga seorang politikus, ahli
geometri, dan filsafat. Sebagai “Bapak Filsafat/ The Father of Philosophy” Thales
merupakan ahli filsuf atau ilmuan yang menciptakan sejarah filsafat Barat pada abad
ke-6 SM. Sebelum Thales cara berfikir orang Yunani sangat mengutamakan berfikir
mitologis atau legenda dalam setiap berbeda dengan Thales, ia merupkan ahi filsafat

9
W. Djaja, Sejarah Eropa Dari Eropa Kuno Hiingga Eropa Modern Ombak (Yogyakarta: PT Huta Parhapuran,
2012), hal. 14.

7
pertama di Eropa yang mencoba menjelaskan bahwa dunia dan gejala isinya tidak
bersandar pada mitos, melainkan pada rasio dan logika manusia.
Selain itu, dalam bidang matematika Thales merupakan pelopor pertama
geometri abstrak yang di dasarkan pada cara mengukur banjir. Implementasinya
dilakukan dengan cara membuktikan ilmu-ilmu geometri, salah satunya yaitu
menyatakan bahwa kedua sudut alas dari satu segitiga sama kaki adalah sama
besarnya. Jasanya yang lain dan ini merupakan jasa yang besar adalah
memperkirakan gerhana matahari pada tahun 585 SM.
Dan juga Thales mengembangkan ilmu matematika dan astronomi dengan
menjelaskan pendapatnya bahwa bulan bersinar karena memantulkan cahaya
matahari, menghitung terjadinya gerhana matahari, bahwa kedua sudut alas dari
suatu segi tiga sama kaki sama besarnya. Dengan penjelasan di atas dapat
disimpulkan bahwa Thales ialah seorang ahli matematika pertama dan sebagai The
Father of Deducative Reasoning (bapak penalaran dedukatif).

3.1.5 Anaximander/Anaximandros (610-546 SM)


Anaximander/ Anaximandros (610-546 SM), murid Thales dan ia seorang ahli
filsuf dari madzhab Miletos. Anaximandros adalah ilmuan pertama yang tidak
menggunakan tulisan berhuruf prosa. Ia juga merupakan filsuf yang berjasa dalam
bidang astronomi dan geografi. Selain itu juga Anaximandros adalah orang pertama
yang menciptakan suatu traktat dalam kesusastraan Yunani. Jadi ia merupakan orang
pertama yang menciptakan peta bumi. Anaximandros berpendapat mengenai arche
(asas alam semesta) ia menjelaskan bahwa hal itu merupakan sesuatu yang tidak
dapat diamati indra, yaitu apeiron (to apeiron = yang tak terbatas) tetapi tidak
menunjuk pada salah satu unsur yang dapat di amati oleh indra.
Akan tetapi, sebagai suatu unsur yang tak terbatas, abad sifatnya, ada pada
segala-galanya, tidak berubah-ubah, sesuatu yang paling dalam. Alasannya apabila
ia menunjuk pada salah satu unsur arche, maka hal tersebut akan memiliki karakter
yang dapat bergerak sesuai dengan sifatnya, sehingga tidak akan ada tempat bagi
unsur yang berlawanan. Pendapat yang lain ia menyatakan bahwa bumi di ibaratkan
seperti silinder yang ukurannya lebih kecil dari matahari. Dan juga pendapatnya yang lain
bahwa segala sesuatu yang ada di bumi ini berasal dari satu bahan tunggal tetapi bukan air.10

3.1.6 Anaximenes (545-528 SM)


Anaximenes (545-528 SM), merupakan seorang filsuf yang dari polis Miletos,
sama dengan Thales dan Anaximandros. Anaximenes usianya lebih muda dari

10
Aizid, Sejarah Terlengkap Peradaban Dunia, hal. 445.

8
Anaximandros, ia hidup sezaman dengan kedua filsuf tersebut, ia sering mempelajari
tentang filsafat alam, yaitu sesuatu yang menjadi prinsip dasar (arche) segala sesuatu.
Anaximenes juga mengemukakan pendapatnya bahwa bahan alam terbentuk dari
udara.
Hal ini juga dikemukakan oleh Nawawi bahwa jiwa merupakan udara yang
bisa berfungsi dengan nafas. Udara menghasilkan semua benda yang ada di alam
semesta dikarenakan suatu proses "pemadatan dan pengenceran". Apabila udara
bertambah kepadatannya maka muncullah berturut-turut angin, air tanah dan
akhirnya batu. Akan tetapi apabila udara menjadi lebih encer, yang muncul adalah
api.11

3.2 Asal Mula Penciptaan Alam Menurut Kepercayaan Yunani Kuno


Yunani kuno memiliki beberapa teori yang berbeda mengenai ala-usul dunia,
tetapi gagasan yang berlaku umum adalah bahwa sebelum dunia ini ada, terdapat
beberapa kumpulan massa dari elemen tidak berbentuk yang disebut Chaos. Elemen-
elemen ini bergabung (tidak disebutkan bagaimana caranya), kemudian terputus
menjadi dua zat yang sangat berbeda, porsi yang lebih ringan, melambung tinggi,
membentuk langit atau cakrawala, seperti kubah yang luas dan menyeluruh yang
melindungi massa padat dibawahnya.12

Kedua masa ini menandakan terbentuknya dua dewa pertama Yunani, yaitu
Uranus dan Ge atau Gaia.

Uranus, dewa yang mempunyai unsur lebih halus, mewakili cahaya dan udara
dari langit, memiliki kemampuan meliputi cahaya, panas, dan kemurnian, yang dapat
dirasakan dimana saja. Sementara Gaia, dewa yang mempunyai unsur kokoh dan
datar dan mendukung kehidupan bumi, dipuja sebagai ibu yang menyediakan zat
makanan. Banyak gelar Gaia mengacu pada kekurangan dan kelebihannya dalam
karakter ini. Ia dipuja hampir oleh semua orang Yunani, hampir semua kota di Yunani
memiliki sebuah kuil untuk menghormatinya. Bahkan, nama Gaia disebut ketika para
dewa lain bersumpah, membuat deklarasi tegas, atau memohon bantuan.

Uranus, dewa langit, diyakini telah mempersatukan dirinya dengan Gaia,


dewa bumi dalam sebuah pernikahan.

Anak sulung dari Uranus dan Gaia adalah Oceanus, dewa aliran laut, yang
membuat air terus mengalir mengelilingi dunia. Disini kita dapat melihat fakta yang
meskipun aneh tapi logis, sedikit pengetahuan tentang cara kerja alam yang telah
terbukti benar. Samudra terbentuk dari hujan yang turun dari langit dan sungai yang
mengalir dari bumi. Jika kita mengambil gagasan ini dalam arti harfah, yaitu mengapa

11
Ibid, hal. 447.
12
E.M Berens, Kompulan Mitologi Dan Legenda Dan Romawi (Jakarta: Cet. 1 Bukune, 2010), hal. 14.

9
orang yunani kuno menganggap Oceanus sebagai keturunan Uranus dan Gaia,
adalah benar bahwa laut dihasilkan sebagai pengaruh gabungan dari langit dan bumi.
Imajinasi orang Yunani kuno membawa mereka melihat hal ini seperti manifestasi
dari kekuatan alam dan sebuah keilahian yang nyata.

Tapi Uranus, dewa langit, perwujudan cahaya, panas, dan nafas hidup,
menghasilkan keturunan-keturunan lain yang memiliki bahan alam jauh lebih kecil
dari pada anak laki-lakinya, Oceanus. Anak-anaknya yang lain menempati ruang
perantara yang memisahkan Uranus dari Gaia. Terdekat jaraknya ke Uranus, dan
berada tepat di bawahnya adalah Aether (Ether), kreasi cemerlang yang mewakili
lapisan udara yang jernih di langit dan hanya bisa dihisap oleh kaum abadi. Diikuti
Aer (Udara), yang berada paling dekat dengan Gaia, mewakili lapisan udara yang
terdapat disekitar bumidan digunakan manusia untuk bernapas. Tanpa Aer, manusia
akan binasa. Aether dan Aer dipisahkan oleh dewi-dewi yang bernama Nephelae.
Nephelae adalah saudari mereka yang selalu mengembara, hadir dalam bentuk awan
dan mengambang antara Aether dan Aer. Gaia juga melahirkan pegunungan, dan
Pontus (dewa laut). Dia menikahi Pontus dan melahirkan dewa-dewa laut yaitu
Nereus, Thaumas, Phorcys, Ceto, Eurybia.

Hidup berdampingan dengan Uranus dan Gaia adalah dua dewa yang
mempunyai kekuatan besar dan juga merupakan keturunan Chaos. Mereka adalah
Erebus(kegelapan) dan Nyx (malam), yang sangat kontras seperti cahaya terang langit
dan senyum cerah bumi. Erebus memerintahkan di dunia bawah yang misterius di
mana tidak ada sinar matahari, tidak ada sedikit pun sorotan cahaya siang hari, dan
juga tidak pernah ada tanda-tanda kehidupan. Nyx, adik perempuan Erebus,
mewakili malam dan dipuja dengan sangat khidmat oleh para leluhur.

Uranus juga dianggap telah bersatu dengan Nyx, tapi hanya dalam kapasitas
sebagai dewa cahaya. Ia dianggap sebagai sumber dari semua cahaya. Anak-anak
mereka adalah Eos (Aurora) atau sang fajar, dan Hemera atau sang siang hari. Nyx
juga dianggap telah bersatu atau telah menikah dengan Erebus.

Selain anak-anak langit dan bumi yang sudah disebutkan di atas, Uranus dan
Gaia menghasilkan dua ras yang jelas berbeda dari makhluk hidup yang disebur
Raksasa (Giants) dan Titan (Titans). Para raksasa digambarkan hanya mempunyai
kekuatan yang besar, sementara Titans adalah kombinasi dari kekuatan fisik yang
besar dan berbagai kualifikasi intelektual. Ada tiga raksasa, Briareus, Cottus, dan
Gyges yang masing masing memiliki seratus kepala dan lima puluh tangan, dan
dikenal dengan nama Hecatoncheires, yang berarti ratusan tangan. Para raksasa ini
bisa mengguncang alam semesta dan menghasilkan gempa bumi, oleh karena itu jelas
bahwa mereka mewakili kekuatan-kekuatan bawah tanah yang ulasannya telah
dibuat dalam bab pendahuluan. Para Tiran berju dua belas; yaitu Oceanus, Ceos,

10
Crios, Hyperion, Iapetus, Cronus, Theia, Rhea. Themis, Mnemosyne, Phoebe, dan
Tethys.

Uranus-- cahaya suci dari langit, esensi dari semua yang cerah dan
menyenangkan-- mempunyai kebencian pada keturunannya yang kasar dan mudah
marah yaitu para Raksasa. Dia takut kekuatan mereka yang besar dapat berbalik
menyakiti diri mereka. Karena itu para raksasa dilemparkan ke dalam Tartarus, dunia
bagian bawah yang digunakan sebagai penjara bawah ranah para dewa. Untuk
membalas penindasan terhadap anak-anaknya, para rakasasa, Gaia menghasut
sebagian Titans untuk berkonspirasi melawan Uranus, yang berhasil dilakukan oleh
Cronus. Ia melukai ayahnya, dan dari darah Uranus yang jatuh di atas bumi
muncullah ras makhluk yang juga disebut Raksasa. Dibantu oleh saudaranya - para
Titans, Cronus berhasil menggulingkan tahta ayahnya. Uranus yang sangat marah
mengutuk Cronus akan mempunyai nasib yang sama di masa datang.

Cronus sekarang mempunyai kekuasaan tertinggi, dihormati oleh saudara-


saudaranya, dan menjadi bawahan hanya untuk dirinya sendiri. Ketika Cronus sudah
merasa posisinya aman, ia tidak lagi membutuhkan bantuan mereka dan membalas
pelayanan mereka dengan pengkhianatan, menciptakan perang antar saudara dan
para sekuru. Cronus mengalahkan mereka dibantu oleh para raksasa, dan mengirim
yang tersisa dari mereka ke bagian terdalam dari Tartarus.

3.2.1 Pendapatan Thales

Thales terbilang sebagai bapa filosofi Yunani, sebab dialah filosof yang
pertama, ia tak pernah meninggalkan pelajaran yang dituliskannya sendiri.
Filosofinya diajarkannya dengan mulut saja, dan dikembangkan oleh murid-
muridnya dari mulut ke mulut pula. Baru Aristoteles, kemudian menuliskannya.13

Menurut keterangan Aristoteles, kesimpulan ajaran Thales ialah "semuanya itu


air". Air yang cair itu adalah pangkal, pokok dan dasar (principe) segala-galanya.
Semua barang terjadi daripada air dan semuanya kembali kepada air pula.

Dengan jalan berpikir Thales mendapat keputusan tentang soal besar yang
senantiasa mengikat perhatian: Apa asal alam ini? Apa yang menjadi sebab
penghabisan dari pada segala yang ada?

Untuk mencari sebab yang penghabisan itu ia tidak mempergunakan takhyul


atau kepercayaan umum di waktu itu, melainkan dipergunakannya akal. Dengan
berdasarkan pengalaman yang dilihatnya sehari-hari dijadikannya pikirannya untuk
menyusun bangun alam. Sebagai orang pesisir dapat ia melihat setiap hari, betapa air
laut menjadi sumber hidup. Dan di Mesir dilihatnya dengan mata kepalanya, betapa

13
Mohammad Hatta, Alam Pikiran Yunani (Jakarta: Univesitas Indonesia, 1986), hal. 11.

11
nasib rakyat di sana bergantung kepada air sungai Nil. Air sungai Nil itulah yang
menyuburkan tanah sepanjang aliran nya, sehingga dapat didiami oleh manusia. Jika
tak ada sungai Nil itu yang melimpahkan airnya sewaktu-waktu ke darat, negeri
Mesir kembali jadi padang pasir. Sebagai seorang saudagar pelayar Thales melihat
pula kemegahan air laut, yang menjadikan ia ta'jub. Sewaktu-waktu air laut itu
menggulung dan menghanyutkan. Ia memusnahkan serta menghidupkan. Di sini
dihapuskannya segala yang hidup. Tetapi bibit dan buah kayu-kayuan yang
ditumbangkannya itu dihanyutkan dan diantarkannya ke pantai tanah lain. Bibit dan
buah itu tumbuh di sana dan menjadi tanaman hidup.

Demikianlah laut menyebarkan bibit seluruh dunia, yang menjadi dasar


penghidupan. Semuanya itu terpikir oleh Thales. Air yang tidak berkeputusan itu
dilihatnya dalam pelayaran, berpengaruh besar atas pikiran dan pan dangannya
tentang alam.

"Semuanya itu air!" katanya. Dalam perkataan itu tersimpul, dengan disengaja
atau tidak, suatu pandangan yang dalam, yaitu bahwa "semuanya itu satu."

Pada masa itu, selagi dunia penuh dengan takhyul dan kepercayaan yang ajaib-ajaib,
buah pikiran yang mengatakan bahwa yang lahir itu tidak banyak melainkan satu,
tidak dangkal makannya. Pikirannya itu membuka mata tentang bangun alam dan
menyingkapkan selimut yang selama ini menutupi kalbu manusia. Benar atau tidak
pandangannya itu, tidak menjadi dalil di sini. Yang dinyatakan cuma kelanjutan
pikirannya, yang memerdekakan akal daripada belenggu takhyul dan dongeng.

3.2.2 Pendapat Anaximandros


Menurut pendapatnya langit itu bulat seperti bola. Bumi terkandung di
tengah-tengahnya. Bangunnya sebagai silinder, bulat panjang, dan datar pada
atasnya. Anaximandros menuliskan buah pikirannya dengan ke terangan yang jelas.
Sebab itu karangan-karangannya di pandang orang sebagai buku filosofi yang paling
tua. Seperti juga dengan gurunya, Anaximandros mencari akan asal dari segalanya.
Ia tidak menerima saja apa yang diajarkan oleh gurunya. Yang dapat difèrima akalnya
ialah bahwa yang asal itu satu, tidak banyak. Tetapi yang satu itu bukan air. Menurut
pendapatnya, barang asal itu tidak berhingga dan tidak berkeputusan. Ia bekerja
selalu dengan tiada berhenti-hentinya, sedangkan yang dijadikannya tidak berhingga
banyaknya. Jika benar kejadian itu tida ber hingga, seperti yang lahir kelihatan, maka
yang "asal" itu mestilah tidak berkeputusan. Yang asal itu, yang menjadi dasar alam
dinamai oleh Anaximandros "Apeiron". Apeiron itu tidak dapat dirupakan, tak ada
persamaannya dengan salah satu barang yang kelihatan di dunia ini. Segala yang
kelihatan itu, yang dapat ditentukan rupanya dengan pancaindra kita, adalah barang
yang mempunyai akhir, yang berhingga. Sebab itu barang asal, yang tiada berhingga

12
dan tiada berkeputusan, mustahil salah satu daripada barang yang berakhir itu.
Segala yang tampak dan terasa dibatasi oleh lawannya. Yang panas di batasi oleh
yang dingin. Di mana bermula yang dingin, di sana berakhir yang panas. Yang cair
dibatasi oleh yang beku, yang terang oleh yang gelap. Dan bagaimana yang berbatas.
itu akan dapat memberikan sifat kepada yang tidak berkeputusan?

Segala yang tampak dan terasa itu, segala yang dapat ditentukan rupanya
dengan pancaindra kita, semuanya itu mempunyai akhir. Ia timbul (jadi), hidup, mati
dan lenyap. Segala yang berakhir berada dalam kejadian senantiasa, yaitu dalam
keadaan berpisah dari yang satu kepada yang lain. Yang cair menjadi beku dan
sebaliknya. Yang panas menjadi dingin dan sebaliknya. Semuanya itu terjadi daripada
Apeiron dan kembali pula kepada Apeiron.

Demikianlah kesimpul hukum dunia menurut pan dangan Anaximandros!


tampak kelebihannya dari pada gurunya. Selagi Thales pendapat bahwa barang yang
asal itu salah satu dari pada yang lahir, yang tampak, yang berhingga juga,
Anaximandros meletakkannya di luar alam dan memberikan sifat yang tiada
berhingga padanya dengan tiada dapat diserupai.

Setelah dibulatkannya pahamnya, bahwa semuanya itu terjadi dari pada


Apeiron, dipecahnya pula soal, betapa kiranya timbul alam ini dari Apeiron itu.

Dari Apeiron keluar bermula Yang Panas dan Yang Dingin. Yang panas
memalut yang dingin, sehingga yang dingin itu terkandung didalamnya. Sebab itu
yang dingin itu menjadi bumi. Dan dari yang dingin itu timbul pula yang cair dan
yang beku sebagai dua belah yang bertentangan. Api yang memalut yang bulat tadi
pecah pula, dan pecahan pecahannya itu berputar-putar seperti jalan roda. Karena
putarannya itu timbullah di antaranya berbagai lubang. Pecah an-pecahan api itu
terpisah-pisah, dan menjadi matahari, bulan dan bintang.

Bumi ini bermula dipalut oleh uap yang basah. Karena ia berputar, yang basah
tadi menjadi kering berangsur angsur. Akhirnya tinggallah sisa uap yang basah itu
sebagai laut pada bumi. Atas pengaruh Yang Panas terjadilah daripada uap yang
basah tadi makhluk dengan bertingkat-tingkat kemajuan hidupnya. Pada
permulaannya bumi ini diliputi air semata-mata itu makhluk yang pertama di atas
bumi ialah hewan yang hidup di dalam air. Juga bangsa binatang darat pada mulanya
serupa ikan. Baru kemudian, setelah timbul daratan, binatang darat itu mendapat
bangunan seperti sekarang ini. Dari binatang yang berupa ikan itu terjadi ma nusia
pertama. Manusia bermula tak bisa serupa dengan manusia sekarang. Sebab orang
yang dilahirkan serupa kanak kanak tak bisa serentak berdiri sendiri. Ia perlu akan
asuhan orang lain lebih dahulu, bertahun-tahun lamanya. Makhluk seperti itu tidak
bisa hidup pada permulaan penghidupan di atas dunia ini. Pada penghidupan

13
bermula itu satu-satunya mesti tahu menolong dirinya sendiri dengan segera, sejak
dari lahirnya. Yang sanggup berbuat begitu ialah binatang yang berupa ikan.

Anaximandros menganggap jiwa yang menjadi dasar hidup itu serupa dengan
udara. Pendapat Anaximandros tentang kejadian dan ke majuan makhluk di dunia
ini banyak menyerupai teori Darwin, yang timbul di abad ke-19, dua puluh lima abad
sesudah itn. Tak heran kalau orang mengarang lelucon, bahwa Anaximandros patut
dipandang sebagai Darwinis, y.i. "pengikut" Darwin yang pertama sekali.

Dipandang dari jurusan ilmu sekarang, banyak yang janggal tampak pada
keterangan Anaximandros tentang kejadian alam. Tetapi ditilik dari jurusan masanya,
di mana segala keterangan berdasar kepada takhyul dan cerita yang ganjil-ganjil,
pendapatnya itu adalah suatu buah pikiran yang sangat-lanjut. Itu saja cukuplah
untuk memandang dia sebagai ahli pikir yang jenial (geniaal). Tetapi yang jadi
perhatian benar bagi orang kemudian ialah caranya mengurai kan buah pikirannya.
Ia mencari keterangan dengan metode berpikir yang teratur. Masalah yang banyak
seluk-beluknya ditinjaunya dari satu jurusan atau pokok yang mudah. Demikian juga
cara ilmu sekarang bekerja, sekalipun dengan alat pikiran yang lebih sempurna.

3.2.3 Pendapat Anaximenes


Anaximenes adalah murid Anaximandros. Sebab itu tak heran, kalau
pandangannya tentang kejadian alam ini sama dasarnya dengan pandangan gurunya.
Juga ia mengajar kan, bahwa barang yang asal itu satu dah tidak berhingga. Cuma ia
tak dapat menerima ajaran Anaximandros, bahwa barang yang asal itu tak ada
persamaannya dengan barang yang lahir dan tak dapat dirupakan. Baginya yang asal
itu mestilah satu daripada yang ada dan yang tampak. Barang yang asal itu ialah
udara. Udara itulah yang satu dan tidak berhingga. Dalam pandangan tentang yang
asal, Anaximenes turun kembali ke tingkat yang sama dengan Thales. Kedua-duanya
berpendapat, yang asal itu mestilah salah satu dari pada yang ada dan yang kelihatan.
Thales mengatakan air asal dan kesudahan dari segala-galanya. Anaximenes
mengatakan udara. Udara yang memalut dunia ini, menjadi sebab segala yang hidup.
Jika tak ada udara itu, tak ada yang hidup. Pikiran nya ke sana barangkali
terpengaruh oleh ajaran Anaximan dros, bahwa "jiwa itu serupa dengan udara".
Sebagai kesimpulan ajarannya disebutnya: "Sebagai mana jiwa kita, yang tidak lain dari
pada udara, menyatukan tubuh kita, demikian pula udara mengikat dunia ini jadi satu".

Anaximenes yang mencari asal alam, belum memper hatikan benar soal jiwa
dalam penghidupan masyarakat. Kepentingan jiwa itu tampak olehnya dalam
perhubungan alam besar saja. Jiwa itu menyusun tubuh manusia jadi satu dan
menjaga supaya tubuh itu jangan gugur dan bercerai berai. Kalau jiwa itu keluar dari
badan, matilah badan itu dan bagian-bagiannya mulai bercerai-berai. Juga alam besar
itu ada karena udara. Udaralah yang jadi dasar hidupnya. Kalau tak ada udara,

14
gugurlah semuanya itu. Makro-kos mos (alam) dan mikro-kosmos (manusia) pada
dasarnya satu rupa.

Menurut pendapat Anaximenes udara itu benda, materi. Tetapi sungguh pun
dasar hidup dipandangnya sebagai benda, ia membedakan juga yang hidup dengan
yang mati. Badan mati, karena menghembuskan jiwa itu keluar. Yang mati tidak
berjiwa. Dalam hal ini berbeda pendiriannya dengan Thales, yang menyangka bahwa
benda mati juga berjiwa. Anaximenes terlepas dari pandangan animisme.
Anaximenes mengemukakan suatu soal baru, yang belum didapat pada Thales dan
Anaximandros. Ketiga-tiga nya berpendapat, bahwa ada yang asal yang menjadi
pokok segalanya. Tetapi Anaximenes maju selangkah lagi dengan bertanya "Gerakan
apakah yang menjadi sebab terjadinya alam yang lahir yang banyak ragam dan
macam itu daripada barang asal yang satu itu?" Sebagai ahli ilmu alam, Anaximenes
mencari jawabnya dengan memperhatikan pengalaman. Semuanya terjadi dari udara.
Kalau udara diam saja, sudah tentu tidak terjadi yang lahir itu dengan berbagai
macam dan ragam. Sebab itu gerak udaralah yang menjadi sebab jadinya. Udara bisa
jarang dan padat. Kalau udara menjadi jarang, terjadilah api. Kalau udara berkumpul
menjadi rapat, terjadilah angin dan awan. Bertambah padat sedikit lagi, turun hujan
dari awan itu. Dari air terjadi tanah, dan tanah yang sangat padat menjadi batu.

Di sini caranya mengupas soal menunjukkan derajat pikiran yang lebih tinggi.
Tetapi dalam pahamnya tentang bangun alam ia terbelakang dari Anaximandros.
Menurut pendapatnya dunia ini datar seperti meja bundar, dan di bawahnya
ditupang oleh udara. Udara yang mengangkatnya itu tidak punya ruang buat
bergerak dan bersebar, sebab itu tetap duduknya. Dan oleh karena itu bumi ini tetap
pada tempatnya. Matahari, bulan dan bintang itu dilahirkan oleh bumi. Uap yang
keluar dari bumi naik ke atas. Diatas ini jadi jarang, dan sebab itu menjadi api. Api itu
menjala menjadi matahari, bulan dan bintang. Tetapi di antara bintang-bintang itu
ada juga yang semacam bumi (tanah). Bintang-bintang beredar, tetapi tidak
mengelilingi bumi dari atas ke bawah dan kembali ke atas lagi, melainkan berkeliling
di atas bumi, seperti "topi berputar di atas kepala". Hilang timbul bintang itu tersebab
karena jauh dan dekat edarannya. Kalau ia tidak kelihatan, itu tanda ia jauh dari kita,
kembali pada tempat permulaan peredarannya. Sekian tentang Anaximenes, filosof
alam yang pengha bisan dari golongan Miletos. Sebagai yang diajarkan oleh
Anaximenes itu, filosof alam itu kembang ke seluruh dunia Grik dan perantauannya.
Filosof-filosof yang datang kemudian banyak sedikitnya mengetahui pandangan
alam orang Miletos itu.

15
4. KESIMPULAN
Tokoh filosof Yunani kuno yang memberikan dampak peradaban pada dunia
banyak ditemui di beberapa sumber. Ada 6 tokoh populer dengan pemikirannya,
yaitu:
1. Socrates (469-399 SM)
2. Plato (427-347 SM)
3. Aristoteles (384-322 SM)
4. Thales (624-546 SM)
5. Anaximander/Anaximandros (610-546 SM)
6. Anaximenes (545-528 SM)

Yunani kuno memiliki beberapa teori yang berbeda mengenai ala-usul dunia,
tetapi gagasan yang berlaku umum adalah bahwa sebelum dunia ini ada, terdapat
beberapa kumpulan massa dari elemen tidak berbentuk yang disebut Chaos. Elemen-
elemen ini bergabung (tidak disebutkan bagaimana caranya), kemudian terputus
menjadi dua zat yang sangat berbeda, porsi yang lebih ringan, melambung tinggi,
membentuk langit atau cakrawala, seperti kubah yang luas dan menyeluruh yang
melindungi massa padat dibawahnya.

16
DAFTAR PUSTAKA
Aizid, R. Sejarah Terlengkap Peradaban Dunia. Depok: PT Huta Parhapuran, 2018.
Berens, E.M. Kompulan Mitologi Dan Legenda Dan Romawi. Jakarta: Cet. 1 Bukune,
2010.
Darmalaksana, Wahyudin. “Metode Penelitian Kualitatif Studi Pustaka Dan Studi
Lapangan.” Pre-Print Digital Library UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 2020, 1–6.
http://digilib.uinsgd.ac.id/32855/1/Metode Penelitian Kualitatif.pdf.
Djaja, W. Sejarah Eropa Dari Eropa Kuno Hiingga Eropa Modern Ombak. Yogyakarta: PT
Huta Parhapuran, 2012.
H, Sandy. Pijar Filsafat Yunani Klasik. Bandung: Perkumpulan Studi Ilmu
Kemasyarakatan ITB, 2016.
Hamad. “Lebih Dekat Dengan Analisis Wacana.” Jurnal Komunikasi, 2007, 325–44.
Hatta, Mohammad. Alam Pikiran Yunani. Jakarta: Univesitas Indonesia, 1986.
Moleong, L. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007.
Roswantoro, A. “Filsafat Sosial Politik Plato Dan Aristoteles.” Jurnal FIlsafat Dan
Pemikiran Islam 15, no. 2 (2015): 123–38.
Weisman, I. “Filsafat Ketuhanan Menurut Plato.” Jurnal Jaffaray 3, no. 1 (2015): 11–18.
Abuddin Nata, Islam dan Ilmu Pengetahuan (Jakarta: Prenadamedia Group, 2018),
Afzalur Rahman, Ensiklopidiana Ilmu dalam Al-Qur’an, Rujukan Terlengkap Isyarat-
Isyarat Ilmiah dalam Al-Qur’an (Jakarta: PT Mizan Pustaka, 2007).
Fuad Nashori, Mimpi Nurbuat, Agustus 2002
Harun Yahya,Pustaka Sains Populer Islami, Jejak Bangsa-Bangsa Terdahulu, Desember
1999.
M.A. Husaini. “Pangan Potensial untuk Meningkatkan Pertumbuhan Fisik, Daya Fikir dan
Produktivitas serta Mencegah Penyakit Degeneratif Seminar dan Lokakarya Pra
Widya Pangan dan Gizi VI”, Semarang, November 1997.
Iwan Yanuar, Surga Juga Buat Remaja, GIP, cet. ke-2 April 2004 M dan Said Hawa,
Allah, Pustaka Mantiq, cet. ke-6, Agustus 1994.

17

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai