Anda di halaman 1dari 7

NAMA : Yebi Saputri

NIM : 202005065
PRODI : HES / A

HUKUM PERUSAHAAN

A. BUMN KEUANGAN DAN ASURANSI


Badan usaha perseroan (persero) adalah BUMN yang berbentuk
perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling
sedikit 51% (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara Republik
Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan.

B. Jenis usaha ( PT. Pegadaian )

C. Kondisi Perusahaan
Di tengah kondisi ekonomi yang lesu seperti saat ini, kinerja PT
Pegadaian (Persero) terus menunjukkan pertumbuhan yang positif. Hal ini
terlihat dari segi laba, omset pinjaman, hingga jumlah nasabah yang terus
tumbuh di tengah pandemi virus corona atau COVID 19.

 "Di tengah berbagai tantangan dalam masa pandemi COVID 19, kinerja
bisnis perusahaan masih tetap tumbuh. Sampai Mei 2020 kita tumbuh
semuanya," ujar Direktur Utama Pegadaian Kuswiyoto pada acara Halal Bihalal
Pimpinan Redaksi Media dengan PT Pegadaian (Persero), Jakarta, Rabu
(17/06/2020).

 Kuswiyoto mengatakan kinerja Pegadaian tetap tumbuh positif di tengah


kondisi pandemi, terlihat pada bulan April 2020 laba perusahaan tercatat
sebesar Rp1,13 triliun dan terus tumbuh pada Mei 2020 sebesar 1,32 triliun.
Pada omset penjualan di bulan April 2020, perseroan mencatat sebesar Rp53,90
triliun dan terus menunjukkan peningkatan hingga Mei 2020 sebesar Rp65,61
triliun.

  Sedangkan di tengah pandemi seperti sekarang ini, nasabah Pegadaian


terus menunjukkan peningkatan yang signifikan. Terlihat pada bulan April
2020, perseroan mencatat pertumbuhan nasabah sebanyak 14,73 juta jiwa dan
pada bulan Mei 2020 sebanyak 14,90 juta jiwa.
"Kami terus tingkatkan optimalisasi kapabiltas perusahaan. Pegadaian
telah memiliki pondasi yang kuat dalam menjaga sustainbilitas kinerja
perusahaan."

  Untuk menjaga pondasi kinerja bisnis Pegadaian, perusahaan juga terus


meningkatkan sistem digital. Hingga saat ini Pegadaian terus melakukan
sosialisasi untuk mendorong nasabah dalam mengoptimalkan Pegadaian Digital,
sehingga bisa bertransaksi di rumah aja. Tercatat hingga Mei 2020 pengunduh
aplikasi Pegadaian Digital sebanyak 1,9 juta.

  Sementara itu Kuswiyoto menjelaskan untuk mencapai terget bisnis


Pegadaian di tengah kondisi pandemi ini, perseroan terus menyusun strategi
dengan menetapkan berbagai regulasi keringanan-keringanan kepada nasabah
Pegadaian. Regulasi yang disusun oleh Pegadaian seperti penurunan tarif bunga
dari 1,2% menjadi 1% (per 15 hari) untuk roll over kredit gadai, guna
membantu nasabah dan menjaga engagement.

 "Kita juga melakukan relaksasi dengan perpanjangan masa bebas bunga


(grace period) selama 30 hari. Tetapi kami juga punya Gadai Peduli (Bebas
Bunga) dimana nasabah nantinya dibebaskan bunga untuk pinjaman sampai
dengan Rp1 juta selama 3 bulan dan sekaligus program akusisi nasabah,"
ujarnya.

 Saat ini, Pegadaian terus akan mengembangkan model bisnis dan konsep
layanan yang meminimalisir kontak antara karyawan  dengan nasabah melalui
pemanfaatan teknologi. Pemanfaatan tersebut seperti Produk Gold Card yaitu
konsep kartu kredit berbasis jaminan tabungan emas atau titipan emas. Lalu,
Transaksi Gadai Via Drop Box yaitu kosep layanan gadai contacties antara
nasabah dan karyawan melalui sarana dropbox.

 Tidak hanya itu, pemanfaatan teknologi yang dilakukan oleh Pegadaian


juga dengan menggunakan Digital Lending yaitu penyaluran kredit modal
produktif (B2B) dengan sistem fidusia dan jaminan invoice melalui platform
internal dan High Touch to High Tech.
HUKUM KETENAGAKERJAAN

A. Undang – Undang Yang Mengatur Ketenagakerjaan

Hukum ketenagakerjaan di Indonesia diatur di dalam UU No. 13 Tahun


2003 tentang Ketenagakerjaan. Hukum ketenagakerjaan mengatur tentang
segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama,
dan sesudah kerja. Tujuan dari dibentuknya hukum ketenagakerjaan adalah
untuk :

 memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan


manusiawi;
 mewujudkan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan  tenaga  kerja
yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan nasional dan daerah;
 memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dalam mewujudkan
kesejahteraan; dan
 meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya

Selain itu, hukum ketenagakerjaan juga mengatur hubungan antara tenaga


kerja dengan pengusaha. Hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja
antara pengusaha dan pekerja/buruh. Hubungan kerja terdiri dari dua macam
yaitu hubungan kerja berdasarkan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT)
dan hubungan kerja berdasarkan Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu
(PKWTT). Perjanjian kerja yang dibuat tersebut dapat dilakukan secara tertulis
atau lisan. Perjanjian kerja yang dipersyaratkan secara tertulis harus
dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berlaku.
Mengenai hubungan kerja tersebut diatur di Bab IX Pasal 50-66 UU No. 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Perjanjian kerja yang dibentuk antara
pengusaha dan pekerja/buruh haruslah berlandaskan dan sesuai dengan
substansi dari UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan peraturan
hukum lainnya yang terkait.

Di dalam menjalankan aktivitas perusahaan, pengusaha mempunyai


kewajiban untuk memenuhi hak dari setiap pekerja. Hak pekerja tersebut
diantaranya yaitu hak untuk mendapatkan perlakuan yang sama tanpa
diskriminasi atas dasar apapun, hak untuk mengembangkan kompetensi kerja,
hak untuk beribadah menurut agama dan kepercayaannya, hak untuk
mendapatkan upah atau penghasilan yang sesuai dengan harkat dan martabat
manusia,  hak untuk mendapatkan perlindungan, kesejahteraan, kesehatan, dan
keselamatan kerja.

Apabila pekerja merasa bahwa hak-haknya yang dilindungi dan diatur di


dalam UU  No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan tersebut merasa tidak
terpenuhi dan diabaikan oleh pengusaha maka hal tersebut akan dapat
menyebabkan perselisihan-perselisihan tertentu antara pengusaha dan pekerja.
Jika perselisihan itu terjadi, maka peraturan hukum di Indonesia telah
mengaturnya di dalam UU No. 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan
Hubungan Industrial. Perselisihan Hubungan Industrial adalah perbedaan
pendapat yang mengakibatkan pertentangan antara pengusaha atau gabungan
pengusaha dengan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh karena
adanya perselisihan mengenai hak, perselisihan kepentingan, perselisihan
pemutusan hubungan kerja dan perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh
dalam satu perusahaan. Setiap bentuk perselisihan tersebut memiliki cara atau
prosedur tersendiri untuk menyelesaikannya baik itu melalui perundingan
bipartit, mediasi, konsiliasi, arbitrase, atau diselesaikan di Pengadilan Hubungan
Industrial.

B. Konsekuensi Jika Pekrja Mengundur Diri Atau Di PHK

Hak Pekerja Yang Di PHK

Pada prinsipnya, jika terjadi PHK, pengusaha wajib membayar uang


pesangon dan/atau uang penghargaan masa kerja (“UPMK”) dan uang
penggantian hak (“UPH”) yang seharusnya diterima.

Hak Pekerja yang Mengundurkan Diri

Pekerja mengundurkan diri atas kemauan sendiri harus memenuhi syarat

a. mengajukan permohonan pengunduran diri secara tertulis selambat-


lambatnya 30 hari sebelum tanggal mulai pengunduran diri;
b. tidak terikat dalam ikatan dinas; dan
c. tetap melaksanakan kewajibannya sampai tanggal mulai pengunduran
diri.

Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, pekerja yang mengalami PHK


akibat mengundurkan diri atas kemauan sendiri berhak atas uang pisah dan
UPH yang seharusnya diterima.

Sehingga, pekerja yang mengundurkan diri atas kemauan sendiri setelah bekerja
selama 3 tahun berhak mendapatkan:

a. uang pisah yang besarannya diatur dalam perjanjian kerja, PP, atau PKB
di perusahaan tempat ia bekerja; dan
b. UPH yang diatur menurut Pasal 81 angka 44 UU Cipta Kerja yang
mengubah Pasal 156 UU Ketenagakerjaan.
HUKUM ACARA PERDATA

A. Proses Gugatan Sampai Proses Replik

Alur Proses Persidangan

1. Gugatan Penggugat
2. Jawaban Tergugat
o Dalam Konpensi, isinya : - Eksepsi
o Jawaban pokok perkara
o Dalam Rekonpensi, isinya : - Gugatan
3. Replik Penggugat
o Dalam Konpensi, isinya : - Tanggapan Eksepsi, dan - Replik pokok
perkara
o Dalam Rekonpensi, isinya : - Eksepsi, dan - Jawaban pokok
perkara
4. Duplik Tergugat
o Dalam Konpensi, isinya : - Replik Eksepsi, dan - Duplik pokok
perkara
o Dalam Rekonpensi, isinya : - Tanggapan Eksepsi, dan - Replik
pokok perkara
5. Rereplik Penggugat
o Dalam Konpensi, isinya : - Duplik Eksepsi
o Dalam Rekonpensi, isinya : - Replik Eksepsi, dan - Duplik pokok
perkara
6. Reduplik Tergugat
o Dalam Rekonpensi, isinya : - Duplik Eksepsi
7. Pembuktian Penggugat
8. Pembuktian Tergugat
9. Kesimpulan Penggugat dan Tergugat
10.Putusan Pengadilan, isinya :
o Dalam Konpensi : - Dalam eksepsi, dan Dalam pokok perkara
o Dalam Rekonpensi : - Dalam eksepsi, dan - Dalam pokok perkara

Dalam konpensi dan rekonpensi : Membebankan biaya perkara kepada


Penggugat/Pemohon

Hak Pokok Dalam Persidangan

1. Hak Untuk Melakukan Jawab-Menjawab, Mengajukan Bantahan (Replik,


Duplik, Rereplik, Reduplik)
2. Hak Untuk Mengajukan Pembuktian (Saksi dan Bukti-Bukti Tertulis)
3. Hak Untuk Mengajukan Kesimpulan
4.
Tahapan -Tahapan Perkara Di Persidangan

1. Tahap pertama, UPAYA DAMAI


Dalam perkara perdata pada umumnya setiap permulaan sidang, sebelum
pemeriksaan perkara, hakim diwajibkan mengusahakan perdamaian antara
para pihak berperkara ( Pasal 154 R.Bg), dan jika tidak damai dilanjutkan
dengan mediasi. Dalam mediasi ini para pihak boleh menggunakan hakim
mediator yang tersedia di Pengadilan Agama tanpa dipungut biaya, kecuali
para pihak menggunakan mediator dari luar yang sudah punya sertikat, maka
biayanya seluruhnya ditanggung kedua belah pihak berdasarkan kesepakatan
mereka. Apabila terjadi damai, maka dibuatkan akta perdamaian ( Acta Van
Verglijk). Akta Perdamaian ini mempunyai kekuatan hukum yang sama
dengan putusan hakim,dan dapat dieksekusi, tetapi tidak dapat dimintakan
banding, kasasi dan peninjauan kembali.
2. Tahap kedua, PEMBACAAN GUGATAN/PERMOHONAN
Sebelum surat gugatan dibacakan, jika perkara perceraian, hakim wajib
menyatakan sidang tertutup untuk umum, sementara perkara perdata umum
sidangnya selalu terbuka. Surat Gugatan Penggugat yang diajukan ke
Pengadilan Agama itu dibacakan oleh Penggugat sendiri atau salah seorang
majelis hakim, dan sebelum diberikan kesempatan oleh mejelis hakim kepada
tergugat memberikan tanggapan/jawabannya, pihak penggugat punya hak
untuk mengubah, mencabut atau mempertahankan isi surat gugatannya
tersebut. Abala Penggugat menyatakan tetap tidak ada perubahan dan
tambahan dalam gugatannya itu kemudian persidangan dilanjutkan ketahap
berikutnya.
3. Tahap ketiga, JAWABAN TERGUGAT/TERMOHON
Setelah gugatan dibacakan, kemudian Tergugat diberi kesempatan
mengajukan jawabannya, baik ketika sidang hari itu juga atau sidang
berikutnya. Jawaban tergugat dapat dilakukan secara tertulis atau lisan ( Pasal
158 ayat (1) R.Bg). Pada tahap jawaban ini, tergugat dapat pula mengajukan
eksepsi (tangkisan) atau rekonpensi (gugatan balik). Dan pihak tergugat tidak
perlu membayar panjar biaya perkara.
5. Tahap keempat, REPLIK
Setelah gugatan dibacakan, kemudian Tergugat diberi kesempatan
mengajukan jawabannya, baik ketika sidang hari itu juga atau sidang
berikutnya. Jawaban tergugat dapat dilakukan secara tertulis atau lisan ( Pasal
158 ayat (1) R.Bg). Pada tahap jawaban ini, tergugat dapat pula mengajukan
eksepsi (tangkisan) atau rekonpensi (gugatan balik). Dan pihak tergugat tidak
perlu membayar panjar biaya perkara.
6. Tahap kelima, DUPLIK
Setelah penggugat menyampaikan repliknya, kemudian tergugat diberi
kesempatan untuk menanggapinya/menyampaikan dupliknya. Dalam tahap
ini dapat diulang-ulangi sampai ada titik temu antara penggugat dengan
tergugat. Apabila acara jawab menjawab dianggap cukup oleh hakim, dan
masih ada hal-hal yang tidak disepakati oleh kedua belah pihak, maka hal ini
dilanjutkan dengan acara pembuktian.
7. Tahap, PEMBUKTIAN
Pada tahap ini baik Penggugat/Pemohon akan dimintakan bukti untuk
menguatkan dalil-dalil gugatan/permohonannya dan Tergugat/Termohon
akan dimintakan bukti untuk menguatkan bantahannya.
8. Tahap ketujuh, KESIMPULAN
Pada tahap ini, baik penggugat maupun tergugat diberi kesempatan yang
sama untuk mengajukan pendapat akhir yang merupakan kesimpulan hasil
pemeriksaan selama sidang berlangsung menurut pandangan masing-masing.
Kesimpulan yang disampaikan ini dapat berupa lisan dan dapat pula secara
tertulis.
9. Tahap kedelapan, MUSYAWARAH MAJELIS
Rapat Permusyawaratan Majelis Hakim bersifat rahasi ( Pasal 19 ayat (3)
UU No. 4 Tahun 2004. Dalam rapat permusyawaratan majelis hakim, semua
hakim menyampaikan pertimbangannya atau pendapatnya baik secara lisan
maupun tertulis. Jika terdapat perbedaan pendapat, maka diambil suara
terbanyak, dan pendapat yang berbeda tersebut dapat dimuat dalam putusan
(dissenting opinion).
10. Tahap, PEMBACAAN PUTUSAN
Setelah selesai musyawarah majelis hakim, sesuai dengan jadwal sidang,
pada tahap ini dibacakan putusan majelis hakim. Setelah dibacakan putusan
tersebut, penggugat dan tergugat berhak mengajukan upaya hukum banding
dalam tenggang waktu 14 hari setelah putusan diucapkan. Apabila penggugat/
tergugat tidak hadir saat dibacakan putusan, maka Juru Sita Pengadilan
Agama akan menyampaikan isi/amar putusan itu kepada pihak yang tidak
hadir, dan putusan baru berkekuatan hukum tetap setelah 14 hari amar
putusan diterima oleh pihak yang tidak hadir itu.

Anda mungkin juga menyukai