Anda di halaman 1dari 22

PSIKOLOGI LINGKUNGAN KEMARITIMAN KESELAMATAN KERJA

PELAKU KERJA BIDANG MARITIM

Disusun Oleh:
Kelompok 10 (B)
Asmarani Rosalba Salsabilah 20220810002
Adriana Kusuma Dewi 20220810027
Intan Ayu Novitasari 20220810058
Fila Wijaya 20220810094

UNIVERSITAS HANG TUAH


FAKULTAS PSIKOLOGI
SURABAYA
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
karunia yang dilimpahkan-Nya pada kami, penelitian kami yang berjudul “Perilaku Nelayan
Tradisional dalam Kesiapan, Keselamatan Kerja di Kenjeran Surabaya” ini selesai tepat pada
waktunya.
Adapun maksud dan tujuan dari penelitian ini yakni untuk mengetahui bagaimana
perilaku nelayan dalam kesiapan, keselamatan kerja nelayan tradisional di kenjeran Surabaya.
Hal ini kami lakukan sebagai bentuk pemenuhan tugas mata kuliah Psikologi Lingkungan
Kemaritiman.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Nurul Sih Widanti, M.Si.,Psikolog yaitu
selaku dosen pembimbing penelitian kami dan juga sebagai dosen mata kuliah psikologi
lingkungan kemaritiman yang telah membimbing kami dengan baik sehingga kami dapat
menyelesaikan penelitian ini dengan tepat pada waktunya. Dan terimakasih juga kepada Ibu Dra.
Dewi Mustami’ah ,M.Si.,Psikolog selaku Penanggung Jawab Mata Kuliah piskologi lingkungan
kemaritiman dan Bapak Drs.Tri Budi Marwanto M.M.Psikolog sebagai dosen pada mata kuliah
psikologi lingkungan kemaritiman, terima kasih atas ilmu yang telah diberikan kepada kami
selama masa perkuliahan.
Kami sepenuhnya menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu dengan segala
kerendahan hati, kami memohon maaf sebesar – besarnya. Agar kami dapat memperbaiki
kualitasnya di kemudian hari, kami mengharapkan kritik serta saran yang membangun dari
pembaca.

Surabaya, 05 Desember 2023

Kelompok 10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dari wilayah pesisir. Luas wilayah maritim Indonesia mencapai 5,8 juta km 2 dan dapat
Indonesia biasa disebut sebagai negara maritime, hal tersebut dikarenakan Indonesia
memiliki luas perairan sekitar 3,25 juta km2 atau mencapai 63% dari seluruh wilayah
Indonesia dan memiliki garis pantai sepanjang 95.181 km. pada luas perairan tersebut,
termasuk didalamnya laut, memiliki potensi produksi lestari ikan laut yang cukup besar,
dengan asumsi sekitar 6,51 juta ton/tahun atau 8,2% dari total potensi produksi ikan laut
dunia. Selain itu, panjang pantai yang dimiliki sangat berpotensial untuk pengembangan
usaha garam. Dengan kondisi geografis seperti inilah yang membuat penduduknya sebagian
besar bekerja sebagai nelayan (Manurung dkk, 2017). Menurut data statistic Indonesia,
hampir 60% penduduk yang bermukim di pesisir pantai bekerja sebagai nelayan dan hidup
di lingkungan pedesaan di pesisir pantai.
Secara geografis letak kepulauan yang ada di Indonesia sangat stragtegis dalam
konteks perdagangan laut internasional. Pada berbagai wilayah tersebut laut merupakan
penghubung antara pulau-pulau yang digunakan sebagai tempat utama kegiatan
penangkapan hasil laut oleh nelayan. Di Indonesia terdapat 42 kota dan 181 kabupaten yang
terletak pada kawasan pesisir. Sumber daya ikan tersebut digunakan sebagai bahan
konsusmsi yang 90% berasal menjadi potensi sumber daya kelautan sebagai salah satu
tumpuan harapan masa depan masyarakat pesisir (Hamzah, 2008).
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan bidang yang terkait dengan
kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan manusia yang berada di lingkungan kerja. Tujuan
dari pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja tersebut adalah untuk memelihara
kesehatan dan keselamatan lingkungan kerja, serta melindungi rekan kerja, keluarga pekerja,
konsumen, dan orang lain yang juga mungkin terpengaruh kondisi lingkungan kerja dari
kecelakaan kerja atau hal yang tidak diinginkan. Semua organisasi di lingkungan kerja
memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa pekerja dan orang lain yang terlibat tetap
berada dalam kondisi aman. Praktik Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) meliputi
pencegahan, pemberian sanksi, dan kompensasi, juga penyembuhan luka dan perawatan
untuk pekerja, serta menyediakan perawatan kesehatan, dan cuti sakit.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil dari latar belakang yang telah disampaikan sebelumnya di atas.
Sehingga, dapat ditemukan rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah hasil
penelitian yang dilakukan yakni sebagai berikut :

1. Bagaimana perilaku nelayan tradisional dalam kesiapan, keselamatan kerja di Kenjeran


Surabaya?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk melihat bagaimana perilaku Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) nelayan di
daerah Kenjeran terkait aspek-aspek K3 baik itu dalam bentuk pengetahuan (APD,
cuaca/iklim, dan Keselamatan) sikap terhadap (APD,cuaca/iklim, dan Keselamatan)
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui bagaimana pengetahuan tentang alat pelindung diri, pengetahuan
cuaca dan iklim pada nelayan di daerah kenjeran
b. Untuk mengetahui bagaimana sikap nelayan mengenai alat pelindung diri, sikap
nelayan terhadap cuaca dan iklim pada nelayan di daerah kenjeran
D. Manfaat Penelitian
Pada penelitian yang membahas mengenai penelitian perilaku nelayan tradisional dalam
kesiapan dan keselamatan kerja di Kenjeran Surabaya memiliki beberapa manfaat,
diantaranya meliputi :

1. Meningkatkan kesadaran dan pengetahuan nelayan tentang kesiapan, keselamatan


kerja, sehingga mengurangi risiko kecelakaan kerja pada nelayan tradisional.
2. Meningkatkan pengalaman dan pengetahuan mengenai alat-alat yang dapat digunakan
untuk keselamatan oleh nelayan tradisional pada saat bekerja.
3. Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang berhubungan dengan perilaku
nelayan tradisional dalam kesiapan dan keselamatan kerja.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Keselamatan Kerja
1. Definisi Keselamatan Kerja
Keselamatan dan kesehatan Kerja (K3) sangat penting untuk diterapkan dan
dilaksanakan pada dunia perusahaan untuk melindungi karyawan atau pekerja dari
bahaya kecelakaan kerja. Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan Kerja (K3) yang tidak
diperhatikan akan mengganggu produktivitas kerja karyawan atau pekerja, namun jika
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) diterapkan dan dilaksanakan dengan baik maka
akan menbuahkan hasil kinerja yang optimal karena karyawan merasa diperhatikan
keselamatan dan kesehatannya.
Menurut Permen PU No. 05/PRT/M/2014, Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Konstruksi disingkat menjadi K3 Konstruksi adalah segala kegiatan untuk menjamin
dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja pada pekerjaan konstruksi. Keselamatan dan
kesehatan kerja diartikan sebagai kondisi dan faktor-faktor yang dapat berdampak pada
kesehatan karyawan, personel kontraktor, pekerja kontrak, tamu dan orang lain di
tempat kerja (Sepang dkk, 2013). Menurut Mangkunegara (2016:161) Indikator
keselamatan dan kesehatan kerja adalah keadaan tempat lingkungan kerja, penerangan,
pemakaian peralatan kerja, kondisi fisik dan mental.
Mondy (2008) mendefinisikan keselamatan kerja sebagai suatu perlindungan
karyawan dari cidera yang disebabkan dari kecelakaan yang berkaitan dengan
pekerjaan. Sedangkan menurut Mathis dan Jackson (2012) keselamatan merupakan
perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang. Keselamatan kerja juga dapat
diartikan sebagai suatu usaha untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman, dan
mencegah dari segala bentuk kecelakaan yang kemungkinan dapat terjadi sewaktu-
waktu. Keselamatan kerja berlaku disegala lingkungan kerja, baik di darat, di laut, di
permukaan air, di dalam air maupun di udara. Lingkungan kerja tersebut tersebar pada
berbagai kegiatan yang diantaranya seperti ekonomi, pertanian, industri pertambangan,
perhubungan pekerjaan umum, jasa dan lain-lain.
Terdapat beberapa definisi mengenai keselamatan dan Kesehatan kerja, diantara
definisi tersebut adalah sebagai berikut :
a. Kesalamatan (safety), Keselamatan kerja dapat diartikan sebagai beberapa upaya
yang ditujukan untuk melindungi pekerja, menjaga keselamatan oranglain;,
melindungi peralatan, tempat kerja dan bahan produksi, menjaga kelestarian
lingkungan kerja serta melancarkan proses produksi. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam Keselamatan yaitu, mengendalikan kerugian dari kecelakaan
(control of accident loss), kemampuan megidentifikasi serta menghilangkan risiko
yang tidak bisa diterima (the ability to identify andeliminate unacceptable risks).
b. Kesehatan (Health), Kesehatan merupakan derajat/tingkat keadaan fisik dan
psikologi dari individu (the degree of physiological and psychologicalwell being of
the individual). Secara umum, pengertian dari kesehatan ialah upaya-upaya yang
ditujukan agar memperoleh kesehatan yang setinggi-tingginya dengan cara
mencegah dan memberantas penyakit yang diidap oleh pekerja, mencegah
kelelahan kerja, serta menciptakan lingkungan kerja yang sehat.

2. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Jika suatu lingkungan kerja dapat menerapkan Keselamatan dan Kesehatan (K3)
dengan baik untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja, maka keadaan akan menjadi
aman dan tentram bagi pekerja dan lingkungan kerja. Upaya K3 yang dilakukan juga
diterapkan agar pekerja yang ada pada lingkungan kerja tersebut selalu berada dalam
keadaan sehat dan selamat dan juga dapat tercipta produksi yang aman dan efisien
(Kalalo dkk, 2016).
Tujuan utama dalam Penerapan K3 berdasarkan Undang-Undang No.1 Tahun
1970 tentang Keselamatan Kerja yaitu antara lain :
a. Melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan orang lain di
tempat kerja.
b. Menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien.
c. Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas nasional.
Jika menurut Notoatmodjo (2009:153) tujuan utama dari Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) ialah agar karyawan atau pegawai di sebuah institusi mendapat
kesehatan yang seoptimal mungkin sehingga mencapai produktivitas kerja yang
setinggi-tingginya. Sedangkan menurut Mangkunegara (2004:162), selain bertujuan
agar menghindari kecelakaan dalam proses produksi perusahaan, Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) juga bertujuan untuk meningkatkan kegairahan, keserasaian
kerja, dan partisipasi kerja karyawan dan dapat dipastikan bahwa kinerja karyawan
meningkat.

3. Faktor Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Perilaku keselamatan atau yang biasa disebut ‘Safety Behavior’ adalah tindakan
atau kegiatan yang berhubungan dengan faktor-faktor keselamatan kerja Menurut Zhou
dkk, (2007) terdapat empat faktor yang paling efektif untuk meningkatkan perilaku
keselamatan, yaitu: safety attitudes, employee’s involvement, safety management
systems and procedures, and safety knowledge. Faktor iklim keselamatan lebih
berpengaruh pada perilaku keselamatan jika dibandingkan dengan pengalaman pekerja.
Menurut Ramsey, perilaku kerja yang aman atau terjadinya perilaku yang dapat
menyebabkan kecelakaan, dipengaruhi oleh 4 (empat) faktor yaitu :
a. Pengamatan (Perception)
b. Kognitif (Cognition)
c. Pengambilan Keputusan (Decision Making)
d. Kemampuan (Ability)
Keempat faktor tersebut merupakan suatu proses yang bila keempat tahapan ini
dapat berlangsung dengan baik maka akan dapat terbentuk suatu perilaku yang aman
untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja ataupun kejadian yang tidak diinginkan
lainnya.

4. Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Program K3 merupakan suatu rencana kerja dan pelaksanaan prosedur yang
berfungsi untuk memfasilitasi pelaksanaan keselamatan kerja serta proses pengendalian
risiko dan paparan bahaya termasuk kesalahan manusia dalam tindakan tidak aman,
program-program tersebut meliputi:
a. Membuat program untuk mendeteksi, mengkoreksi, mengontrol kondisi
berbahaya, lingkungan beracun, dan bahaya-bahaya kesehatan.
b. Membuat prosedur keamanan.
c. Menindaklanjuti program kesehatan untuk pembelian dan pemasangan peralatan
baru dan untuk pembelian dan penyimpanan bahan berbahaya.
d. Pemeliharaan sistem pencatatan kecelakaan agar tetap waspada.
e. Pelatihan K3 untuk semua level manajemen.
f. Rapat bulanan P2K3.
g. Tetap menginformasikan perkembangan yang terjadi di bidang K3 seperti alat
pelindung diri, standar keselamatan yang baru.
h. Pembagian pernyataan kebijakan organisasi.

Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja bersifat spesifik yang artinya tidak
bisa dibuat, ditiru, atau dikembangkan semaunya. Suatu program keselamatan dan
kesehatan kerja dibuat berdasarkan kondisi serta kebutuhan nyata di tempat kerja yang
sesuai dengan potensi bahaya sifat kegiatan, kultur, kemampuan financial, dan lainnya.
Program keselamatan dan kesehatan kerja harus dirancang secara spesifik agar masing-
masing perusahaan tidak bisa sekedar meniru atau mengikuti arahan dan pedoman dari
pihak lain (Ramli, 2010).

5. Tujuan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Tujuan dari program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) secara umum yakni
untuk mempercepat proses gerakan nasional K3 dalam upaya memberdayakan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) agar tidak terjadi kecelakaan kerja dan kejadian
yang tidak diinginkan. Sedangkan sasaran dari program Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) antara lain sebagai berikut :
a. Meningkatkan pengertian, kesadaran, pemahaman, serta penghayatan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) semua unsur pimpinan dan pekerja pada
sutau perusahaan.
b. Meningkatkan fungsi manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) atau
Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
c. Mendorong terbentuknya manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
pada setiap perusahaan.
d. Mendorong pembinaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada sektor
informal dan masyrakat umum.

B. Nelayan
1. Definisi Nelayan
Menurut Widodo dan Suadi (2006) nelayan adalah orang atau komunitas orang
yang secara keseluruhan atau sebagian dari hidupnya tergantung dari kegiatan
menangkap ikan ataupun budidaya ikan. Mata pencaharian nelayan adalah segala
sesuatu yang berhubungan dengan perikanan, berupa proses penyediaan rumah ikan,
peralatan penangkapan, proses penangkapan, penjualan, dan seterusnya.
Komunitas nelayan terdiridari orang-orang yang berbeda darilatar belakang
pendidikannya, namunmereka berasal dari daerah yang samasehingga mereka
membentuk suatukomunitas/kelompok nelayan. Ciri-ciri komunitas nelayan antara lain:
a. Dari segi mata pencaharian,nelayan adalah mereka yang segala aktivitasnya
berkaitan dengan lingkungan laut danpesisir.
b. Dari segi cara hidup, komunitas nelayan adalah komunitas gotong royong dan
saling tolong menolong.
c. Dari segi keterampilan, nelayan merupakan pekerjaan berat namun mereka
merupakan pekerjaan yang diturunkan oleh orang tua, bukan dipelajari secara
professional.
2. Proses Kerja Nelayan
Proses penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan dibagi menjadi tiga tahapan
umum menurut yaitu:
a. Tahapan persiapan
Tahapan persiapan dilakukan oleh nelayan pada saat akan menuju daerah
penangkapan ikan, pada tahap awal ini dilakukan pemeriksaan alat penangkapan
ikan (jaring), pemeriksaan mesin perahu dan pemindahan perahu yang semula
berada di tepi pantai . Kegiatan persiapan ini menimbulkan bahaya ergonomis
karena nelayan mengangkat perahu dengan manual. Selain itu, ada risiko
kebisingan dari suara mesin perahu tersebut
b. Tahapan penangkapan ikan
Proses penangkapan ikan melibatkan beberapa kegiatan nelayan, antara
lain: pemasangan/menurunkan alat tangkap ke laut serta menaikkan jaring.
Terdapat bahaya ergonomis terkait dengan pemasangan jaring dan pengangkatan
jaring, karena nelayan bekerja dalam posisi berdiri dan bertumpu pada kedua
kaki untuk menjaga keseimbangan tubuh dan kail. Beban bertambah ketika
terjadi ombak besar pada kondisi laut. Selain itu, proses pelayaran juga
mengalami gangguan kebisingan berupa suara mesin kapal dan bahaya cuaca
kerja yang tak menentu.
c. Tahapan penanganan hasil tangkapan
Tahap penanganan hasil tangkapan merupakan tahap terakhir dari proses
kerja nelayan. Pada tahap ini, hasil panen disortir dengan manual. Pada tahap ini
terdapat ancaman terhadap ikan, banyak nelayan yang tergigit atau diserang
ikan. Selain itu, terdapat bahaya ergonomis yang terkait dengan proses ini,
karena penyortiran dilakukan secara manual, yaitu. memisahkan hasil tangkapan
satu persatu sesuai dengan besar kecilnya ikan.
Dalam proses kerjanya, terdapat tiga pola penangkapan ikan yang
dilakukan nelayanyaitu:
a. Pola penangkapan lebih dari satu hari
Penangkapan ikan dilakukan pada pola yang ini merupakan penangkapan
ikan lepas pantai dan besar kecilnya perahu menentukan lamanya melaut.
b. Pola penangkapan ikan satu hari
Pada pola ini nelayan biasanya berangkat melaut sekitar pukul 14.00 serta
kembali pada pukul 09.00 hari berikutnya.
c. Pola penangkapan ikan tengah hari
Nelayan pada pola ini berangkat melaut pada pukul 03.00 dini hari atau setelah
subuh dan kembali pada pukul 09.00 pagi.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan mengunakan metode penelitian kualitatif. Metode
kualitatif mencakup berbagai teknik interpretasi yang bertujuan untuk menggambarkan,
"membaca" kode, menerjemahkan dan terlebih lagi memahami makna, bukan frekuensi,
fenomena yang terjadi secara alami di dunia sosial (Y. Slamet, 2008). Dalam penulisan
penelitian ini mempergunakan metode kualitatif yaitu memberikan ilustrasi secara
menyeluruh mengenai suatu masalah yang berkembang di masyarakat.
Sedangkan untuk pendekatan yang digunakan adalah pendekatan fenomenologi.
Pendekatan fenomenologi merupakan suatu metode pemikiran untuk memperoleh ilmu
pengetahuan baru atau mengembangkan pengetahuan yang ada dengan menggunakan
langkah-langkah logis, sistematis, kritis, tidak berdasarkan apriori/prasangka, dan tidak
dogmatis. Pendekatan fenomenologi juga merupakan sebuah pendekatan filosofis untuk
menyelidiki pengalaman manusia. Dalam penelitian fenomenologi melibatkan pengujian
yang teliti dan seksama pada kesadaran pengalaman manusia. Konsep utama dalam
fenomenologi adalah makna. Makna merupakan isi penting yang muncul dari
pengalaman kesadaran manusia. Untuk mengidentifikasi kualitas yang essensial dari
pengalaman kesadaran dilakukan dengan mendalam dan teliti (Smith, etc., 2009: 11).

B. Tahapan Penelitian
1. Menentukan fenomena yang akan diangkat dalam penelitian ini, yakni mengenai
perilaku nelayan tradisional dalam kesiapan, keselamatan kerja di Kenjeran
Surabaya.
2. Menentukan tempat penelitian. Peneliti melakukan penelitian di daerah pesisir
Surabaya, yakni Kenjeran.
3. Menentukan judul penelitian. Peneliti mengangkat judul “Perilaku Nelayan
Tradisional dalam Kesiapan, Keselamatan Kerja di Kenjeran Surabaya”.
4. Membuat draft wawancara.
5. Menentukan pendekatan dan teknik pengumpulan data. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan pendekatan kualitatif dan fenomenologi dengan teknik pengumpulan
data observasi, wawancara, dan dokumentasi.
6. Melakukan penelitian ke daerah padat penduduk pesisir kenjeran. Penelitian ini
dilakukan pada 28 November 2023.
7. Menganalisis data yang telah diambil dalam proses penelitian.
8. Menarik kesimpulan dari hasil penelitian yang didapatkan.

C. Variable Indikator
Fenomena perilaku nelayan tradisional dalam kesiapan, keselamatan kerja di Kenjeran
Surabaya
D. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Seluruh masyarakat penduduk di Jl. Bulak Cumpat Utara GG TPI No.3
2. Sampel
2 nelayan di pantai pesisir Jl. Bulak Cumpat Utara GG TPI No.3, Kenjeran,
Surabaya
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah: teknik utama yang
yang digunakan yaitu wawancara, dan sebagai pendukungnya digunakan observasi.
F. Teknik Analisis Data
Observasi, wawancara, dan dokumentasi.
G. Draft Laporan Wawancara
1. Identitas
a. Nama :
b. Jenis Kelamin : Laki-laki
c. Tempat/Tanggal Lahir :
d. Alamat : Desa Cumpat Kel. Kedung Cowek Kec. Bulak
e. Pendidikan Terakhir :
f. Tanggal Wawancara : Selasa, 28 November 2023

Identitas
g. Nama :
h. Jenis Kelamin :Laki-laki
i. Tempat/Tanggal Lahir :
j. Alamat : Desa Cumpat Kel. Kedung Cowek Kec. Bulak
k. Pendidikan Terakhir :
l. Tanggal Wawancara : Selasa, 28 November 2023
2. Tabel Wawancara
Menurut Mangkunegara (2016:161) keselamatan dan kesehatan kerja
menunjukkan pada kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan, atau
kerugian di tempat kerja. Indikator keselamatan kerja dan kesehatan kerja adalah
keadaan tempat lingkungan kerja, penerangan, pemakaian peralatan kerja, kondisi
fisik dan mental.
No. Dimensi / Aspek Sub Dimensi / Sub Pertanyaan
Aspek
1. Keadaan Tempat Pengetahuan 1. Bagaimana anda
Lingkungan Kerja mengetahui kondisi
cuaca sebelum melaut?
2. Berapa lama anda
bekerja sebagai
nelayan?
3. Apakah ada
pengalaman buruk saat
anda bekerja sebagai
nelayan?

Cuaca 1. Bagaimana anda


memastikan cuaca saat
hendak melaut?
2. Bagaimana anda
mengatasi datangnya
ombak besar yang
tidak sesuai dengan
prediksi dan kesiapan
anda?
Hubungan Sosial 1. Apakah anda dan rekan
nelayan lainnya sering
mendiskusikan tentang
kesadaran dan kesiapan
nelayan?
2. Bagaimana anda dan
sesame nelayan
mengatasi tantangan
ombak besar dan cuaca
buruk saat berlayar?
3. Apakah anda dan rekan
sesame nelayan
memiliki prosedur
khusus atau SOP dalam
berlayar?
2. Penerangan 1. Apakah anda memiliki
kesiapan untuk
penerangan khusus
Ketika berlayar pada
malam hari?
2. Apakah penerangan
tersebut efektif untuk
digunakan saat
berlayar?
3. Apakah dalam
kesiapan anda
menyiapkan lampu
darurat?
3. Pemakaian Peralatan Peralatan 1. Apa saja peralatan
Kerja yang anda siapkan
Ketika hendak
berlayar?
2. Apakah anda
menggunakan life
jacket saat hendak
berlayar?
Kesadaran 1. Bagaimana risiko yang
anda ketahui jika tidak
menggunakan alat
pelindung diri saat
berlayar?
Antisipasi 1. Apa langkah-langkah
yang anda persiapkan
untuk pelindung diri
anda saat bekerja?
2. Bagaimana anda
memastikan bahwa
peralatan anda dapat
berfungsi dengan baik?
3. Apakah ada
pengecekan rutin pada
perahu yang anda
gunakan?
4. Bagaimana cara anda
merawat peralatan
Ketika tidak sedang
digunakan agar tetap
dapat berfungsi dengan
baik?
4. Kondisi Fisik dan Kekuatan Fisik 1. Meskipun kondisi anda
Mental sedang sakit, apakah
anda tetap
memaksakan diri anda
untuk tetap bekerja?
2. Apakah anda pernah
mengalami mabuk laut
saat bekerja?
3. Dalam kondisi fisik
seperti apa yang
membuat anda tidak
berangkat berlayar?
4. Bagaimana cara anda
mengatasi kondisi fisik
anda agar tetap dapat
berlayar?
Pengetahuan 1. Apa yang anda ketahui
tentang K3 atau
pelindung diri saat
sedang bekerja di laut?
Kesadaran 1. Menurut anda, apa
risiko yang anda alami
jika anda tidak
menggunakan alat
pelindung diri saat
berlayar?
Kesiapan Mental 1. Apakah Ketika anda
(Tekanan) mendapatkan tekanan
dari luar dapat
mempengaruhi
kesiapan anda saat
hendak berlayar?

H. Hasil Wawancara dan Observasi


T : Permisi bapak kami dari fakultas psikologi dari universitas hang tuah izin untuk
mewawancarai bapak, apakah boleh?
J1 : Boleh
T : Kira kira berapa lama bapak menjadi nelayan?
J1 : kurang lebih 30 taunan lah
T : owh cukup lama ya pak, terus pengalaman bapak yang paling berat selama melaut itu
gimana?
J1 : cuaca mbak
T : kira kira gimana bapak bisa memprediksi kira kira cuaca gini cocok nggak buat
melaut
J1 : kalau itu musimnya angin timur kadang kadang, kalok cuaca itu tidak bias diprediksi
mbak ya sekarang berangkatnya cuacanya bagus pas di lokasi cuaca turun, kan
gelombang tergantung anginnya
T : gimana bapak memastikan cuaca saat melaut kayak misalnya cuaca ini cocok nih buat
melaut
J2 : kalok nelayan sini ngga mentingin cuaca pokoknya tiap hari pasti berangkat mbak
kalauanginnya kelihatan udah kencang itu tidak berangkat
T : kesiapan alat alatanya gitu apa aja pak?
J1 : kalok saya jarring mbak kadang cari kerang
T : kalau alat buat keselamatan bapaknya sendiri
J2 : ngga ada mbak lebih ke alat penangkapan aja
T : bagaimana resiko yang bapak ketahui jika tidak menggunakan alat left jaket
J2 : resikonya nelayan itu memang berat mbak, kalok tenggelam gitu cuman kalau
wilayah sini kalau kelihatan ada ancang ancang tenggelam atau kehabisan bensin itu pasti
ada yang menolong, tinbggal melambaikan bendera
T :jadi hubungan sesama nelayan disini erat ya pak, soalnya latar belaknganya sama
sebagai nelayan ya pak
J2 : iya mbak meskipun itu bukan orang sini itu pasti ditolong mbak, ntah itu orang gresik
ada orang pasuruhan sama aja mbak rasa persaudaraannya erat
T : langkah langkah persiapan bapak sebelum berangkat
J1 : bekal mbak sama keadaan yang fit
T : jadi kalau keadaan bapak lagi nggak fit, nggak berangkat untuk melaut ya mbak
J2 : engga stirahat mbak
T : cara bapak merawat perahunya gimana pak
J2 : 2 minggu sekali di bakar ya dihangatin aja biar hewan hewan yang nempel di kapal
bias mati, kalok ngga dibakar hewan itu yang awalnya kecil jadi tumbuh besar di kayu
T : jadi ngerusak kayunya ya pak
J1 : iya jadi kayunya itu bisa lubang lubang dibawahnya
T : kalau malem gitu pernah berlayar malem?
J1 : ya tergantung kalau cari kerang sambil nyelem itu tiap pagi, kalau nyari kerang dara
itu tergantung pasang surutnya air laut
T : jadi pagi siang sore malem kalau ada kesempatan itu pasti melaut ya pak
J1 : kalau tadi ya berangkat jam 12 malem, tergantung pasang surutnya air laut
T : kira kira kalau malem disitu bapak ada penerangan bawa lampu sendiri atau gimana
pak
J2 : kadang bawa kadang nggak cuman untuk penerangan lampu kedap kedip aja itu aja
juga jarang ada yang bawa mbak
T : jadi nelayan ini keturun atau gimana mbak?
J1,2 : emang kemauan sendiri mbak
T : kira kira disel itu biasanya ganti berapa minggu sekali atau gimana pak?
J1 : engga mbak cuman ganti oli aja
T : itu berapa kali bapak ganti olinya
J2 : paling lama tu tergantung perjalanan mbak paling lama sekitar satu bulan lah
tegantung jauh dekatnya kita melaut kan ga mesti disini ada kerang kadang jauh
T : terus kalau untuk layarnya itu diganti nggak pak
J2 : sekarng ini jarang ada yang make layar mbak pakenya pakek mesin tapi kadang juga
masi ada yang pakek layar, jagain kalau mesinnya macet bisa pakek sarung
T : kira kira kalau pakai layar gitu bisa lapuk gay a pak
J1 : ya bisa kan kena panas gitu
T : jadi bapak waktu udah ditengah laut kalau ada ombakpun bapak masih bisa santai gitu
pak
J1 : iya soalnya sudah biasa
T : ngga ada alat alat yang harus dipakek ya pak lebih ke persiapan individunya
J2 : yaudah gini aja mbak, ya mudah mudahan gak ada kejadian tenggelam, pegenagn
bamboo aja udah kuat
T : nah waktu malem berlayar saat ada kejadian yang tak terduga ngibarin benderanya
gimana pak, kan posisinya juga gelap jadi orang nggak bisa kelihatan kalau ada yg
ngibarin bendera minta tolong
J1 : kalok malam itu jarang mbak orang sini melaut itu
T : pernah ngga pak ada kejadian nelayan yang tenggelem akhirnya baru ketahuan besok
paginya
J2 : pernah teman saya sendiri yang ketabrak kapal
T : itu kenapa pak kira kira?
J2 : jadi dia lagi nyelem terus ketabrak kapal hilang 1 minggu baru ketemu
T : kalau nyeme gitu persiapannya apa aja ya pak
J1 : kompresor buat pernapasan sama cuman pakek sepatu but yang depannya dikasi besi
T : sepatu but yang dikasi besi itu buat apa pak
J1 : kalau arusnya keceng biar ga kebawa arus
T : kira kira kedalam menyeleman itu berapa dalam pak
J2 : sekitar 7 sapai 8 hasta
T : kalau nyelam gitu ada peralatan khusus gitu kak
J1 : ngga ada mbak
T : saya pernah denger kalau nyelem terlalu dalem gitu bisa buat telinga sakit ya pak
J1 : iya kalau yang gak biasa itu mbak, apalagi yang masih belajar belajar
T : bapak pernah nggak ngalamin waktu nyelem itu telinganya sakit?
J1 : pernah saya nyelem nah di pertengahan sakit kalau sudah didasar laut sudah nggak
sakit lagi
T : jadi persiapan untuk menyelamnya sendiri cuman pakai sepatu sama kompresor aja
untuk persiapan di kapal cuamn persiapan untuk alat pancingnya aja ya pak
J1 : iyaa mbak seperti itu
T : oke baik terimakasih pa katas waktu dan kesediaannya untuk diwawancarai

I. Pembahasan Hasil Wawancara dan Observasi


Hasil penelitian dalam wawancara pada 2 nelayan di daerah kenjeran menjelaskan
mengenai keselamatan kerja pada saat melaut yaitu subjek merupakan nelayan di wilayah
kenjeran dan memiliki pengalaman melaut untuk mencari hasil laut, seperti kerang.
Menurut subjek, pengalaman yang paling berat selama melaut adalah terkait dengan
kondisi cuaca. Cuaca yang buruk, terutama angin timur yang menjadi tantangan utama
bagi para nelayan. Subjek mengungkapkan bahwa nelayan tidak selalu dapat
memprediksi cuaca dengan akurat. Para nelayan cenderung memutuskan untuk berangkat
melaut berdasarkan kondisi cuaca yang terlihat pada saat itu.
Persiapan yang dilakukan nelayan untuk melaut hanya menyiapkan peralalatan
pengangkapan seperti jarring atau peralatan lainnya. Subjek menjelaskan bahwa
keselamatan pribadi cenderung kurang diutamakan dibandingkan dengan persiapan alat
penangkapan. Nelayan yang menyelampun hanya menggunakan kompresor untuk
pernapasan dan sepatu bot dengan besi di bagian depan untuk menghindari arus laut yang
kuat. Bahkan pada saat nelayan melut pada malam hari, nelayan tradisional hanya
menggunakan lampu redup dengan penerangan yang kurang jelas. Namun, dalam
keadaan darurat, nelayan di wilayah tersebut cenderung saling membantu, bahkan bukan
nelayan dari setempat.
Untuk perawatan perahu, nelayan melakukan pemeriksanaan perahu 2 minggu sekali
dengan membakar bagian bawah perahu untuk menghilangkan hewan-hewan yang
menempel dibawah perahu yang dapat merusak kayu kapal dan juga nelayan melakukan
proses ganti oli yang menyesuaikan dengan jarak yang ditempuh pada saat melaut.
Subjek menyebutkan bawa saat ini nelayan jarang yang menggunakan layar, bahkan saat
tiba tiba di tengah laut membutuhkan layar, nelayan lebih memilih untuk menggunakan
sarung sebagai layar.
Dari penjelasan tersebut dapat dilihat bahwa perilaku nelayan tradisional di kenjeran
tidak mementingkan perisapan keselamatan kerja saat melaut melainkan hanya
mengandalkan tekad dan keyakinan dalam diri. Terlihat bahwa persiapan sebelum
berlayar lebih terfokus pada alat penangkapan daripada keselamatan pribadi. Ini
menunjukan prioritas yang lebih tinggi terhadap hasil tangkapan daripada aspek
keselamatan.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana perilaku kesehatan dan keselamatan kerja
(K3) nelayan di daerah Kenjeran terkait aspek-aspek K3 baik itu dalam bentuk pengetahuan
(APD, cuaca/iklim, dan Keselamatan) sikap terhadap (APD,cuaca/iklim, dan Keselamatan) dan
untuk mengetahui bagaimana pengetahuan tentang alat pelindung diri, pengetahuan cuaca dan
iklim pada nelayan di daerah kenjeran, serta mengetahui bagaimana sikap nelayan mengenai alat
pelindung diri, sikap nelayan terhadap cuaca dan iklim pada nelayan di daerah kenjeran
Cuaca yang buruk, terutama angin timur yang menjadi tantangan utama bagi para nelayan.
Para nelayan cenderung memutuskan untuk berangkat melaut berdasarkan kondisi cuaca yang
terlihat pada saat itu. Persiapan yang dilakukan nelayan untuk melaut hanya menyiapkan
peralalatan pengangkapan seperti jarring atau peralatan lainnya. Bahkan pada saat nelayan melut
pada malam hari, nelayan tradisional hanya menggunakan lampu redup dengan penerangan yang
kurang jelas. Untuk perawatan perahu, nelayan melakukan pemeriksanaan perahu 2 minggu
sekali dengan membakar bagian bawah perahu untuk menghilangkan hewan-hewan yang
menempel dibawah perahu yang dapat merusak kayu kapal dan juga nelayan melakukan proses
ganti oli yang menyesuaikan dengan jarak yang ditempuh pada saat melaut. Subjek menyebutkan
bawa saat ini nelayan jarang yang menggunakan layar, bahkan saat tiba tiba di tengah laut
membutuhkan layar, nelayan lebih memilih untuk menggunakan sarung sebagai layar. Dari
penjelasan tersebut dapat dilihat bahwa perilaku nelayan tradisional di kenjeran tidak
mementingkan perisapan keselamatan kerja saat melaut melainkan hanya mengandalkan tekad
dan keyakinan dalam diri. Ini menunjukan prioritas yang lebih tinggi terhadap hasil tangkapan
daripada aspek keselamatan.
Dari penjelasan tersebut dapat dilihat bahwa tentang pengetahuan iklim dan cuaca pada
nelayan di daerah kenjeran kurang mengerti tentang hal ini. Subjek mengungkapkan bahwa
nelayan tidak selalu dapat memprediksi cuaca dengan akurat. Para nelayan cenderung
memutuskan untuk berangkat melaut berdasarkan kondisi cuaca yang terlihat pada saat itu.
Namun, pada saat cuaca kurang memungkinkan untuk berlayar, nelayan tidak memaksakan diri
untuk berlayar dan mencari ikan. Perilaku nelayan tradisional di kenjeran tidak mementingkan
perisapan keselamatan kerja saat melaut melainkan hanya mengandalkan tekad dan keyakinan
dalam diri. Terlihat bahwa persiapan sebelum berlayar lebih terfokus pada alat penangkapan
daripada keselamatan pribadi. Ini menunjukan prioritas yang lebih tinggi terhadap hasil
tangkapan daripada aspek keselamatan.
B. Saran
Berdasarkan dari hasil penelitian di lapangan, maka penulis bermaksud memberikan saran
dengan harapan dapat bermanfaat bagi nelayan, maupun bagi peneliti yang selanjutnya yang
akan meneliti hal tersebut, yaitu sebagai berikut:

1) Bagi Peneliti Selanjutnya


Saran yang perlu diperhatikan oleh peneliti selanjutnya dalam mempelajari
keselamatan kerja pelaku kerja bidang maritim adalah agar peneliti selanjutnya
sebaiknya mempelajari lebih banyak sumber dan referensi terkait dengan keselamatan
kerja pelaku kerja bidang maritim agar hasil penelitian lebih baik dan komprehensif.
Serta bagi peneliti selanjutnya.Kami berharap Anda lebih siap dalam proses
pengambilan dan pengumpulan segala sesuatunya sehingga penelitian dapat berjalan
lebih baik. Diharapkan juga bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan wawancara
dengan narasumber terkait untuk mempelajari gambaran perilaku kerja nelayan di laut
(keselamatan tenaga kerja dan perlindungan lingkungan laut).

2) Bagi Nelayan
Seperti yang sudah dijelaskan bahwa keselamatan kerja pelaku kerja bidang
maritim. Saran yang dapat diberikan bagi nelayan adalah, para nelayan dapat
memperhatikan dan memahami aspek keselamatan kerja. Dari hasil penelitian,
keamanan keselamatan kerja masih perlu ditingkatkan lagi.Dengan cara membawa
peralatan yang tepat yang digunakan dalam menangkap ikan maupun berlayar.
November Desember PJ
No KegiatanLAMPIRAN
1 2 3 4 1 2 3 4
Perancangan usulan
1 TIM
Kegiatan

Konsultasi
Perancangan Judul
2 TIM
ke Dosen
Pembimbing

Konsultasi
Perancangan Draft
3 TIM
Wawancara ke
Dosen Pembimbing

Pelaksanaan
4 Observasi dan
Wawancara
TIM
Proses Besar Dana
No. 5 Pengeluaran
Jenis Penganalisisan Data Jumlah Sumber Dana TIM(Rp)
1 Teh 2 TIM Rp. 14.000,00

2 Minyak Goreng 2 TIM Rp. 18.000,00

3 Beras 2 TIM Rp.34.000,00


4 Mie Instan 4 TIM Rp. 10.000,00

5 Tas 2 TIM Rp. 8000,00

JUMLAH Rp. 84.000,00

Anda mungkin juga menyukai