PERTEMUAN 14

HUBUNGAN KERJA DALAM

PERUSAHAAN
(HUBUNGAN INDUSTRIAL)

Kodrat Rippi S.Sos.,M.Si

PENGERTIAN
 HUBUNGAN KERJA ADALAH HUBUNGAN ANTARA
PEKERJA DENGAN PENGUSAHA YANG TERJADI
SETELAH ADANYA PERJANJIAN KERJA YANG
MEMPUNYAI UNSUR PEKERJAAN, UPAH, DAN
PERINTAH.
 DASAR HUKUM: PASAL 1 ANGKA 15 UNDANG-
UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG
KETENAGAKERJAAN
 SUBSTANSI PERJANJIAN KERJA YANG DIBUAT TIDAK
BOLEH BERTENTANGAN DENGAN PERJANJIAN
PERBURUHAN ATAU KESEPAKATAN KERJA BERSAMA
(KKB)/PERJANJIAN KERJA BERSAMA (PKB)
Lanjutan
 PENGERTIAN PERJANJIAN KERJA:
 BERDASARKAN PASAL 1601 A
KUHPERDATA:
 SUATU PERJANJIAN DIMANA PIHAK
KESATU (BURUH) MENGIKATKAN DIRINYA
UNTUK DI BAWAH PERINTAH PIHAK LAIN
(MAJIKAN) UNTUK SUATU WAKTU
TERTENTU MELAKUKAN PEKERJAAN
DENGAN MENERIMA UPAH
Lanjutan
 PERJANJIAN KERJA MENURUT PASAL 1
ANGKA 14 UNDANG-UNDANG NOMOR 13
TAHUN 2003;
 PERJANJIAN KERJA ADALAH SUATU
PERJANJIAN ANTARA PEKERJA, BURUH,
DAN PENGUSAHA ATAU PEMBERI KERJA
YANG MEMUAT SYARAT-SYARAT KERJA
HAK DAN KEWAJIBAN KEDUA BELAH
PIHAK.
 Kewajiban perusahaan (pengusaha)
Terhadap karyawan

• Kewajiban membayar upah

• Kewajiban memberikan cuti/istirahat
• Cuti tahunan lamanya 12 hari kerja
• Cuti Panjang selama 2 bulan setelah bekerja selama 6
tahun secara terus menerus berdasarkan pasal 79 ayat 2
UUK.
• Kewajiban memberikan jaminan sosial (kesehatan, THR)
• Kewajiban melakukan pengembangan karir pekerja
• Kewajiban menjaga keselamatan – kesehatan
Kewajiban karyawan terhadap perusahaan

• Kewajiban bekerja satu shift (8 jam)

• Mentaati aturan perusahaan
• Menjaga alat-alat produksi dan bahan baku
• Menjaga dan meningkatkan produksi
• Menaati kesehatan keselamatan kerja
karyawan
 Hubungan kerja dalam perusahaan

(hubungan industrial)
• Pihak dalam hubungan industrial
• Pemberi kerja dan tenaga kerja (buruh)
• Pemberi kerja perseorangan (mandor, buruh) , perusahaan
(pengusaha, manager HRD), dan badan hukum (perusahaan
outsourcing).
• Perjanjian kerja
• Adanya pekerjaan
• Adanya perintah orang lain
• Adanya upah
 PERJANJIAN
KERJA
• Peraturan Perusahaan (PP)
• Yang memuat hak2 dan kewajiban pekerja terhadap
perusahaan
• Yang memuat hak2 dan kewajiban perusahaan terhadap
pekerja;
• Kewajiban Pekerja :
• Kewajiban untuk melakukan pekerjaan
• Kewajiban mentaati peraturan dan petunjuk dari manager.
• Kewajiban meningkatkan produktivitas
• Kewajiban menjaga aset perusahaan
• Kewajiban menerima sanksi atas perbuatan yang
melanggar aturan perusahaan.
UNSUR-UNSUR DALAM PERJANJIAN KERJA

 ADANYA UNSUR WORK ATAU PEKERJAAN

HARUS ADA PEKERJAAN YANG
DIPERJANJIKAN
 ADANYA UNSUR PERINTAH (MAJIKAN
TEHADAP BAWAHANNYA)
 ADANYA UPAH
 SYARAT SAHNYA PERJANJIAN KERJA

 KESEPAKATAN KEDUA BELAH PIHAK

 KEMAMPUAN ATAU KECAKAPAN
MELAKUKAN PERBUATAN HUKUM
 HAL-HAL TERTENTU
 ADANYA KAUSA YANG HALAL (TIDAK
BERTENTANGAN DENGAN KETERTIBAN
UMUM, KESUSILAAN, DAN KETENTUAN
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN.
 MACAM-MACAM PERJANJIAN KERJA
PKWTT (PERJANJIAN
PKWT (PERJANJIAN KERJA UNTUK
KERJA UNTUK WAKTU TIDAK
WAKTU TERTENTU) TERTENTU)
OU
TS
OR
KONTRA CI
NG MASA
K PERCOBAAN
Perjanjian kerja antara
pekerja/buruh dengan perjanjian kerja antara
pengusaha untuk mengadakan pekerja/buruh dengan pengusaha
untuk mengadakan hubungan
hubungan kerja dalam waktu
kerja yang tidak ditentukan
tertentu atau untuk pekerjaan waktunya dan bersifat tetap
tertentu.
 PKWT hanya dapat dibuat untuk pekerjaan
tertentu yang menurut jenis dan sifat atau
kegiatan pekerjaannya akan selesai dalam
waktu tertentu, yaitu:
 pekerjaan yang sekali selesai atau yang

sementara sifatnya;
 pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya

dalam waktu yang tidak terlalu lama dan paling

lama 3 (tiga) tahun;
Lanjutan
 Jika jangka waktu perjanjiannya habis, PKWT
dapat diperpanjang dan diperbaharui kembali.
PKWT yang berdasarkan pada jangka waktu
tertentu dapat diadakan untuk paling lama 2 tahun,
dan setelahnya hanya boleh diperpanjang 1 kali
untuk jangka waktu paling lama 1 tahun.
 PKWT tidak mensyaratkan adanya uang pesangon
dan uang penghargaan masa kerja jika terjadi PHK
karyawan. Semua ketentuan yang mengatur
hubungan kerja antara perusahaan dan karyawan
diatur berdasarkan isi Perjanjian Kerja. Isi
perjanjian itu bisa saja mengabaikan ketentuan-
ketentuan yang ada dalam UU Ketenagakerjaan
sepanjang perusahaan dan karyawan
menyepakatinya.
 PKWTT
 Pengertian: adalah perjanjian kerja antara
pekerja/buruh dengan pengusaha untuk
mengadakan hubungan kerja yang tidak ditentukan
waktunya dan bersifat tetap.
 PKWTT dapat mensyaratkan adanya masa
percobaan kerja untuk paling lama 3 (tiga) bulan.
Selama masa percobaan Perusahaan wajib
membayar upah pekerja dan upah tersebut tidak
boleh lebih rendah dari upah minimum yang
berlaku.
Lanjutan
 PKWTT tidak berakhir karena berakhirnya
Perusahaan atau beralihnya hak atas perusahaan
karena penjualan, pewarisan, atau hibah. Dalam hal
terjadi pengalihan perusahaan, misalnya, hak-hak
Karyawan menjadi tanggung jawab perusahaan
baru, kecuali ditentukan lain dalam perjanjian
pengalihan diantara pengurus Perusahaan yang
lama dan yang baru – dan perjanjian itu tidak boleh
mengurangi hak-hak Karyawan.
Lanjutan
 Dalam hal perusahaan merupakan orang
perseorangan dan meninggal dunia, ahli waris
pengusaha tersebut dapat mengakhiri perjanjian
kerja setelah merundingkannya dengan Karyawan.
Dalam hal Karyawan yang meninggal dunia, ahli
waris Karyawan itu berhak mendapatkan hak-
haknya sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku atau yang telah diatur
dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau
perjanjian kerja bersama
PKWT DAPAT BERUBAH MENJADI PKWTT

Menurut Pasal 15 Kepmenakertrans 100/2004,

PKWT dapat berubah menjadi PKWTT, apabila:
 PKWT yang tidak dibuat dalam bahasa Indonesia
dan huruf latin berubah menjadi PKWTT sejak
adanya hubungan kerja;
 Dalam hal PKWT dibuat tidak memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam jenis pekerjaan yang
dipersyaratkan, maka PKWT berubah menjadi
PKWTT sejak adanya hubungan kerja;
LANJUTAN

 Dalam hal PKWT dilakukan untuk pekerjaan yang

berhubungan dengan produk baru menyimpang dari
ketentuan jangka waktu perpanjangan, maka
PKWT berubah menjadi PKWTT sejak dilakukan
penyimpangan;
 Dalam hal pembaharuan PKWT tidak melalui masa
tenggang waktu 30 (tiga puluh) hari setelah
berakhirnya perpanjangan PKWT dan tidak
diperjanjikan lain, maka PKWT berubah menjadi
PKWTT sejak tidak terpenuhinya syarat PKWT
tersebut;
 Dalam hal pengusaha mengakhiri hubungan kerja
terhadap pekerja dengan hubungan kerja PKWT
sebagaimana dimaksud dalam angka (1), angka (2),
angka (3) dan angka (4), maka hak-hak pekerja dan
prosedur penyelesaian dilakukan sesuai ketentuan
peraturan perundang- undangan bagi PKWTT.
 C. OUTSOURCING

 Asal kata: Out: Keluar source: Sumber

 Harfiah: (Alih daya)
 Misal: si A diterima di Koperasi (A) tetapi dikirim ke PT B
A PT A PT B

 Pengertian:

 Dalam UUK tidak mengatur secara jelas mengenai outsourching

Lanjutan

 DALAM BIDANG KETENAGAKERJAAN,

OUTSOURCING DIARTIKAN SEBAGAI
PEMANFAATAN TENAGA KERJA UNTUK
MEMPRODUKSI ATAU MELAKSANAKAN SUATU
PEKERJAAN OLEH SUATU PERUSAHAAN MELALUI
PERUSAHAAN PENYEDIA/PENGERAH TENAGA
KERJA.
 ARTINYA ADA PERUSAHAAN YANG SECARA
KHUSUS MELATIH/MEMPERSIAPKAN,
MENYEDIAKAN, MEMPEKERJAKAN TENAGA
KERJA UNTUK KEPENTINGAN PERUSAHAAN LAIN.
LANJUTAN

 Memborong pekerjaan
 Alihdaya, kerja dengan PT B tapi di gaji oleh PT A,
tetapi karena ada masalah maka gaji dikembalikan
ke PT A (PHK terselubung)
 Outsourcing hanya boleh melakukan pekerjaan
tambahan, tidak boleh melakukan pekerjaan pokok.
 Jika si A tadi melakukan pekerjaan pokok maka
perusahaan tersebut telah melanggar Pasal 65
UUK.
 Sifatnya sebagai tambahan
 Keputusan MK No 11 Tahun 2011

Security
Jaga malam
Supir (driver)
Cleaning servis
  Masa berlakunya PKWT,
PKWTT dan Outsourcing
berakhir
 pekerja memasuki usia pensiun,

PHK,
 pekerja meninggal dunia
 TUGAS

 COBA SAUDARA CARI PERSAMAAN DAN

PERBEDAAN
 PKWT DAN PKWTT
 PKWT DAN OUTSOURCHING
 PKWTT DAN OUTSOURCHING
D. PERATURAN PERUSAHAAN

 PENGERTIAN : SUATU PERATURAN YANG

DIBUAT OLEH PIMPINAN PERUSAHAAN
YANG MEMUAT KETENTUAN-KETENTUAN
TENTANG SYARAT-SYARAT KERJA YANG
BERLAKU PADA PERUSAHAAN.
 DASAR HUKUM: PERATURAN MENTERI
TENAGA KERJA, TRANSMIGRASI DAN
KOPERASI NOMOR 02/MEN/1976 DAN UUK.
LANJUTAN

 PERATURAN PERUSAHAAN SEKURANG-

KURANGNYA MEMUAT
 1. HAK DAN KEWAJIBAN PENGUSAHA
 2. HAK DAN KEWAJIBAN PEKERJA/BURUH
 3. SYARAT KERJA
 4. TATA TERTIB PERUSAHAAN
 5. JANGKA WAKTU BERLAKUNYA
PERATURAN PERUSAHAAN.
 E. PERJANJIAN KERJA BERSAMA (PKB)

 LATAR BELAKANG : UU NOMOR 21 TAHUN 54

TENTANG PERJANJIAN PERBURUHAN ANTARA
SERIKAT BURUH DENGAN PENGUSAHA/MAJIKAN
KEMUDIAN UNDANG-UNDANG INI DICABUT, ISTILAH
PERJANJIAN PERBURUHAN DIGANTI DENGAN
ISTILAH KESEPAKATAN KERJA BERSAMA (KKB)
 UU NO 13 TAHUN 2003 MENGGUNAKAN ISTILAH
PERJANJIAN KERJA BERSAMA (PKB), MEMUAT
SYARAT-SYARAT KERJA HAK DAN KEWAJIBAN KEDUA
BELAH PIHAK YANG DIHASILKAN MELALUI
PERUNDINGAN (PERJANJIAN) YANG ISINYA BERSIFAT
MENGIKAT
LANJUTAN

 ISTILAH PKB
 BAHASA INGGRIS : COLLECTIVE LABOUR
AGREEMENT (CLA)
 BAHASA BELANDA COLLECTIVE ARBEIDS
OVEREMKOMST (CAO)
 DASAR HUKUM: PASAL 1 ANGKA 21 UNDANG-
UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 MENYATAKAN
BAHWA: PERJANJIAN KERJA BERSAMA (PKB)
ADALAH PERJANJIAN YANG MERUPAKAN HASIL
PERUNDINGAN ANTARA SERIKAT PEKERJA/BURUH
ATAU BEBERAPA SERIKAT PEKERJA/BURUH YANG
TERCATAT PADA INSTANSI YANG BERTANGUNG
JAWAB DI BIDANG KETENAGAKERJAAN DENGAN
PENGUSAHA ATAU BEBERAPA PENGUSAHA ATAU
PERKUMPULAN PENGUSAHA YANG MEMUAT
SYARAT-SYARAT KERJA HAK DAN KEWAJIBAN
KEDUA BELAH PIHAK.
 PIHAK YANG MEMBUAT PKB

 PIHAK BURUH YANG DIWAKILI OLEH SERIKAT

PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN
PENGUSAHA ATAU PERKUMPULAN
PENGUSAHA
 PEKERJA DIWAKILI SERIKAT PEKERJA AGAR
PEKERJA LEBIH KUAT POSISINYA DALAM
MELAKUKAN PERUNDINGAN DENGAN
MAJIKAN KARENA PENGURUS SERIKAT
PEKERJA UMUMNYA AKAN DIPILIH DARI
ORANG YANG MAMPU MEMPERJUANGKAN
HAK DAN KEPENTINGAN ANGGOTANYA
 JIKA DALAM SATU PERUSAHAAN TERDAPAT SATU SERIKAT
PEKERJA TETAPI TIDAK MEMILIKI JUMLAH ANGGOTA LEBIH
DARI 50 % DARI JUMLAH KESELURUHAN PEKERJA, MAKA SP
DAPAT MEWAKILI DALAM PERUNDINGAN DENGAN
PENGUSAHA DENGAN CARA PEMUNGUTAN SUARA
 DASAR HUKUMNYA PASAL 119 AYAT 2 UUK
 JIKA DALAM SATU PERUSAHAAN TERDAPAT LEBIH DARI 1
(SATU) SERIKAT PEKERJA MAKA YANG BERHAK MEWAKILI
PEKERJA MELAKUKAN PERUNDINGAN DENGAN PENGUSAHA
YANG JUMLAHNYA LEBIH DARI 50 % DARI SELURUH JUMLAH
PEKERJA/BURUH DIPERUSAHAAN TERSEBUT.
 DASAR HUKUM PASAL 120 AYAT 1 UUK
 JIKA TIDAK TERPENUHI 50 % MAKA SP
DAPAT MELAKUKAN KOALISI
 DASAR HUKUM : PASAL 120 AYAT 2 UUK.
 MASA BERLAKUNYA PKB

 PALING LAMA 2 TAHUN DAN HANYA DAPAT DIPERPANJANG

1 KALI UNTUK JANGKA WAKTU 1 TAHUN BERDASARKAN
KESEPAKATAN TERTULIS ANTARA SP DENGAN
PENGUSAHA.
 CATATAN:
 PENGUSAHA DILARANG MENGGANTI PERJANJIAN KERJA
BERSAMA (PKB) DENGAN PERATURAN PERUSAHAAN (PP),
SELAMA PERUSAHAAN YANG BERSANGKUTAN MASIH ADA
SP.
 JIKA TIDAK ADA SP DAN PKB DIGANTI DENGAN PP, MAKA
KETENTUAN TERSEBUT TIDAK BOLEH LEBIH RENDAH
DARI PKB
 DASAR HUKUM: PASAL 129 AYAT 2 UUK
 TUGAS

 COBA SAUDARA BEDAKAN ANTARA

PERJANJIAN KERJA DENGAN PERJANJIAN
KERJA BERSAMA
 F. PENYELESAIAN PERSELISIHAN
INDUSTRIAL

 ISTILAH : PERSELISIHAN DISEBUT JUGA SENGKETA.

 DALAM BAHASA INGGRIS CONFLICT ATAU DISPUTE.
 MENURUT RONNY HANITIJO SOEMITRO KONFLIK ADALAH
SITUASI ATAU KEADAAN DIMANA DUA ORANG ATAU
LEBIH MEMPERJUANGKAN TUJUAN MEREKA MASING-
MASING YANG TIDAK DAPAT DIPERSATUKAN.
 DASAR HUKUM UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 1957
TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN PERBURUHAN.
 DALAM UU TSB DINYATAKAN BAHWA PERSELISIHAN
PERBURUHAN ADALAH PERTENTANGAN ANTARA
MAJIKAN ATAU PERKUMPULAN MAJIKAN DENGAN
SERIKAT BURUH (SB) ATAU GAB SB BERHUBUNGAN
DENGAN TIDAK ADANYA PERSESUAIAN PAHAM
MENGENAI HUB KERJA, SYARAT2 KERJA DAN ATAU
 JENIS PERSELISIHAN

 PERSELISIHAN HAK
YAITU PERSELISIHAN PERORANGAN ANTARA
PENGUSAHA ATAU GAB. PENGUSAHA DENGAN SP
ATAU PEKERJA PERORANGAN AKIBAT PELAKSANAAN
PERJANJIAN KERJA ATAU PERJANJIAN PERBURUHAN.
 DISEBUT JUGA PERSELISIHAN HUKUM KARENA
TERJADI AKIBAT PELANGGARAN KESEPAKATAN
DALAM PERJANJIAN KERJA/PERJANJIAN
PERBURUHAN.
 INSTANSI YANG BERWENANG MENYELESAIKANNYA
PN DAN PANITIA PENYELESAIAN PERSELISIHAN
PERBURUHAN (P 4)
 PERSELISIHAN KEPENTINGAN
 YAITU: PERSELISIHAN ANTARA SP/BEBERAPA SP
DENGAN PENGUSAHA/GAB. PENGUSAHA
KARENA TIDAK ADANYA PERSESUAIAN PAHAM
MENGENAI SYARAT KERJA DAN/ KEADAAN
PERBURUHAN
 CONTOH: PERSELISIHAN AKIBAT PERUNDINGAN
DALAM PEMBUATAN PERJANJIAN PERBURUHAN
YANG TIDAK MENCAPAI TITIK TEMU.
 PPK DISELESAIKAN OLEH P4
CARA PENYELESAIAN PERSELISIHAN PERBURUHAN
BERDASARKAN UU NO 22 TAHUN 1957

 JIKA TIDAK DAPAT DISELESAIKAN MAKA

ADA 2 ALTERNATIF PEMECAHANNYA:
 MENYERAHKAN PERSELISIHAN SECARA
SUKARELA PADA SEORANG JURU ATAU
DEWAN PEMISAH (FOLUNTARY ARBITRATION)
PENYELESAIAN SUKARELA DI LUAR
PENGADILAN (NON LITIGASI) DIKENAL
DENGAN ISTILAH ADR, BENTUK ADR :
 MEDIASI, KONSILIASI, ARBITRASI
 TUGAS

 COBA SAUDARA JELASKAN PERBEDAAN

MEDIASI, KONSILIASI, DAN ARBITRASI.
 MENYERAHKAN PERSELISIHAN KEPADA
PEGAWAI PERANTARA DEPNAKER DISEBUT
JUGA PENYELESAIAN WAJIB (COMPULSORY
ARBITRATION)

 JIKA PERUNDINGAN TIDAK

MENGHASILKAN PERSETUJUAN MAKA
DISERAHKAN KE P4 D
 CARA PENYELESAIAN
PERSELISIHAN PERBURUHAN
BERDASARKAN UU NO 30 TAHUN
1999
 PENYELESAIAN SENGKETA SECARA ARBITRASE
ARBITRASE ADALAH CARA PENYELESAIAN SUATU
SENGKETA PERDATA DI LUAR PERADILAN UMUM
YANG DIDASARKAN PADA PERJANJIAN ARBITRASE
YANG DIBUAT SECARA TERTULIS OLEH PARA PIHAK
YANG BERSENGKETA.
 PERJANJIAN ARBITRASE ADALAH SUATU
KESEPAKATAN BERUPA KLAUSULA ARBITRASE YANG
TERCANTUM DALAM SUATU PERJANJIAN TERTULIS
YANG DIBUAT OLEH PARA PIHAK SEBELUM TIMBUL
SENGKETA.
 DASAR HUKUM PASAL 1 AYAT (1) UU NO. 30 TH. 1999
 PERSYARATAN ARBITER

 CAKAP MELAKUKAN TINDAKAN HUKUM

 BERUMUR PALING RENDAH 35 TAHUN
 TIDAK MEMPUNYAI HUBUNGAN
KELUARGA
 TIDAK MEMPUNYAI KEPENTINGAN
FINANSIAL
 MEMILIKI PENGALAMAN MINIMAL 15
TAHUN.
 PENYELESAIAN ALTERNATIF
ADALAH LEMBAGA PENYELESAIAN SENGKETA ATAU
BEDA PENDAPAT MELALUI PROSEDUR YANG DISEPAKATI
PARA PIHAK YAKNI PENYELESAIAN DI LUAR PENGADILAN
DENGAN CARA KONSULTASI, NEGOSIASI, KONSILIASI.
 METODE PENYELESAIAN SENGKETA ALTERNATIF:
 NEGOSIASI DILAKUKAN DENGAN CARA PERSUASIF DAN
KOMPROMI TANPA BANTUAN PIHAK KETIGA
 KEUNTUNGAN NEGOSIASI: MURAH, TIDAK FORMIL,
MENGURANGI RASA PERMUSUHAN, DAN BERSIFAT
PRIBADI
 KERUGIAN NEGOSIASI: SULIT MELAKSANAKAN
PENYELESAIAN YANG TELAH DINEGOSIASIKAN
LANJUTAN

 MEDIASI
 ADALAH PENGGUNAAN PIHAK KETIGA
YANG NETRAL UNTUK MEMBANTU
PENYELESAIAN MASALAH.
 KEUNTUNGAN MEDIASI DAN KERUGIAN
MEDIASI PADA DASARNYA SAMA SEPERTI
DENGAN NEGOSIASI
CARA PENYELESAIAN PERSELISIHAN BERDASARKAN UU NO 2
TAHUN 2004

 MENURUT UNDANG-UNDANG INI PENYELESAIAN

PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DIUPAYAKAN
JALAN DAMAI MELALUI MUSYAWARAH DAN SEJAUH
MUNGKIN DIHINDARKAN PEMUTUSAN HUBUNGAN
KERJA
 APABILA HAL INI TIDAK TERCAPAI, MAKA PEMERINTAH
DALAM UPAYANYA UNTUK MEMBERIKAN PELAYANAN
MASYARAKAT KHUSUSNYA KEPADA MASYARAKAT
PEKERJA DAN PENGUSAHA, BERKEWAJIBAN
MEMFASILITASI PENYELESAIAN PERSELISIHAN
HUBUNGAN INDUSTRIAL. UPAYA TERSEBUT
DILAKUKAN DENGAN MENYEDIAKAN MEDIATOR YANG
BERTUGAS UNTUK MEMPERTEMUKAN KEPENTINGAN
KEDUA BELAH PIHAK YANG BERSELISIH.
LANJUTAN

 DISAMPING ITU PERLU DIAKOMODASIKAN

KETERLIBATAN MASYARAKAT DALAM
MENYELESAIKAN PERSELISIHAN
MELALUI KONSILIASI ATAU ARBITASE.
TERIMA KASIH