Anda di halaman 1dari 1

KRITIK ATAS TEORI MEDAN MAKNA

Harus kalian ketahui bahwasanya teori sangat berperan penting dalam peningkatan linguistik
modern, akan tetapi keberadaanya semua ini tidak lepas dari keritikan dan kencaman berbagai
macam bela pihak,karna segala sesuatu yang ada di dunia ini tidak ada yang sempurna maka
muncullah berbagai macam keritik. sebagaimana yang terdapat di setiap teori sebelumnya yang
kita pelajari.adapaun berbagai macam arahan bentuk materi teori disimpulkan sebagai berikut:
A. Dalam mengunakan bahasa sehari-hari terdapat kesamaan,sinonim,antonim maupun
ketidaksamaan dan faktor-faktor serupa yang mana mereka memberikan sebuah
gambaran yang sedikit banyak dan rapi,akan tetapi hal ini tidak bisa dikatakan realistis
jika mengklaim bahwasanya setiap kosakata yang ada diliputi oleh medan-medan dengan
cara organis yang sama dengan medan-medan itu sendiri,atau sebagian dari medan-
medan itu yang dibangun. Lepas dari campur tangan antara berbagai bidang konseptual,
sudah jelas bahwasanya banyak diantaranya tidak memiliki organisasi yang sistematis
berbagai macam mana pun, yang mana teori medan makna ini sendiri telah begitu jauh
untuk memusatkan diri pada kajian tentang sektor yang sangat terpadu: warna,hubungan
kekeluargaaan,kualitas intelektual,konsep-konsep etika dan estetika,proses-proses
mental,pengalamn religius dan mistis.dan dari sini bisa membuat pertanyaan bagi orang
lain yaitu apakah ada bidang lain dari jenis kajian ini yang mana begitu ketat dan
teroganisasi dalam kehidupan sehari-hari.ini semua merupaka pikiran yang wajar
mungkin kalau ada salah satu penelitian yang mana bersekala penuh tentang kata-kata
untuk “kecepatan” (swifness) dan dalam bahasa jerman telah gagal untuk mengemukakan
segala wujud bentuk dari medan makna.
B. Walaupun telah diakui teori ini,akan tetapi penggelompakan kata itu berdasarkan kolokasi
dan set dapat memberikan sebuah gambaran yang jelas mengenai teori medan makna
ini,akan tetapi makna unsur-unsur lesikal itu sendiri sering kali bercampur aduk dan
keluar dari batasanya.
C. Pengelompokan suatu kata dalam ini kurang memperhatikan perbedaan antara yang
disebut makna denotasi dan juga makna konotasi,seperti antara makna kata dasar kata
atau leksem dengan suatu makna tambahan dari kata tersebut. Misalanya kata “remaja”
dalam contoh ini hanya merujuk pada usianya, yang barang kali kita mengira usia remaja
yaitu antara 14-17 tahun. Pada hal remaja ini juga menghadirkan pengertian atau makna
tambahan seperti belum dewasa,keras kepala,bersifat kaku,suka menganggu,suka
membantah, mudah berubah-rubah sikap nya,pendirian dan juga pendapat.
D. Pengelompokan kata ini atau unsur-unsur leksikal secara kolokasi dan set yang telah
digagas dalam teori ini hanya menyangkut satu segi makna makna saja,yang mana hanya
makna dasarnaya saja.sedangkan untuk makna keseluruhan tiap kata unsur lesikal harus
diperhatikan dan dikaji ulang secara terpisah dan teliti dalam kaitanya dengan pengunaan
kata atau unsur leksikal ini dalam menggunakanya sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai