PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat yang dilaksanakan secara
menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Salah satu realisasi pembangunan dibidang
farmasi oleh pemerintah dan swasta adalah dengan menyediakan sarana pelayanan
kesehatan salah satunya adalah apotek.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009, dinyatakan
bahwa apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian
oleh apoteker. Hal ini semakin menegaskan berubahnya paradigma farmasi dari yang
berorientasi obat (drug oriented) menjadi berorientasi pasien (patient oriented) sehingga
diperlukan perubahan dalam praktek pelayanan kefarmasian di apotek saat ini. Berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan No. 1332/Menkes/SK/X/2003, definisi apotek adalah tempat
dilakukan pekerjaan kefarmasian, penyalur sediaan, dan perbekalan kesehatan lainnnya
kepada masyarakat. Dalam peraturan ini seorang apoteker bertanggung jawab atas
pengelolaan apotek, sehingga pelayanan kesehatan kepada masyarakat akan lebih terjamin
keamanannya, baik kualitas maupun kuantitasnya.
Apotek ini dibuat untuk memperluas akses obat terjamin kepada masyarakat.
Selain memperluas akses, apotek ini juga bertujuan untuk menertibkan peredaran obat-
obat palsu dan ilegal, serta memberikan kesempatan pada apoteker untuk memberikan
pelayanan kefarmasian.
Dalam upaya usaha untuk memajukan kesejahteraan umum yang berarti
mewujudkan suatu tingkat kehidupan secara optimal, yang memenuhi kebutuhan
manusia termasuk kesehatan, maka dibuatlah proposal pendirian Apotek Bina Farma ini
yang diharapkan akan memudahkan masyarakat untuk mendapatkan obat.
Dengan demikian, seorang (APA) dalam menjalankan profesi apotekernya di
apotek tidak hanya pandai sebagai penanggung jawab teknis kefarmasian saja, melainkan
juga dapat mengelola apotek sesuai dengan prinsip-prinsip bisnis tanpa memberikan
keuntungan kepada pihak-pihak yang memiliki kepentingan semata melainkan juga
memiliki fungsi sosoial di masyarakat.
B. TUJUAN UMUM PENDIRIAN APOTEK
Tujuan pendirian apotek antara lain :
1. Tempat pengabdian profesi apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan.
2. Sarana farmasi yang melakukan peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran dan
penyerahan obat dan bahan obat.
3. Meningkatkan kesehatan masyarakat setempat khususnya dan masyarakat pada
umumnya.
4. Meningkatkan pengetahuan masyarakat dengan menjalankan fungsi sebagai
tempat pelayanan informasi kesehatan dan Meningkatkan pemahaman masyarakat
tentang penggunaan obat secara rasional dalam praktek pengobatan sendiri
(swamedikasi).
5. Membuka kesempatan kerja bagi masyarakat dan berupaya meningkatkan
kesejahteraan karyawan.
BAB II
A. Profil Apotek
1. Deskripsi Apotek
2. Misi
3. Strategi
Dalam rangka mengembangkan usaha apotek ini diperlukan strategi inovasi khusus,
sehingga nantinya diharapkan mampu mempertahankan eksistensi apotek Sehati dan
mampu memajukan apotek dengan membuka cabang-cabang baru di daerah lain.
Adapun strategi yang ditempuh antara lain :
1. Menyediakan jasa konseling secara gratis oleh APA.
2. Menyediakan obat-obatan yang dibutuhkan oleh pasien. Jika obat yang
dibutuhkan pasien tidak ada maka berusaha mengambil di apotek lain, diusahakan
agar pasien pulang mendapat obat yang diperlukan tanpa copie resep.
3. Monitoring pasien. Monitoring dilakukan terhadap pasien via telepon, terutama
untuk pasien dengan penyakit kronis. Hal ini dilakukan untuk mengontrol keadaan
pasien dan meningkatkan kepercayaan pasien terhadap apotek.
4. Fasilitas yang menarik. Ruang tunggu dibuat senyaman mungkin, TV, tempat
duduk yang nyaman, majalah kesehatan, Koran dan tabloid serta tempat parkir
yang luas.
5. Kerjasama dengan praktek dokter dan apotek lain
6. Menerima pelayanan resep dengan sistem antar jemput (dengan catatan masih
dalam wilayah sekitar apotek)
7. Menjamin bahwa seluruh proses terapi obat pasien yang diberikan merupakan
terapi yang rasional dan nyaman bagi pasien.
8. Mengatasi masalah dalam terapi obat dan mencegah timbulnya masalah baru
di masa yang akan datang.
9. Melakukan efisiensi biaya kesehatan masyarakat.
10. Merancang SOP (Standard Operating Procedure) dan standar organisasi kerja.
11. Memberlakukan sistem reward and punishment bagi karyawan apotek.
D. LOGO APOTEK
E. SARANA DAN PRASARANA
1. Bangunan
Untuk bangunan di Apotek D5 terdiri dari :
a) Ruang tunggu pasien
b) Ruang pelayanan
c) Ruang peracikan
d) Ruang konsultasi
Untuk kelengkapan bangunan dilengkapi dengan
a) Penerangan apotek
b) Sumber air bersih
c) Tempat sampah
2. Peralatan dan Perlengkapan
a) Peralatan
Alat pembuatan : pengolahan dan peracikan, terdiri dari : timbangan
dan anak timbangan, mortir dan stamper, sudip, batang pengaduk,
gelas ukur dll
Alat perbekalan farmasi : pot plastik berbagai ukuran, lemari pendingin,
kertas puyer dan rak penyimpanan obat.
Wadah pengemas dan pembungkus : plastik, etiket, tas plastik, steples.
Alat administrasi : surat pesanan obat (OTC, OWA, prekursor,
psikotropik, narkotik), nota penjualan, buku pembelian obat, buku
pengeluaran obat, buku resep, kuitansi, alat tulis, blanko salinan resep,
stempel apotek.
b) Perlengkapan
Rak / etalase obat
Lemari khusus narkotika dan psikotropika
Obat (obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras)
Kosmetik
Alat kesehatan
c) Buku Standar
Farmakope Indonesia Edisi III dan IV
ISO Edisi Terbaru
MIMS Edisi Terbaru
Peraturan perundang-undangan terkait Apotek
Dan buku standar yang lain
ANALISIS KEUANGAN
a) Perlengkapan dan perlatan apotek
- Etalase penyimpanan obat Rp. 7.000.000,00
- Lemari es Rp. 1.500.000,00
- Lemari arsip Rp. 500.000,00
- Papan nama apotek Rp. 2.000.000,00
- Papan nama APA dan SIA Rp. 500.000,00
- Meja kursi apoteker Rp. 600.000,00
- Kursi karyawan Rp. 400.000,00
- Meja peracikan obat Rp. 1.200.000,00
- Kursi tunggu pasien Rp. 600.000,00
- Meja kasir Rp. 375.000,00
- Dispenser dan peralatan makan Rp. 250.000,00
- Komputer Rp. 5.000.000,00
- Software Apotek Rp. 1.000.000,00
Total Rp. 20.425.000,00
b) Alat-alat perlengkapan administrasi
- Surat pesanan obat Rp. 200.000,00
- Buku faktur penjualan Rp. 10.000,00
- Buku penjualan Rp. 10.000,00
- Buku nota obat Rp. 50.000,00
- Buku kwitansi Rp. 10.000,00
- Buku pemesanan obat psikotropika Rp. 50.000,00
- Buku pemesanan obat narkotika Rp. 50.000,00
- Buku salinan copy resep Rp. 100.000,00
- Buku catatan pembelian Rp. 20.000,00
- Buku catatan penjualan Rp. 20.000,00
- Buku catatan keuangan Rp. 20.000,00
- Buku catatan narkotika Rp. 20.000,00
- Buku catatan psikotropika Rp. 20.000,00