TEORI DASAR
terletak vertikal di bawah kepala sumur. Saat mengebor suatu formasi sebenarnya
dapat diharapkan lubang yang vertikal, karena dengan lubang yang vertikal
umumnya biaya yang dibutuhkan lebih murah dibandingkan pemboran berarah dan
yang khusus saja karena biaya yang lebih mahal jika dibandingkan dengan
Berdasarkan lintasan lubang bor terdapat tiga macam jenis pemboran, antara
lain yaitu :
Teknik pemboran dimana teknik pemboran ini tidak dapat dilakukan untuk
14
ANALISA LINTASAN PEMBORAN BERARAH ANTARA PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PADA SUMUR X DAN SUMUR Y
DI LAPANGAN Z, Ari Dwi Sadewo
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
15
Horizontal Drilling
drilling dengan kemiringan hingga mendekati 90 deg, atau sejajar formasi, dan
mencapai formasi yang dituju tanpa harus menembus formasi yang tidak ingin
dilewati. Dimana mengatasi keadaan disaat sasaran atau target tidak mungkin
berarah diharapkan dapat menjangkau zona produktif yang lebih luas dibandingkan
dilakukan dengan resiko dan biaya yang cukup tinggi bila dibandingkan dengan
sumur vertikal.
pemboran, dan biasanya alasan topografis menjadi salah satu alasan yang paling
umum untuk mencapai lapisan yang tidak dapat dicapai dengan cara-cara yang
biasa atau umum. Contoh alasan topografis akan dijelaskan di bawah ini seperti
berikut :
ANALISA LINTASAN PEMBORAN BERARAH ANTARA PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PADA SUMUR X DAN SUMUR Y
DI LAPANGAN Z, Ari Dwi Sadewo
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
16
gambar 3.1
Gambar 3.1
perkantoran.
ANALISA LINTASAN PEMBORAN BERARAH ANTARA PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PADA SUMUR X DAN SUMUR Y
DI LAPANGAN Z, Ari Dwi Sadewo
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
17
Gambar 3.2
kesulitan atau masalah yang dapat dihadapi apabila dilakukan pemboran dengan
cara pemboran vertikal, contoh dari alasan geologi ada beberapa hal yaitu seperti
berikut :
ANALISA LINTASAN PEMBORAN BERARAH ANTARA PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PADA SUMUR X DAN SUMUR Y
DI LAPANGAN Z, Ari Dwi Sadewo
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
18
atau gas. Kalau dilakukan pemboran vertikal dari permukaan sampai ke target,
maka akan menembus kubah garam yang beresiko akan membuat garam akan larut
dan dinding lubang nantinya akan runtuh. Selain itu juga pengeboran melalui suatu
kubah garam dapat juga menimbulkan berbagai macam masalah seperti contohnya
adalah washout, lost circulation, dan masalah korosi. Dalam situasi seperti ini akan
lebih baik untuk menghindari formasi garam tersebut. Pada gambar 3.3 di bawah
Gambar 3.3
ANALISA LINTASAN PEMBORAN BERARAH ANTARA PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PADA SUMUR X DAN SUMUR Y
DI LAPANGAN Z, Ari Dwi Sadewo
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
19
b. Adanya patahan
Gambar 3.4
tersebut terletak pada daerah pegunungan atau pada lapangan dengan kondisi
ANALISA LINTASAN PEMBORAN BERARAH ANTARA PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PADA SUMUR X DAN SUMUR Y
DI LAPANGAN Z, Ari Dwi Sadewo
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
20
b. Pemindahan peralatan
c. Pengolahan limbah
Gambar 3.5
ANALISA LINTASAN PEMBORAN BERARAH ANTARA PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PADA SUMUR X DAN SUMUR Y
DI LAPANGAN Z, Ari Dwi Sadewo
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
21
Teknik pemboran berarah juga digunakan untuk mematikan sumur blow out
(relief well) dengan cara membuat lintasan ke arah terjadinya blow out kemudian
terkendali.
c. Sidetrack
string) mungkin saja terjepit (stuck) di dalam lubang sumur. Apabila rangkaian
yang terjepit itu terputus dan tidak dapat diambil melalui fishing job, maka peralatan
dengan membelokan arah lubang baru. Hal tersebut lebih ekonomis jika
Rangkaian pipa pemboran yang tertinggal di dalam lubang bor ditutup dengan
lubang. Alat lain yang biasa juga digunakan untuk membelokan lubang adalah
whipstock.
sumur yang dibor tidak terletak di formasi yang diinginkan atau produksi dari suatu
zona telah menurun bahkan habis, lubang dapat disumbat dan kemudian dilakukan
sidetrack ke target baru. Jika titik belok terletak di bagian lubang yang tertutup
ANALISA LINTASAN PEMBORAN BERARAH ANTARA PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PADA SUMUR X DAN SUMUR Y
DI LAPANGAN Z, Ari Dwi Sadewo
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
22
casing maka suatu jendela atau window harus dibuat pada casing tersebut agar
Cased hole sidetrack (dimana casing harus dibor dengan menggunakan miling
assembly)
formasi yang akan dituju. Tipe-tipe dari lintasan pemboran berarah antara lain,
adalah :
dengan dua lintasan, lintasan pertama dilakukan dengan membangun sudut hingga
besar sudut yang diinginkan (build up section) dan lintasan kedua dilakukan dengan
mempertahankan sudut yang telah dicapai hingga ke sasaran. Pemboran tipe ini
Pada tipe ini titik belok (kick-off point) terletak pada kedalaman yang tidak
terlalu jauh dari permukaan tanah atau biasa kita sebut dengan surface.
ANALISA LINTASAN PEMBORAN BERARAH ANTARA PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PADA SUMUR X DAN SUMUR Y
DI LAPANGAN Z, Ari Dwi Sadewo
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
23
Pembentukan sudut dilakukan sampai besar yang diinginkan, setelah itu dilakukan
Meminimalisasikan dogleg
Tipe pemboran ini tidak jauh berbeda dengan shallow deviation type, perbedaan
pada tipe ini hanya pada pembelokannya dimana, pembelokan dilakukan lebih
untuk pemboran berarah dimana target pemboran terletak di bawah kubah garam.
Tipe pemboran jenis ini biasa disebut pemboran tipe S. Hal ini disebabkan
karena bentuknya menyerupai dengan huruf S. Setelah titik belok (Kick Off Point
atau KOP) dilakukan build up hingga inklinasi tertentu dan kemudian dilakukan
kedalaman cukup dalam. Pemboran ini akan memberikan jarak yang lebih daripada
lainnya.
ANALISA LINTASAN PEMBORAN BERARAH ANTARA PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PADA SUMUR X DAN SUMUR Y
DI LAPANGAN Z, Ari Dwi Sadewo
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
24
Pada tipe pemboran ini, setelah titik belok (KOP) dilakukan build up hingga
peralatan khusus agar lubang bor dapat mengikuti pola lintasan yang dirancang.
Ada beberapa jenis peralatan pemboran yang memiliki kemampuan dan fungsi
masing-masing.
Setalah kedalaman titik belok ditentukan, maka mulai dari titik tersebut kita
dengan sudut kemiringan terntentu. Alat-alat pembelok yang digunakan antara lain:
a. Badger bit
Prinsip kerja alat ini adalah adanya saah satu nozzle pada bit yang ukurannya
lebih besar dari yang lainnya. Hal ini akan menyebabkan semburan lumpur yang
ANALISA LINTASAN PEMBORAN BERARAH ANTARA PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PADA SUMUR X DAN SUMUR Y
DI LAPANGAN Z, Ari Dwi Sadewo
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
25
lebih besar sehingga lubang akan membelok ke arah dimana ukuran nozzle lebih
besar.
b. Spud bit
Alat ini merupakan bit tanpa roller, betuknya seperti baji dan mempunyai
nozzle. Cara kerja dari alat ini sama dengan badger bit hanya di sini ditambahkan
dengan tumbukan.
c. Knuckle join
Knuckle join merupakan suatu drill string yang diperpanjang dengan sendi
peluru, sehingga memungkinkan putaran bersudut antara drill string dan bit.
d. Turbo Drill
Turbo drill adalah down hole mud turbin yang dapat memutar bit tanpa harus
memutar rangkaian bor (drill string). Kecepatan putaran sangat tergantung pada
volume lumpur dan tekanan sirkulasi di permukaan. Adanya bent sub pada turbo
e. Dyna drill
Dyna drill adalah down hole mud motor. Seperti juga turbo drill, alat ini dapat
memutar bit tanpa harus memutar rangkaian bor (drill string). Adanya bent sub
ANALISA LINTASAN PEMBORAN BERARAH ANTARA PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PADA SUMUR X DAN SUMUR Y
DI LAPANGAN Z, Ari Dwi Sadewo
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
26
f. Jetting bit
Jetting bit digunakan untuk formasi yang soft dengan nozzle yang besar dan ada
sebagian yang kecil. Keuntungannya secara geologi sangat bagus untuk sandstone
dan oolitic limestone. Baik untuk unconsolidated sandstone dan batuan yang sangat
halus, dan buruk untuk batuan erode yang terlalu banyak. Jetting Bit diperlihatkan
Gambar 3.6
Jetting Bit
Jetting bit memiliki keuntungan dan kerugian, keuntungan dari jetting bit ini
adalah merupakan metode yang simple dan murah untuk formasi yang soft, dogleg
severity dapat dikontrol dari permukaan setiap waktu, peralatan survey tidak jauh
di belakang bit, dan Orientasi dengan alat permukaan mudah. Sedangkan untuk
kerugiannya berupa hanya dapat digunakan pada formasi yang soft dengan
kedalaman yang rendah dan juga dogleg yang cukup besar sering terjadi.
ANALISA LINTASAN PEMBORAN BERARAH ANTARA PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PADA SUMUR X DAN SUMUR Y
DI LAPANGAN Z, Ari Dwi Sadewo
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
27
permukaan yang dipasang pada rangkaian drill string agar dapat diatur
BHA dapat terdiri dari : bit, reamer, down hole motor, drill collar, non magnetic
drill collar, bent sub, heavy weight drill pipe, dan drilling jar dengan pola susunan
Bagian pada prinsip Bottom Hole Assembly yang meliputi dari horizontal
drilling adalah,
Prinsip Fulcrum
Gambar 3.7
Prinsip Fulcrum
ANALISA LINTASAN PEMBORAN BERARAH ANTARA PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PADA SUMUR X DAN SUMUR Y
DI LAPANGAN Z, Ari Dwi Sadewo
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
28
Prinsip Pendulum
DROP ANGLE
Gambar 3.8
Prinsip Pendulum
Prinsip Stabilisasi
memasang stabilizer serapat mungkin. Gambar 3.9 dapat dilihat di bawah ini.
Gambar 3.9
Prinsip Stabilisasi
ANALISA LINTASAN PEMBORAN BERARAH ANTARA PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PADA SUMUR X DAN SUMUR Y
DI LAPANGAN Z, Ari Dwi Sadewo
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
29
3.3.3 Whipstock
pertama kali secara luas untuk membuat sudut. Whipstock harus ditempatkan pada
dasar yang keras agar tidak ikut berputar selama drill string berputar. Cara kerjanya
adalah pahat yang ukurannya lebih kecil dipasang bersama dengan whipstock.
Kemudian alat ini diturunkan sampai kedalaman titik KOP. Setelah itu berat
rangkaian pipa bor digunakan untuk mematahkan shear pin yang menahan
Gambar 3.10
Whipstock
lahirnya teknologi stator dan rotor pada turbin. Alat ini merupakan alat utama untuk
ANALISA LINTASAN PEMBORAN BERARAH ANTARA PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PADA SUMUR X DAN SUMUR Y
DI LAPANGAN Z, Ari Dwi Sadewo
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
30
pipa yang menggunakan bent sub akan diturunkan sampai dasar lubang di tempat
defleksi tersebut dibutuhkan. Defleksi lubang bor dapat ditingkatkan dan dikontrol
pahat tanpa harus memutar rangkaian pipa pemboran. Penggerak utama pada motor
adalah fluida pemboran atau lumpur pemboran yang dipompakan dari permukaan
motor. Pada motor tersebut dilengkapi dengan bent sub atau bent housing untuk
a. Turbine motor
Motor hidrolik dengan multi stage yang terdiri dari rotor dan stator. Metode
yang digunakan turbin motor adalah menciptakan kekuatan putaran pada pahat
yakni dengan menggunakan momentum fluida. Strator berada pada bagian motor
yang diam dan berfungsi sebagai pengarah aliran fluida pemboran ke rotor. Akibat
adanya aliran fluida pemboran yang menumbuk rotor, maka rotor akan menjadi
Jumlah stage tergantung pada besarnya torsi atau kekuatan yang diinginkan.
ANALISA LINTASAN PEMBORAN BERARAH ANTARA PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PADA SUMUR X DAN SUMUR Y
DI LAPANGAN Z, Ari Dwi Sadewo
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
31
maka tekanan sepanjang motor relatif konstan pada saat operasi untuk suatu laju
digunakan pada temperatur tinggi ( di atas 300° F ) dan pada bagian oil basemud.
Gambar 3.11
Turbin
Alat ini digerakkan oleh pompa dengan rotor yang berbentuk helisiodal yang
berperan sebagai rotor tersekat di dalam stator. Jika fluida nantinya dialirkan, rotor
ANALISA LINTASAN PEMBORAN BERARAH ANTARA PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PADA SUMUR X DAN SUMUR Y
DI LAPANGAN Z, Ari Dwi Sadewo
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
32
Rotor bergerak karena adanya perbedaan tekanan di dalam motor yang dapat
Gambar 3.12
PDM
3.3.6 Crossover
Crossover adalah alat yang digunakan untuk menyambung dua jenis pipa
yang berbeda draft atau diameternya. Dalam prakteknya yang disambung adalah,
ANALISA LINTASAN PEMBORAN BERARAH ANTARA PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PADA SUMUR X DAN SUMUR Y
DI LAPANGAN Z, Ari Dwi Sadewo
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
33
Drill Collar adalah pipa baja yang berfungsi sebagai penerus gerak putar
dari drill pipe ke pahat dan pemberat pada pahat untuk laju penembusan dan
Drill pipe adalah pipa baja yang ukuran dan beratnya lebih ringan
e. Menjadi media untuk aliran fluida lumpur bor dari swivel ke pahat bor.
3.3.9 Stabilizer
drill string sehingga mengurangi friksion atau gaya gesekan antara drill string
ANALISA LINTASAN PEMBORAN BERARAH ANTARA PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PADA SUMUR X DAN SUMUR Y
DI LAPANGAN Z, Ari Dwi Sadewo
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
34
Float sub adalah sub penyambung yang dipasang bit sub dan drill colar.
Float sub berfungsi untuk menutup semburan atau tekanan formasi ke dalam
tertentu kita mengukur sudut kemiringan dan sudut arah lubang bor (melakukan
survey). Dari pengukuran ini dapat diketahui penyimpangan sudut dari sasaran yang
direncanakan sehingga dari setiap titik pengukuran ini kita dapat mengkoreksi
adalah :
yang direncanakan.
Untuk menentukan lokasi yang tepat dari surface atau dasar sumur (koordinat
dasar sumur).
ANALISA LINTASAN PEMBORAN BERARAH ANTARA PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PADA SUMUR X DAN SUMUR Y
DI LAPANGAN Z, Ari Dwi Sadewo
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
35
Peralatan survey ini mencatat inklinasi sumur dan arah utara magnet dari lubang
sumur. Prinsip alat ini adalah berupa pemotretan dimana sebuah kompas dan unit
pencatat sudut yang berbentuk cakram dipotret bersama oleh sebuah kamera dan
didapat penyimpangan. Alat ini tidak mengukur arah jika ditempatkan di dalam
pipa baja atau casing. Biasanya peralatan ini ditempatkan pada non magnetic drill
collar.
Gambar 3.13
b. Multishot
Peralatan survey ini berguna untuk merekam sejumlah atau beberapa data
inklinasi dan arah azimuth lubang sumur pada berbagai kedalaman yang dilakukan
menggunakan alat yang bernama wireline dari permukaan atau surface dan
ANALISA LINTASAN PEMBORAN BERARAH ANTARA PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PADA SUMUR X DAN SUMUR Y
DI LAPANGAN Z, Ari Dwi Sadewo
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
36
pencatatan hasil surveinya diperoleh ketika pemakaian rangkaian pipa bor ditarik
Gambar 3.14
Multishot
Merupakan suatu teknik pencatatan variasi pengukuran dalam lubang bor dan
lumpur saat pemboran berlangsung. Alat ini digunakan untuk mengontrol sudut
kemiringan dan sudut arah, selain itu MWD juga berfungsi mendeteksi zona
ANALISA LINTASAN PEMBORAN BERARAH ANTARA PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PADA SUMUR X DAN SUMUR Y
DI LAPANGAN Z, Ari Dwi Sadewo
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
37
pahat bor.
Merupakan suatu peralatan yang diletakkan pada rangkaian di dekat pahat bor,
untuk mengukur data dari formasi yang sedang dibor dan mengirimkannya ke
Sewaktu membelokkan lubang bor dengan alat - alat pembelok, lubang bor
harus selalu berarah kemana sudut tersebut dapat mencapai sasaran. Pengarahan ini
dapat dilakukan pada titik belok atau setelah titik belok apabila ternyata lubang
Baik pemboran vertikal maupun pemboran berarah biasanya lubang bor yang
dihasilkan menyimpang dari sudut yang diinginkan. Hal ini dapat disebabkan
ANALISA LINTASAN PEMBORAN BERARAH ANTARA PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PADA SUMUR X DAN SUMUR Y
DI LAPANGAN Z, Ari Dwi Sadewo
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
38
semacam ini disebut Crooked hole (lubang bor pada pemboran berarah disebut
a. Faktor Formasi
Pada formasi yang berlapis-lapis dengan bidang perlapisan yang miring maka
lubang bor akan cenderung untuk tegak lurus pada bidang perlapisan. Penembusan
bit pada formasi akan meninggalkan suatu baji kecil yang dapat bertindak sebagai
whipstock kecil yang dapat membelokkan lubang sumur. Teori ini disebut miniature
whipstock theory.
Gambar 3.15
Pada formasi dengan perlapisan yang berganti-ganti dari lunak ke keras dan
sebaliknya akan menyebabkan bit ditahan dengan berat sebelah pada kedua sisinya,
ANALISA LINTASAN PEMBORAN BERARAH ANTARA PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PADA SUMUR X DAN SUMUR Y
DI LAPANGAN Z, Ari Dwi Sadewo
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
39
sehingga bit akan terperosok kesalah satu sisi dan mengakibatkan bengkoknya
lubang bor. Teori ini dinamakan formation drillability theory (Gambar 3.16)
Gambar 3.16
Pada formasi dimana kemiringan bidang perlapisan lebih besar dari 45 deg,
maka bit akan cenderung mengikuti bidang perlapisan. Gambar 3.17 dapat dilihar
di bawah ini.
Gambar 3.17
ANALISA LINTASAN PEMBORAN BERARAH ANTARA PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PADA SUMUR X DAN SUMUR Y
DI LAPANGAN Z, Ari Dwi Sadewo
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
40
b. Faktor Mekanis
1) Drill collar yang tidak cukup kekar sehingga tidak mudah melengkung.
directional drilling, lubang bor yang sudah terlebih dahulu direncanakan dibuat
pada suatu bidang datar dengan sudut arah dan perubahan sudut kemiringan
tertentu. Tetapi lubang bor tidak akan terletak pada satu bidang disebabkan
pengaruh dari berbagai banyak faktor. Beberapa faktor tersebut dapat berupa, sudut
kemiringan maupun sudut arah lubang bor yang akan selalu berubah-ubah
menyimpang dari yang telah direncanakan. Sehingga pada praktek langsung suatu
lubang bor tadi diarahkan kembali ke arah yang ditetapkan semula sehingga
nantinya penyimpangan yang terjadi dapat diatasi, dan tidak menjadi penghalang
ANALISA LINTASAN PEMBORAN BERARAH ANTARA PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PADA SUMUR X DAN SUMUR Y
DI LAPANGAN Z, Ari Dwi Sadewo
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
41
Gambar 3.18
Gambar diatas berikuat meruapakan gambar dari build up and hold dimana
ANALISA LINTASAN PEMBORAN BERARAH ANTARA PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PADA SUMUR X DAN SUMUR Y
DI LAPANGAN Z, Ari Dwi Sadewo
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
42
XN : Horizontal departure
Pada gambar berikut di bawah ini gambar yang ditunjukan adalah build and
hold trajectory,
Gambar 3.19
5730
R
BUR …………..………..……………………………….(3.1)
ANALISA LINTASAN PEMBORAN BERARAH ANTARA PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PADA SUMUR X DAN SUMUR Y
DI LAPANGAN Z, Ari Dwi Sadewo
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
43
a. Mencari jarak displacement dari jarak vertikal titik bor permukaan sampai
X3 x2 x1 2 y2 y1 2 …………..…………………………………….(3.2)
b. Menentukan I maksimal
Im ax arcsin
R arctan R x3
D D
R x3 2 D3 D1 2 3 1
…………….….(3.3)
D D1 R D D1
Im ax 180 arctan 3 arccos sin arctan 3
3
x R 3
D D1 3
x R
I . max I .KOP
Lbuildup sec tion …………………………………….…….(3.4)
BUR
4. Panjang TVD dari titik awal mulai bor sampai dengan L build up section
ANALISA LINTASAN PEMBORAN BERARAH ANTARA PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PADA SUMUR X DAN SUMUR Y
DI LAPANGAN Z, Ari Dwi Sadewo
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
44
5. Panjang displacement dari jarak vertikal titik bor sampai dengan titik akhir L
build up section
D3 D2
L tan section = ....................................................(3.9)
CosI . max
10. Total measured depth dari titik mulai bor hingga target
ANALISA LINTASAN PEMBORAN BERARAH ANTARA PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PADA SUMUR X DAN SUMUR Y
DI LAPANGAN Z, Ari Dwi Sadewo
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
45
Pada gambar berikut menunjukkan gambaran tipe build up hold and drop
Gambar 3.20
ANALISA LINTASAN PEMBORAN BERARAH ANTARA PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PADA SUMUR X DAN SUMUR Y
DI LAPANGAN Z, Ari Dwi Sadewo
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
46
D D1 r r D D1
arctan 4 arccos 1 2 x sin arctan 4
r1 r2 X 4 D4 D1 r1 r2 X 4 …...….(3.10)
D4 D1 r r D4 D1
180 arctan arccos 1 2 sin arctan
X 4 r1 r2 D D1
4 X 4 r1 r2
………(3.11)
Gambar 3.21
ANALISA LINTASAN PEMBORAN BERARAH ANTARA PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PADA SUMUR X DAN SUMUR Y
DI LAPANGAN Z, Ari Dwi Sadewo
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
47
pada setiap kedalaman tertentu dilakukan pengukuran sudut kemiringan dan arah
lubang bor (dilakukan survey) jika terjadi penyimapangan maka lubang bor
perubahan sudut kemiringan (I), dan sudut arah (A) yang dicatat oleh alat-alat
survey.
Prinsip dari metode ini adalah menggunakan sudut inklinasi dan azimuth
dari titik awal interval yang menghitung “vertical depth”, “departure”, dan posisi.
Gambar 3.22
ANALISA LINTASAN PEMBORAN BERARAH ANTARA PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PADA SUMUR X DAN SUMUR Y
DI LAPANGAN Z, Ari Dwi Sadewo
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
48
∆H = ∆ MD sin I2 .........................................................................(3.13)
∆H = pertambahan departure
interval. Kedua interval ini dibagi menjadi interval pada bagian pertama untuk
bagian atas, yang interval tersebut digunakan sudut inklinasi dan azimuth pada titik
awal interval dan untuk interval pada bagian kedua terdapat pada bagian bawah,
ANALISA LINTASAN PEMBORAN BERARAH ANTARA PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PADA SUMUR X DAN SUMUR Y
DI LAPANGAN Z, Ari Dwi Sadewo
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
49
yang pada bagian ini interval digunakan sudut inklinasi dan azimuth pada titik akhir
Gambar 3.23
MD
H 1 sin I 1 .................................................................................(3.16)
2
MD
H 2 sin I 2 ................................................................................(3.17)
2
MD
H H1 H 2 sin I1 sin I 2 ................................................(3.18)
2
ANALISA LINTASAN PEMBORAN BERARAH ANTARA PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PADA SUMUR X DAN SUMUR Y
DI LAPANGAN Z, Ari Dwi Sadewo
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
50
MD
TVD1 cos I 1 ...........................................................................(3.19)
2
MD
TVD1 2 cos I 2 ........................................................................(3.20)
2
MD
TVD TVD1 TVD 2
2
cos I1 cos I 2 ................................(3.21)
MD
N N1 N 2 H cos A1 H cos A2 sin I1 cos A1 sin I 2 cos A2
2
MD
E E1 E2 H1 sin A1 H 2 sin A2 sin I1 sin A1 sin I 2 sin A2
2
Prinsip dari metode ini adalah menggunakan rata-rata sudut inklinasi dan
posisi. Perhitungan dengan metode ini hampir sama dengan metode tangential.
I I
H MD sin 1 2 ..........................................................................(3.22)
2
I I
TVD MD cos 1 2 .....................................................................(3.23)
2
I I2 A1 A2
E MD sin 1 sin ....................................................(3.24)
2 2
I I A A2
N MD sin 1 2 cos 1 ...................................................(3.25)
2 2
ANALISA LINTASAN PEMBORAN BERARAH ANTARA PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PADA SUMUR X DAN SUMUR Y
DI LAPANGAN Z, Ari Dwi Sadewo
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
51
Metode ini menganggap bahwa lintasan yang melalui dua stasion berbentuk
Gambar 3.24
360MD
TVD cos I1 cos I 2
2I 2 I 1
..........................................................(3.26)
360MD
H cos I1 cos I 2 ................................................................(3.27)
2I 2 I1
MD STL
N sin I1 cos A1 sin I 2 cos A2 STL sin I 2 cos A2 ............(3.30)
2
ANALISA LINTASAN PEMBORAN BERARAH ANTARA PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PADA SUMUR X DAN SUMUR Y
DI LAPANGAN Z, Ari Dwi Sadewo
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
52
MD STL
E sin I1 sin A1 sin I 2 sin A2 STL sin I 2 sin A2 ............(3.31)
2
metode balanced tangential, kecuali data survey dikalika dengan faktor RF.
2 2
RF tan ......................................................................(3.32)
DL radian DL
DL = Dogleg angle
I
Atau, Dogleg (˚/100 ft) =
MD
MD
TVD cos I1 cos I 2 RF ............................................................(3.34)
2
InklinasiB InklinasiA
Measured Depth (ft) = ......................................(3.35)
BUR
2
Closure distance = N2 E .....................................................................(3.37)
MD
N sin I 1 cos A1 sin I 2 cos A2 RF ..............................................(3.38)
2
MD
E sin I 1 sin A1 sin I 2 sin A2 RF ..............................................(3.39)
2
ANALISA LINTASAN PEMBORAN BERARAH ANTARA PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PADA SUMUR X DAN SUMUR Y
DI LAPANGAN Z, Ari Dwi Sadewo
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
53
tangential dengan memasukkan faktor koreksi panjang dari alat survey yang
dipergunakan.
MD STL
TVD cos A1 cos A2 STL cos A2 .............................(3.40)
2
MD STL
N sin I1 cos A1 sin I 2 CosA2 STL sin I 2 cos A2 .......(3.41)
2
MD STL
E sin I1 cos A1 sin I 2 CosA2 STL sin I 2 cos A2 .......(3.42)
2
Gambar 3.25
Metode Mercury
ANALISA LINTASAN PEMBORAN BERARAH ANTARA PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PADA SUMUR X DAN SUMUR Y
DI LAPANGAN Z, Ari Dwi Sadewo
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
54
MD STL
VD cos A2 cos A1 STL cos A2 ...............................(3.43)
2
MD STL
N sin I 2 cos A2 sin I1 cos A1 STL sin I 2 cos A2 .........(3.44)
2
MD STL
E sin I 2 sin A2 sin I1 sin A1 STL sin I 2 sin A2 .........(3.45)
2
curvature merupakan metode yang paling umum digunakan dan dalam Tugas Akhir
ANALISA LINTASAN PEMBORAN BERARAH ANTARA PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PADA SUMUR X DAN SUMUR Y
DI LAPANGAN Z, Ari Dwi Sadewo
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194