Anda di halaman 1dari 72

Diklat Penggunaan Bahan & Alat untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

BAB I
BAHAN BANGUNAN ATAS JEMBATAN

1.1. Pendahuluan
Jenis bangunan atas jembatan di Indonesia dapat dibagi atas bangunan atas
standard an non standar dan atau khusus.
Pada modul ini yang dibahas adalah jenis bahan bangunan atas standar yang
lazim digunakan di berbagai lokasi di Indonesia, yaitu bangunan atas dari bahan
kayu, beton bertulang, beton prategang, gelagar baja/ komposit, rangka baja,
dan juga tentang jembatan gantung kayu/baja untuk pejalan kaki.
Berikut ini data-data penggunaan bahan jembatan di Indonesia berdasarkan
panjang dan tipe bangunan atas (Vaza, 2008)

Tabel 1 – Distribusi Jembatan Berdasarkan Panjang

1.2. Jembatan Kayu


a. Umum
Penggunaan konstruksi jembatan kayu di Indonesia berkurang, tetapi kayu
masih tetap digunakan pada beberapa konstruksi jembatan baru meskipun

Modul Bahan (BA) & Bahan Pondasi untuk Pekerjaan Jembatan 1


Diklat Penggunaan Bahan & Alat untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

konstruksi kayu sebagian besar telah diganti dengan beton dan baja. Banyak
jembatan lama dari kayu yang masih digunakan, harus diperbaiki dan dipelihara.
Jembatan sementara dari kayu kadang-kadang digunakan untuk jembatan
darurat atau selama pekerjaan konstruksi, jembatan yang telah ada (existing)
mungkin memerlukan peningkatan yang intensif.

b. Sifat dan karakteristik bahan


Jembatan kayu dapat dibangun baik dari kayu bulat dalam kondisi pada waktu
ditebang (cabang-cabangnnya dibuang) atau kayu yang digergaji. Kayu bulat
lebih kuat dan awet bila dibandingkan dengan kayu yang digergaji dan oleh
karena itu selalu digunakan untuk elemen-elemen struktur yang penting seperti
tiang-tiang dan balok-balok memanjang (stringer). Kayu yang digunakan harus
kelas I dan atau sesuai spesifikasi. Bahan kayu ini harus terlindungi dari
serangan binatang laut perusak kayu seperti toredo dan dari serangan rayap.

c. Dimensi dan gambar teknik


1. Gelagar kayu tipe GKI

Gambar 1 – Jembatan Gelagar Kayu Tipe GKI

Modul Bahan (BA) & Bahan Pondasi untuk Pekerjaan Jembatan 2


Diklat Penggunaan Bahan & Alat untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

Gambar 2 – Jembatan Gelagar kayu – Tipe GKI

d. Perakitan dan pemasangan


Panjang gelagar kayu harus dipotong supaya ukurannya tepat untuk ruang yang
ada antara pilar dan/atau kepala jembatan, ujungnya dibentu dan permukaannya
dirawat sesuai dengan gambar rencana, sebelum ditempatkan pada posisi diatas
siku-siku kayu (corbel). Permukaan yang berhubungan harus diberi campuran
pengawet kayu. Lubang harus dibor menembus gelagar dan siku kayu, dan baut
dipasang dan dikencangkan.
Lantai jembatan harus dipotong pada panjang yang sesuai dengan gambar
rencana, ujung dari papan diberi lapisan ulang campuran pengawet kayu. Papan
harus dipasang berkaitan kencang, lubang dibor dan baut disetel. Setelah lantai
dipasang pada posisinya dan disetel, seluruh permukaan lantai jembatan dapat
dilapisi dengan aspal dan pasir. Sambungan dalam lantai jembatan harus
ditempatkan bergantian (selang-seling) pada lebar jembatan.

Modul Bahan (BA) & Bahan Pondasi untuk Pekerjaan Jembatan 3


Diklat Penggunaan Bahan & Alat untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

1.3. Jembatan Beton Bertulang (konvensional)

a. Umum
Jenis bangunan atas yang menggunakan beton bertulang pada umumnya adalah
struktur jembatan jenis gelagar, tetapi ada juga yang menggunakan jenis lainnya.
Adapun jenis-jenis bahan bangunan atas jembatan yang memakai beton
bertulang (konvensional) antara lain: balok T, pracetak standar. Penggunaan
bahan beton bertulang ini terutama untuk jembatan dengan bentang-bentang
pendek, serta pada kondisi sungai yang arus airnya tidak berbahaya.

b. Sifat dan karakteristik bahan


Jenis gelagar beton bertulang, umumnya yang sering digunakan adalah jenis
gelagar balok T, dengan kuat tekan beton karakteristik umumnya adalah fc’ = 25
Mpa (K250), dan mutu baja tulangan - BJTD U24-40, dengan tulangan > D = 12
mm deform bar

c. Dimensi dan gambar teknik


1. Gelagar beton balok T

Gambar 3 – Tampak dan Potongan Memanjang Gelagar Beton Balok T

Modul Bahan (BA) & Bahan Pondasi untuk Pekerjaan Jembatan 4


Diklat Penggunaan Bahan & Alat untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

Gambar 4 – Setengah Potongan Melintang Gelagar Beton Balok T

Gambar 5 – Potongan memanjang dan Denah Gelagar Beton Balok T

Modul Bahan (BA) & Bahan Pondasi untuk Pekerjaan Jembatan 5


Diklat Penggunaan Bahan & Alat untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

2. Pracetak Standar Tipe GTI.

Gambar 6 – Potongan Memanjang Dan Melintang Jembatan Pracetak Tipe GTL

d. Perakitan dan pemasangan


Pemasangan struktur beton bertulang jenis gelagar beton bertulang balok T
dilaksanakan dengan menggunakan perancah.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pemasangan bangunan
atas jenis gelagar beton bertulang adalah :
 Perancah, harus direncanakan sedemikian rupa sehingga mampu dan
stabil selama pekerjaan pengecoran beton berlangsung;
 Acuan, dalam kondisi yang kedap (tidak bocor), sehingga beton yang
masih segar tidak kehilangan pasta atau air semen sehingga
mengakibatkan kekeroposan pada struktur beton;
 Campuran beton segar harus memperhatikan jarak antar tulangan,
sehingga campuran beton sedemikian rupa dan dapat masuk ke dalam
semua celah di dalam struktur;

Modul Bahan (BA) & Bahan Pondasi untuk Pekerjaan Jembatan 6


Diklat Penggunaan Bahan & Alat untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

 Waktu pengecoran harus berada dalam batas waktu pengikatan awal, dan
hal tersebut diperlukan untuk menentukan jumlah alat, serta personil yang
mengecor beton tersebut.

Gambar 7 - Jenis-Jenis
Struktur Perancah Untuk
Pelaksanaan Struktur Beton

Gambar 8 - Perancah Dan


Pemasangan Bangunan
Atas Gelagar Beton
Bertulang

Modul Bahan (BA) & Bahan Pondasi untuk Pekerjaan Jembatan 7


Diklat Penggunaan Bahan & Alat untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

4. Jembatan Beton Prategang


a. Umum
Beton merupakan bahan yang kuat terhadap tekanan tetapi relatif lemah
terhadap tarikan, jadi beton dapat menahan beban berat yang menekannya
tetapi hanya dapat menahan beban yang relatif ringan yang cenderung menarik
atau melenturkannya.
Pada beton pratekan/prategang diambil manfaat dari kemampuan beton untuk
melawan gaya tekan. Suatu gaya tekan luar diberikan pada beton supaya tetap
berada dalam tekanan (kompresi) selama umur normalnya, sehingga dapat
mencegah terjadinya tegangan tarik bilamana diberi beban yang cenderung
menarik atau melenturkan beton.
Komponen beton pratekan biasanya lebih kecil dari komponen beton bertulang.
Ukuran lebih kecil ini mengurangi kuantitas baja dan beton tetapi diimbangi
dengan perlunya penggunaan bahan kekuatan tinggi.
Terdapat dua sistem pemberian prategangan pada beton, yaitu menegangkan
sebelum beton dicor atau menegangkan setelah beton dicor. Masing-masing
sistem disebut sebagai pretension dan posttension. Dalam kedua hal tersebut
penegangan dilakukan sebelim pemberian beban mati dan hidup pada
komponen.
Ada berbagai tipe bahan jembatan beton prategang standar antara lain, pelat
beton tipe PTI (pretension), pelat beton berongga tipe PTI (pretension), gelagar
beton prategang tipe GPI (postension).

b. Sifat dan karakteristik bahan


Beton yang digunakan adalah beton kekuatan tinggi agar memungkinkan
penggunaan yang efisien atas kemampuan yang diberikan oleh baja kekuatan
tinggi. Cara-cara biasa untuk pemberian prategangan adalah dengan kawat
(wire), lilitan atau untaian kawat (strand) atau batang (bar) penarikan. Strand
yang sering dipakai pada jembatan adalah strand dengan 7 buah kawat yang
digunakan sebagai tendon pada beton pratekan (prestressed concrete).

Modul Bahan (BA) & Bahan Pondasi untuk Pekerjaan Jembatan 8


Diklat Penggunaan Bahan & Alat untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

Tabel 2 – Jenis Mutu Beton

Jenis Beton
fc ’ ’bk Uraian
(MPa) (Kg/cm2)
Umumnya digunakan untuk beton
prategang seperti tiang pancang beton
Mutu tinggi 35 – 65 400 – 800
prategang, gelagar beton prategang,
pelat beton prategang dan sejenisnya.
Umumnya digunakan untuk beton
bertulang seperti pelat lantai jembatan,
Mutu gelagar beton bertulang, diafragma,
20 – < 35 250 – <400
sedang kerb beton pracetak, gorong-gorong
beton bertulang, bangunan bawah
jembatan.
Umumya digunakan untuk struktur
beton tanpa tulangan seperti beton
15 – <20 175 – <250 siklop, trotoar dan pasangan batu
Mutu
kosong yang diisi adukan, pasangan
rendah
batu.
Digunakan sebagai lantai kerja,
10 – <15 125 – <175
penimbunan kembali dengan beton.

Strand yang dibuat dari 7 buah kawat berdiameter 5 mm terdiri dari sebuah inti
kawat (wire core) yang
dikelilingi 6 kawat
sebagai lapisan pertama
akan membentuk strand
berdiameter 15,3 mm.
Konstruksi ini sering
disebut dengan 7- wire
strand 0,6”.
Tipikal modulus
elastisitas nominal dari
sebuah kabel 7-wire
strand kira-kira 195.000
Tabel 3 – karakteristik Kabel Strand
Mpa, lebih rendah 5-6% dibanding satu buah kawat (single wire/cable).
Pengurangan dari kekakuan ini akibat puntiran kawat-kawat dalam helical strand,
dimana kurva perpanjangan strand (curved strand) tidak seperti pada individual
kawat-kawat. Hal ini karena masing-masing kawat-kawat berbentuk spiral arah
sumbu memanjang strand.

Modul Bahan (BA) & Bahan Pondasi untuk Pekerjaan Jembatan 9


Diklat Penggunaan Bahan & Alat untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

c. Dimensi dan gambar teknik


1. Pelat Beton Tipe PTI (Pretension)

Gambar 9 – Jembatan Pelat Beton Tipe PTI

2. Pelat Beton Berongga Tipe PTI (Pretension)

Gambar 10 –Jembatan Pelat Beton Berongga Tipe PTI

Modul Bahan (BA) & Bahan Pondasi untuk Pekerjaan Jembatan 10


Diklat Penggunaan Bahan & Alat untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

Gambar 11 –
Potongan
Melintang Pelat
Balok Beton
Berongga

3. Gelagar Beton Prategang Tipe GPI

Gambar 12 –
Potongan
Memanjang Dan
Melintang
Jembatan Standar
Beton Prategang

Modul Bahan (BA) & Bahan Pondasi untuk Pekerjaan Jembatan 11


Diklat Penggunaan Bahan & Alat untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

Gambar 13 – Potongan Memanjang Dan Melintang Jembatan Beton Prategang


Post Tension Tipe GPI

Gambar 14 – Berbagai Bentang Jembatan Beton Prategang Standar Bina Marga

Modul Bahan (BA) & Bahan Pondasi untuk Pekerjaan Jembatan 12


Diklat Penggunaan Bahan & Alat untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

Gambar 15 – Persiapan Pelaksanaan Stressing Jembatan Beton Prategang


Segmental

Modul Bahan (BA) & Bahan Pondasi untuk Pekerjaan Jembatan 13


Diklat Penggunaan Bahan & Alat untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

d. Perakitan dan pemasangan


Beberapa tahapan penting pada pemasangan struktur bangunan atas beton
prategang sebagai berikut :
 Pembuatan gelagar secara fabrikasi (casting yard) atau langsung (insitu)
di lokasi;
 Apabila pembuatan gelagar secara fabrikasi, cek dengan baik cara
pengangkutan dari pabrik ke lokasi
 Persiapan pemasangan dari lokasi lapangan menuju ke bentangan
dimana gelagar tersebut harus dipasang;
 Pada beton pratekan pracetak segmental perlu disangga diatas tanah
(stressing bed) sebelum dilaksanakan penyambungan;
 Penyambungan segmen, dengan cara menempatkan segmental tersebut
pada tempat yang mempunyai elevasi antar segmen yang sama dan
penyambungan dengan memberikan bahan epoxy atau perekat khusus
antar beton sehingga segmen dapat tersambung;
 Setelah penyambungan selesai, kemudian dilakukan penegangan kabel
prategang dengan gaya tertentu;
 Cara pemasangan gelagar tersebut dapat dengan cara launching atau
bantuan crane, sampai pada posisinya.

Pada pelaksanaan pemasangan girder dengan cara launching, agar diperhatikan


hal-hal sebagai berikut :
 Gelagar harus dalam posisi yang tegak dan diangkat pada titik yang
sudah ditentukan;
 Perlu diperhatikan masalah gaya prategang yang terlalu besar dan perlu
dihindari daerah yang tertarik;
 Hati-hati terhadap puntir yang mungkin terjadi,
 Mungkin diperlukan pengaku atau penahan sementara pada gelagar pada
arah lateral, terutama pada gelagar dengan lebar flens kurang dari 0,5-0,6
tinggi gelagar;

Modul Bahan (BA) & Bahan Pondasi untuk Pekerjaan Jembatan 14


Diklat Penggunaan Bahan & Alat untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

 Pada waktu penggerakan gelagar, harus dalam kecepatan rendah dan


sejajar tanpa menimbulkan sentakan atau kejut.

1.5. Jembatan Baja


a. Umum
Jembatan baja banyak dipakai di Indonesia yang merupakan produk fabrikasi,
yaitu merupakan produksi berbagai komponen suatu strktur bangunan baja yang
dibuat dari baja pelat atau baja profil. Fabrikasi ini meliputi proses pemotongan,
pembentukan, pengeboran, pelubangan, penyambungan dan kegiatan lainnya,
guna pembentukan pelat-pelat baja yang sederhana dan profil-profil menjadi
komponen-komponen jadi. Adapun jenis bahan jembatan baja standar dapat di
bagi dua yaitu bahan gelagar baja dan bahan rangka baja. Bahan Gelagar baja
antara lain gelagar baja Indonesia lantai pelengkung tipe GBI, gelagar baja
Indonesia tipe GBI, gelagar baja Jepang, dan gelagar baja Australia. Bahan
rangka baja antara lain rangka baja Callender Hamilton, rangka baja Belanda,
rangka baja Australia, rangka baja Austria, dan rangka baja Spanyol.

b. Sifat dan karakteristik bahan


Semua baja yang digunakan dalam fabrikasi sebuah jembatan harus sesuai
dengan peraturan yang sesuai seperti ketentuan dan persyaratan teknik. Hal ini
dapat dicek dengan mengacu kepada tingginya temperatur pemanasan baja
yang diberi tanda (segel) diatas baja, saat baja digilas (rolling). Tingginya
temperatur pemanasan baja ada hubungannya dengan sertifikat pengujian
pabrik yang memberikan perincian sifat-sifat phisik dan komposisi kimia dari baja
tersebut.
Kualitas baja yang digunakan menurut versi Pedoman No.07/BM/2005 tentang
Gambar Standar Bangunan Atas Rangka Baja Kelas A & B, dan versi Jembatan
Spanyol sebagai berikut :

Modul Bahan (BA) & Bahan Pondasi untuk Pekerjaan Jembatan 15


Diklat Penggunaan Bahan & Alat untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

Tabel 4 – Mutu Bahan Rangka Baja Versi Pedoman No.07/BM/2005

Tabel 5 – Mutu Bahan Rangka Baja Versi Jembatan Spanyol

Sedangkan dimensi dan kekuatan baut yang lazim digunakan pada jembatan
baja dapat dijelaskan pada tabel berikut ini :

Modul Bahan (BA) & Bahan Pondasi untuk Pekerjaan Jembatan 16


Diklat Penggunaan Bahan & Alat untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

Tabel 6 – Minimum Bolt Pretension (kN)

Tabel 7 – Nominal Hole Dimensions (mm)

Tabel 8 – Ukuran dan Kekuatan Baut

Modul Bahan (BA) & Bahan Pondasi untuk Pekerjaan Jembatan 17


Diklat Penggunaan Bahan & Alat untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

Tabel 9 – Dimensi Baut Dan Mur

c. Dimensi dan gambar teknik


1. Gelagar baja
1.1. Gelagar Baja Indonesia Lantai Pelengkung – Tipe GBI (modifikasi)

Modul Bahan (BA) & Bahan Pondasi untuk Pekerjaan Jembatan 18


Diklat Penggunaan Bahan & Alat untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

Gambar 16 – Gelagar Baja Indonesia Lantai Pelengkung Tipe GBI Modifikasi

1.2. Gelagar Baja Indonesia Tipe GBI

Gambar 17 – Gelagar Baja Indonesia Tipe GBI Standar

Modul Bahan (BA) & Bahan Pondasi untuk Pekerjaan Jembatan 19


Diklat Penggunaan Bahan & Alat untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

1.3. Gelagar Baja Jepang

Gambar 18 – Gelagar Baja Indonesia Tipe GBI Standar

1.4. Gelagar Baja Australia

Gambar 19 – Gelagar Baja Indonesia Tipe GBI Standar

Modul Bahan (BA) & Bahan Pondasi untuk Pekerjaan Jembatan 20


Diklat Penggunaan Bahan & Alat untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

2. Rangka Baja
2.1. Rangka Baja Callender Hamilton

Gambar 20 – Rangka Baja Callender Hamilton Tipe RBU

Gambar 21 – Rangka Baja Callender Hamilton Tipe RBU-B15 (41,15-59,44 m)

Modul Bahan (BA) & Bahan Pondasi untuk Pekerjaan Jembatan 21


Diklat Penggunaan Bahan & Alat untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

Gambar 22 – Rangka Baja Callender Hamilton Tipe RBU-B (30,48-39,82 m)

Gambar 23- Rangka Baja Callender Hamilton Tipe RBU-D5 (50,55 – 70 m)

Modul Bahan (BA) & Bahan Pondasi untuk Pekerjaan Jembatan 22


Diklat Penggunaan Bahan & Alat untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

Gambar 24 – Rangka Baja Callender Hamilton Tipe Deck (lantai diatas)

2.2. Rangka Baja Belanda

Gambar 25 – Rangka Baja Belanda Tipe RBB (Kelas A, B, C)

Modul Bahan (BA) & Bahan Pondasi untuk Pekerjaan Jembatan 23


Diklat Penggunaan Bahan & Alat untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

Gambar 26 – Rangka Baja Belanda Potongan Melintang Kelas A

2.3. Rangka baja Australia

Gambar 27 – Rangka Baja Australia Tipe RBA Kelas A, B, C (30-60 m)

Modul Bahan (BA) & Bahan Pondasi untuk Pekerjaan Jembatan 24


Diklat Penggunaan Bahan & Alat untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

Gambar 28 – Potongan Melintamg Rangka Baja Australia Permanen Klas A

Gambar 29 – Rangka Baja Australia Tipe RBS

Modul Bahan (BA) & Bahan Pondasi untuk Pekerjaan Jembatan 25


Diklat Penggunaan Bahan & Alat untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

Gambar 30 – Rangka Baja Transpanel Australia Tipe RBT

Gambar 31 – Potongan Melintang Rangka Baja Transpanel Australia

Modul Bahan (BA) & Bahan Pondasi untuk Pekerjaan Jembatan 26


Diklat Penggunaan Bahan & Alat untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

2.4. Rangka Baja Austria

Gambar 32 – Rangka Baja Austria Tipe RBR

2.5. Rangka Baja Spanyol

Gambar 33 – Rangka Baja Spanyol (Tampak Samping dan Rencana Batang


Bawah)

Modul Bahan (BA) & Bahan Pondasi untuk Pekerjaan Jembatan 27


Diklat Penggunaan Bahan & Alat untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

Gambar 34 – Rangka Baja Spanyol (Rencana Ikatan Angin dan Potongan


Melintang)

Modul Bahan (BA) & Bahan Pondasi untuk Pekerjaan Jembatan 28


Diklat Penggunaan Bahan & Alat untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

d. Perakitan dan pemasangan


1). Gelagar Baja
pelaksanaan pemasangan gelagar baja komposit dapat dibagi menjadi 2 bagian
yaitu dengan perancah dan launching. Cara pemasangan tersebut sangat
tergantung pada proses perencanaan gelagar baja komposit itu sendiri.

1.1). Metode Perancah


Pemasangan gelagar baja komposit dengan cara perancah, apabila gelagar
tersebut pada waktu perencanaan tidak diperhitungkan untuk dapat memikul
beban beton segar dan gelagar langsung dihitung secara komposit. Gelagar
jenis ini pada umumnya lebih kecil dibanding dengan gelagar komposit yang
dipasang dengan cara launching.
Berarti gelagar baja pada saat pelaksanaan hanya direncanakan memikul berat
sendiri, dan baru akan memikul berat beton dan beban lalulintas apabila sudah
terjadi komposit secara efektif, oleh sebab itu saat pengecoran beton maka
harus dibantu dipikul oleh perancah.

1.2). Metode Launching


Pemasangan gelagar baja komposit dengan cara launching (tanpa perancah),
apabila dalam perhitungan gelagar komposit memperhitungkan berat beton
segar dan berat sendiri gelagar baja pada waktu pelaksanaan. Berarti gelagar
baja tanpa dibantu oleh perancah dapat memikul berat sendiri dan berat beton
pada saat pengecoran beton. Sedangkan beban lalulintas dapat dipikul setelah
menjadi komp[osit secara efektif.

2). Rangka baja


Terdapat beberapa metode pemasangan (erection) rangka baja antara lain :
1. Perancah
2. Kantilever
3. Semi kantilever

Modul Bahan (BA) & Bahan Pondasi untuk Pekerjaan Jembatan 29


Diklat Penggunaan Bahan & Alat untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

4. Launching
2.1. Metode perancah
Pemasangan rangka baja dengan metode perancah merupakan metode
pemasangan yang paling umum dan mudah. Terdapat beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam pemasangan rangka baja dengan metode perancah yaitu :

 Kondisi arus sungai dan profil sungai apakah memungkinkan untuk


melaksanakan metode perancah tersebut;
 Waktu pelaksanaan pemasangan rangka baja , apakah dalam kondisi musim
hujan, dan bagaimana resiko terhadap banjir dan adanya benda hanyutan
yang terbawa oleh arus sungai tersebut;
 Kekuatan perancah, akan menentukan pemilihan jenis bahan yang digunakan
serta beban bangunan atas yang ada;
 Masalah camber harus disetel sedemikian rupa sesuai dengan jenis rangka
baja yang dipasang (lihat manual pemasangan rangka baja untuk
menentukan camber yang harus terjadi di lapangan), dimana baut
dikencangkan 70% terlebih dahulu dan setelah camber terpenuhi, baru baut
dikencangkan 100%;
 Apabila setelah baut dikencangkan 100%, maka perancah dapat dilepas, dan
pengecoran beton lantai yang menggunakan corrugated steel plate tidak
memerlukan perancah (bekisting);

Gambar 35 – Mempersiapkan Batang Penyokong

Modul Bahan (BA) & Bahan Pondasi untuk Pekerjaan Jembatan 30


Diklat Penggunaan Bahan & Alat untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

Gambar 36 –
Memasang
Gelagar
Melintang

Gambar 37 –
Memasang
Gelagar
Memanjang ,
Batang
Bawah dan
Steel Deck

Gambar 38

Memasang
Batang
Diagonal
Dan Batang
Atas

Modul Bahan (BA) & Bahan Pondasi untuk Pekerjaan Jembatan 31


Diklat Penggunaan Bahan & Alat untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

Gambar 39 – Menyelesaikan Pemasangan Batang Diagonal Dan Batang Atas


Serta Pengencangan Baut

Gambar 40 – Pelepasan Perancah Setelah Baut Dikencangkan 100%

2.2. Metode kantilever


Pemasangan dengan metode kantilever, yaitu pemasangan rangka baja, dimana
rangka baja yang dipasang berupa kantilever terhadap bentang pemberat yang
membuat sistem keseimbangan pada saat pemasangan. Keseimbangan harus
dihitung sedemikian rupa, dan sambungan antar rangka baja terpasang dan
rangka baja pemberat dihubungkan dengan rangka penyambung (linking steel).

Modul Bahan (BA) & Bahan Pondasi untuk Pekerjaan Jembatan 32


Diklat Penggunaan Bahan & Alat untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

Pemasangan rangka baja dengan metode kantilever harus memperhatikan hal-


hal sebagai berikut :
 Pada umumnya dilaksanakan pada kondisi sungai yang curam, atau
kedalaman arus sungai, apakah cukup dalam dan tidak memungkinkan untuk
dipasang perancah.
 Harus disiapkan bentang pemberat, dan beban pemberat yang diletakkan
pada ujung terluar bentang pemberat untuk menimbulkan momen lawan yang
menghasilkan keseimbangan pada waktu proses pemasangan;
 Besaran beban pemberat tergantung pada bentangan rangka pemberat dan
bentangan yang dipasang, setiap jenis rangka baja tidak sama (lihat manual
pemasangan rangka baja sesuai dengan jenis rangka baja yang dipasang)
 Pada waktu pemasangan rangka baja, setiap sambungan harus
dikencangkan 100% setelah setiap panel dan semua baut pada panel
tersebut selesai terpasang.
 Cek ketinggian pada daerah linking steel, perlu adanya peninggian tertentu
(lihat manual pemasangan rangka baja)

Gambar 41 – Persiapan Bentang Pemberat Dan Peralatan Erection

Modul Bahan (BA) & Bahan Pondasi untuk Pekerjaan Jembatan 33


Diklat Penggunaan Bahan & Alat untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

Gambar 42 –
Pemasangan
Lingking Steel

Gambar 43 –
Segmen
Pertama
Sudah
Terpasang

Gambar 44 –
Pemasangan
Segmen
Kedua Dan
Ketiga

Modul Bahan (BA) & Bahan Pondasi untuk Pekerjaan Jembatan 34


Diklat Penggunaan Bahan & Alat untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

Gambar 45 –
Pemasangan
Segmen
Lainnya
Sampai
Seluruhnya

2.3. Metode semi kantilever


Pemasangan rangka baja dengan sistem semi kantilever ini adalah gabungan
antara perancah dengan kantilever, pada umumnya dilaksanakan untuk
memperpendek bentang pemberat, dimana kondisi sungai memungkinkan dan
profil sungai pada daerah sisi cukup datar dan mempunyai tempat untuk
memasang perancah.

Gambar 46 – Pemasangan Lingking Steel Dan Dua Semen Pertama

Modul Bahan (BA) & Bahan Pondasi untuk Pekerjaan Jembatan 35


Diklat Penggunaan Bahan & Alat untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

Gambar 47 – Pemasangan Segmen Selanjutnya Menuju Perancah Bantuan

Gambar 48 – Pemasangan Setengah Bentang Pertama Selesai Dilanjut Dengan


Setengah Bentang Selanjutnya Menuju Abutmen

Modul Bahan (BA) & Bahan Pondasi untuk Pekerjaan Jembatan 36


Diklat Penggunaan Bahan & Alat untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

Gambar 49 – Pemasangan Bentang Jembatan Selesai

d). Metode launching


Pemasangan jenis launching ini memerlukan bentang pemberat dan beban
pemberat, serta diperlukan juga rel untuk mendorong bangunan atas tersebut ke
arah tengah sungai.

Gambar 50 – Peluncuran Jembatan Setelah Dipasang Bentang Pemberat

Modul Bahan (BA) & Bahan Pondasi untuk Pekerjaan Jembatan 37


Diklat Penggunaan Bahan & Alat untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

1.6. Jembatan Sementara

a. Umum
Ada berbagai jenis jembatan sementara atau semi permanen yang digunakan di
Indonesia, yang pada bagian ini yang dibahas adalah bahan jembatan panel dari
tipe Bailey, Mabey (dan Johnson) dan Trans Panel. Jembatan panel adalah
jembatan prefabrikasi yang kecil, mudah dipindahkan, dan sesuai untuk dirakit
dengan cepat dan mudah, serta pemasangannya dengan tangan dan crane
kecil. Jembatan tersebut berguna terutama ketika diperlukan untuk mengganti
jembatan yang rusak karena terbakar, kebanjiran, kecelakaan, tabrakan,
kebusukan kayu dan sebagainya.
Tipe asli dari bahan jembatan panel adalah ”Bailey” yang dikembangkan pada
tahun 1940 untuk keperluan militer. Tipe lain dari bahan jembatan panel ini
adalah :
 Standar Bailey
 Super Bailey
 Acrow
 Mabey Universal
 Mabey Compact
 Transfield Trans panel

b. Sifat dan karakteristik bahan


Ukuran panel berbeda menurut tipe jembatan, bahan jembatan Bailey yang asli
panelnya adalah 3,048 meterpanjangnya dan tingginya 1,448 meter. Bahan
jembatan Mabey Compact 100 ukuran panelnya adalah 3,05 m x 1,45 m, bahan
jembatan Compact 200 panelnya adalah 3,05 x 2,13 m dan bahan jembatan
mabey Universal adalah 4,5 m x 2,36 m. Bahan jembatan Transfield Transpanel
ukuran panelnya adalah 5,000 m x 2,210 m (penguat balok tepi kecil) atau 2,390
m (penguatan balok tepi besar).

Modul Bahan (BA) & Bahan Pondasi untuk Pekerjaan Jembatan 38


Diklat Penggunaan Bahan & Alat untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

Jarak antara rangka yang berlawanan dapat bervariasi antara 3,75 sampai 11,75
m tergantung dari tipe dari tipe dan konfigurasinya. Beberapa sistem melengkapi
jalur untuk para pejalan kaki yang ditempatkan pada sisi luar jembatan.
Secara umum sistem yang ada diatas tidak dapat digabungkan satu dengan
yang lain. Komponen dari satu tipe jembatan panel tidak dapat digunakan secara
bergantian dengan komponen tipe yang lain.
Pada tipe transpanel Australia, tiap komponen diidentifikasi oleh awalan TP dan
sebuah nomor sedangkan komponen yang dipakai hanya untuk perakitan
mempunyai awalan TPE, sistem penomorannya tidak spesifik. Komponen-
komponen utama difabrikasi dari pelat baja dan bagian-bagian dirol dari baja
grade 350. Pin panel terbuat dari baja anti karat berkekuatan tinggi hingga ASTM
A 564-630.
Komponen kecil Mabey mempunyai awalan MC, kode identifikasi adalah nomor,
misalnya MC1 adalah panel standar 3 meter. Sistem ini dirancang dengan ciri
pemeliharaan ringan, semua baut dan pekerjaan baja digalvanisasi dan pin-pin
dari baja anti karat.

c. Dimensi dan gambar teknik


1. Rangka Bailley

Gambar 51- Bahan Jembatan Bailley

Modul Bahan (BA) & Bahan Pondasi untuk Pekerjaan Jembatan 39


Diklat Penggunaan Bahan & Alat untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

Gambar 52 –
Detail Bahan
Rangka Baja
Sementara
Bailley

Gambar 53 –
Susunan
Rangka Baja
Sementara
Bailley

Modul Bahan (BA) & Bahan Pondasi untuk Pekerjaan Jembatan 40


Diklat Penggunaan Bahan & Alat untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

2. Rangka Transpanel

Gambar 54
– Detail
Rangka
Baja
Sementara
Transpanel

Tabel 9 –
Konfigurasi
Jembatan
Rangka
Baja
Transpanel

Modul Bahan (BA) & Bahan Pondasi untuk Pekerjaan Jembatan 41


Diklat Penggunaan Bahan & Alat untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

d. Perakitan dan pemasangan


 Berikut ini tahapan peluncuran untuk jembatan sementara transpanel;
 Persiapkan pondasi pada kepala jembatan dan daerah pelaksanaan pada
kedua tebing. Pasang rol yang ditumpu oleh krib kayu, pada posisi dan
ketinggian yang ditentukan pada gambar perencanaan;

Gambar 55
– Cara
Peluncuran
Jembatan
Rangka
Baja
Sementara
Transpanel

 Pasang hidung peluncuran pada rel (home bank) ditempat yang akan
dibangun sesuai dengan pedoman;
 Pasang bentang, disambungkan dipeluncuran hidung bagian belakang.
Hanya untuk bentang ukuran 40 dan 50 m, konstruksi dari pada bentang
pada 2S (lihat urutan pemasangan) Konstruksi hanya pada bagian
pertama dilakukan;

Modul Bahan (BA) & Bahan Pondasi untuk Pekerjaan Jembatan 42


Diklat Penggunaan Bahan & Alat untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

 Sambungkan outhaul dan backhaul winches pada bentang, lepaskan


rolernya dan luncurkan kerangkanya;
 ”Hanya untuk bentang 40 m dan 50 m”, hentikan peluncuran bila rangka
bentang mencapai posisi seperti ditunjukkan pada gambar, lalu pasanglah
sisa bentang yang tinggal (tahap 2);
 Lanjutkan peluncuran sampai bentang mencapai tepi yang terjauh dan
ujung dari hidung peluncur terletak dan meluncur diatas rollers di tepi
yang terjauh;
 Selanjutnya luncurkan, dengan hidung peluncur berjalan di atas rollers
tepi yang terjauh, sehingga bentang terletak tepat diatas posisi akhir
seperti yang diinginkan dengan pelan, sesuaikan posisinya dengan
menggunakan outhaul dan backhaul winches menahan bentang terhadap
gerakan selanjutnya kemudian pindahkan kabel dan winches;
 Pindahkan hidung peluncur, bidang demi bidang mulai dari depan,
tambahkan tiang akhir pada kedua ujung dan dongkrak bentang kebawah,
ke atas landasannya. Pasanglah lantai kayu dan lengkapilah kepala
jembatan dan opritnya.

1.7. Jembatan Gantung Pejalan Kaki

a. Umum
Pada modul ini bahan jembatan gantung pejalan kaki yang akan dibahas terdiri
dari bahan jembatan kayu bulat tipe gantung ganda (bersumber dari buku 1-
Pedoman No: 020/T/BM/1999. SK No: 60/KPTS/Db/1999). Dan bahan jembatan
gantung kawat baja berdasarkan Pedoman pemasangan jembatan gantung
produksi PT Amarta Karya No : 001/T/BM/1998 (tipe 21 m).
Yang dimaksud jembatan kayu penampang bulat untuk pejalan kaki adalah
jembatan dengan konstruksi sederhana dengan bahan kayu berpenampang
bulat untuk prasarana lalu lintas orang dan kendaraan roda dua. Tipe gantung
ganda adalah suatu konstruksi dimana gelagar utama dipikul oleh satu sistem
penggantung.

Modul Bahan (BA) & Bahan Pondasi untuk Pekerjaan Jembatan 43


Diklat Penggunaan Bahan & Alat untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

Direktorat Jenderal Bina marga juga telah membuat desain bahan jembatan-
jembatan gantung sederhana yang telah diproduksi oleh PT. Amarta Karya.
Jembatan-jembatan tersebut didesain untuk memungkinkan pelaksanaan di
tempat-tempat terpencil dimana peralatan sangat terbatas, dengan bentang-
bentang yang tersedia adalah 21m, 30m, 60m, 92m, dan 120m.

b. Sifat dan karakteristik bahan


Kualitas bahan kayu bulat adalah kayu bulat yang mutunya setara dengan kayu
kelas II, dan terdiri dari kayu berpenampangn bulat yang baik serta dimensinya
harus sesuai gambar dan persyaratan sesuai pedoman.
Untuk bahan jembatan gantung amarta karya, komonennya dirakit di pabrik dan
perakitan dilapangan hanya menggunakan sistem mur baut, dan selanjutnya
daftar komponen dapat dilihat pada packing list pada pedoman yang telah
disebut sebelumnya.

c. Dimensi dan gambar teknik


1). Rangka kayu bulat tipe gantung ganda
2). Rangka gantung kawat baja (PT. Amarta Karya)

Gambar 56 - Penampang Memanjang Dan Melintang Rangka Kayu Bulat Tipe


Gantung ganda

Modul Bahan (BA) & Bahan Pondasi untuk Pekerjaan Jembatan 44


Diklat Penggunaan Bahan & Alat untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

Gambar 57 - Tampak Perspektif Jembatan Rangka gantung kawat baja (PT.


Amarta Karya)

Gambar 58 - Penampang Memanjang Dan Melintang Rangka Gantung Kawat


Baja (PT. Amarta Karya)

Modul Bahan (BA) & Bahan Pondasi untuk Pekerjaan Jembatan 45


Diklat Penggunaan Bahan & Alat untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

d. Perakitan dan pemasangan

1). Rangka kayu bulat tipe gantung ganda

Gambar 59 - Persiapan dan penentuan lokasi

Gambar 60 - Pembuatan perancah, pemancangan tiang pancang atau pondasi

Gambar 61 - Pemasangan balok dan balok penahan

Modul Bahan (BA) & Bahan Pondasi untuk Pekerjaan Jembatan 46


Diklat Penggunaan Bahan & Alat untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

Gambar 62 - Pemasangan balok penggantung

Gambar 63 - Pemasangan balok memanjang

Gambar 64 - Pemasangan tiang sandaran dan batang sandaran

Modul Bahan (BA) & Bahan Pondasi untuk Pekerjaan Jembatan 47


Diklat Penggunaan Bahan & Alat untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

Gambar 65 - Pemasangan lantai jembatan

2) Rangka gantung kawat baja (PT.Amarta Karya)

Gambar 66 - Pekerjaan site plan

Gambar 67 - Pekerjaan pondasi/abutmen

Modul Bahan (BA) & Bahan Pondasi untuk Pekerjaan Jembatan 48


Diklat Penggunaan Bahan & Alat untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

Gambar 68 - Pekerjaan angkur block kabel utama

Gambar 69 - Pekerjaan angkur block kabel angin

Gambar 70 - Pekerjaan pemasangan portal/tiang penyangga

Modul Bahan (BA) & Bahan Pondasi untuk Pekerjaan Jembatan 49


Diklat Penggunaan Bahan & Alat untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

Gambar 71 - Pemasangan roller

Gambar 72 - Pemasangan kabel utama

Gambar 73 - Memasang kabel utama keatas roller

Modul Bahan (BA) & Bahan Pondasi untuk Pekerjaan Jembatan 50


Diklat Penggunaan Bahan & Alat untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

Gambar 74 - Menyetel layout kabel utama

Gambar 75 - Pemasangan hanger

Gambar 76 - Merangkai girder

Modul Bahan (BA) & Bahan Pondasi untuk Pekerjaan Jembatan 51


Diklat Penggunaan Bahan & Alat untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

Gambar 77 - Pengechekan chamber

Gambar 78 - Pemasangan sandaran

Gambar 79 - Pekerjaan pemasangan lantai

Modul Bahan (BA) & Bahan Pondasi untuk Pekerjaan Jembatan 52


Diklat Penggunaan Bahan & Alat untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

Gambar 80 - Pengecekan camber kembali

Gambar 81 - Pemasangan kabel angin

Gambar 82 - Pengecoran pelat injak

Modul Bahan (BA) & Bahan Pondasi untuk Pekerjaan Jembatan 53


Diklat Penggunaan Bahan & Alat untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

Gambar 83 - Pengecekan akhir

Modul Bahan (BA) & Bahan Pondasi untuk Pekerjaan Jembatan 54


Diklat Penggunaan Bahan & Alat untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

BAB II
BAHAN PONDASI JEMBATAN

2.1. Pendahuluan
Banyak bahan yang digunakan untuk pembangunan pondasi konstruksi
jembatan, namun di Indonesia terdapat beberapa bahan yang popular digunakan
sesuai dengan kondisi tanah pada lokasi pembangunan tersebut; yaitu tiang
pancang, tiang bor beton, turap, dan sumuran. Pada modul ini yang dibahas
adalah sifat dan karakteristik bahan, dimensi dan gambar teknik serta metode
kerja dari penggunaan bahan untuk pondasi jembatan tersebut.,

2.2. Tiang Pancang


a. Umum
Tiang pancang terdiri dari beberapa jenis yaitu tiang pancang kayu, tiang
pancang beton: pracetak dilokasi, pracetak prategang, tiang pancang baja : profil
H dan pipa baja

b. Sifat dan Karakteristik Bahan


 Tiang pancang pracetak dilokasi
- Kekuatan beton minimal fc’ 25 Mpa
- Toleransi kelurusan maksimal 20 mm per meter atau 1 : 50
- Tebal selimut beton minimal 40 mm dan yang terekspos air laut 50 mm
- Penyambungan dengan metode standar
- Pemotongan tiang sampai panjang baja tulangan yang terekspos sepanjang
40 x diameter
- Ujung tiang pancang beton harus diberi lapisan pelat baja dengan bentuk
kerucut untuk menjaga kehancuran ujung tiang
- Ujung bagian kepala tiang dibuat dengan beton mutu fc’ 35 Mpa

Modul Bahan (BA) & Bahan Pondasi untuk Pekerjaan Jembatan 55


Diklat Penggunaan Bahan & Alat untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

- Acuan tiang pancang dilokasi tidak boleh dibuka sampai 7 hari atau 70% kuat
tekan beton rencana

Tabel 10 - Dimensi dan Karakteristik Tiang Pancang Beton Pracetak

Uraian Beton pracetak

Diameter nominal (mm) 300-600

Kedalaman maksimum (m) 30

Kedalaman optimum (m) 12 - 15

Beban maksimum ULS 1300


(kN) untuk keadaan biasa

Variasi optimum beban 500 - 1000


ULS (kN)

 Tiang pancang pracetak prategang


Tiang pancang beton pracetak prategang (pratekan) biasanya ditegangkan
dengan pemberian tegangan tekan pada saat dilepas (induced compressive
stress at release) sebesar antara 4 dan 11 Mpa (40-110 Kg/cm²).
Panjang standar dari tiang tersebut adalah dari 6 meter hingga 20 meter,
berdiameter 600 mm. Penyambungan (splicing) dari tiang tersebut dilakukan
dengan pelat baja pada ujung bagian yang akan disambung.

Tabel 11 - Dimensi Dan Kemampuan Tiang Pancang Beton Prategang

Uraian Beton prategang

Diameter nominal (mm) 400-600

Kedalaman maksimum (m) 60

Modul Bahan (BA) & Bahan Pondasi untuk Pekerjaan Jembatan 56


Diklat Penggunaan Bahan & Alat untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

Kedalaman optimum (m) 18 - 30

Beban maksimum ULS 1300


(kN) untuk keadaan biasa

Variasi optimum beban 500 - 1500


ULS (kN)

 Tiang pancang pipa baja


Tiang baja mempunyai keuntungan yaitu kuat ringan untuk ditangani, mempunyai
kemampuan daya dukung tekan (kompresif) yang tinggi bila dipancang pada
lapisan tanah keras dan mampu dipancang dengan keras untuk penetrasi yang
dalam hingga mencapai lapisan dukung, atau untuk mendapatkan daya dukung
tahanan geser yang tinggi.

Tabel 12 - Dimensi Dan Kemampuan Tiang Pancang Beton Prategang

Uraian Profil Baja H Pipa Baja

Diameter nominal (mm) 100x100 sd 400x400 300 - 600

Kedalaman maksimum (m) Tidak terbatas Tidak terbatas

Kedalaman optimum (m) 7 - 40 7 - 40

Beban maksimum ULS 3750 3000


(kN) untuk keadaan biasa

Variasi optimum beban 500 - 1500 600 - 1500


ULS (kN)

Modul Bahan (BA) & Bahan Pondasi untuk Pekerjaan Jembatan 57


Diklat Penggunaan Bahan & Alat untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

c. Dimensi Dan Gambar Teknik

1. Tiang Pancang Beton

Gambar 84 – Dimensi Tiang Pancang

Gambar 85 – Cara Membuat Tiang Pancang Beton Pracetak

Modul Bahan (BA) & Bahan Pondasi untuk Pekerjaan Jembatan 58


Diklat Penggunaan Bahan & Alat untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

Gambar 86 – Cara Mengangkat tiang Pancang

2. Tiang Pancang Beton Pracetak Prategang

Gambar 87 – Dimensi Tiang Pancang Prategang

Modul Bahan (BA) & Bahan Pondasi untuk Pekerjaan Jembatan 59


Diklat Penggunaan Bahan & Alat untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

Gambar 88 –Produk Tiang Pancang Prategang

3. Tiang Pancang Pipa Baja

Gambar 89 – Dimensi Dan Detail Tiang Pancang Pipa baja

Modul Bahan (BA) & Bahan Pondasi untuk Pekerjaan Jembatan 60


Diklat Penggunaan Bahan & Alat untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

Gambar 90 – Produk Tiang Pancang Pipa Baja

Gambar 91 – Dimensi Tiang Gambar 92 – Produk Sepatu


Pancang Baja Profil H Tiang Pancang Pipa Baja

d. Metode Kerja
- Pemberhentian pemancangan sampai terjadi kalendering antara 3 – 5 cm
( dapat dilihat juga pada spesifikasi);

Modul Bahan (BA) & Bahan Pondasi untuk Pekerjaan Jembatan 61


Diklat Penggunaan Bahan & Alat untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

- Jenis alat pancang harus sesuai dengan jenis tiang pancang yang akan
dipancang

- Bahan bantalan antara topi dan kepala tiang harus baik, pada umumnya
digunakan kayu dengan tebal 10-20 cm tergantung pada panjang tiang dan
karakteristik tanah;

- Gaya pancang akan lebih kecil apabila digunakan hammer dengan ram
dan kecepatan rendah atau pukulan yang besar. Gaya pukulan harus
proporsional dengan kecepatan pukulannya;

- Perlu perhatian khusus apabila pemancangan melalui lapisan tanah


dengan tahanan kecil, untuk itu perlu mengurangi kecepatan ram atau
pukulan hammer untuk mengurangi gaya pada tiang;

- Topi pancang tiang harus pas dan cocok dengan ukuran tiang sehingga
tiang dapat dengan mudah bergerak tanpa terikat pada kepala alat
pancang. Hal ini untuk menghindari terjadinya gaya torsi;

- Ujung tiang harus tegak lurus pada as memanjang untuk menghindari


terjadinya eksentrisitas yang menambah gaya pada tiang;

- Pada bagian ujung starnd prategang atau penulangan harus didesain


cukup sehingga tidak terjadi kontak langsung pada waktu pemancangan,
dan enersi pemancangan harus dapat tersalur dengan baik.

2.3. Tiang Bor Beton


a. Umum
Jenis pondasi ini prinsip kerjanya hampir sama dengan pondasi tiang pancang.
Perbedaannya terletak pada cara pemasangannya, kalau tiang pancang masuk

Modul Bahan (BA) & Bahan Pondasi untuk Pekerjaan Jembatan 62


Diklat Penggunaan Bahan & Alat untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

kedalam tanah dengan kekuatan tumbukan sehingga menimbulkan suara yang


keras, sedangkan tiang bor menggunakan alat pengeboran untuk kemudian diisi
campuran beton bertulang.

b. Sifat Dan Karakteristik Bahan


Untuk menggunakan bahan tiang bor harus dilakukan penyelidikan tanah
lengkap dan klasifikasi jenis tanah, mutu beton yang digunakan minimum fc’ 20
Mpa, dan beton yang dicor di bawah permukaan air harus beton tremie.

c. Dimensi Dan Gambar Teknik


1. Tiang Bor

STIR
UPD
13-150
C
SPIR
ALD
13-150B

AR
EBAR20D
22
C
OVER

M
IN
IBOREPILEDIA.60C
m
ATABUTM ENT

BO
TTO
MABU
TM
EN
T

SPIR
ALD
13-150
B

20D
22
A

Gambar – 93 Tiang Bor


Sesudah Pengecoran Beton

Gambar – 94 Detail Pembesian


Tiang Bor

Modul Bahan (BA) & Bahan Pondasi untuk Pekerjaan Jembatan 63


Diklat Penggunaan Bahan & Alat untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

d. Metode Kerja

1). Pelaksanaan pengeboran

 Dibuat lubang dengan dibor sampai kedalaman sesuai gambar rencana

 Sebelum pengecoran semua lubang harus utuh, dasar casing harus


dipertahankan tidak lebih dari 150 cm dan tidak kurang dari 30 cm dibawah
permukaan beton selama penarikan dan operasi penempatan, kecuali
ditentukan lain oleh direksi

Gambar 95 – Tahapan Pengeboran Dan Pengecoran Tiang Bor

 Sampai kedalaman 3 m dari permukaan, beton yg dicor harus digetarkan


dengan alat penggetar, dan sebelumnya semua kotoran dibersihkan,
demikian juga bila ada air dalam lubang bor harus dikeluarkan

 Saat pencabutan casing digetarkan untuk menghindari menempelnya beton


pada dinding casing

 Apabila pengecoran beton didalam air atau pengeboran lumpur maka


digunakan cara tremie

 Tiang bor umumnya harus dicor sampai kira-kira satu meter di atas elevasi
yang akan dipotong, semua beton yang lepas, kelebihan dan lemah harus

Modul Bahan (BA) & Bahan Pondasi untuk Pekerjaan Jembatan 64


Diklat Penggunaan Bahan & Alat untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

dikupas dari bagian puncak tiang bor dan baja tulangan yang tertinggal harus
mempunyai panjang yang cukup sehingga memungkinkan pengikatan yang
sempurna kedalam pur atau struktur di atasnya

2) Pengecoran Beton Tiang Bor (Bored Pile)


Pengecoran beton harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan. Dimanapun
beton digunakan harus dicor ke dalam suatu lubang yang kering dan bersih. Beton
harus dicor melalui sebuah corong dengan panjang pipa. Pengaliran harus
diarahkan sedemikian rupa hingga beton tidak menimpa baja tulangan atau sisi-sisi
lubang. Beton harus dicor secepat mungkin setelah pengeboran dimana kondisi
tanah kemungkinan besar akan memburuk akibat terekspos. Bilamana elevasi
akhir pemotongan berada di bawah elevasi muka air tanah, tekanan harus
dipertahankan pada beton yang belum mengeras, sama dengan atau lebih besar
dari tekanan air tanah, sampai beton tersebut selesai mengeras.

3) Pengecoran Beton di Bawah Air


Bilamana pengecoran beton di dalam air atau lumpur pengeboran, semua bahan
lunak dan bahan lepas pada dasar lubang harus dihilangkan dan cara tremie yang
telah dise-tujui harus digunakan.
Cara tremie harus mencakup sebuah pipa yang diisi dari sebuah corong di
atasnya. Pipa harus diperpanjang sedikit di bawah permukaan beton baru dalam
tiang bor sampai di atas elevasi air/lumpur.
Bilamana beton mengalir keluar dari dasar pipa, maka corong harus diisi lagi
dengan beton sehingga pipa selalu penuh dengan beton baru. Pipa tremie harus
kedap air, dan harus berdiameter paling sedikit 15 cm. Sebuah sumbat harus
ditempatkan di depan beton yang dimasukkan pertama kali dalam pipa untuk
mencegah pencampuran beton dan air.

2.4. Turap
a. Umum

Modul Bahan (BA) & Bahan Pondasi untuk Pekerjaan Jembatan 65


Diklat Penggunaan Bahan & Alat untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

Turap beton maupun turap baja harus mempunyai properties seperti yang
ditunjukkan dalam Gambar. Bilamana dipasang dalam struktur yang telah selesai,
turap tersebut harus kedap air pada sambungannya. Pengecatan turap baja harus
memenuhi ketentuan Spesifikasi.

b. Sifat Dan Karakteristik Bahan

Tabel 13 –
Ketebalan
Dan
Kekuatan
Turap
Beton

Tabel 14 –
Dimensi
Dan
Kekuatan
Turap
Baja

c. Dimensi Dan Gambar Teknik

Modul Bahan (BA) & Bahan Pondasi untuk Pekerjaan Jembatan 66


Diklat Penggunaan Bahan & Alat untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

1. Turap Beton

Gambar 97 – Perspektif Turap Beton

Gambar 96 – Penampang Turap Beton

2. Turap Baja

Gambar 98 – Penampang dan Dimensi Turap Baja

Modul Bahan (BA) & Bahan Pondasi untuk Pekerjaan Jembatan 67


Diklat Penggunaan Bahan & Alat untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

Gambar 99 – Perspektif Turap Baja

d. Metode Kerja
Umumnya ketentuan yang mengatur pemancangan tiang pancang penahan beban
harus berlaku juga untuk turap. Jenis tiang pancang yang akan digunakan harus
seperti yang ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan
oleh Direksi Pekerjaan.

Gambar 100 – Penggunaan Turap di Sungai dan Lereng Jalan

2.5. Sumuran
a. Umum
Bahan sumuran untuk pondasi jembatan ini terbuat dari beton bertulang atau
beton pracetak, yang umum digunakan pada pekerjaan jembatan di Indonesia

Modul Bahan (BA) & Bahan Pondasi untuk Pekerjaan Jembatan 68


Diklat Penggunaan Bahan & Alat untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

adalah dari silinder beton bertulang dengan diameter 250 cm, 300 cm, 350 cm,
dan 400 cm.
b. Sifat Dan Karakteristik Bahan
 Pembuatan bahan cincin pracetak
- Cetakan yang digunakan harus kuat dan tidak dapat berubah bentuk.
- Cincintersebut tidak boleh digeser sebelum berumur 7 hari atau kuat
tekan 70% terhadap kuat tekan karakteristik 28 hari
- Cincin baru boleh diangkat untuk dipasang minimal sudah berumur 14 hari
atau 85% terhadap kuat tekan karakteristik
 Isian bahan sumuran
- Beton lapisan dasar bermutu minimal fc’ 20 Mpa
- Beton siklop bermutu beton minimal fc’ 15 Mpa
- Perbandingan batu besar (diameter maksimum 15 cm) dan beton adalah
batu besar 1/3 bagian dan beton 2/3 bagian
- Beton penutup mempunyai mutu fc’ 20 Mpa
- Panjang stek adalah 40 x diameter tulangan

c. Dimensi Dan Gambar Teknik


1. Sumuran

Gambar 101 – Bentuk Sumuran


d. Metode Kerja

Modul Bahan (BA) & Bahan Pondasi untuk Pekerjaan Jembatan 69


Diklat Penggunaan Bahan & Alat untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

Penempatan sumuran adalah dengan cara penggalian dan penurunan adapun


langkah-langkahnya sebagai berikut :
1. Semua pekerjaan harus dilaksanakan dengan aman, teliti, mematuhi
undang-undang keselamatan kerja, dan sebagainya.

2. Penggalian hanya boleh dilanjutkan bilamana penurunan telah dilaksanakan


dengan tepat dengan memperhatikan pelaksanaan dan kondisi tanah.
Gangguan, pergeseran dan gonjangan pada dinding sumuran harus
dihindarkan selama penggalian.

3. Dinding sumuran umumnya diturunkan dengan cara akibat beratnya sendiri,


dengan menggunakan beban berlapis (superimposed loads), dan
mengurangi ketahanan geser (frictional resistance), dan sebagainya.

4. Cara mengurangi ketahanan geser :


Bilamana ketahanan geser diperkirakan cukup besar pada saat penurunan
din-ding sumuran, maka disarankan untuk melakukan upaya untuk
mengurangi geseran antara dinding luar sumuran dengan tanah di
sekelilingnya.

5. Sumbat Dasar Sumuran


Dalam pembuatan sumbat dasar sumuran, perhatian khusus harus
diberikan untuk hal-hal berikut ini :
i) Pengecoran beton dalam air umumnya harus dilaksanakan dengan cara
tremies atau pompa beton setelah yakin bahwa tidak terdapat fluktuasi
muka air dalam sumuran.
ii) Air dalam sumuran umumnya tidak boleh dikeluarkan setelah
pengecoran beton untuk sumbat dasar sumuran.

6. Pengisian Sumuran

Modul Bahan (BA) & Bahan Pondasi untuk Pekerjaan Jembatan 70


Diklat Penggunaan Bahan & Alat untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

Sumuran harus diisi dengan beton siklop K175 sampai elevasi satu meter di
bawah pondasi telapak. Sisa satu meter tersebut harus diisi dengan beton
K250, atau sebagaimana yang ditunjukkan dalam Gambar.

7. Pekerjaan Dinding Penahan Rembesan (Cut-Off Wall Work)


Dinding penahan rembesan (cut-off wall) harus kedap air dan harus mampu
menahan gaya-gaya dari luar seperti tekanan tanah dan air selama proses
penurunan dinding sumuran, dan harus ditarik setelah pelaksanaan
sumuran selesai dikerjakan.

8. Pembongkaran Bagian Atas Sumuran Terbuka


Bagian atas dinding sumuran yang telah terpasang yang lebih tinggi dari sisi
dasar pondasi telapak harus dibongkar. Pembongkaran harus dilaksanakan
dengan menggunakan alat pemecah bertekanan (pneumatic breakers).
Peledakan tidak boleh digunakan dalam setiap pembongkaran ini.
Baja tulangan yang diperpanjang masuk ke dalam pondasi telapak harus
mempunyai panjang paling sedikit 40 kali diameter tulangan.

Modul Bahan (BA) & Bahan Pondasi untuk Pekerjaan Jembatan 71


Diklat Penggunaan Bahan & Alat untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

DAFTAR PUSTAKA

1. Panduan Pengawasan Pelaksanaan Jembatan Bridge Management System,


Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum, Tahun 1993;
2. Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan, Direktorat Jenderal Bina
Marga Departemen Pekerjaan Umum, Desember 2006;
3. Construction Planning, Equipment, and Methods, Seventh Edition, Peurifoy
at all, Mc Graw-Hill, International Edition, 2006
4. Bahan Publikasi, PC Pile, PT. Wijaya Karya Beton;
5. Modul Pelatihan Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Jafung Tingkat Ahli,
Pusdiklat Departemen PU, 2008;
6. Prinsip dasar Teknik Jembatan & Aplikasinya, Sub Direktorat Teknik
Jembatan, Dit Bintek, Ditjen Bina Marga, September 2008

Modul Bahan (BA) & Bahan Pondasi untuk Pekerjaan Jembatan 72

Anda mungkin juga menyukai