Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

HAK DAN KEWAJIBAN DALAM HUKUM

Oleh :

AIDIL NASWA
2305905040097

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK


PRODI ILMU HUKUM
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
2022
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdullilah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah


SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas untuk mata kuliah,
dengan judul “HAK DAN KEWAJIBAN DALAM HUKUM
”.Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyakpihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritk
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari


kata sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang
kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta
masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hak dan kewajiban merupakan suatu hal yang terikat satu sama lain,
sehingga dalam praktiknya harus dijalankan dengan seimbang. Hak
merupakan segala sesuatu yang pantas dan mutlak untuk didapatkan oleh
individu sebagai anggota warga negara sejak masih berada dalam
kandungan, sedangkan kewajiban merupakan suatu keharusan/kewajiban
bagi individu dalam melaksanakan peran sebagai anggota warga negara
guna mendapat pengakuan akan hak yang sesuai dengan pelaksanaan
kewajiban tersebut. Jika hak dan kewajiban tidak berjalan seimbang dalam
praktik kehidupan, maka akan terjadi suatu ketimpangan yang akan
menimbulkan gejolak masyarakat dalam pelaksanaan kehidupan individu
baik dalam kehidupan bermasyarakat,berbangsa, maupun bernegara.
Ada sebagian masyarakat yang merasa dirinya tidak tersentuh oleh
pemerintah. Dalam artian pemerintah tidak membantu untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-harinya, tidak memperdulikan pendidikan dirinya
dan keluarganya, tidak mengobati penyakit yang dideritanya dan lain
sebagainya yang menggambarkan seakan-akan pemerintah tidak melihat
penderitaan yang dirasakan mereka.
Selain mereka yang merasa hak-haknya sebagai warga negara belum
didapat, ada juga orang-orang yang benar-benar hak mereka sebagai warga
negara telah didapatkan, akan tetapi mereka tidak mau menunaikan
kewajibannya sebagai warga negara. Mereka tidak mau membela negaranya
dikala hak-hak negeri ini dirampas oleh negara seberang, mereka tidak mau
tahu dikala hak paten seni-seni kebudayaan Indonesia dibajak dan diakui
oleh negara lain, dan bahkan mereka mengambil dan mencuri hak-hak
rakyat jelata demi kepentingan perutnya sendiri.
Sungguh masih banyak sekali fenomena-fenomena yang menimpa
negeri ini. Hal ini terjadi karena masyarakat kurang paham tentang hak dan
kewajibannya sebagai warga negara. Atau mereka paham tetapi hawa nafsu
telah menguasai akal pikiran mereka sehingga tertutup kebaikan di dalam
jiwa mereka.
Oleh karena itu, disusunlah makalah Hak dan Kewajiban Warga
Negara ini. Selain untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan, penulisan makalah ini juga agar pembaca dapat
memahami hak dan kewajiban mereka sebagai warga negara Indonesia.

1.2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, didapat rumusan masalah sebagai


berikut:
1. Apa yang di maksud hak dan kewajiban dalam hukum?
2. Apa saja contoh hak dan kewajiban dalam hukum?
3. Apa sajacontoh prilaku seseorang yang mempengaruhi hak dan
kewajiban?

1.3. Tujuan

Tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu sebagai berikut:


1. Mengetahui pengertian hak dan kewajiban
2. Memahami hak dan kewajiban
3. Mengetahui asas-asas kewarganegaraan.
4. Memahami problematika yang terjadi di dalam status
kewarganegaraan seseorang.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hak dan Kewajiban dalam Hukum

Berdasarkan kodratnya, manusia memiliki hak dan kewajiban atas

sesuatu dalam menjalani kehidupan sosialnya dengan manusia lain. Tidak

seorang pun manusia yang tidak mempunyai hak, tetapi konsekuensinya

bahwa orang lain pun memiliki hak yang sama dengannya. Jadi ”hak” pada

suatu pihak berakibat timbulnya ”kewajiban” pada pihak lain untuk

menghormati hak tersebut. Seseorang tidak menggunakan haknya secara

bebas, sehingga menimbulkan kerugian atau rasa tidak enak pada orang lain.

Untuk terjadinya ”hak dan kewajiban,” diperlukan suatu ”peristiwa”

yang oleh hukum dihubungkan sebagai suatu akibat artinya hak seseorang

terhadap sesuatu benda mengakibatkan timbulnya kewajiban pada orang

lain, yaitu menghormati dan tidak boleh mengganggu hak tersebut.

2.2.1 Hak

Terdapat dua teori atau ajaran yang dapat menjelaskan keberadaan hak,
yaitu:

a. Belangen Theorie
Belangen Theorie (teori kepentingan) menyatakan bahwa hak adalah
kepentingan yang terlindungi. Rudolf von Jhering berpendapat bahwa ”hak
itu sesuatu yang penting bagi seseorang yang dilindungi oleh hukum, atau
suatu kepentingan yang terlindungi.”
Utrecht (van Apeldoorn, 1985: 221) membantah teori tersebut dengan
mengatakan bahwa hukum itu memang mempunyai tugas melindungi
kepentingan dari yang berhak, tetapi orang tidak boleh mengacaukan antara
hak dan kepentingan, karena hukum sering melindungi kepentingan dengan
tidak memberi hak kepada yang bersangkutan. misalnya ketentuan bahwa
fakir miskin dan anak-anak terlantar di jamin dalam UUD 1945 tidak berarti
bahwa fakir miskin dan anak-anak terlantar itu ”berhak” atas pemeliharaan
negara.

b. Wilsmacht Theorie
Wilsmacht Theorie (teori kehendak), yaitu hak itu suatu kehendak
yang dilengkapi dengan kekuatan. Bernhard Winscheid mengatakan bahwa
”hak itu suatu kehendak yang diperlengkapi dengan kekuatan dan diberi tata
tertib hukum kepada seseorang. Berdasarkan kehendak, seseorang dapat
mempunyai rumah, mobil, tanah, dan sebagainya. Misalnya, seseorang anak
kecil dan orang gila yang tidak dapat diberi hak karena mereka belum atau
tidak dapat menyatakan kehendaknya (belum mempunyai suatu kehendak).

Teori ini dibantah oleh Utrecht dengan alasan (Van Apeldoorn, 1985: 221):

1. Meskipun mereka di bawah pengampuan (kuratele), tetapi mereka


tetap masih dapat memiliki rumah, mobil dan yang menjalankan
adalah wali/pengampunya atau kuratornya.
2. Menurut pasal 13 KUH Perdata menyatakan bahwa tidak ada
manusia yang tidak mempunyai hak.

Leon du Guit (Van Apeldoorn, 1985: 221) menyebutkan ”teori


fungsi sosial” yang mengatakan bahwa tidak ada seorang manusia pun yang
mempunyai hak. Sebaliknya, di dalam masyarakat, bagi manusia hanya ada
suatu tugas sosial. Tata tertib hukum tidak didasarkan atas kehendak
manusia, tetapi atas tugas sosial yang harus dijalankan oleh anggota
masyarakat.
Beberapa pengertian hak yang dikemukakan oleh sejumlah pakar hukum
adalah:

1. Van Apeldoorn (1985:221) menyatakan bahwa hak adalah


kekuasaan (wewenang) yang oleh hukum diberikan kepada
seseorang (atau suatu badan hukum), dan yang menjadi
tantangannya adalah kewajiban orang lain (badan hukum lain) untuk
mengakui kekuasaan itu.
2. Satjipto Rahardjo (1982:94) mengatakan bahwa hak adalah
kekuasaan yang diberikan oleh hukum kepada seseorang dengan
maksud melindungi kepentingan seseorang tersebut.
3. Fitgeraid (Satjipto Rahardjo, 1985:95) mengemukakan bahwa suatu
hak mempunyai lima ciri, yaitu:

1. Diletakkan pada seseorang yang disebut sebagai pemilik atau subjek


dari hak tersebut. Disebut juga sebagai orang yang memiliki titel atas
barang yang menjadi sasaran dari hak.
2. Tertuju kepada orang lain, yaitu yang menjadi pemegang kewajiban,
sehingga antara hak dan kewajiban terdapat hubungan korelatif.
3. Hak yang ada pada seseorang mewajibkan pihak lain melakukan
(commision) atau tidak melakukan suatu perbuatan (ommnision)
disebut hak.
4. Commision atau Ommnision menyangkut sesuatu yang disebut objek
hak.
5. Setiap hak menurut hukum mempunyai titel, yaitu suatu peristiwa
tertentu yang menjadi alasan melekatnya hak itu pada pemiliknya.

Berdasarkan pengertian dan teori tentang hak tersebut dapat disimpulkan


bahwa hak itu mengandung tiga unsur yang substansial, yaitu
1. Unsur pelindung, misalnya seseorang tidak boleh dianiaya, artinya
setiap orang mempunyai hak untuk dilindungi oleh hukum dari
penganiayaan.
2. Unsur pengakuan, misalnya adanya kewajiban untuk melindungi A
dari penganiayaan berarti mengakui hak A untuk tidak dianiaya.
3. Unsur kehendak, misalnya A memiliki sebuah rumah, maka hukum
memberinya hak atas rumah tersebut untuk bebas menggunakan
kehendaknya atau memakainya dan orang lain wajib
menghormatinya dan tidak mengganggu hak si A.

Timbulnya suatu hak didasarkan oleh suatu peristiwa hukum, misalnya


terjadi jual beli, perjanjian sewa menyewa rumah, merupakan peristiwa
hukum yang dapat menimbulkan atau melahirkan hak dan kewajiban antar
para pihak.

Hak dapat timbul pada seseorang (subjek hukum) disebabkan oleh beberapa
hal yaitu:

1. Adanya subjek hukum baru, baik orang maupun badan hukum.


2. Terjadinya perjanjian yang telah disepakati oleh para pihak yang
melakukan perjanjian
3. Terjadinya kerugian yang diderita oleh seseorang akibat kesalahan
atau kelalaian orang lain.
4. Karena seseorang melakukan kewajiban yang merupakan syarat
untuk memperoleh hak.
5. Terjadinya daluwarsa (verjaring), biasanya karena acquisitief
verjaring yang dapat melahirkan hak bagi seseorang. Sebaliknya,
jika terjadi extinctief verjaring, justru menghapuskan hak atau
kewajiban seseorang (orang lain).

Lenyap atau hapusnya suatu hak menurut hukum dapat disebabkan empat
hal, yaitu:
1. Apabila pemegang hak meninggal dunia dan tidak ada pengganti
atau ahli waris yang ditunjuk, baik oleh pemegang hak maupun yang
ditunjuk oleh hukum.
2. Masa berlakunya hak telah habis dan tidak dapat diperpanjang lagi.
Misalnya, kontrak rumah yang telah habis waktu kontraknya.
3. Telah diterimanya suatu benda yang menjadi objek hak. Misalnya,
seseorang yang mempunyai hak waris atau hak menagih utang,
tetapi warisan atau piutang itu sendiri telah diterima atau dilunasi
maka hak waris dan hak menagih utang itu hapus dengan sendirinya.
4. Karena daluwarsa (verjaring), misalnya seseorang yang memiliki
sebidang tanah yang tidak pernah diurus, dan tanah itu ternyata telah
dikuasai oleh orang lain selama lebih 30 tahun maka hak atas tanah
itu menjadi hak orang yang telah mengurus selama lebih 30 tahun.

2.2.2 Kewajiban

Kewajiban sesungguhnya merupakan beban yang diberikan oleh


hukum kepada orang atau badan hukum (subjek hukum), misalnya
kewajiban seseorang atau badan hukum untuk membayar pajak dan lahirnya
karena ketentuan UU. Dalam teori ilmu hukum, kewajiban dibedakan dalam
enam kelompok, yaitu

1. Kewajiban mutlak, yaitu kewajiban yang tidak mempunyai pasangan


hak, misalnya kewajiban yang tertuju pada diri sendiri yang
umumnya berasal dari kekuasaan.
2. Kewajiban nisbi, yaitu kewajiban yang disertai dengan hak,
misalnya kewajiban pemilik kendaraan membayar pajak, sehingga
berhak menggunakan fasilitas jalan raya yang dibuat oleh
pemerintah.
3. Kewajiban publik, yaitu kewajiban yang berhubungan dengan hak-
hak publik, misalnya kewajiban untuk patuh pada aturan hukum
yang ada.
4. Kewajiban perdata, yaitu kewajiban yang berhubungan dengan hak-
hak perdata, misalnya kewajiban mematuhi akibat yang timbul
karena perjanjian.
5. Kewajiban positif, yaitu kewajiban yang menghendaki suatu
perbuatan positif, misalnya kewajiban penjual untuk menyerahkan
barang kepada pembeli.
6. Kewajiban negatif, yaitu kewajiban yang menghendaki untuk tidak
melakukan sesuatu, misalnya kewajiban seseorang untuk tidak
mengambil atau mengganggu hak milik orang lain.

Lahir atau timbulnya suatu kewajiban, disebabkan oleh beberapa hal, yaitu

1. Diperolehnya suatu hak yang membebani syarat untuk memenuhi


suatu kewajiban, misalnya seorang pembeli yang berkewajiban
membayar harga barang dan berhak menerima barang yang telah
dibayarnya (lunas).
2. Berdasarkan suatu perjanjian yang telah disepakati.
3. Adanya kesalahan atau kelalaian seseorang yang menimbulkan
kerugian bagi orang lain, sehingga ia wajib membayar ganti rugi.
4. Telah dinikmatinya suatu hak tertentu sehingga harus pula diimbangi
dengan kewajiban tertentu pula.
5. Daluwarsa tertentu yang telah ditentukan oleh hukum atau karena
perjanjian tertentu, bahwa daluwarsa dapat menimbulkan kewajiban
baru, misalnya kewajiban membayar denda atas pajak kendaraan
bermotor yang lewat waktu atau daluwarsa (ditentukan dalam
undang-undang).

Hapusnya atau berakhirnya suatu kewajiban, disebabkan oleh hal-hal:

1. Meninggalnya orang yang mempunyai kewajiban, tanpa ada


penggantinya, baik ahli waris maupun orang lain atau badan hukum
lain yang ditunjuk oleh hukum.
2. Masa berlakunya telah habis dan tidak diperpanjang lagi.
3. Kewajibannya telah dipenuhi oleh yang bersangkutan.
4. Hak yang melahirkan kewajiban telah hapus.
5. Daluwarsa (verjaring) extinctief.
6. Ketentuan UU.
7. Kewajiban telah beralih atau dialihkan kepada orang lain.
8. Terjadi suatu sebab di luar kemampuan manusia, sehingga ia tidak
dapat memenuhi kewajiban itu.

2.3. CONTOH HAK DAN KEWAJIBAN DALAM HUKUM

Anak-anak merupakan generasi emas penerus cita-cita perjuangan


bangsa. Sehingga, perkembangan anak harus menjadi hal yang utama.
Khususnya dalam mendapatkan pendidikan dan kesehatan yang baik. Bagi
seorang pelajar, apa yang dirasakan jika melihat dinding sekolah penuh
coretan, kamar mandi yang kotor, dan buku siswa yang sobek-sobek? Tentu
kegiatan belajar menjadi tidak nyaman. Salah satu hak dari siswa adalah
mendapatkan fasilitas sekolah yang baik. Di samping mendapatkan hak,
siswa juga memiliki kewajiban untuk menjaga sarana pendidikan agar hak
siswa terpenuhi. Hak dan kewajiban merupakan dua komponen yang tidak bisa
dipisahkan. Jika kita ingin mendapatkan hak, maka harus menunaikan
kewajiban.

2.3.1.Perbedaan Hak Dan Kewajiban

Hak dan kewajiban dua hal yang tidak dapat dipisahkan karena
seorang warga negara pasti membutuhkan dan perlu melaksanakan kedua
hal tersebut.

a. Hak
1. Hak sudah melekat sejak manusia lahir sebagaimana melekat
pada setiap manusia sebagai anugrah TuhanYang Maha Esa
dan tidak dapat diambil oleh orang lain.
2. Hak dilindungi hukum dan undang-undang.
3. Hak telah dimimiliki seseorang tanpa melihat suku, ras,
agama, atau kelompok lain.

b. Kewajiban
1. Kewajiban harus dilaksanakan atau harus dilakukan
sebagaimana fungsi dirinya sebagai seorang warga negara.
2. Kewajiban bersifat mutlak, yakni kewajiban yang harus
dilaksanakan oleh dirinya sendiri yang tidak melibatkan
pihak lain. Seperti contoh seorang yang telah dewasa dan
menyelesaikan pendidikan berkewajiban untuk bekerja guna
memenuhi kebutuhannya sendiri.
3. Kewajiban bersifat umum seperti kewajiban membayar
pajak, apabila tidak melaksanakan hal tersebut akan
merugikan negara.
4. Kewajiban dalam hubungan masyarakat, kewajiban ini
dilakukan secara individu tetapi kepentingannya untuk
lingkungannya atau komunitas. Kewajiban terhadap
masyarakat dilakukan agar tidak menimbulkan ketimpangan
sosisal. Jadi seseorang tidak boleh mementingkan dirinya
sendiri atau bersikap individual tetapi harus saling membantu
dan menghormati terhadap orang lain.

2.3.2 contoh hak


1. Hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupan: “setiap
orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan
hidup dan kehidupannya.”(pasal 28A).
2. Hak untuk mengembangkan diri dan melalui pemenuhan
kebutuhan dasarnya dan berhak mendapat pendidikan, ilmu
pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi
meningkatkan kualitas hidupnya demi kesejahteraan hidup
manusia. (pasal 28C ayat 1).
3. Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak : “Tiap
warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan” (pasal 27 ayat 2).

2.3.3 contoh kewajiban


1. Wajib menaati hukum dan pemerintahan. Pasal 27 ayat (1)
UUD 1945 berbunyi : segala warga negara bersamaan
kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya.
2. Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain. Pasal 28J
ayat 1 mengatakan : Setiap orang wajib menghormati hak
asai manusia orang lain.
3. Wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan
negara. Pasal 30 ayat (1) UUD 1945. menyatakan: “tiap-tiap
warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pertahanan dan keamanan negara.”

2.4 CONTOH PRILAKU SEORANG YANG MEMPENGARUHI


HAK DAN KEWAJIBAN
Pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban menyebabkan
ketidakadilan serta ketimpangan di berbagai bidang. Akibatnya kehidupan
sosial masyarakat menjadi kurang harmonis dan tidak rukun.
Dalam kehidupan bermasyarakat, tiap manusia sudah mempunyai
porsi hak dan kewajibannya masing-masing. Apabila terjadi pelanggaran
hak dan pengingkaran kewajiban, hal ini bisa disebut perbuatan atau
perilaku menyimpang.
Pelanggaran hak bisa diartikan sebagai tindakan yang melanggar kebebasan
hak orang lain. Sedangkan pengingkaran kewajiban adalah tindakan
menghindari atau tidak mau melaksanakan kewajiban secara bertanggung
jawab.
Berikut ini beberapa faktor penyebab pelanggaran hak dan pengingkaran
kewajiban masyarakat,

1. Sikap
egois Sikap egois bisa memicu pelanggaran hak dan pengingkaran
kewajiban masyarakat. Sikap egois berarti hanya mengedepankan apa yang
diinginkan dan melakukan segala cara untuk mendapatkannya, tanpa
memikirkan hak orang lain.

2. Sikap tidak toleransi


Faktor penyebab lainnya ialah sikap tidak toleransi. Sikap ini tidak
menghargai dan menghormati hak serta kewajiban orang lain. Akibatnya
munculah pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban dalam masyarakat.
Adanya

2.Penyalahgunaan Kekuasaan Kekuasaan


yang disalahgunakan mengakibatkan pelanggaran hak dan pengingkaran
kewajiban. Orang yang berkuasa bisa dengan bebas merebut atau melanggar
hak orang lain. Mereka juga dapat melakukan pengingkaran kewajiban,
tanpa merasa bersalah sekalipun.

3.Rendahnya tingkat kesadaran untuk hidup berbangsa dan bernegara


Melansir dari situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud),
faktor ini menyebabkan timbulnya pelanggaran hak dan pengingkaran
kewajiban. Karena orang tersebut tidak mau menghormati hak orang lain,
serta tidak melakukan kewajibannya dengan bertanggung jawab.

Anda mungkin juga menyukai