Anda di halaman 1dari 5

DAUROH SIROH PENDIDIKAN

“KEJAHILIYAHAN YANG BERULANG DI SETIAP ZAMAN”

Setiap masa atau zaman akan terulang pola yang sama. Karenanya bagian dari solusi kehidupan hari
ini ialah dengan mempelajari sejarah masa lalu. Sebagaimana para ahli sejarah menyatakan bahwa inna
tarikh yu’idu nafsahu, “Sesungguhnya sejarah itu akan berputar (berulang)”. Dari pernyataan tersebut
dapat kita pahami bahwa segala sesuatu yang pernah terjadi di zaman dahulu baik berupa permasalahan
atau pun yang lainnya dapat terulang di zaman ini. Sehingga solusi atau penyikapan permasalahan yang
terjadi di masa lalu dapat menjadi inspirasi, acuan atau tolak ukur dalam menghadapi permasalahan hari
ini. Dan benar saja permasalahan hari ini ternyata tidak jauh berbeda dengan apa yang terjadi di masa
lalu. Jika telah kita ketahui bahwa permasalahan di masa lalu tersebut mampu dituntaskan oleh para
salafushalih. Maka mencontoh solusi atas permasalahan dari para salafushalih patut kita lakukan.

Daurah Sirah Pendidikan yang hadir hari ini menjadi solusi untuk menyelesaikan problematika
pendidikan hari ini. Masyarakat hari ini dalam segi pendidikan perlu mencontoh bagaimana dahulu para
salafushalih dapat mendidik sehingga melahirkan orang-orang hebat di zamannya. Dunia Pendidikan pun
merupakan bagian penting dalam kehidupan sehingga dianjurkan Rasulullah untuk di mendalaminya.
Sebab setiap kita harus mendidik karena setiap kita adalah pendidik. Perkerjaan atau job utama setiap
kita adalah mendidik dengan bentuknya bermacam-macam. Dalam lingkungan keluarga contohnya,
seorang suami mendidik istri dan anaknya, seorang ibu mendidik anaknya, bahkan seorang kakak bisa
membantu mendidik adiknya. Dari kenyataan tersebut dapat disimpulkan urusan pendidikan adalah
urusan yang tidak bisa dianggap enteng, urusan pendidikan termasuk urusan urgent atau penting.

Rasulullah ketika sedang berjalan di Masjid Nabawi, beliau melihat ada halaqah-halaqah yang
sedang berdzkir. Rasulullah kemudian mengatakan, “ini adalah halaqah yang baik, mereka sedang
berdzikir dan berdoa jika Allah berkehendak maka Ia akan kabulkan do’a-do’a mereka jika belum
berkehendak maka Ia tahan (disimpan)”. Kemudian Rasulullah berjalan dan didapati ada para sahabat
sedang berhalaqah ilmu, dan beliau pun duduk membersamai para sahabat yang sedang belajar ilmu
didalamnya dan bersabda “sesungguhnya aku ini diutus sebagai seorang pendidik”. Jika kepada para ahli
dzikir Rasulullah hanya mendo’akan dan melewatinya saja. Dan kepada halaqah ahli ilmu Rasulullah duduk
membersamai mereka, hal tersebut menunjukkan sungguh Rasulullah memuliakan para pendidik dan
para ahli ilmu.
Hari ini fenomena kerusakan atau kejahiliyahan yang terjadi di masa lalu terulang. Sebagaimana
telah disampaikan perkataan para ahli sejarah diatas bahwa sejarah itu akan berulang. Ketika diketahui
hari ini sejarah tersebut berulang, maka solusinya haruslah menggunakan solusi zaman dahulu seperti
yang dilakukan Rasulullah dan para sahabat. Jika di zaman jahiliyah dahulu banyak patung-patung
(berhala) yang disembah sebagai bentuk wasilah. Sedangkan hari ini yang disembah tidak sekedar patung
(berhala), tetapi materi (uang atau kekayaan duniawi). Para sahabat dahulu mempertahankan aqidah
dengan sepenuh jiwa dan raga, di masa kini banyak masyarakat yang memperjuangkan sepenuh jiwa dan
raganya sekedar untuk materi.

Kisah Kerusakan di Zaman Jahiliyah

Pada zaman dahulu dikisahkan ada seseorang dari bangsa arab yang bernama Amr bin Luhay.
Pemimpin kabilah Khuza’i tersebut sedang melakukan perjalanan dari Hijaz menuju Syam. Kemudian
setelah sampai di Syam, ia melihat perilaku warga Syam terhadap sebuah patung berbentuk manusia yang
terbuat dari permata. Perlakuan warga Syam tersebut berbeda dengan perlakuan seseorang terhadap
benda mati biasa. Kemudian Amr bin Luhay bertanya kepada warga tersebut “Patung apakah ini ?”.
Penduduk Syam tersebut pun menjawab “Ini adalah patung yang kami sembah, yang memberikan rizki,
melindungi, memberi rizki hujan”. Mendengar jawaban tersebut, Amr bin Luhay pun bersemangat untuk
membawa patung (berhala) tersebut kepada masyarakat Hijaz. Ia merasa di Makkah (bagian dari Hijaz)
tidak memiliki sumber air yang melimpah (kisah ini terjadi ketika sumur zam-zam masih terkubur).
Sehingga ia berharap melalui (wasilah) penyembahan berhala tersebut warga Makkah mudah untuk
mendapatkan air (hujan). Maka dari sinilah praktik penyembahan berhala di Makkah bermula, dimana
sebelumnya warga Makkah mengikuti syariat Nabi Ibrahim Alaihissalam.

Pasca tersebarnya ajaran penyembahan berhala oleh Amr bin Luhay, patung-patung bertebaran di
lingkungan Makkah. Di bukit Sofa terdapat patung yang bernama Isaf dan di bukit Marwa terdapat patung
yang bernama Naila. Disebutkan bahwa patung-patung tersebut asalnya merupakan nama dua orang
manusia biasa. Isaf ialah seorang laki-laki tampan dan Naila adalah seorang wanita yang cantik dimana
keduanya berasal dari Yaman. Kedua orang tersebut saling mencintai, akan tetapi kedua orang tua mereka
tidak merestui hubungan tersebut. Cinta yang tidak dilandasi keimanan tersebut akhirnya bermuara
kepada perbuatan nista. Meraka kabur dari Yaman dan berjanji bertemu di Makkah. Janji yang telah
mereka ikrarkan untuk bertemu di Makkah akhirnya dapat terlaksana. Di Makkah tepatnya di samping
Ka’bah, kedua manusia yang sedang dilanda asmara (nafsu) tersebut akhirnya melampiaskan hasratnya
untuk berzina, Naudzubillah. Allah Ta’ala pun akhirnya mengutuk mereka berdua menjadi patung sebagai
bentuk hukuman atas perbuatan nista tersebut.

Patung-patung dari kedua orang yang berzina tersebut akhirnya oleh masyarakat ditempatkan
(disimpan) di Sofa untuk patung Isaf dan yang patung Naila ditempatkan di Marwa. Tujuan disimpannya
kedua patung tersebut ditempat yang telah ditentukan itu awalnya bertujuan untuk menjadi pengingat
bagi penduduk Makkah agar menjauhi perbuatan nista tersebut. Tetapi kemusyrikan berupa aktivitas
penyembahan terhadap patung (berhala) yang telah dibawa oleh Amr bin Luhay di Mekkah telah tersebar
secara pesat. Sehingga membuat patung Isaf dan Naila yang hanya sebagai lambang pengingat untuk
menjahui zina pun akhirnya ikut tersembah. Kesalahan terbesar Amr bin Luhay tersebut akhirnya
membuat ia terpuruk di Neraka. Seperti yang digambarkan oleh Nabi “Aku melihat Amr bin Luhay
menyeret-nyeret ususnya di Neraka”. Itulah balasan dari Allah sebab dialah yang pertama kali merusak
atau merubah syariat agama (aqidah) Nabi Ibrahim.

Fenomena Berbagai Kerusakan

Hari ini aqidah sudah dianggap tidak urgent oleh masyarakat pada umumnya. Aqidah yang
seharusnya menjadi komponen penting yang harus dipahami oleh kaum muslimin ternyata yang terjadi
adalah sebaliknya. Pendidikan sebagai pilar penting dalam sebuah peradaban tidak dibangun bebasis
keimanan sehingga sangatlah rapuh. Aktivitas belajar yang dilakukan oleh segenap kaum muslimin
tidaklah bertujuan untuk mendapatkan ridha dari Allah. Tujuan yang umum terjadi hanya sekedar untuk
mendapatkan ijazah, pekerjaan, dan sebagainya. Padahal telah jelas dalam hadits dijelaskan bahwa
“Barangsiapa yang memuntut ilmu (agama) tetapi tujuannya untuk dunia, maka dia tidak akan
mendapatkan wanginya Surga”.

Zaman jahiliyyah dahulu jika kita ketahui perzinahan dilakukan seperti apa yang terjadi pada Isaf
dan Naila. Di zaman ini perilaku perzinahan dilakukan diberbagai tempat bahkan banyak terjadi bentuk
pelegalan aktivitas zina diberbagai wilayah. Nabi pun menyampaikan dalam haditsnya “Ketika telah
muncur orang-orang yang terang-terangan melakukan zina dan riba, maka sesungguhnya mereka telah
terang-terangan menantang adzab Allah Ta’ala.”. Jahiliyyah yang terjadi zaman dahulu dengan zaman ini
permasalahanya tidaklah jauh berbeda, yakni sama-sama mengabaikan aqidah (agama). Agama di zaman
dahulu tidak diutamakan (dinomor duakan) sama seperti yang terjadi di zaman ini, agama utama ialah
materi.
Jika di zaman dahulu perempuan tidaklah bernilai dan berharga, bahkan sampai ada perilaku
mengubur bayi perempuan karena sampai menganggap hal tersebut adalah aib. Hari ini bentuk
kejahiliyahannya berubah sebaliknya, perempuan hari ini malah semakin ingin mendominasi dalam segala
sisi. Tugas atau fitrah berserta batasan-batasan perempuan (sudut pandang Islam) telah banyak ditabrak
dan dilanggar. Perempuan yang dianjurkan berada dirumah untuk secara khusus mendidik anak-anaknya
sebagai madrasatil ula, justru banyak yang memilih menghabiskan waktunya (aktivitasnya) diluar rumah
yang mengganggu peran utamanya dalam mendidik anak.

Solusi Perbaikan atas Kerusakan

Melihat fenomena tersebut penting untuk dipahami tentang adanya pola penting yang perlu
dibentuk di zaman ini dalam membangun generasi. Solusinya ialah perbaikan dalam sistim pendidikan,
sebab pendidikan adalah unsur penting untuk membangung generasi. Baik tidaknya sebuah generasi
dimasa depan ditentukan dengan proses pendidikan yang berjalan dalam generasi tersebut. Kesalahan
yang terjadi dalam konsep pendidikan akan berbuah kepada rusaknya generasi di masa yang akan datang.

Pendidikan generasi hari ini haruslah ditanamkan pola rujukan pendidikan bertema aqidah terlebih
dahulu. Ketika aqidah dan akhlak telah terajarkan secara baik maka belajar ilmu baru bisa dijalankan.
Sebagaimana yang terjadi terhadap Rasulullah ketika beliau mendidik para sahabat, hal pertama yang
dilakukan ialah menanamkan keimanan. Aisyah sebagai istri nabi pun menguatkan bahwa ayat-ayat yang
pertama kali turun ialah ayat-ayat bertema keimanan. Dan ketika telah berjalan dan telah kokoh keimanan
(aqidah) para sahabat, baru turun halal dan haram atau hukum-hukum syariat. Sebab jiika tahapan
tersebut terbalik sulit untuk dilakukan penerapan hukum-hukum syariat.

Hari ini tahapan yang terjadi dalam sistim pendidikan yang berlaku masih banyak yang keliru.
Pendidikan yang berlangsung tidak diawali dengan penguatan aqidah, apa yang diajarkan langsung
bertema keilmuan. Bahkan Al-Qur’an pun tidaklah langsung dipelajari sebelum keimanan telah kokoh
dalam diri peserta didik. Sehingga kerusakaan yang terjadi pun akhirnya semakin parah dan menghasilkan
generasi-genarasi yang terkesan jauh dari keimanan. Orang tua sebagai salah satu komponen penting
pendidikan dalam kehidupan seorang anak terkadang tidak menyadari dan memahami permasalahan ini.
Dan sering sekali baru terpikirkan oleh mereka ketika buah kerusakan tersebut telah nampak kepada
anak-anaknya. Naudzubillah.

Sudah saatnya segala aktivitas khususnya pendidikan harus dilandasi dengan ilmu yang benar.
Sudah bukan waktnya lagi menerapkan kurikulum pendidikan hanya berlandaskan tren atau kebiasaan
yang berlaku pada umumnya. Sebagai contoh, jika di beberapa tahun terakhir kita banyak jumpai
fenomena lembaga-lembaga pendidikan dengan penerapan pelajaran tahdiz atau hafalan Al-Qur’an.
Mereka ikutkan perlombaan-perlombaan sehingga anak-anak kehilangan ruh dan tujuannya dalam
menghafal Al-Qur’an yang sesungguhnya. Naudzubillah.

Mungkin kita banyak dapati melalui sistim pendidikan hari ini, banyak peserta didik yang berhasil
dalam berbagai cabang keilmuannya. Banyak yang cerdas dan berprestasi sehingga menjadi juara
diberbagai bidang. Tetapi banyak pula terjadi kecerdasan akan ilmu tersebut tidak berbanding lurus
dengan keimanan (aqidah) dan tidak pula berbanding lurus dengan akhlak (adab) yang mulia. Sedangkan
dalam Islam kedua komponen tersebut adalah dua hal yang penting dan harus hadir dalam diri setiap
muslim.

Oleh karenanya kepada para praktisi pendidikan Islam. Mulai hari ini kita harus bersama-sama
menyadari mengenai pentingnya konsep pendidikan Islam yang benar. Para praktisi pendidikan Islam hari
ini sudah seharusnya mengetahui bagaimana cara peradaban Islam di masa lalu mampu melahirkan
peradaban terbaik. Kita sudah seharusnya memahami bagaimana agar mampu mewujudkan peradaban
yang gemilang dimasa depan. Peradaban terbaik masa depan, dimana generasinya tidak hanya kuat dan
mempu dalam keilmuan tetapi juga kuat dan kokoh dalam keimanan dan keadaban. Wallahu’alam.

Anda mungkin juga menyukai