TEORI DASAR
permukaan tanah sampai ke target di bawah permukaan, sehingga minyak, gas dan
diharapkan berupa pemboran vertikal, karena biaya operasi dari kegiatan pemboran
tersebut lebih murah dan lebih mudah untuk dilaksanakan. Akan tetapi dikarenakan
mencapai target yang telah ditentukan. Bentuk dari lintasan ini tidak berbentuk
vertikal.
pemboran yang tidak dapat dilakukan secara vertikal, namun dengan teknik
pemboran berarah dapat dilakukan secara efektif, efisien dan ekonomis. Alasan
8
9
1. Alasan topografis
perkotaan. Gambar 3.1 di bawah ini merupakan contoh pemboran yang dilakukan
Gambar 3.1
2. Alasan geologi
garam dapat menimbulkan masalah seperti hilang sirkulasi, masalah korosi dan
Gambar 3.2
b. Adanya patahan
pengontrolan tekanan dasar lubang. Apabila tekanan dasar lubang sulit dikontrol
Selain itu, patahan juga dapat mempengaruhi sudut kemiringan lubang bor dan
saat pemboran yang menemui zona reservoir menjadi lebih awal atau tidak bertemu
sama sekali (miss depth). Gambar 3.3 di bawah ini merupakan pemboran yang
Gambar 3.3
3. Alasan ekonomis
faktor-faktor seperti :
yang dijadikan sebagai lokasi pemboran akan mengeluarkan biaya yang tidak
sedikit jika dilakukan pemboran secara vertikal. Selain itu, jika dilakukan pemboran
tersebut.
peralatan.
13
biaya pengadaan sarana pemboran yaitu biaya pembuatan platform dan peralatan
4. Alasan-alasan lain
berarah seperti :
a. Cluster system
Pemboran yang dilakukan dengan sistem gugusan sumur atau cluster system
dapat menghemat operasi pemboran. Misalnya pada daerah lepas pantai, sistem
pemboran ini sudah sangat banyak diterapkan pada pemboran lepas pantai.
14
Cluster System. Terdapat beberapa wellpath dalam satu platform. Sehingga dapat
Gambar 3.4
b. Relief well
berarah untuk mengatasi semburan liar (blow out). Target dari relief well adalah
titik pada sumur dengan formasi yang menimbulkan blowout. Melalui relief well,
dipompakan cairan untuk memadamkan api. Relief well ini di bor menuju reservoir
yang mengalami semburan liar lalu menginjeksikan material lumpur berat untuk
Gambar 3.5 merupakan contoh gambar tujuan pemboran berarah untuk sistem
Gambar 3.5
untuk menghindari garis batas di permukaan biasa ditemui pada daerah yang sulit
perizinannya, berbatasan dengan lapangan lain atau pemboran yang dilakukan pada
Apabila sumur yang dibor menyimpang jauh dari pola lintasan sumur
berarah agar target tetap dapat dicapai. Penyimpangan pola lintasan pada sumur
tersebut biasanya dapat disebabkan oleh faktor mekanis dan faktor formasi. Gambar
3.6 di bawah ini merupakan pemboran berarah yang dilakukan untuk menghindari
Gambar 3.6
7
Menghindari Pemboran Yang Menyimpang Dengan Side Track
Pada pemboran berarah di kedalaman titik belok tertentu, lubang bor akan
(inklinasi) tertentu. Dengan terbentuknya kemiringan pada lubang bor akan dapat
• Terjepitnya sebagian drill string karena terjadinya gesekan antara drill string
• Patahnya rangkaian pipa bor (drill pipe) karena terjadi kelelahan (fatique) pada
• Berkurangnya umur drill pipe karena tension (tegangan) yang terjadi pada tool
joint (sambungan).
permukaan tanah pasti akan menyimpang baik sedikit maupun banyak dari sudut
kemiringan yang diinginkan. Hal ini disebabkan karena lubang bor yang terbentuk
mempunyai kecenderungan untuk berkelok atau menyimpang. Hal ini disebut juga
dengan istilah Crooked Hole. Penyebab dari Crooked Hole ini terdiri dari dua (2)
faktor yaitu :
1. Faktor formasi
Pada formasi yang berlapis – lapis dengan bidang perlapisan yang miring
makan lubang bor akan cenderung untuk tegak lurus terhadap bidang perlapisan
tersebut. Penembusan bit pada formasi akan meninggalkan suatu baji kecil yang
membelokkan lubang sumur secara tidak signifikan. Teori ini disebut juga
Selain itu, pada formasi yang memiliki kemiringan bidang perlapisan lebih
besar dari 45o, maka bit akan cenderung sejajar bidang perlapisan tersebut.
Sedangkan pada formasi yang memiliki perlapisan yang berganti-ganti dari lunak
ke keras maupun sebaliknya juga akan menyebabkan bit ditahan dengan berat pada
kedua sisinya, sehingga bit akan terperosok ke salah satu sisi dan mengakibatkan
bengkoknya lubang bor. Teori ini disebut juga Formation Drillability Theory.
2. Faktor mekanis
berlainan.
• Beban pada bit yang terlalu besar sehingga drill collar menjadi melengkung.
(BHA) harus digunakan secara tepat sesuai dengan kegunaan dari peralatan tersebut
sehingga operasi pemboran dapat berhasil sesuai dengan target yang telah
Assembly (BHA) yang baik untuk menambah atau menetapkan sudutnya. Pada
19
subbab ini akan dibahas tentang peralatan - peralatan pada operasi pemboran
berarah.
Drill Collar adalah pipa pemberat yang berguna untuk memberikan beban
pada bit. Pada Drill Collar (DC) terdiri dari Non Magnetic Drill Collar (NMDC)
dan Short Non Magnetic Drill Collar (SNMDC). Berikut merupakan penjelasan dari
Non Magnetic Drill Collar (NMDC) sering disebut dengan MONEL collar,
hal ini disebabkan NMDC sering terbuat dari stainless steel. Monel terdiri dari 70%
nikel dan 30% tembaga. Fungsi dari NMDC adalah tempat penempatan peralatan-
survey yang diperoleh sehingga dapat dibaca dengan baik oleh peralatan survey
tersebut.
NMDC dan sering terbuat dari sebuah potongan NMDC. Short Non-Magnetic Drill
While Drilling (MWD) untuk melawan gangguan magnetis dari bawah. Bisa juga
3.2.2 Stabilizer
keseimbangan bit saat di dalam lubang bor selama operasi pemboran berlangsung,
untuk mengontrol kemiringan sudut dari bit saat melakukan efek pendulum maupun
Heavy Weight Drill Pipe (HWDP) merupakan salah satu jenis drill pipe
yang memiliki fungsi khusus, yaitu sebagai pemberi beban pada pahat bor dan
sudut yang tinggi penggunaan HWDP sangat penting karena sebagai pemberi beban
yang menggantikan fungsi drill collar (DC). Apabila penggunaan DC yang terlalu
banyak akan menyebabkan kenaikan beban drag dan torsi pada rangkaian pemboran
sehingga akan menghambat operasi pemboran seperti pipa terjepit dan lain-lain.
Bent Sub merupakan komponen dari Bottom Hole Assembly (BHA). Sub
dari peralatan ini berbentuk pendek dan sedikit melengkung dengan sudut 1 - 3
derajat. Alat ini bila dipasang di atas Downhole Drilling Motor (DHDM) akan
membelokkan tool face saat melakukan pemboran berarah untuk membuat efek
Penggerak utama dari motor ini adalah aliran fluida lumpur pemboran yang
dipompakan dari permukaan menuju motor melalui drill string. Lumpur tersebut
Motor dibagi menjadi dua jenis yaitu turbine motor dan positive displacement
motor (PDM) yang terdiri dari rangkaian sudu-sudu yang dipasang 45 – 50 derajat
dari arah rotasi. Sudu-sudu tersebut menghasilkan gaya sentrifugal hasil dari energi
mekanik fluida. Karena diameter turbin cukup kecil, motor harus berputar dalam
kecepatan tinggi, sehingga motor ini cocok untuk digabung dengan Polycrystalline
berbentuk helicoidal yang berperan sebagai rotor tersekat di dalam stator. Jika
fluida dialirkan maka rotor akan berputar untuk memberikan jalan kepada fluida
untuk mengalir. Rotor bergerak karena ada perbedaan tekanan di dalam motor yang
dihasilkan oleh lumpur. Adanya bent sub pada Down Hole Drilling Motor
Dibawah ini adalah gambar 3.7 yang merupakan Positive Displacement Motor dan
Turbin Motor.
Gambar 3.7
Rotary Steerable System (RSS) adalah salah satu peralatan pembelok lubang
bor (Directional Drilling Tool) yang rangkaian-nya secara terus menerus berputar
dan pada saat yang bersamaan pengaturan arah tool face dapat dilakukan sesuai
dengan perintah secara real time. Peralatan ini menghasilkan perputaran yang terus
menerus pada drill string untuk membentuk sudut kemiringan baik pada saat
pemboran pun menjadi efisien. RSS terdapat dua jenis sistem yaitu Push the Bit
23
menggunakan sistem pads yang terdapat di bagian luar drill string dan Point the Bit
System merupakan teknologi yang modern dimana pada bagian belakang bit
Push The bit system bekerja dengan sebuah unit mesin yang tersusun rapi
dan cukup kompleks. Alat ini terdiri dari peralatan bias unit dan control unit yang
berada pada rangkaian drill string berukuran hanya 12 ½ ft atau sekitar 3,8 m.
Gambar di bawah ini adalah komponen peralatan yang terdapat pada Rotary
Gambar 3.8
Bias unit dipasang berada tepat di bagian belakang pahat yang berfungsi
memberikan gaya pada pahat untuk mengatur arah ketika seluruh drill string
24
berputar, sedangkan control unit yang diletakkan di belakang setelah bias unit,
terdiri dari tenaga mesin pengatur yang bekerja secara elektronik, alat sensor, dan
sebuah alat pengatur mekanisme dari RSS untuk memberikan beberapa data
Bias unit mempunyai tiga bagian eksternal, yaitu bantalan atau pads yang
bergantung kemudian diaktifkan oleh aliran lumpur yang dikontrol melalui katup.
Katup yang nantinya akan menghasilkan tenaga pendorong dari lumpur untuk
pembuat arah ini, memanfaatkan perbedaan tekanan dalam kolom lumpur antara di
dalam dan di luar bias unit. Pada bias unit ini terdapat rotary disk valve dengan tiga
aliran lumpur secara berurutan ke dalam piston chamber dari setiap lubang bantalan
sebagaimana saat alat ini berputar sejajar, sehingga menghasilkan titik tekan yang
diinginkan agar target pemboran dapat dicapai. Berikut gambar 3.9 menjelaskan
Gambar 3.9
sedikit volume kolom lumpur yang tersedia dari aliran sirkulasi, kemudian lumpur
keluar melalui lubang yang sudah dirancang pada setiap bagian bantalannya.
Pergerakkan lumpur pada lubang pads ini nantinya akan menjadi titik awal
pemboran mulai dibelokkan. Setiap pads memiliki panjang sekitar 3/8 inch atau
berukuran 1 cm dan setiap bias unit melakukan putaran. Sebuah alat input shaft
menghubungkan rotary valve dengan control unit untuk mengatur posisi dari push
unit, jika sudut yang diatur telah seimbang dengan keadaan formasi batuan, maka
pahat bor akan secara konstan melakukan dorongan pada satu arah, sehingga akan
didapat arah pemboran yang diinginkan yaitu berlawanan dengan titik dorong atau
push point. Jika tidak ada perubahan yang diperlukan, maka sistemnya akan
beroperasi pada kondisi netral, sehingga setiap pads segera berfungsi mengeluarkan
shaft sesuai dengan kondisi formasinya. Control unit menjaga hubungan drill string
yang berputar secara bebas dengan porosnya dari gerakkan drill string. Saat sedang
sudut yang dihasilkan gulungan tertentu atau sudut dari peralatan tool face yang
disesuaikan dengan formasi batuan yang ditembus. Ketiga sumbu dari pemberi
dan azimuth dari pahat sesuai dengan posisi yang diminta dari input shaft.
Kemampuan pengarahan yang dimiliki oleh RSS dapat dimonitor oleh peralatan
26
MWD dengan baik seperti kegunaan sensor pada control unit. Informasi seperti ini
digunakan untuk mengatur sudut agar tetap seimbang pada shaft yang diberikan
oleh salah satu dari tiga axis accelerometer atau dari magnetometer yang ketiganya
menempel pada kontrol unit. Untuk lubang vertikal yang dangkal, referensi yang
digunakan untuk menentukan arah dari deviasi adalah sudut arah utara. Sedangkan
untuk lubang yang sudut deviasinya lebih besar dari beberapa derajat sumur
pengarahan.
a. Steering section
Pada komponen ini terdapat universal joint yang mentransmisikan torsi dan
WOB. Komponen ini membuat sumbu bit tidak sejajar dengan (offset) dengan
sumbu peralatan sehingga arah dari bit bisa diatur. Offset ini diatur oleh sebuah
mandrel yang bergerak secara geostasioneri. Pergerakan ini diatur oleh motor dan
Komponen ini mengatur gerakan dari motor dan sensor. Yang mana juga
bertugas untuk memonitor rotasi pada collar dan motor. Sehingga arah dan inklinasi
Rotary Steerable System. Salah satu dari sekian banyak benefit pengunaan RSS
adalah bisa menentukkan arah pemboran pada saat pembentukan sudut deviasi dan
menghindari kekurangpekaan sifat stick slip dari drill string. Definisi stick slip
adalah gaya torsional yang menyebabkan rangkaian berputar secara tidak normal.
Peralatan sensor pada kontrol unit bisa merekam segera kecepatan drill string yang
Gambar 3.10
Alat sensor ini terdapat pada control unit untuk merekam informasi tentang
diperhatikan dan data hasil logging melalui peralatan on-board computer dapat
formasi yang sedang ditembus. Informasi ini dapat mendiagnosa masalah - masalah
tertentu, diukur sudut kemiringan dan sudut arah lubang bor (melakuan survei).
Dari pengukuran ini dapat diketahui penyimpangan sudut dari sasaran yang
bila arah dan kemiringan telah menyimpang dan mengarahkan kembali ke sasaran
• Memonitor pola lintasan sumur aktual sehingga dapat dibandingkan dengan pola
sekitarnya.
Peralatan survei yang sering digunakan yaitu Gyroscope, MWD dan LWD.
Sudut utara magnet (azimuth) yang sebagian besar dicatat oleh peralatan
survei yang banyak mengalami kesalahan akibat dari penggunaan magnetis yang
disebabkan oleh casing-casing pada sumur sekitarnya. Oleh karena itu untuk
mengatasi gangguan tersebut maka dipakai gyroscope, dimana alat ini memiliki
magnet. Bagian dasar dari gyroscope adalah sebuah roda berat (weight wheel) yang
dapat berputar secara cepat dan dipasang pada dua buah gimbal yang saling tegak
lumpur saat pemboran berlangsung. Prinsip kerja dari MWD adalah dengan
pada saat pemboran, yang dimana tekanan pompa sedang diaktifkan. Aliran lumpur
yang melalui pipa bor digunakan untuk membentuk signal tekanan dengan
memasang suatu mekanisme yang dapat atau tidak memberikan tahanan terhadap
aliran lumpur. Informasi yang sampai ke permukaan berupa ada tidaknya signal
tekanan yang disusun oleh kode biner, kemudian diterima oleh pressure tranducer
dan selanjutnya diproses oleh komputer. Alat ini digunakan untuk mengontrol sudut
kemiringan, sudut arah, dan mengetahui kedalaman operasi pemboran yang telah
30
ditembus. Selain itu MWD juga untuk mendeteksi zona bertekanan abnormal,
korelasi logging, monitoring WOB serta torsi di pahat bor. Survei ini dapat
dilakukan pada setiap saat yang dikehendaki, tetapi biasanya dilakukan sebelum
1. Negative pulse
Negative pulse ini bekerja dengan suatu actuator yang membuka dan
menutup sebuah valve kecil dan akan menghasilkan gelombang tekanan dalam
2. Positive pulse
Positive pulse dan actuator valve bekerja dengan membatasi aliran dari
fluida pemboran yang menuju ke drill string, menghasilkan gelembung positif yang
lebih besar dari negative pulse hingga mudah mendeteksi waktu yang diperlukan
untuk mentransmisikan data kurang lebih sama dengan waktu pada negative pulse
3. Continous pulse
Adalah suatu peralatan yang diletakkan pada rangkaian di dekat pahat bor
yang berfungsi untuk mengukur data dari formasi yang akan dibor dan
berlangsung. Prinsip LWD sama dengan prinsip kerja dari alat wireline logging
Sedangkan jenis log yang mendasari alat ini adalah GR Log, Density Log, Neutron
CDR dan CDN dapat dikombinasikan dengan rangkaian peralatan MWD dan
WOB, inklinasi, azimuth, dan data pemboran lainnya. Sedangkan LWD akan
menghasilkan data formasi yang akurat dan secara langsung dapat mengkorelasikan
data yang berasal dari alat perekam yang dipasang di dasar lubang apabila
Pada bab ini akan dibahas mengenai penggunaan metode perhitungan yang
digunakan untuk perencanaan dan desain pola lintasan pada pemboran horizontal
pemboran horizontal:
∆𝑥
tan 𝜃 = ........................................................................................... (3.1)
∆𝑦
∆𝑥
𝐴𝐵 = sin 𝜃 ............................................................................................. (3.2)
5730
𝐵𝑈𝑅 = ......................................................................................... (3.4)
𝑅
𝛽.𝜋.𝑅
𝐵𝑢𝑠𝑢𝑟 𝑆𝑒𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛 𝐼𝐼 = .................................................................... (3.7)
180
pada setiap kedalaman tertentu dilakukan pengukuran sudut kemiringan dan arah
lubang bor (dilakukan survei). Apabila pada titik-titik survei tersebut terjadi
penyimpangan, lubang bor diarahkan kembali ke arah yang telah ditetapkan. Ada
beberapa metoda yang dapat menentukan koordinat titik-titik survei ini. Dimana
kepada pengukuran tiga besaran yaitu kedalaman sumur (MD), perubahan sudut
kemiringan (I), dan sudut arah (A) yang dicatat oleh alat-alat survei. Salah satu
berikut:
2 2
RF tan
DL radian DL derajat ..................................................... (3.10)
MD
TVD cos I1 cos I 2 RF
2 ..................................................... (3.11)
DMD
DHD = (sin I1 + sin I2 ) RF
2 ......................................................... (3.12)
InklinasiB - InklinasiA
MD =
BUR ............................................................ (3.13)
MD
N sin I1 cos A1 sin I 2 cos A2 RF
2 ...................................... (3.14)
35
MD
E sin I1 sin A1 sin I 2 sin A2 RF
2 ....................................... (3.15)
permasalahan pemboran berarah yang akan dibahas adalah Pipa Terjepit dan
metode yang digunakan adalah Free Point Constant. Berikut tahapan dari