Anda di halaman 1dari 6

Jurnal KESMAS, Vol. 11, No.

1, Januari 2022 151

Persepsi Nelayan Tentang Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Nelayan Penangkap
Ikan Di Manado Tua Dua Kecamatan Bunaken Kepulauan
Regina H. Mewengkang*, Odi R. Pinontoan*, Febi K. Kolibu*

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

ABSTRAK
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) secara umum dapat dijelaskan dengan fakta bahwa semua
pekerja, terlepas dari sektor ekonomi formal atau informal ekonomi, ukuran perusahaan, dan jenis
pekerjaan, memiliki hak atas layanan kesehatan dan keselamatan kerja. Berdasarkan penjelasan
tersebut, hampir semua pekerjaan di semua aspek industri formal dan informal saat ini membutuhkan
K3. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui Persepsi Nelayan tentang penggunaan Alat Pelindung
Diri Pada Nelayan Penangkap Ikan di Manado Tua Dua. Penelitian dilakukan secara kualitatif melalui
wawancara mendalam secara langsung dengan melaksanakan protokol kesehatan dimasa pandemi
COVID - 19 yang 7 diambil dari sumber komunitas masyarakat manado tua dua kecamatan bunaken
kepulauan. Pemeriksaan atau pengecekan validasi data menggunakan triangulasi metode. Berdasarkan
hasil dari masyarakat melalui wawancara mendalam didapatkan persepsi tentang penggunaan Alat
Pelindung Diri (APD) pada nelayan penangkap ikan dalam menghindari resiko bahaya pekerjaan yang
akan mengakibatkan kecelakaan kerja, dengan penyediaan dan penggunaan Alat Pelindung Diri yang
baik dan benar sebelum maupun setelah bekerja pada saat melaut. Persepsi masyarakat mengenai
risiko bahaya dan alat pelindung diri, pengetahuan para nelayan baik tapi untuk penerapan di tempat
kerja pada saatmelaut masih tidak dilaksanakan dengan teratur.

Kata Kunci : Risiko Bahaya, Alat Pelindung Diri, Nelayan, Manado Tua Dua

Pendahuluan pencahariannya sebagai nelayan di Kota


Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan Manado berjumlah 2.228 orang nelayan.
yang tidak terduga, termasuk saat nelayan (Dinas Perumahan dan Kawasan
sedang bekerja. Jenis kecelakaan kerja Pemukiman Kota Manado, 2019), Data
yang mungkin dialami nelayan di tempat menurut Kelurahan Manado Tua Dua
kerja antara lain terpeleset, tenggelam, berjumlah 300 orang nelayan.
tertabrak jaring ikan dan mesin perahu, Badan Pelayanan Jaminan Sosial
atau tertabrak beberapa ikan dan hewan (BPJS) Ketenagakerjaan memaparkan data
laut yang merugikan nelayan. terkait jumlah kasus kecelakaan akibat
International Labor Organization kerja yakni adanya penurunan jumlah
(ILO) memberikan informasi bahwa pada kasus pada tahun 2015, 110.285 kasus dan
setiap tahunnya 1,1 juta orang meninggal saat tahun 2016 menjadi 105.182 kasus
karena penyakit maupun kecelakaan dan menurut perhitungannya terjadi
industri yang didapatkan ketika bekerja penurunan sebesar 4,6%. Hingga bulan
(Wibisino, 2013). Agustus 2017, ada sebanyak 80.392 kasus
Berdasarkan data statisik nelayan kecelakaan kerja yang terjadi (Anonimous,
di Sulawesi Utara berjumlah 12.000 orang 2017).
nelayan, dan jumlah orang yang mata Hasil penelitian oleh Yanti (2011)
Jurnal KESMAS, Vol. 11, No. 1, Januari 2022 152

memaparkan bahwa sebanyak 98% dari 69 dilakukan secara turun temurun dan waktu
pekerja memberikan jawaban bahwa beraktivitasnya lumayan lama, maka
mereka pernah mengalami kecelakaan nelayan diharapkan untuk memiliki
akibat kerja seperti jatuh, terjepit, ataupun pengetahuan dan kesadaran terkait
terkena benda yang sifatnya tajam. Asal keselamatan dan kesehatan kerja yang
penelitian ini kita mampu melihat sikap sesuai.
manusia sebagai pencetus adanya
kecelakaan akibat kerja meliputi Metode
pengetahuan rendah sebanyak 55,1% dan Jenis penelitian ini adalah penelitian
sikap negatif terkait kecelakaan kerja deskriptif kualitatif. Penelitian ini
sebanyak 46,4%. Hal ini dibuktikan bahwa dilaksanakan di Manado Tua Dua
sebanyak 26,3% yang menjadi responden Kecamatan Bunaken Kepulauan yang
dalam penelitian tersebut jarang memakai dilaksanakan pada bulan Juli – Agustus
alat pelindung diri saat bekerja dan 2021. Informan di penelitian ini dari 7
berdampak pada kecelakaan saat bekerja. orang yaitu pemilik perahu, kapten kapal,
Penelitian yang dilakukan oleh nelayan penangkap ikan, anggota keluarga
(Maulidhasari, et al., 2011) menyatakan nelayan serta masyarakat pesisir pantai.
bahwa ditemukan adanya korelasi secara Sumber data penelitian ini
nyata antara pengetahuan mengenai meliputi data primer dan data sekunder.
kesehatan dan keselamatan kerja terkait Yang merupakan data dasar penelitian ini
penggunaan unsafe action. Penelitian didapatkan melalui hasil proses observasi
tersebut menyajikan bahwa ketika dan wawancara mendalam (in – depth
seseorang memiliki pengetahuan yang interview) terhadap informan. Metode
rendah terkait K3 maka seseorang tersebut observasi ialah pengamatan langsung ini
semakin berpeluang untuk berperilaku melibatkan berbagai jenis aktifitas
berbahaya. perhatian pada objek dengan bantuan
Masyarakat yang bermata persepsi dalam kaitannya dengan objek di
pencaharian sebagai nelayan di Kelurahan lingkungan mereka saat ini (Arikunto,
Manado Tua Dua memiliki tingkat 2013). Wawancara mendalam dilakukan
pengetahuan dan cukupnya kesadaran dalam format tanya jawab langsung
terkait keselamatan dan pelayanan dengan responden namun tetap
kesehatan. Para nelayan dalam hal menggunakan pedoman (Ibad, 2017).
kepatuhan dalam penggunaan Alat Sedangkan untuk data sekunder diperoleh
Pelindung Diri masih belum sepenuhnya dari kumpulan foto, catatan dan telaah
dilaksanakan. Sebagai pekerjaan yang dokumen lainnya.
Jurnal KESMAS, Vol. 11, No. 1, Januari 2022 153

Instrumen penelitian yang dipakai akademik sekolah menengah atas (SMA),


pada penelitian ini berupa lembar 1 orang dengan kualifikasi akademik
pedoman wawancara yang digunakan sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA), 1
untuk mengetahui umur, tingkat orang dengan kualifikasi akademik
pendidikan, tingkat pengetahuan dan sikap sekolah menengah pertama (SMP), dan 1
informan terhadap risiko terjadi orang dengan pendidikan S1. Para
kecelakaan kerja dan penggunaan alat informan yang dipilih diperkirakan dapat
pelindung diri. memberikan informasi penelitian
Setelah data dikumpulkan maka mengenai persepsi nelayan tentang
akan dilakukan pengecekan data dengan penggunaan alat pelindung diri pada
menggunakan teknik investigasi melalui nelayan penangkap ikan.
beberapa hal diantaranya menggunakan
metode triangulasi. Gambaran Persepsi Pengetahuan
Data yang terkumpul, Tentang Risiko Bahaya Pekerjaan
ditranskripsikan secara manual, kemudian Nelayan di Manado Tua Dua
disusun ke dalam bentuk matriks Bahaya yang merupakan sumber dari
kemudian dianalisis dengan metode kecelakaan, maupun kondisi yang dapat
analitik isi (content analysis), yaitu menyebabkan cedera, penyakit yang
membandingkan hasil penelitian dengan diakibatkan saat bekerja, dan kerusakan
teori-teori dalam literatur. lingkungan kerja. Bahaya dan risiko dalam
bekerja ini terkait erat satu sama lain
Hasil Dan Pembahasan (OHSAS 18801, 2007).
Ada 7 orang dalam penelitian ini, pemilik Risiko nelayan di Manado Tua
perahu termasuk 1 orang, kapten kapal Dua yang melakukan pekerjaan
termasuk 1 orang, anggota keluarga penangkapan ikan memiliki dampak atau
nelayan terdiri 1 orang, masyarakat pesisir akibat yang cukup besar dan risiko yang
yang juga sebagai ketua lingkungan terdiri tinggi bagi keselamatan dan kesehatan
1 orang, dan 3 diantaranya merupakan nelayan ini sendiri. Berdasarkan hasil
nelayan penangkap ikan dan semua penelitian yang dilakukan terhadap
informan merupakan masyarakat dan nelayan Manado Tua Dua diperoleh
pemerintah Kelurahan Manado Tua Dua. gambaran tentang risiko dan bahaya yang
Usia informan dalam penelitian ini yaitu mungkin akan terjadi di lingkungan kerja.
berkisar 27-60 tahun. Latar belakang Pengetahuan informan pada
pendidikan terakhir informan triangulasi penelitian ini mengenai risiko bahaya
adalah ada 4 orang dengan kualifikasi pada nelayan penangkap ikan memiliki
Jurnal KESMAS, Vol. 11, No. 1, Januari 2022 154

hasil pengetahuan yang baik dan mereka mereka melaut dan melakukan
mampu membedakan risiko dan bahaya penangkapan ikan adalah terjatuh dan
yang dapat timbul pada saat melaut. Para terpeleset dari atas kapal atau perahu
informan juga telah mengetahui, karena adanya gerakan yang berlebihan,
menyebutkan maksud dari risiko bahaya tertimpa es balok, terkena alat bunderek
pada nelayan penangkap ikan dan risiko dan power block, kerusakan jaring
bahaya yang dapat terjadi ketika mereka tangkap, dan cuaca yang ekstrim. Risiko
melaut. dari dampak bahaya yang ditimbulkan
Jenis kecelakaan yang timbul para nelayan yaitu kecelakaan kerja yang
berkaitan dengan kegiatan para nelayan bisa mengakibatkan terluka, cacat pada
ketika melaut, diantaranya terjatuh dari bagian tubuh tertentu dan resiko yang
atas kapal atau perahu karena adanya paling tinggi ialah kematian.
gerakan yang berlebihan, tertimpa
berbagai macam objek yang terdapat Gambaran Persepsi Pengetahuan
ditempat kerja semacam es balok yang Tentang Alat Pelindung Diri Pada
dipakai untuk mengawetkan ikan, dan juga Nelayan Penangkap Ikan di Manado
alat mesin bunderek dan power block, Tua Dua
begitu juga akibat paparan sinar matahari, Alat Pelindung Diri (APD), perangkat
kerusakan jaring tangkap, mesin yang keras yang dipakai adalah wajib ketika
rusak pada saat melaut, dan laut yang berfungsi berdasarkan kasus per kasus
kencang (Riantoro, M. R., Iskandar, B. H., untuk menjaga kesejahteraan pekerja dan
& Purwangka, F. (2017). orang-orang di sekitar mereka. Alat
Kurangnya pengetahuan atau Pelindung Diri merupakan alat yang akan
profesional pekerja perikanan dan digunakan untuk menghindari cedera dan
penempatan yang tidak tepat, misalnya penyakit akibat kerja bagi pekerja yang
pada saat proses kerja, bahan yang akan menggunakannya (Andriyanto,
seharusnya terbuat dari besi tidak mahal, 2017).
sehingga bahan tersebut diganti dengan Informasi tentang perangkat keras
bahan yang lebih murah. kelelahan, sikap pertahanan dekat rumah untuk pemancing
kerja yang tidak diinginkan, suasana tidak ikan di Manado Tua Dua sangat bagus
nyaman yang berasal dari alat kerja, namun tidak fokus pada efek yang
lingkungan, metode dan sifat pekerjaan ditimbulkan oleh APD yang buruk.
juga dapat menimbulkan bahaya atau Penggunaan Alat Pelindung Diri
aktivitas laut (Salsabila, S. 2020). yang tidak tepat dengan Permenkertrans
Potensi bahaya yang ada pada saat No. 8 Tahun 2010 Tentang Alat Pelindug
Jurnal KESMAS, Vol. 11, No. 1, Januari 2022 155

Diri, bahwa APD buruk yang digunakan diperhatikan yaitu menggunakan alat
sangat berisiko tinggi. Hal ini diperkuat pelindung diri sesuai denga ukuran tubuh
dengan penelitian yang dilakukan oleh PR pekerja, melihat kondisi alat pelindung diri
Ngesti (2019) yang berjudul “Hubungan yang dipergunakan harus baik dan benar,
Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) serta memastikan tidak mengurangi
dengan Penyakit Tinea pedis Terhadap viabilitas masing masing APD (Suma;
Pemulung di TPA Marican Kabupaten mur, 2013).
Ponogoro”. Penelitian tersebut Konsekuensi berasal tinjauan di
memaparkan bahwa penggunaan alat kota Manado Tua dua, pemanfaatan alat
pelindung diri yang rendah dapat pertahanan individu untuk pemancing
menimbulkan faktor bahaya untuk Manado Tua Dua tidak berkembang atau
kecelakaan yang terkait dan infeksi yang kurang. Perhatikan untuk penggunaan
dapat mencegah terjadinya. perlengkapan APD individu untuk
Berdasarkan hasil penelitian yang pemancing ketika terombang-ambing,
dilakukan dengan menggunakan alat seperti baju pelampung, pelampung,
pelindung diri bagi nelayan sangat krusial sepatu bot, sarung tangan, topi, lengan
serta manfaat dari menggunakan alat panjang dan kacamata. saat mereka pergi
pelindung diri itu sendiri merupakan ke laut memakai alat-alat pertahanan
untuk melindungi nelayan dari bahaya individu, pemancing ditemukan telah
cedera akibat penggunaan alat pelindung membatasi penggunaan peralatan
diri yang terdapat pada tengah laut dan pertahanan individu.
untuk nelayan ketinting serta nelayan Terkait dengan APD yang
bajak laut. Pengetahuan perihal jenis alat dilakukan para nelayan, hasil penelitian
pelindung diri bagi nelayan telah baik dari Syafina Aisyah (2020) menemukan
namun jenis alat pelindung diri yang bahwa para nelayan yang menjadi subjek
dipergunakan oleh mereka ialah penelitiannya paling banyak memakai
pelampung, pakaian pelindung diri, sepatu pelindung kepala dibanding APD yang
bot, serta dayung. lainnya dengan persentase sebanyak
62,4%. Sedangkan APD yang paling
Gambaran Persepsi Tentang jarang dipakai adalah sepatu boot akni
Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada 23,5%. Secara teorinya, nelayan yang
Nelayan Penangkap Ikan di Manado tidak memakai APD lengkap lebih
Tua Dua berpeluang mendapatkan kecelakaan kerja
Ketika memakai alat pelindung diri (APD) dibanding pekerja yang memakai APD
terdapat ada berapa hal yang harus lengkap dan masih banyak nelayan di
Jurnal KESMAS, Vol. 11, No. 1, Januari 2022 156

tempat penelitian tersebut yakni Kelurahan (APD) secara tepat serta akurat pada saat
Bagan Deli yang masih belum memahami bekerja. Nelayan juga seharusnya fokus
betapa sangat diperlukan memakai APD pada perlengkapan dan tersedianya Alat
lengkap ketika melakukan aktivitas Pelindung Diri yang sangat lengkap serta
bekerjanya. transparansi pada alat- alat tersebut
sebelum, saat maupun setelah bekerja.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang Daftar Pustaka
dilakukan di Kelurahan Manado Tua Dua 1. Aisyah, S. (2020). Hubungan
penggunaan alat pelindung diri (APD)
Kecamatan Bunaken Kepulauan, bisa
dengan keluhan penyakit kulit pada
disimpulkan bahwa nelayan penangkap nelayan di Kelurahan Bagan Deli
(Doctoral dissertation, Universitas
ikan dan juga masyarakat mengenai risiko
Islam Negeri Sumatera Utara).
bahaya pekerjaan sebagai nelayan itu
2. Arikunto, S. 2013. Metode Penelitian
sangat berisiko tinggi. Persepsi masyarakat Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
mengenai risiko bahaya dan alat pelindung Alfabeta: Bandung.

diri, untuk pengetahuan para nelayan 3. Ibad, S. 2017. Kearifan lokal


pemberdayaan masyarakat dalam
didapatkan hasil yang baik tetapi untuk pengelolaan dan pembangunan
penerapannya dan penggunaan alat sumberdaya perikanan yang
berkelanjutan (Studi Kabupaten
pelindung diri para pekerja di tempat kerja Situbondo). Samakia: Jurnal Ilmu
pada saat melaut masih tidak dilaksanakan Perikanan, 8(1), 24-31.

dengan baik dan benar. 4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan


Transmigrasi Republik Indoneisa
Nomor 08 Tahun 2010 Tentang Alat
Saran Pelindung Diri.
Bagi pemerintah dan puskesmas, 5. Riantoro, M. R., Iskandar, B. H., &
Purwangka, F. 2017. Potensi
memperdalam pengetahuan para nelayan
Kecelakaan Kerja pada Perikanan
dengan memberikan instruksi yang Bagan Apung di PPN Palabuhanratu,
JawaBarat. Jurnal Teknologi Perikanan
konsisten agar nelayan diingatkan untuk
dan Kelautan, 8(2), 221-236.
memberikan upaya pencegahan dan
6. Salsabila, S. 2020. Analisis Faktor
promotif, meningkatkan kesejahteraan Yang Mempengaruhi Kecelakaan Kerja
nelayan, minimnya pengetahuan kesehatan Pada Nelayan Di Wilayah Pesisir
Belawan (Doctoral dissertation,
kerja dan pemberdayaan masyarakat dan Universitas Islam Negeri Sumatera
nelayan dengan membentuk Pos UKK yang Utara).

bekerja sama dengan puskesmas yang ada. 7. Suma'mur, P. K. 2019. Higiene


perusahaan dan kesehatan kerja
Bagi nelayan harus secara (HIPERKES).
konsisten memakai Alat Pelindung Diri

Anda mungkin juga menyukai