Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN GAWAT DARURAT PADA TN.

M DENGAN
STEMI ANTERIOR DI RUANG ICU RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
PANDAN ARANG BOYOLALI

Disusun oleh:

1. Eka Nur Cahyani (2018012370)


2. Elisa Susanti (2018012371)
3. Fariza Salsabilla (2018012372)
4. Rani Saputri (2018012347)

PRODI D III KEPERAWATAN INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN


KESEHATAN PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA
A. Pengertian

Infark Miokard adalah kerusakan jaringan miokard akibat iskemia


hebat yang terjadi secara tiba-tiba. Keadaan ini biasanya disebabkan oleh
ruptur plak yang diikuti dengan proses pembentukan trombus oleh
trombosit (Hastuti dkk, 2013).
Infark miokard merupakan daerah nekrosis otot jantung sebagai
akibat berkurangnya pasokan darah koroner tang tiba-tiba, baik absolut
ataupun relatif. Penyebab paling sering ialah trombosis yang diperberat
pada, atau perdarahan dalam, plak ateromatosa dalam asteri koronaria
epikardial (Suddart, 2014).
ST Elevasi Miokard Infark (STEMI) adalah rusaknya bagian otot
jantung secara permanen akibat insufisiensi aliran darah koroner oleh
proses degeneratif maupun di pengaruhi oleh banyak faktor dengan
ditandai keluhan nyeri dada, peningkatan enzim jantung dan ST Elevasi
pada pemeriksaan EKG. STEMI adalah cermin dari pembuluh darah
koroner tertentu yang tersumbat total sehingga aliran darahnya benar-
benar terhenti, otot jantung yang dipendarahi tidak dapat nutrisi-oksigen
dan mati (Doengps, 2011).

B. Etiologi
Menurut Suddarth (2014) STEMI terjadi jika trombus arteri
koroner terjadi secara cepat pada lokasi injuri vasculer, dimana injuri ini
dicetuskan oleh faktor seperti merokok, hipertensi dan akumulasi lipid.
1. Penyempitan arteri koroner nonskelorik
2. Penyempitan aterorosklerotik
3. Trombus
4. Plak aterossklerotik
5. Lambatnya aliran darah di daerah plak atau viserasi plak
6. Peningkatan kebutuhan oksigen miokardium
7. Penurunan darah koroner melalui yang menyempit

2
8. Penyempitan arteri oleh perlambatan jantung selama tidur
9. Spasme otot segmental pada arteri kejang jantung

C. Faktor Resiko
Faktor resiko penyakit STEMI menurut Suddart (2014), antara lain :
1. Merokok
Seseorang dengan resiko tinggi penyakit jantung koroner
dianjurkan untuk berhenti merokok. Orang yang telah berhasil
menghentikan kebiasaan merokok dapat menurunkan risiko penyakit
jantung koroner sampai 50% pada tahun pertama. Resiko akan terus
menurun selama orang tersebut tetap tidak merokok. Pajaan terhadap
rokok secara pasif sebaiknya dihindari karena tetap dapat memperberat
penyakit jantung paru yangsudah ada.
2. Tekanan Darah Tinggi
Tekanan darah tinggi adalah faktor risiko yang paling
membahayakan karena biasanya tidak menunjukkan gejala sampai
telah menjadi lanjut. Tekanan darah tinggi menyebabkan tingginya
gardien tekanan yang harus dilawan oleh ventrikel kiri saat memompa
darah. Tekanan tinggi yang terus menerus menyebabkan suplai
kebutuhan oksigen jantung meningkat.
3. Kolesterol Darah Tinggi
Lemak yang tidak dapat larut dalam air, terikat dengan lipoprotein
yang terikat dalam air, yang memungkinkan dapat di angkat dalam
system peredaran darah.
4. Hiperglikemia
Hiperglikemia menyebabkan peningkatan trimbosit, yang dapat
menyebabkan pembentukan trombus. Kontrol hiperglikemia tanpa
modifikasi faktor resiko lainnya tidak akan menurunkan risiko
penyakit jantung koroner. Bila ada faktor risiko lain seperti obesitas,
faktor tersebut juga harus dikontrol.

3
5. Pola Perilaku
Stres dan perilaku tertentu diyakini mempengaruhi patogenesis
penyakit jantung koroner. Penelitian psikobiolgis dan epdemiologis
menunjukkan perilaku seseorang yang rentan terhadap penyakit
jantung koroner; ambisius kompetitif, terlalu tergesa, agresif dan kejam

D. Patofisiologi
STEMI umumnya terjadi jika aliran darah koroner menurun secara
mendadak setelah oklusi thrombus pada plak aterosklerosis yang sudah
ada sebelumnya. Stenosis arteri koroner derjat tinggi yang berkembang
secara lambat biasanya tidak memicu STEMI karena berkembangnya
banyak kolateral sepanjang waktu. STEMI terjadi jika trombus arteri
koroner terjadi secara cepat pada lokasi injuri vasculer. Pada sebagian
besar kasus, infark terjadi pada sebagian plak aterosseklerosis mengalami
fisur, rupture atau ulserasi dan jika kondisi lokal atau sistemik memicu
trombogenesis, sehingga terjadi trombus mural pada lokasi rupture yang
mengakibatkan oklusi arteri koroner. Penelitian hystologi menunjukkan
plak koroner cenderung mengalami rupture jika mempunyai vibrous cup
yang tipis dan intinya kaya lipid (lipid rich core).
Infark Miokard yang disebabkan trombus arteri koroner dapat
mengenai endokardium sampa epikardium disebut infark transmural,
namun juga bisa mengenai daerah subendokardial disebut infark
subendokardial. Setelah 20 menit terjadinya sumbatan infark sudah dapat
terjadi pada subendokardium dan bila berlanjut terus rata-rata dalam 4 jam
telah terjadi infark transmural. Kerusakan miokard ini dari endokardium
ke epikardium menjadi komplit dan ireversibel dalam 3-4 jam. Meskipun
nekrosis miokard sudah komplit proses remodeling miokard yang
mengalami injury terus berlanjut sampai beberapa minggu atau bulan
karena daerah infark meluas dan daerah non infark mengalami dilatasi.
(Hastuti, dkk. 2013)

4
E. Pathway

Faktor Resiko

(perokok, hipertensi, besitas, umur >40 tahun, ras, sex)

Endapan lipoprotein di tunika intima

Aterosklerosis Trombosis Konstriksi Arteri Koronaia

Aliran darah ke jantung menurun

O2 dan Nutisi Mneurun

Jaringan miokard iskemik

Nekrosis lebih dari 30 menit

↓ ↓
Metabolisme aneurob Saluran hipoksia
↓ ↓

Kerusakan ←Timbunan asam laktat→ Nyeri Integritas membran sel berubah

Pertukaran gas ↓ ↓

PH jaringan Kontraktilitas menurun→ Resiko curah jantung

↓ ↓

Perubahan elektro fisiologi jantung Kegagalan memompa jantung

↓ ↓

Pola Nafas Tidak Efektif Gangguan Pefusi Jaringan

Intoleransi Aktivitas
F. Manifestasi Klinis
Menurut Hastuti, dkk. (2013) manifestasi klinis stemi anterior yaitu :
1. Keluhan utama klasik : nyeri dada sentral yang berat, seperti rasa
terbakar, ditindih benda berat seperti ditusuk, rasa diperas, dipelintir,
rasa tertekan, yang berlangsung selama >20 menit tidak berkurang
dengan nitrat, gejala yang menyertai ; berkeringat, pucat dan mual,
sulit bernapas, cemas dan lemas.
2. Nyeri membaik atau menghilang dengan istirahat atau obat nitrat
3. Kelainan lain : dianataranya aritmia, henti jantung atau gagal jantung
akut
4. Bisa atipik :
a) Pada manula bisa kolaps atau bingung
b) Pada pasien diabetes perburukan status metabolik atau gagal jantung
bisa tanpa disertai nyeri dada.

G. Komplikasi
Adapun komplikasi yang terjadi menurut Suddarth, (2014) pada pasien
STEMI dalah :
1. Disfungsi ventrikuler
2. Gangguan hemodinamik
3. Gagl jantung
4. Syok kardiogenik
5. Perluasan IM
6. Emboli sistemik/pilmonal
7. Perikarditis
8. Ruptur
9. Ventrikuler
10. Otot papilar
11. Kelainan septal ventrikuler
12. Disfungsi katup

6
13. Aneurisma ventrikel
14. Sindroma infark pascamiokarditis

H. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis
2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi
3. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan pengisian
kapiler memanjang
4. Ketiakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang proses penyakit
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilisasi

I. Rencana Keperawatan
1. Diagnosa 1 : Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis
NOC : Kontrol Nyeri (1605)
Kriteria hasil :
a. Mengenali kapam nyeri terjadi (5)
b. Menggambarkan faktor penyebab (5)
c. Menggunakan tindakan pencegahan (5)
d. Menggunakan tindakan nyeri tanpa analgesik (5)
e. Melaporkan nyeri yang terkontrol (5)
2. Diagnosa 2 : Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan nyeri
NOC : Status Pernapasan (0415)
Kriteria hasil :
a. Frekuensi pernapasan (5)
b. Irama pernapasan (5)
c. Suara auskultasi napas (5)
d. Saturasi oksigen (5)
e. Dipsnea saat istirahat (5)
3. Diagnosa 3 : Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan
pengisian kapiler memanjang

7
NOC : Kefektifan Pompa Jantung (0400)
Kriteria hasil :
a. Tekanan darah sistol (5)
b. Tekanan darah diastol (5)
c. Distensi vena leher (5)
d. Suara jantung abnormal (5)
e. Edema perifer (5)
4. Diagosa 4 : Ketidakefektifan jaringan perifer berhubungan dengan
kurang pengetahuan proses penyakit
NOC : Perfusi Jaringan Perifer (0407)
Kriteria hasil :
a. Pengisian kapiler jari (5)
b. Suhu kulit ujung kaki dan tangan (5)
c. Kekuatan denyut nadi karotis (5)
d. Muka pucat (5)
e. Kerusakan kulit (5)

J. Implementasi Keperawatan
1. Diagnosa 1 : Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis
NIC : Manajemen Nyeri (1400)
a. Lakukan pengkajan nyeri komprehensif yang meliputi lokasi,
karakteristik, onset/durasi, frekuensi kualitas, intensitas, atau
beratnya nyeri dan faktor pencetus.
b. Observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai ketidaknyamanan
terutama pada mereka yang tidak dapat berkomunikasi.
c. Gali bersama pasien faktor-faktor yang dapat menurukan atau
memperbarat nyeri.
d. Kurangi atau eliminasi faktor-faktor yang dapat mencetuskan atau
meningkatkan nyeri.

8
e. Pilih dan implementasikan tindakan yang beragam (misalnya
farmakologi, nonfarmakologi, interpersinal) untuk memfasilitasi
penurunan nyeri, sesuai dengan kebutuhan.
f. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri.
g. Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi.
h. Kolaborasi dengan pasien orang terdekat dan tim kesehatan
lainnya.
2. Diagnosa 2 : Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengn nyeri
NIC : Monitor Pernafasan (3350)
a. Monitor kecepatan irama, kedalaman, dan kesulitan bernafas
b. Monitor suara tambahan seperti ngorok atau mengi
c. Monitor saturasi oksigen pada pasien yang tersedasi (seperti,
SaO2, SVO2, SPO2) sesuai dengan kebutuhan
d. Monitor hasil foto thoraks
e. Pasang sensor pemantauan oksgen non invasif
f. Catat perubahan pada saturasi O2 volume tidal akhir CO2
perubahan nilai analisa gas darah dengan tepat.
3. Diagnosa 3 : Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan
pengisian kapiler memanjang
NIC : Perawatan Jantung (4040)
a. Monitor keseimbangan cairan (masukan dan keluaran serta berat
badab harian)
b. Monitor sesak napas, kelelahan, takipnea orthopnea
c. Monitor tanda-tanda vital secara rutin
d. Lakukan terapi relaksasi sebagaimana mestinya
e. Instruksikan pasien dan keluarga mengenai terapi modalitas
batasan aktivitas dan kemajuan
f. Catat tanda dan gejala penurunan curah jantung
g. Pastikan tingkat aktivitas pasien yang tidak membahayakan curah
jantung atau memprovokasi serangan jantung

9
4. Diagnosa 4 : Ketidakefektifan jaringan perifer berhubungan dengan
kurang pengetahuan proses penyakit
NIC : Manajemen Sensasi Perifer (2660)
a. Monitor adanya parasthesia dengan tepat ( mati rasa, tingling,
hipertesia, hipotesia, dan tingkat nyeri)
b. Instruksikan pasien dan keluarga untuk memeriksa adanya
kerusakan kulit setiap harinya
c. Letakkan bantalan pada bagian tubuh yang terganggu untuk
melindungi area tersebut
d. Berikan obat analgesik, kortikosteroid, antikonvulsan, antidepresan
trisilik, atau anestesi lokal sesuai kebutuhan
e. Kolaborasi dengan pasien, keluarga dan tim kesehatan lainnya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Hastuti, P., Kartika, B, dan Supartono, W. (2013). STEMI Anterior. Yogyakarta :


Tidak diterbitkan

Brunner, & Suddart. (2014). Keperawataan Medikal Bedah (12th ed; Eka2 Anisa
Mardela, Ed). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Doenges, M. E., Moorhouse, M.F., & Geissler, A. C. (2014). Rencana Asuhan


Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan
Pasien. Jakarta : EGC

11

Anda mungkin juga menyukai