Anda di halaman 1dari 5

Ikhwani fillah, kawan2 seperjuangan, dan juga para alumni KMI, Kuliyatul Madinah Islamiyyah

Alhamdulillah, pada kesempatan kali ini, di acara alumni, kita bisa saling menjalin silaturahim dan bisa
saling bertatap muka meskipun tidak bertatap muka secara langsung, akan tetapi insyaallah tidak
mengurangi esensi pada acara ini.

Kita santai aja ya, ga usah terlalu formal2 banget kan, gpp

Ya Sebenarnya di acara alumni ini saya terpaksa juga ya jadi pemantik, kirain ada banyak gitu
pemantiknya setiap, ganti2an, tpi ya karena sudah terlanjur gpp lah, daripada acaranya malah ga jadi
nanti,

Saya juga bingung ini mau nyampain apa, mulainya mau dari mana.

Ya sudah intinya mungkin Saya hanya sharing pengalaman saya saja ya, bukan bermaksud mengajari,
menasehati apalagi menggurui, bukan berarti ilmu saya juga lebih banyak ya, saya rasa kawan2 ini juga
pengetahuan dan pengalamannya lebih baik dripada saya.

Oke mungkin pertama-tama saya akan menyebutkan terlebih dahulu pengalaman pesantren2 yg saya
pernah ngajar di sana,

Mulai dari tahun 2015 kayaknya, saya mengajar di dauroh quran di Ciater Subang yg bekerjasama
dengan Yayasan Rumaha dan ustadz Yusuf Mansyur juga, Nah ketika waktu itu saya baru saja selesai 30
Juz dan masih sangat kurang sekali ilmu dan pengalaman saya dalam mengajar tahfidz. Sementara
halaqoh saya ada yg sudah berusia 50 tahun, smp, ada yg keilmuannya diatas kita, bahkan sudah
memiliki jabatan di pesantren lain, dsb.

Mungkin keliatannya simple ya, cuma nerima setoran hafalan saja. Dan saya awalnya pun berpikir
seperti itu, padahal tentu bukan hanya sekedar kita menerima setoran saja ya.

Nah ada banyak orang juga nih yg berpikiran seperti itu, dan bnyak saya temukan juga ketika saya
mengajar tahfidz di dauroh, contohnya waktu itu ada guru olahraga yg ikut dauroh, tujuannya supaya
setelah selesai dauroh beliau bisa langsung mengajarkan tahfidz juga, karena beliau berfikir mengajar
tahfidz ya cuma nerima setoran doang, jadi ya beliau pun bisa. Padahal tentu tdak sesederhana begitu.

Lalu saya juga jadi panitia dauroh lgi di Cikaum, Subang, waktu angakatan kita al-kahfi mengadakan
dauroh juga ditempat itu di Pesantren Islahul Ummah

Oh iya pas jadi mahasiswa di KMI juga saya pernah jadi yg nerima setoran, kalo ga salah halaqohnya
angkatan kedua ya waktu itu, tpi cuma 1 semester, karena saya nya yg mengundurkan diri, soalnya
pengen lebih fokus menimba ilmu dlu

Terus dauroh di Pesantren Benda juga udah 4 kali klo ga salah setiap tahun di panggil,
Terus Pesantren Al-Muttaqin juga pernah ya ngirim santrinya ke al-kautsar kegiatan dauroh, saya jadi
ketua panitianya

Dauroh anak SMP al-kautsar juga pernah ya

Terus ketika semester 7 atau 8 saya diajak ustadz Utsman untuk merintis Pesantren tahfidz Tazakka
Quranic School sekitar 3 tahun, nah kenapa saya justru milih ngajar di pesantren yg baru merintis
dibandingkan mengajar di pesantren yg sudah besar, alasannya karena saya merasa klo di pesantren yg
sudah besar saya tdak akan banyak menrima perkembangan dan pengalaman karena tentunya banyak
yg dibatasi, maka dari itu saya lebih memilih pesantren yg baru merintis dimana saya bebas mengatur
semuanya dan tidak terlalu dibatasi, sehingga kreativitas, inovasi dan pemikiran saya lebih terasah,
meskipun memang sangat sulit memulai sesuatu yg baru dan bukan berarti apa yg saya lakukan juga
akan selalu berhasil, tentu pasti ada resiko dan gagalnya juga, tpi setidaknya saya sudah mencoba dan
dari situ juga saya banyak belajar, dan perkembangan, pengalaman dan mental saya juga terbentuk
untuk bisa mengatasi banyak hal.

Dalam hal ini juga nanti mungkin bisa kita diskusikan bersama-sama mengenai lebih baik mengajar di
Pesantren yg sudah terstruktur dan kita tinggal mengikutinya saja atau lebih baik mengajar di Pesantren
yg baru merintis dimana kita yg membuat konsep dan sistemnya

Oke lanjut dlu setelah di Pesantren Tazakka selama sekitar 3 tahun, karena ada 1 dan 2 hal saya
memutuskan untuk pindah mengajar lgi, meskipun tentunya sangat berat, karena saya juga sudah susah
payah membentuk pesantren tersebut, tpi ya memang begitulah kehidupan, sistem takdir yg dibuat oleh
Allah itu sangat luar biasa, bagi yg benar2 paham, tpi saya tidak akan membahas hal itu

Oke jadi untuk sekarang saya mengajar di Pesantren Sabilul Quran di Cirebon yg sebenarnya baru
didirikan juga sekitar 2 tahun.

Itulah beberapa pengalaman tempat saya mengajar di beberapa pesantren tahfidz.

Selanjutnya kita masuk ke pembahasannya ya, baru masuk ke pembahasannya ya, hahahha

Walaupun saya juga kurang tau tema di acara ini lebih ke arah mana nya, tpi ya gpp, saya akan sedikit
membagikan beberapa pengalaman saya ketika mengajar di beberapa Pesantren yg saya sebutkan tadi,
walaupun ya ini materinya dadakan juga, hahahaa

Oke kita mulai dengan sebuah hadist

Khirukum man taallama quran

Sebaik-baiknya kalian adalah yg mempelajari dan mengajarkan al quran

Saya akan fokus ke poin tentang yg mengajarkan al quran, karena seharusnya kita sudah melewati fase
mempelajari al quran ya, walaupun ketika mengajar pun kita akan banyak belajar juga, bahkan justru
pada waktu mengajar itulah kita banyak mendapatkan pelajaran, karena kita praktek langsung
dilapangan.
Akan tetapi pelajaran itu akan tidak bisa kita dapatkan apabila niat dan tujuan mengajar kita tidak benar,

Apa mksudnya, yaitu ya kita mengajar seperti hanya formalitas saja, kita mengajar hanya utk
mendapatkan mukafaah atau maisyah dan yg lainnya,

Jadi ya ngajar, ngajar aja, seperlunya saja, mau santri nya gimna2 cuek aja, biasanya juga jarang ada
santri yg sukses atau sesuai memenuhi target, banyak masalah, lalu klo ada atasan atau pimpinan
datang baru pura2 rajin, tpi klo ga ada males-malesan.

Ini juga bukan hanya utk pengajar al quran saja, tpi guru2 yg lainnya juga.

Nah yg seperti ini biasanya ga akan lama, karena saya jamin ga akan ada perkembangan di dalam
dirinya, dan dia akan stuck disitu-situ aja, bahkan menurun

"Tpi kan saya juga butuh mukafaahnya" misalnya, ya memang, dan saya tdak mempermasalahkan hal
itu, tpi yg saya permasalahkan adalah niat dan tujuannya, mukafaah itu hanya bonus saja, mau dikasih
berapa saja ya terima saja, jadi tdak perlu diharapkan, karena allah sudah menjamin juga dalam hal itu,
sedangkan mengajar itu ya memang sudah kewajiban kita.

Karena bisa jadi kita termasuk ke dalam ayat mengenai memperjual belikan ayat allah, nah ini juga nanti
jadi diskusi yg menarik mengenai ayat tersebut

Mungkin kelihatannya hal ini sepele, padahal ini sangat penting, ketika niat kita benar2 ikhlas dan tujuan
kita ya memang utk mendidik generasi qurani, maka santri yg kita didik pun akan merasakan hal yg
berbeda, seperti apa ya spiritual atau aura atau apa istilahnya ya, berbeda lah pokoknya, tdak bisa diliat
dgan kasat mata pokonya, beda beda rasanya, santri akan lebih nyaman kepada kita.

Lalu dengan niat kita ikhlas pun akan lebih perduli dengan santri yg kita didik, kita akan memikirkan
bagaimana caranya supaya santri didik kita bisa sukses atau berhasil. Karena sudut pandangnya juga
berbeda dengan ketika kita belajar maka kita hanya memikirkan bagaimana kita bisa begini begitu, tpi
ketika sudah mengajar maka kita berpikir bagaimana santri didik kita bisa begini dan begitu. Sehingga
kita akan terus belajar dan berkembang juga kedepannya.

Kita juga harus belajar memahami karakter dan sifat santri didikan kita, apa yg mereka inginkan,
bagaimana cara mengatasi santri yg memiliki sifat dan karakter yg begini, dsb, sehingga kita benar2 bisa
sesuai dalam bertindak,

Apabila guru tahfidz tentu kita juga akan terus memahami bagaimana supaya santri yg kita didik bisa
berhasil menghafal 30 Juz dengan mutqin. Saya biasa membaginya menjadi 2 yaitu dri faktor spiritual
yaitu berkenaan dengan hatinya, dan faktor teknis, seperti mengenai metode, dsb saya juga banyak
mempelajari hal itu, sampai sekarang pun terakhir saya meneliti bagaimana imam bukhori bisa hafal
hanya dalam sekali lihat, baru 50% progesnya, saya ga akan menjelakan apa yg saya sebutkan tadi
karena akan memakan banyak waktu lgi, karena biasanya ada seminar terpisahnya mengenai hal itu,
Nah saran saya ketika kita mendalami sebuah skill atau keahlian itu sebaiknya fokus saja dengan 1 hal,
misalkan bahasa arab, fokus saja perdalam ilmu tentang itu, karena 1 cabang ilmu itu saja sudah sangat
luas dan dalam. Maka ckup dalami 1 skill atau keahlian saja sehingga kita mempunyai nilai lebih
dibandingkan orang lain yg mungkin walapun skill yg dimiliki banyak tpi masih rata2 biasa saja, karena yg
kepake itu menurut saya yg benar2 ahli di bidangnya tersebut meskipun hanya 1 bidang saja, tpi kita
mempunya value yg lebih. Kecuali apabila kita merasa kemampuan yg sudah kita miliki diatas rata2,
setelah itu baru kita mempelajari skill atau keahlian yg lain yg dapat mendukung

Lalu kita harus sadar juga bahwa menjadi seorang guru atau mengajarkan sesuatu itu memiliki tanggung
jawab yg besar, apa yg kita ajarkan itu akan diminta pertanggung jawabannya diakhirat, maka jangan
menggapkan sepele hal tersebut, dan jangan sembrono atau sembarangan dalam mengajarkan sesuatu.

Selanjutnya kita juga harus paham bahwa kita hanya sebagai wasilah atau perantara saja. Apabila ada
santri kita yg suskes dan berhasil maka jangan sekali-kali kita beranggapan bahwa itu semua karena kita,
begitu pun sebaliknya jangan pernah menyerah atau putus asa apabila ada santri yg sangat sulit
menghafal misalknya, meskipun kita sudah berusaha sedemikian rupa, karena memang ya hidayah itu
hanya datang dri Allah saja, tugas kita hanya berusaha saja.

Selanjutnya pengalaman tentang sebuah organisasi, di sebuah pesantren tentu ada banyak orang lain di
dalamnya, tentu akan ada banyak perselisihan baik itu pemikiran atau pendapat masing2 orang tentu
berbeda, nah dari hal ini biasanya akan menimbulkan hal2 yg kurang baik, seperti egois, iri hari/dengki,
berburuk sangka, dsb.

Alangkah baiknya ketika ada masalah tersebut bisa diselesaikan dengan baik2 dengan cara tabayyun,
dsb

Tpi ada catatan penting yg ingin saya sampaikan yaitu "Komunikasi antar guru, staff, pimipinan atau dsb
itu sangat penting agar tidak terjadi hal2 yg saya sebutkan tadi, tpi ada yg lebih penting dari hal itu, yaitu
sebuah kepercayaan"

Misalkan ada seseorang yg sudah ditugaskan melakukan sesuatu, maka kita harus percaya sepenuhnya
kepada orang tersebut, mau dia ngapain, begini, begitu, serahkan saja sama orang yg sudah ditugaskan
tersebut. Kita ckup lihat hasilnya nanti lalu kita evaluasi, karena biasanya akan ada banyak benturan baik
itu dari bidang 1 dan bidang yg lainnya atau dgan pimpinannya juga.

Contohnya misalkan saya sendiri, saya beri 1 contoh kecil saja, saya itu ketika datang ke halaqoh di
Pesantren Tazakka selalu terlambat, tpi saya sengaja melakukan hal tersebut, dan saya mungkin tidak
melakukan itu di Pesantren2 lain.

Jadi intinya kita percayakan saja pada bagian bidang masing2, dan kita fokus kepada tugas dan bidang yg
ditugakan kepada kita, tinggal nanti kita evaluasi hasilnya saja, tentu bukan berarti tidak boleh memberi
kritik atau saran kepada yg lain, tpi jangan sampai justru kita sibuk mencari kesalahan orang lain
dibandingkan fokus kepada kinerja kita.

Nah ketika mengajar pun kita jangan berburuk sangka terhadap santri
Terkahir saya mengajak kawan2 semuanya marilah memberikan konstribusi untuk agama kita, baik
dalam hal apapun itu, jangan hanya menjadi seorang penonton yg hanya menyoraki, mencaci atau
memuji orang2 yg sedang berjuang untuk agama islam kita, akan tpi kita juga harus ikut andil
didalamnya yaitu salah satunya dengan membumingkan al quran, mencetak generasi quran, atau apaun
itu.

Ckup ya itu saja yg bisa saya bagikan dari pengalaman saya, nanti mungkin ada banyak poin2 yg bisa kita
diskusikan, karena yg saya sampaikan hanya menurut pendapat dan pengalaman saya, bisa jadi berbeda
dengan pendapat dan pengalaman kawan2 semuanya

Anda mungkin juga menyukai