Anda di halaman 1dari 3

Nama : Nadiya Andriani

NPM : 1512000008

BAB 9
Tentang Perhitungan Uang Pesangon, Uang Penghargaan Masa Kerja dan Uang Penggantian Hak

Jika perusahaan melakukan hubungan kerja, maka perusahaan wajib memberikan uang pesangon.
Pemberian uang pesangon ini sudah diatur di dalam Undang-undang Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003.
Akan tetapi, sekarang sudah ada beberapa perubahan perhitungan pesangon PHK seperti yang sudah diatur
di dalam Undang-undang Cipta Kerja. Salah satu perubahannya yaitu ada di Pasal 156. Pasal 156 UU
Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003 ayat 2 menjelaskan tentang besaran pesangon paling sedikit yang
diterima oleh korban PHK. Sedangkan di dalam UU Cipta Kerja besaran tersebut diubah menjadi besaran
pesangon paling besar yang diterima korban PHK Perhitungan Uang Pesangon Pasal 156 UU
Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 2 yakni masa kerja kurang dari 1 tahun mendapat 1 bulan
upah, masa kerja 2 tahun mendapat 2 bulan dan seterusnya. Untuk masa kerja 8 tahun lebih mendapat 9
bulan upah. Perhitungan Uang Penghargaan Masa Kerja diatur pada pasal Pasal 3 UU Ketenagakerjaan
Nomor 13 Tahun 2003 yaitu masa kerja 3 tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 tahun, 2 bulan upah dan
berlaku kelipatannya. Sedangkan masa kerja 24 tahun atau lebih, 10 bulan upah. Untuk Perhitungan Uang
Penggantian HAK Menuerut Pasal 4 UU Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003 perhitungan uang
pengganti HAK sebagai berikut: Cuti tahunan yang belum sempat diambil dan belum gugur, Biaya ataupun
ongkos pulang untuk karyawan dan keluarganya ke tempat dimana mereka diterima bekerja, Pengganti
perumahan dan juga pengobatan dan perawatan ditetapkan 15 persen dari uang pesangon atau uang
penggantian masa kerja untuk yang memenuhi syarat, Hal-hal lainnya yang ditetapkan dalam perjanjian
kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama

BAB 10
MOGOK KERJA
Definisi Mogok Kerja Adalah Berhenti Bekerja atau Memperlambat Pekerjaan yang dilakukan
secara sah, tertib dan damai, oleh P/B dan/atau SP/SB secara Terencana dan bersama-sama sebagai akibat
dari gagalnya perundingan. Dasar Hukum yang mengaturtentang mogok kerja adalah UU No. 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan dan KEPMEN 232/MEN/2003 tentang Hukum Mogok Kerja. Ruang Lingkup
Mogok Kerja meliputi Berhenti Bekerja dan Memperlambat Pekerjaan, Gagal Berunding antara SP/SB atau
P/B dengan Pengusaha, Wajib diberitahukan kepada Pengusaha dan Dinas Ketenagakerjaan dan
Pemberitahuan Paling Lambat 7 Hari Kerja. Definisi dari Gagal Berunding sendiri adalah Pengusaha
menolak atau tidak memenuhi Permintaan P/B atau SP/SB untuk Berunding Meskipun telah dimohonkan
secara tertulis sebanyak 2x dalam tenggang waktu 14 Hari Kerja. Perundingan antara Pengusaha dengan P/B
atau SP/SB telah dilakukan tetapi mengalami jalan buntu/gagal. Ada beberapa alasan adanya Mogok Kerja
seperti upah Minimum upah Lembur, Iuran BPJS Kesehatan, Iuran BPJS Ketenagakerjaan, Outsourcing dan
Status Hubungan Kerja PKWT dan Harian Lepas.
Ada beberapa Syarat Sah Mogok Kerja yaitu adanya Gagal Perundingan, Tuntutan HAK normatif
(Upah Minimum, Lembur, Tunjangan, Hubungan Kerja), Memberitahukan Rencana Mogok Kerja
minimal 7 Hari Kerja sebelumnya kepada Dinas Ketenagakerjaan dan Materi Pemberitahuan Rencana
Mogok Kerja. Sedangkan Mogok Kerja Tidak Sah adalah Belum Pernah dilakukan Perundingan / Masih
dalam Proses Perundingan, Dilakukan oleh Pekerja yg Sedang Bekerja, pada Perusahaan yg Melayani
Kepentingan Umum / Perusahaan yg Jenis Kegiatannya Membahayakan Jiwa Manusia, Tuntutannya Tidak
Normatif, Tidak Memberitahukan Rencana Mogok Kerja kepada Pengusaha dan Dinas Ketenagakerjaan,
Memberitahukan kepada pengusaha dan dinas ketenagakerjaan namun kurang dari minimal 7 hari kerja
sebelum dilaksanakannya mogok kerja, Pelaksanaan Mogok Kerja Tidak Sesuai dengan Surat
Pemberitahuan kepada Pengusaha dan Dinas Ketenagakerjaan dan Isi Surat Pemberitahuan tidak Memuat
hal penting seperti : Hari, Tanggal, Jam Dimulai-Berakhir ; Lokasi/Tempat dilaksanakannya Mogok Kerja;
Alasan/Sebab Mogok Kerja; Ditandatangani oleh Ketua dan Sekretaris SP/SB sebagai Penanggung jawab .
ada beberapa Akibat dari Mogok Kerja yaitu :
Akibat mogok kerja Sah Mogok kerja Tidak sah
Pengusaha tetap wajib membayar upah p/b Pengusaha tidak perlu membayarkan upah selama p/b
mogok kerja
Pengusaha tidak boleh melarang / menghalang- Pengusaha boleh melarang p/b yg mogok kerja , berada
halangi di area produksi / lingkungan perusahaan
Pengusaha tidak boleh memberikan sanksi Pengusaha dapat menyatakan pekerja mangkir setelah 7
hari & telah dipanggil 2x secara patut
Pengusaha tidak boleh mengganti p/b yang Pengusaha dapat mengganti p/b yg mogok kerja
mogok kerja dg p/b lain dengan p/b lainnya

Ada beberapa upaya yang harus dilakukan Pengusaha sebelum mogok kerja yaitu mereview
pemberitahuan mogok kerja dari P/B atau SP/SB, membuat himbauan kepada seluruh pekerja utk tetap
bekerja, mereview tuntutan yg diajukan oleh P/B atau SP/SB, Mengundang P/B atau SP/SB utk
Merundingkan Tuntutan, Memenuhi Undangan Dinas Ketenagakerjaan utk Melakukan Perundingan dg
Penanggung jawab Mogok Kerja, Memenuhi Tuntutan P/B atau SP/SB yg Bersifat Normatif, Membuat
Perjanjian Bersama apabila tercapai Kesepakatan dalam Perundingan & Mendaftarkan ke Pengadilan
Hubungan Industrial. Sedangkan upaya pengusaha saat mogok kerja terjadi adalah melakukan antisipasi
pengamanan dilingkungan perusahaan, membuat himbauan kepada pekerja supaya kembali bekerja,
menghubungi penanggung jawab mogok kerja untuk merundingkan tuntutannya, menghubungi atau
memenuhi undangan dinas ketenagakerjaan utk mediasi antara pengusaha dg penanggung jawab mogok
kerja, mendesak mediator utk segera menerbitkan anjuran supaya upaya hukum dapat dilanjutkan ke
pengadilan Hubungan Industrial, mengupayakan memperoleh kesepakatan dengan penanggung jawab
pemogokan utk mengehntikan mogok kerja selama proses penyelesaian perselisihan di tingkat tripartite /
pengadilan Hubungan Industrial Dan Mahkamah Agung, membuat perjanjan bersama apabila tercapai
kesepakatan dalam perundingan dan mendaftarkannya ke pengadilan hubungan industrial. Untuk Alur
Penyelesaian mogok kerja adalah Gagal Perundingan – Mogok Kerja – Mediasi – Hubungan Industrial –
Mahkamah Agung – Eksekusi.
Sanksi Bagi Pekerja Mogok Kerja yang Tidak Sah adalah Menerbitkan Surat Peringatan,
Menerbitkan SK PHK Bagi yang Mangkir setelah 7 Hari & Telah dipanggil 2 x Secara Patut, Melakukan
Proses Pidana & Perdata terhadap Pekerja apabila Merusak Fasilitas Perusahaan atau Melakukan Tindak
Pidana. Sedangkan sanksi bagi Pengusaha ada dalam Pasal 143 jo pasal 185 UU Ketenagakerjaan dan Pasal
144 jo pasal 187 UU Ketenagakerjaan
BAB 11
PENUTUPAN PERUSAHAAN
Proses pendirian hingga penutupan perusahaan perlu melewati proses hukum terlebih dahulu.
Ketentuan tersebut tertera dalam UU Perseroan Terbatas No. 40 tahun 2007 Pasal 142 tentang Pengakhiran
Kegiatan, Likuidasi Dan Berakhirnya Status Perusahaan Sebagai Badan Hukum. Alasan Penutupan
Perusahaan Sebagaimana UU No 40 Tahun 2007:
1. Pembubaran karena RUPS yang di Mufakati oleh minimal Tiga Perempat dari Pemilik Saham
(Kuorum)
2. Berakhirnya Jangka Waktu Pendirian berdasarkan Anggaran Dasar PT
3. Pencabutan Izin Usaha (Untuk Perusahaan dg Lisensi Tertentu)
4. Berdasarkan Putusan Pengadilan (Akta Pendirian Cacat Hukum, Pengoperasian Perusahaan
yg Tidak Aktik Selama 3 Tahun)
5. Berdasarkan Putusan Pengadilan atas Perusahaan yg Bangkrut / Pailit
6. Ketika Izin Usaha PT. PMA dicabut dan telah Melakukan Likuidasi

Prosedur PENUTUPAN PERUSAHAAN Sebagaimana UU Perseroan Terbatas, yaitu:


1. Pengumuman Pembubaran oleh Likuidator melalui Surat Kabar dan Berita Negara RI
2. Mendaftarkan Pembubaran kepada KEMENKUMHAM dalam waktu 30 hari setelah
Likuidasi Efektif dilakukan
3. Likuidator mendaftarkan aset perusahaan dan kewajiban penyelesaian kepada kreditur
4. Melaporkan hasil akhir likuidasi kepada RUPS atau pengadilan untuk disahkan
5. Pelaporan Likuidasi Diratifikasi (Disahkan) ke KEMENKUMHAM dan dilanjutkan dg
Mengeluarkan Pengumuman melalui Surat Kabar/ Media dalam waktu 30 Hari dari tanggal
Ratfikasi (Pengesahan)
6. KEMENKUMHAM mencatat Berakirnya Status Hukum Perusahaan dan Menghapus Nama
Perusahaan

Langkah Hukum PENUTUPAN PERUSAHAAN


1. Langkah 1
o Akta Pembubaran Diterbitkan oleh Notaris
o Publikasi ke Surat Kabar (Koran) ke 1
o Persetujuan dari KEMENKUMHAM
o Pencabutan NIB dan SIUP di OSS (Online Single Submission)
o Pencabutan NPWP dan SKT (di Direktorat Jenderal Pajak)
o Pencabutan SPPKP (Surat Pengukuhan – PKP (Pengusaha Kena Pajak))
2. Langkah 2
o Akta Pembubaran diterbitkan oleh Notaris
o Publikasi ke Media Massa (Koran) ke-2
o Persetujuan dari KEMENKUMHAM
o Publikasi Media Massa (Koran) ke-3

Anda mungkin juga menyukai