Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 3, No. 1/Juni 2014, hlm.

37-49

HUBUNGAN EMPATI DAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL


DENGAN KUALITAS HIDUP

Muhammad Kusasi
Kementrian Agama, Provinsi Kalimantan Timur
email: kusasi777@gmail.com

Abstract. The purpose of this research is to know the relationship between empathy and
interpersonal communication with the quality of life. The kind of research this is quantitative.
Data collection method using the scale of empathy, the scale of interpersonal communication,
and scale of the quality of life. Samples of this research are students of the vocational school
7 engineering major’s software of samarinda a number of 70 students. Data available for
analysis technique using regression. The research results show there is a positive connection
and significant between empathy and interpersonal communication with the quality of life of
vocational high school students land 7 of Samarinda majors engineering software. There is
a positive connection and significant between empathy with the quality of life of vocational
high school students land 7 of samarinda majors engineering software. There is a positive
connection and very significant between interpersonal communication with the quality of life
of vocational high school students land 7 of samarinda majors engineering software.

Keywords: empathy, interpersonal communication, quality of life

Abstrak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara empati dan
komunikasi interpersonal dengan kualitas hidup. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif.
Metode pengumpulan data menggunakan skala empati, skala komunikasi interpersonal, dan
skala kualitas hidup. Sampel pada penelitian ini siswa-siswi SMK Negeri 7 Jurusan Rekayasa
Perangkat Lunak Samarinda sejumlah 70 siswa. Teknik Analisa data menggunakan regresi
ganda. Hasil penelitian menunjukkan Terdapat hubungan positif dan signifikan antara empati
dan komunikasi interpersonal dengan kualitas hidup siswa SMK Negeri 7 Samarinda jurusan
RPL (Rekayasa Perangkat Lunak). Terdapat hubungan positif dan signifikan antara empati
dengan kualitas hidup siswa SMK Negeri 7 Samarinda jurusan RPL (Rekayasa Perangkat
Lunak). Terdapat hubungan positif dan sangat signifikan antara komunikasi interpersonal
dengan kualitas hidup siswa SMK Negeri 7 Samarinda jurusan RPL (Rekayasa Perangkat
Lunak).

Kata kunci: empati, komunikasi interpersonal, kualitas hidup

PENDAHULUAN yang memiliki sasaran yaitu


SMK Negeri 7 adalah sekolah terselenggaranya pendidikan yang siap
menengah kejuruan yang bergerak pada mandiri, mampu mengikuti perubahan dan
bidang pendidikan terdiri dari tiga jurusan kemajuan ilmu pengetahuan & teknologi
yaitu MM (Multimedia), RPL (Rekayasa (Iptek) serta berkepribadian dilandasi iman
Perangkat Lunak), dan TKJ (Teknik dan taqwa bertaraf internasional. Pada
Komputer Jaringan). Dimana sekolah dasarnya SMK Negeri 7 melakukan
tersebut merupakan salah satu sekolah IT berbagai macam upaya untuk memajukan

37
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 3, No. 1/Juni 2014, hlm. 37-49

dan mengembangkan sekolah tersebut menggunakan AC akibat kelas yang


dengan cara meningkatkan kualitas hidup bergantian. Sebenarnya tidak berkualitas
siswa-siswinya. Namun pada dan tidak berkeadilannya mereka sama-
kenyataannya usaha yang dilakukan oleh sama tidak bisa merasakan rasanya panas
sekolah tersebut terlihat seperti tidak ada untuk yang ber-AC dan tidak bisa
niatan yang sungguh-sungguh untuk merasakan AC untuk yang tidak
meningkatkan kualitas hidup para siswa. menggunakan AC. Namun, kenyataannya
Hal ini terlihat dari beberapa hal seperti guru-guru lebih senang mengajar di kelas
fasilitas yang disediakan kurang memadai yang menggunakan AC. Itulah yang
untuk menunjang proses belajar mengajar membuat tingkat kualitas hidup siswa-
siswa, sehingga tidak sedikit siswa yang siswinya rendah”.
mengalami kejenuhan dalam belajar. Sementara itu, ada persepsi umum
Sehingga kualitas hidup mereka menjadi yang sudah berakar dalam dunia
rendah dan inilah yang menjadi kendala pendidikan dan juga sudah menjadi
dalam pengembangan sekolah tersebut. harapan masyarakat. Persepsi umum ini
Hasil itu dikuatkan dari hasil menganggap bahwa sudah merupakan
wawancara yang dilakukan peneliti tugas guru untuk mengajar dan menyodori
dengan beberapa karyawan pada tanggal siswa dengan muatan-muatan informasi
26 November 2012 pukul 14.00-14.20 di dan pengetahuan. Guru perlu bersikap atau
SMK Negeri 7 Samarinda dan salah setidaknya dipandang oleh siswa sebagai
satunya adalah A (Pembina OSIS, SMK yang maha tahu dan sumber informasi.
Negeri 7 Samarinda). Beliau menjelaskan Kualitas hidup siswa dapat menurun
bahwa “Sarana penunjang proses belajar dengan kualitas pengajar yang buruk
mengajar masih kurang memadai terutama seperti itu, terlebih saat siswa harus belajar
pada kelas X RPL 1 dan X RPL 2. Fasilitas dalam kondisi terbebani dan situasi yang
yang tidak mendukung itu adalah menakutkan karena dibayangi oleh
ketidakadilan karena ada yang tuntutan-tuntutan mengejar nilai-nilai
menggunakan AC untuk terpadu dan ujian yang tinggi (Lie, 2003).
menggunakan kipas angin untuk reguler. Kondisi pada saat belajar itu sangat
Apalagi untuk siswa baru sekarang mempengaruhi proses mengajar dan
semuanya adalah reguler, dimana kualitas hidup siswa. Dimana kondisi
seharusnya semua tidak menggunakan AC, belajar adalah suatu keadaan yang dapat
tetapi ada beberapa kelas yang mempengaruhi proses dan hasil belajar.

38
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 3, No. 1/Juni 2014, hlm. 37-49

Definisi lain tentang kondisi belajar adalah siswa dalm tugas-tugas yang terstruktur
suatu yang mana terjadi aktifitas disebut sebagai sistem "pembelajaran
pengetahuan dan pengalaman melalui gotong royong". Dalam sistem ini, guru
berbagai proses pengolahan mental. bertindak sebagai fasilitator. Di samping
Sedangkan menurut Gagne (1985) itu, setiap anggota kelompok tidak hanya
menyatakan terjadinya belajar pada bertanggung jawab pada belajar sendiri
manusia terdapat perbedaan dalam tetapi juga membantu teman satu team
penampilan/ kinerja manusia sebelum dan yang lain dalm belajar, sehingga tercipta
sesudah ia ditempatkan pada situasi suasana sukses (Lie, 2003).
belajar. Dengan kata lain ia menyatakan Dalam rimba modernitas sekarang ini,
bahwa kondisi belajar adalah suatu situasi empati merupakan barang mahal yang
belajar yang dapat menghasilkan cukup sulit didapat. Empati bukan hanya
perubahan perilaku pada seseorang setelah sekedar ikut merasakan, tetapi juga
ia ditempatkan pada situasi tersebut berbuat dengan tindakan nyata. Di dalam
(Lubis, 2010). tataran praktis hal ini cukup sulit untuk
Tampaknya perlu adanya perubahan dilakukan, karena manusia-manusia
paradigma dalam menelaah proses belajar modern terkurung oleh egonya, dan
siswa dan interaksi antara siswa dan guru. memberi empati sangatlah menyejukkan
Sudah seyogianyalah kegiatan belajar jiwa (Arianto, 2008).
mengajar juga lebih mempertimbangkan Menurut Minarti (2005) empati adalah
siswa. Siswa bukanlah sebuah botol kemampuan mengindra perasaan dari
kosong yang bisa diisi dengan muatan- perspektif orang lain. Empati menekankan
muatan informasi apa saja yang dianggap pentingnya mengindra perasaan orang lain
perlu oleh guru. selain itu, alur proses sebagai dasar untuk membangun
belajar tidak harus berasal dari guru hubungan interpersonal yang sehat. Dalam
menuju siswa. siswa bisa saling mengajar empati perhatian dialihkan kepada
dengan sesama siswa yang lainnya. pengenalan emosi orang lain, semakin
Bahkan, banyak penelitian menunjukkan seseorang mengetahui emosi sendiri,
bahwa pengajaran oleh rekan sebaya (peer semakin terampil dia membaca emosi
teaching) ternyata lebih efektif daripada orang lain. Sehingga semakin tinggi
pengajaran oleh guru. Sistem pengajaran tingkat empati remaja terhadap orang lain
yang memberi kesempatan kepada anak maka remaja tersebut akan semakin mudah
didik untuk bekerja sama dengan sesama berinteraksi dengan orang lain dan

39
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 3, No. 1/Juni 2014, hlm. 37-49

menerima informasi yang diberikan. mempengaruhi komunikasi dan hubungan


Selain itu empati juga merupakan faktor dengan orang lain. Suatu pesan yang
yang mempengaruhi kualitas hidup siswa. dikomunikasikan, bermula dari diri
Semakin rendah tingkat empati siswa seseorang (Muhammad, 1995).
maka semakin rendah pula tingkat kualitas Komunikasi interpersonal menjadi penting
hidup mereka. karena prosesnya bersifat dialogis. Dalam
Dimana pengertian kualitas hidup proses komunikasi dialogis nampak
adalah tingkatan yang menggambarkan adanya upaya dari para pelaku komunikasi
keunggulan seorang individu yang dapat untuk terjadinya pergantian bersama dan
dinilai dari kehidupan mereka. empati.
Keunggulan individu tersebut biasanya Ketidakmampuan dalam
dapat dinilai dari tujuan hidupnya, kontrol mengembangkan sikap empati dan
pribadinya, hubungan interpersonal, komunikasi interpersonal dengan baik
perkembangan pribadi, intelektual dan akan menghasilkan kualitas hidup yang
kondisi materi. (Cohen & Lazarus dalam buruk. Salah satu cara untuk meningkatkan
Sarafino, 1994). Salah satu cara untuk empati adalah melalui sosok seorang ibu.
mengukur keunggulan individu atau Ibu yang puas dengan perannya akan
kualitas hidup mereka adalah dari mampu menciptakan anak yang memiliki
hubungan interpersonalnya. Ketika siswa empathic concern yang tinggi (koestner,
ingin menjalin hubungan interpersonal 1990).
dengan siswa lain maka dia sangat
membutuhkan komunikasi. TINJAUAN PUSTAKA
Dalam kehidupan sehari-hari siswa Kualitas hidup didefinisikan sebagai
pasti selalu membutuhkan komunikasi perasaan individu tentang kesehatan dan
untuk berinteraksi dengan orang lain. kesejahteraannya dalam area yang luas
Salah satunya yaitu komunikasi meliputi fisik, fungsi psikologis dan fungsi
interpersonal, yang dimana menurut sosial. (Polonsky, 2000). Sedangkan
Devito (dalam Suseno, 2009) menyatakan kualitas hidup dapat diartikan sebagai
bahwa komunikasi Interpersonal derajat dimana seseorang menikmati
merupakan proses pengiriman dan kemungkinan dalam hidupnya,
penerimaan pesan antara dua orang atau kenikmatan tersebut memiliki dua
sekelompok kecil orang secara spontan komponen yaitu pengalaman, kepuasan
dan informal. Komunikasi interpersonal dan kepemilikan atau pencapaian beberapa

40
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 3, No. 1/Juni 2014, hlm. 37-49

karakteristik dan kemungkinan- obatan atau bantuan medis lainnya


kemungkinan tersebut merupakan hasil dalam melakukan aktivitas sehari-
dari kesempatan dan keterbatasan setiap hari
orang dalam hidupnya dan merefleksikan c) Energi dan kelelahan:
interaksi faktor personal lingkungan menggambarkan tingkat
(Weissman, 2004). kemampuan yang dimiliki oleh
Menurut WHOQOL Group (dalam individu dalam menjalankan
Lopez dan Snyder, 2004), kualitas hidup aktivitasnya sehari-hari.
memiliki 6 dimensi yaitu (1) kesehatan d) Mobilitas: menggambarkan tingkat
fisik, (2) kesejahteraan psikologis, (3) perpindahan yang mampu dilakukan
tingkat kemandirian, (4) hubungan sosial, oleh individu dengan mudah dan
(5) hubungan dengan lingkungan dan (6) cepat.
keadaan spiritual. WHOQOL ini kemudian e) Sakit dan ketidaknyamanan:
dibuat lagi menjadi instrumen menggambarkan sejauh mana
WHOQOL_BREF dimana 6 dimensi perasaan keresahan yang dirasakan
tersebut kemudian dipersempit lagi individu terhadap hal-hal yang
menjadi empat dimensi yaitu (1) kesehatan menyebabkan individu merasa sakit
fisik, (2) kesejahteraan psikologis, (3) f) Tidur dan istirahat: menggambarkan
hubungan sosial dan (4) hubungan dengan kemampuan yang dimiliki individu
lingkungan. Keempat dimensi ini untuk menyelesaikan tugas-tugasnya
kemudian dijabarkan menjadi beberapa 2) Dimensi kesejahteraan psikologis
fase (Power dalam Lopez dan Snyder, a) Bodily image dan appearance:
2004) sebagai berikut yaitu: menggambarkan bagaimana
1) Dimensi kesehatan fisik individu memandang keadaan tubuh
a) Aktivitas sehari-hari: serta penampilannya
menggambarkan kesulitan dan b) Perasaan negatif: menggambarkan
kemudahan yang dirasakan individu adanya perasaan yang tidak
ketika melakukan kegiatan sehari- menyenangkan yang dimiliki oleh
hari individu
b) Ketergantungan pada obat-obatan c) Perasaan positif: menggambarkan
dan bantuan medis: menggambarkan perasaan yang menyenangkan yang
seberapa besar kecenderungan dimiliki oleh individu
individu dalam menggunakan obat- d) Self-esteem: melihat bagaimana

41
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 3, No. 1/Juni 2014, hlm. 37-49

individu menilai atau yang dimiliki tinggal individu


oleh individu e) Kesempatan untuk mendapatkan
e) Berpikir, belajar, memori, dan berbagai informasi baru dan
konsentrasi: menggambarkan keterampilan: menggambarkan ada
keadaan kognitif individu yang atau tidaknya kesempatan bagi
memungkinkan untuk individu untuk memperoleh hal-hal
berkonsentrasi, belajar dan baru yang berguna bagi individu
menjalankan fungsi kognitif lainnya. f) Partisipasi dan kesempatan untuk
3) Dimensi hubungan sosial melakukan rekreasi atau kegiatan
a) Relasi persona: menggambarkan yang menyenangkan:
hubungan individu dengan orang menggambarkan sejauhmana
lain individu memiliki kesempatan dan
b) Dukungan sosial: menggambarkan dapat bergabung untuk berkreasi dan
adanya bantuan yang didapatkan menikmati waktu luang
oleh individu yang berasal dari g) Lingkungan fisik: menggambarkan
lingkungan sekitarnya. keadaan lingkungan sekitar tempat
c) Aktivitas seksual: menggambarkan tinggal individu (keadaan air,
kegiatan seksual yang dilakukan saluran udara, iklim, polusi)
individu. h) Transportasi: menggambarkan
4) Dimensi hubungan dengan lingkungan sarana kendaraan yang dapat
a) Sumber finansial: menggambarkan dijangkau oleh individu.
keadaan keuangan individu Secara lebih luas empati diartikan
b) Freedom, physical safety dan sebagai keterampilan sosial tidak sekedar
keamanan: menggambarkan tingkat ikut merasakan pengalaman orang lain
keamanan individu yang dapat (vicarious affect response), tetapi juga
mempengaruhi kebebasan dirinya. mampu melakukan respon kepedulian
c) Perawatan kesehatan dan peduli terhadap perasaan dan perilaku orang
akan sosial: menggambarkan tersebut. Tidak heran jika latihan
ketersediaan layanan kesehatan dan memberikan sesuatu atau bersedekah,
perlindungan sosial yang dapat selain merupakan sarana beribadah, juga
diperoleh individu bisa melatih empati anak pada orang lain
d) Lingkungan rumah: yang memunculkan sifat berderma.
menggambarkan keadaan tempat (Frieda, 2010)

42
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 3, No. 1/Juni 2014, hlm. 37-49

Aspek-aspek dari kemampuan empati interpersonal, maka akan semakin terbuka


yang meliputi aspek kognitif dan emosi. orang untuk mengungkapkan dirinya,
Fesbach (Carltledge & Milburn, 1995) semakin cermat persepsinya tentang orang
menyebutkan aspek-aspek kemampuan lain dan persepsinya terhadap diri sendiri,
empati tersebut, yaitu: sehingga semakin efektif komunikasi yang
a) Rekognisi dan diskriminasi dari berlangsung diantara komunikator dan
perasaan, yaitu kemampuan komunikan.
menggunakan informasi yang relevan Menurut Kumar (dalam Wiryanto,
untuk memberi nama dan 2004) Efektifitas komunikasi interpersonal
mengidentifikasikan emosi. mempunyai lima aspek sebagai berikut:
b) Pengambilan perspektif dan peran, 1) Keterbukaan. Kemauan menanggapi
yaitu kemampuan memahami bahwa dengan senang hati informasi yang
individu lain dapat melihat dan diterima di dalam menghadapi
mengintepretasikan situasi dengan cara hubungan antarpribadi.
yang berbeda, serta kemampuan 2) Empati. Merasakan apa yang dirasakan
mengambil dan mengalami sudut orang lain.
pandang orang lain. Kemampuan 3) Dukungan. Situasi yang terbuka untuk
pengambilan peran kognitif dan afektif mendukung komunikasi berlangsung
adalah kemampuan untuk berpikir efektif.
tentang sesuatu yang dipikirkan orang 4) Rasa positif. Seseorang harus memiliki
lain dan menyimpulkan perasaan orang perasaan positif terhadap dirinya,
lain. mendorong orang lain lebih aktif
c) Responsivitas emosional, yaitu berpartisipasi, dan menciptakan situasi
kemampuan untuk mengalami dan komunikasi kondusif untuk interaksi
menyadari emosinya sendiri. yang efektif.
Sedangkan menurut Winkel (dalam 5) Kesetaraan. Pengakuan secara diam-
Barus, 2005) komunikasi interpersonal diam bahwa kedua belah pihak
merupakan proses komunikasi timbal balik menghargai, berguna dan mempunyai
yang berlangsung antara dua orang atau sesuatu yang penting untuk
lebih secara tatap muka, langsung dan disumbangkan. Sebagai sarana untuk
melalui kontak pribadi (hati ke hati). Dari mencapai suatu kesepakatan atau
segi psikologis komunikasi, dapat kesetaraan pandangan atau pendapat.
dipahami bahwa semakin baik hubungan

43
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 3, No. 1/Juni 2014, hlm. 37-49

METODE PENELITIAN deskriptif yaitu penelitian yang berusaha


Jenis penelitian yang digunakan untuk menjelaskan atau menerangkan
dalam penelitian ini adalah dengan suatu peristiwa berdasarkan data
menggunakan penelitian kuantitatif, yaitu (Arikunto, 2005), sedangkan penelitian
penelitian yang banyak menggunakan korelasional bertujuan untuk menemukan
angka, mulai dari pengumpulan data, ada tidaknya hubungan antara dua
penafsiran terhadap data serta penampilan fenomena atau lebih (Arikunto, 2005).
dari hasilnya (Arikunto, 2005). Menurut Rancangan penelitian deskriptif
Azwar (2007), penelitian dengan digunakan untuk mendeskripsikan empati
pendekatan kuantitatif menekankan dan komunikasi interpersonal dengan
analisisnya pada data-data numerikal kualitas hidup pada siswa-siswi SMK
(angka) yang diolah dengan metode Negeri 7 Samarinda. Sedangkan penelitian
statistika. Pada dasarnya, pendekatan korelasional digunakan untuk mengetahui
kuantitatif dilakukan pada penelitian ada tidaknya dinamika hubungan antara
inferensial (dalam rangka pengujian empati dan komunikasi interpersonal
hipotesis) dan menyandarkan kesimpulan dengan kualitas hidup pada siswa-siswi
hasilnya pada suatu probabilitas kesalahan SMK Negeri 7 Jurusan Rekayasa
penolakan hipotesis nihil. Dengan metode Perangkat Lunak Samarinda sejumlah 70
kuantitatif akan diperoleh signifikansi siswa.
perbedaan kelompok atau signifikansi Jenis populasi yang digunakan untuk
hubungan antar variable yang diteliti. Pada penelitian purposive sample yaitu
umumnya penelitian kuantitatif pengambilan sampel atau subjek yang
merupakan penelitian sampel besar. didasarkan atas ciri-ciri atau sifat-sifat
Dilihat dari jenisnya, penelitian ini tertentu yang dipandang mempunyai
termasuk penelitian korelasional, yang sangkut paut dengan sifat-sifat yang telah
bertujuan untuk mendeteksi sejauh mana diketahui (Hadi, 1993). Selain itu sampel
variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan yang dipakai dalam penelitian ini
dengan variasi-variasi pada satu atau lebih menggunakan rancangan sampel
faktor lain berdasarkan koefisien korelasi probabilitas yang artinya penarikan sampel
(Suryabrata, 2008). Sedangkan didasarkan atas pemikiran bahwa
berdasarkan penelitian ini, peneliti keseluruhan unit populasi memiliki
menggunakan rancangan penelitian kesempatan yang sama untuk dijadikan
deskriptif dan korelasional. Penelitian sampel (Bungin, 2005).

44
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 3, No. 1/Juni 2014, hlm. 37-49

Metode pengumpulan data yang meliputi normalitas sebaran, linearitas


dimaksud pada penelitian ini adalah hubungan antara variabel bebas dan
menggunakan data pribadi subjek dan alat variabel tergantung. Keseluruhan teknik
pengukuran atau instrumen. Alat analisis data akan menggunakan program
pengukuran atau instrumen yang SPSS versi 18.0 for windows 7.
digunakan ada tiga macam, yaitu alat ukur
empati, komunikasi interpersonal dan HASIL DAN PEMBAHASAN
kualitas hidup. Penelitian ini Hasil Uji Asumsi
menggunakan skala Likert yang telah a. Hasil Uji Normalitas
dimodifikasi Uji normalitas untuk melihat
Analisis data yang dilakukan untuk penyimpangan frekuensi observasi yang
pengolahan data penelitian adalah dengan diteliti dari frekuensi teoritik. Uji asumsi
menggunakan analisis regresi untuk normalitas menggunakan teknik statistik
mengetahui seberapa besar hubungan dan non parametrik one sampel Kolmogrov-
kemampuan prediksi kedua variable bebas Smirnov. Kaidah yang digunakan adalah
(empati dan komunikasi interpersonal) jika p > 0.05 maka sebarannya normal,
dengan variable tergantung (kualitas sebaliknya jika p < 0.05 maka sebarannya
hidup). Sebelum dilakukan analisis data, tidak normal (Hadi, 2000).
terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yang
Tabel 1. Hasil Uji Normalitas
Variabel Kolmogrov-Smirnov Z p Keterangan
Kualitas Hidup 1.070 0.202 Normal
Empati 0.888 0.409 Normal
Komunikasi Interpersonal 1.008 0.261 Normal

Tabel 13 dapat ditafsirkan sebagai nilai Z = 0.888 dan p = 0.409 (p > 0.05).
berikut: Hasil uji berdasarkan kaidah
1) Hasil uji asumsi normalitas sebaran menunjukkan sebaran butir-butir
terhadap variabel kualitas hidup empati adalah normal.
menghasilkan nilai Z = 1.070 dan p = 3) Hasil uji asumsi normalitas sebaran
0.202 (p > 0.05). Hasil uji berdasarkan terhadap variabel komunikasi
kaidah menunjukkan sebaran butir- interpersonal menghasilkan nilai Z =
butir kualitas hidup adalah normal. 1.008 dan p = 0.261 (p > 0.05). Hasil uji
2) Hasil uji asumsi normalitas sebaran berdasarkan kaidah menunjukkan
terhadap variabel empati menghasilkan

45
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 3, No. 1/Juni 2014, hlm. 37-49

sebaran butir-butir komunikasi taraf penyimpangan dari linearitas


interpersonal adalah normal. hubungan tersebut. Adapun kaidah yang
b. Hasil Uji Linearitas digunakan dalam uji linearitas hubungan
Uji asumsi linearitas dilakukan untuk adalah bila nilai linearity p < 0.05 maka
mengetahui linearitas hubungan antara hubungan dinyatakan linear, atau bila nilai
variabel bebas dengan variabel terikat. Uji deviant from linierity p > 0.05 maka
linearitas dapat pula untuk mengetahui hubungan dinyatakan linier.
Tabel 2. Hasil Uji Linieritas Hubungan
Variabel F P Keterangan
Empati – Kualitas Hidup 16.017 0.000 Linier
Komunikasi Interpersonal – Kualitas Hidup 20.119 0.000 Linier

Pada tabel 14 di atas didapatkan hasil c. Hasil Uji Hipotesis


bahwa: Hipotesis dalam penelitian adalah
1) Hasil uji asumsi linieritas antara untuk mengetahui hubungan antara
variabel empati dengan kualitas hidup empati, komunikasi interpersonal dengan
mempunyai nilai linearity F = 16.017 kualitas hidup. Teknik analisis yang
dan p = 0.000 < 0.05 yang berarti digunakan adalah analisis regresi ganda.
hubungannya dinyatakan linier. Berdasarkan hasil pengujian regresi
2) Hasil uji asumsi linieritas pada variabel model penuh atas variabel-variabel bebas
komunikasi interpersonal dengan empati, komunikasi interpersonal dengan
kualitas hidup mempunyai nilai kualitas hidup secara bersama-sama
linearity F = 20.119 dan p = 0.000 < didapatkan hasil sebagai berikut
0.05 yang berarti hubungannya
dinyatakan linier.
Tabel 3. Hasil Uji Analisis Regresi Model Penuh
Variabel F R2 p
Empati (X1)
Komunikasi Interpersonal (X2) 17.959 0.387 0.000
Kualitas Hidup (Y)

Berdasarkan tabel 15. menunjukkan bermakna bahwa hipotesis mayor dalam


bahwa empati, komunikasi interpersonal penelitian ini diterima. Kemudian dari
dengan kualitas hidup memiliki hubungan hasil analisi regresi secara bertahap dapat
yang sangat signifikan dengan F = 17.959, diketahui sebagai berikut:
R2 = 0.387, dan p = 0.000. Hal tersebut

46
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 3, No. 1/Juni 2014, hlm. 37-49

Tabel 4. Hasil Analisis Model Bertahap


Variabel Beta T p
Empati (X1)
0.295 2.162 0.035
Kualitas Hidup (Y)
Komunikasi Interpersonal (X2)
0.388 2.842 0.006
Kualitas Hidup (Y)

Berdasarkan tabel. 16 dapat diketahui variabel-variabel lain yang mempengaruhi


terdapat hubungan positif dan signifikan kualitas hidup menurut Ghozally (2005)
antara empati dengan kualitas hidup yaitu mengenali diri sendiri, adaptasi,
dengan beta = 0.295, t = 2.162, dan p = merasakan penderitaan orang lain,
0.035. Kemudian pada komunikasi perasaan kasih sayang, bersikapa optimis.
interpersonal dengan kualitas hidup Dalam rimba modernitas sekarang ini,
memiliki hubungan yang positif dan sangat empati merupakan barang mahal yang
signifikan dengan beta = 0.388, t = 2.842, cukup sulit didapat. Empati bukan hanya
dan p = 0.006. sekedar ikut merasakan, tetapi juga
PEMBAHASAN berbuat dengan tindakan nyata. Di dalam
Hasil penelitian ini menunjukkan tataran praktis hal ini cukup sulit untuk
terdapat hubungan yang sangat signifikan dilakukan, karena manusia-manusia
antara empati, komunikasi interpersonal modern terkurung oleh egonya, dan
dengan kualitas hidup dengan F = 17.959, memberi empati sangatlah menyejukkan
R2 = 0.387, dan p = 0.000, kemudian dari jiwa (Arianto, 2008).
hasil analisis regresi bertahap didapatkan Terbuktinya hipotesis pada penelitian
hasil bahwa terdapat hubungan positif ini sejalan dengan fenomena yang terjadi
yang signifikan antara empati dengan dilapangan bahwasanya siswa yang berada
kualitas hidup dengan beta = 0.295, t = di jurusan RPL (Rekayasa Perangkat
2.162, dan p = 0.035. Kemudian pada Lunak) memiliki tingkat kualitas hidup
komunikasi interpersonal dengan kualitas yang tinggi ditunjang dari adanya empati
hidup memiliki hubungan positif yang dan komunikasi interpersonal siswa
sangat signifikan dengan beta = 0.388, t = tersebut. Selain itu komunikasi
2.842, dan p = 0.006. interpersonal dan empati juga dapat
Sumbangan efektif yang mempengaruhi kualitas hidup kita.
disumbangkan variabel empati dan Menurut Cohen & Lazarus (dalam
kualitas interpersonal sebesar 38.7 persen. Sarafino, 1994) kualitas hidup adalah
Hal ini berarti terdapat 61.3 persen tingkatan yang menggambarkan

47
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 3, No. 1/Juni 2014, hlm. 37-49

keunggulan seorang individu yang dapat Lebih lanjut terdapat hubungan positif
dinilai dari kehidupan mereka. dan sangat signifikan antara komunikasi
Keunggulan individu tersebut biasanya interpersonal dengan kualitas hidup
dapat dinilai dari tujuan hidupnya, kontrol memiliki hubungan positif yang sangat
pribadinya, hubungan interpersonal, signifikan dengan beta = 0.388, t = 2.842,
perkembangan pribadi, intelektual dan dan p = 0.006 menandakan siswa yang
kondisi materi. memiliki komuniksi interpersonal yang
Terdapat hubungan positif yang tinggi dapat memiliki kualitas hidup yang
signifikan antara empati dengan kualitas tinggi pula. Komunikasi interpersonal
hidup dengan beta = 0.295, t = 2.162, dan mempengaruhi komunikasi dan hubungan
p = 0.035. Menandakan siswa yang dengan orang lain. Suatu pesan yang
memiliki empati yang tinggi maka kualitas dikomunikasikan, bermula dari diri
hidup akan tinggi pula. seseorang (Muhammad, 1995). Siswa
Menurut Minarti (2005) empati adalah yang memiliki komunikasi interpersonal
kemampuan mengindra perasaan dari yang baik maka dengan mudah untuk
perspektif orang lain. Empati menekankan membuat kualitas hidup siswa tersebut
pentingnya mengindra perasaan orang lain menjadi meningkat.
sebagai dasar untuk membangun Adapun kelemahan dari penelitian ini
hubungan interpersonal yang sehat. Dalam adalah tidak samanya jumlah distribusi
empati perhatian dialihkan kepada pada aitem sebaran skala empati dan
pengenalan emosi orang lain, semakin komunikasi interpersonal. Ketidaksamaan
seseorang mengetahui emosi sendiri, jumlah distribusi tersebut di karenakan
semakin terampil dia membaca emosi ketidaktahuan, kesalahan dan kurangnya
orang lain. Sehingga semakin tinggi ilmu yang diketahui dari peneliti.
tingkat empati remaja terhadap orang lain
maka remaja tersebut akan semakin mudah KESIMPULAN
berinteraksi dengan orang lain dan Berdasarkan hasil penelitian yang
menerima informasi yang diberikan. telah dilakukan maka dapat disimpulkan
Selain itu empati juga merupakan faktor sebagai berikut:
yang mempengaruhi kualitas hidup siswa. 1. Terdapat hubungan positif dan
Semakin rendah tingkat empati siswa signifikan antara empati dan
maka semakin rendah pula tingkat kualitas komunikasi interpersonal dengan
hidup mereka. kualitas hidup siswa SMK Negeri 7

48
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 3, No. 1/Juni 2014, hlm. 37-49

Samarinda jurusan RPL (Rekayasa tumbuhkan-kecerdasan. diakses pada


hari kamis, 8 November 2012 pukul
Perangkat Lunak).
14.00.
2. Terdapat hubungan positif dan Ghozally, F.R., 2005. Kecerdasan Emosi
& Kualitas Hidup. Jakarta : Edsa
signifikan antara empati dengan
Mahkota.
kualitas hidup siswa SMK Negeri 7 Hadi, S., 2000. Analisis Regresi Edisi
Enam. Yogyakarta : Andi Offset.
Samarinda jurusan RPL (Rekayasa
Hadi, S., 1993. Methodology Research.
Perangkat Lunak). Yogyakarta : Fakultas Psikologi
UGM.
3. Terdapat hubungan positif dan sangat
Lie, A., 2003. Cooperative Learning
signifikan antara komunikasi Mempraktikkan Cooperative
Learning di ruang-ruang Kelas.
interpersonal dengan kualitas hidup
Jakarta: PT Gramedia.
siswa SMK Negeri 7 Samarinda jurusan Lubis, I., 2010. Kondisi belajar dan
masalah-masalah belajar.
RPL (Rekayasa Perangkat Lunak).
http://makalahmajannaii.blogspot.co
m/2012/07/kondisi-belajar-dan-
REFERENSI masalah-masalah.html. diakses pada
Arianto, E., 2008. Diskusi Kepemimpinan hari kamis, 12 November 2012 pukul
Masih Adakah Rasa Empati Itu Dalam 09.55.
Diri Kita. http://www.mail- Minarti, 2005. Tingkat Empati Pada
archive.com/diskusi- Remaja Penyandang Tuna Netra (di
kepemimpinan@yahoogroups.com/m PRSBCN Budi Mulyo Malang).
sg00141. diakses pada hari Selasa, 13 Skripsi tidak diterbitkan. Malang :
November 2012 pukul 15.32. Fakultas Psikologi UIN.
Arikunto, S., 2005. Prosedur Penelitian Polonsky, W.H., 2000. Understanding and
Suatu Pendekatan. Jakarta: Rineka assessing diabetes-specific quality of
Cipta. life. Diabetes Spectrum. Vol 13. No 1-
Azwar, S., 2007. Reliabilitas dan 36.
Validitas. Yogyakarta : Pustaka Sarafino, E. P., 1994. Healthy psychology.
Pelajar. Edisi 5. New York: John Wiley.
Azwar, S., 2007. Metode Penelitian. Suryabrata, S., 2007. Psikologi
Yogyakarta: Pelajar Offset. Kepribadian. Jakarta: Raja Grafindo
Barus, Gandon., 2005. Komunikasi Persada.
Interpersonal suami-istri Menuju Suseno, Miftahun Ni’mah, 2009. Pengaruh
Keluarga Harmonis. Makasar. Jurnal Pelatihan Komunikasi Interpersonal
Intelektual. Terhadap Efikasi Diri Sebagai Pelatih
Bungin, B., 2005. Metodologi Penelitian Pada Mahasiswa. Jurnal Intervensi
Kuantitatif. Jakarta : Prenada Media. Psikologi. Vol 1. No 1.
Cartledge, C., & Milburn, J.F., 1995. Weissman, 2004. Family support and diet
Teaching social skills to children and barriers among older Hispanic adults
youth inovative approach. Edisi III. with type 2 diabetes. Clinical
Massachusetts : Allyn and Bacon. Research and Methods. Vol 36. No
Frieda, M., 2010. Dalam Menanam Empati 432-430.
Menumbuhkan Kecerdasan. Wiryanto, 2004. Pengantar Ilmu
http://www.carisuster.com/artikel/7- Komunikasi. Jakarta: Gramedia
inspired-kids/51-menanam-empati- Widiasarana Indonesia.

49

Anda mungkin juga menyukai