Disusun Oleh:
Kelompok 10 (B)
Asmarani Rosalba Salsabilah 20220810002
Adriana Kusuma Dewi 20220810027
Intan Ayu Novitasari 20220810058
Fila Wijaya 20220810094
Kelompok 10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dari wilayah pesisir. Luas wilayah maritim Indonesia mencapai 5,8 juta km 2 dan dapat
Indonesia biasa disebut sebagai negara maritime, hal tersebut dikarenakan Indonesia
memiliki luas perairan sekitar 3,25 juta km2 atau mencapai 63% dari seluruh wilayah
Indonesia dan memiliki garis pantai sepanjang 95.181 km. pada luas perairan tersebut,
termasuk didalamnya laut, memiliki potensi produksi lestari ikan laut yang cukup besar,
dengan asumsi sekitar 6,51 juta ton/tahun atau 8,2% dari total potensi produksi ikan laut
dunia. Selain itu, panjang pantai yang dimiliki sangat berpotensial untuk pengembangan
usaha garam. Dengan kondisi geografis seperti inilah yang membuat penduduknya sebagian
besar bekerja sebagai nelayan (Manurung dkk, 2017). Menurut data statistic Indonesia,
hampir 60% penduduk yang bermukim di pesisir pantai bekerja sebagai nelayan dan hidup
di lingkungan pedesaan di pesisir pantai.
Secara geografis letak kepulauan yang ada di Indonesia sangat stragtegis dalam
konteks perdagangan laut internasional. Pada berbagai wilayah tersebut laut merupakan
penghubung antara pulau-pulau yang digunakan sebagai tempat utama kegiatan
penangkapan hasil laut oleh nelayan. Di Indonesia terdapat 42 kota dan 181 kabupaten yang
terletak pada kawasan pesisir. Sumber daya ikan tersebut digunakan sebagai bahan
konsusmsi yang 90% berasal menjadi potensi sumber daya kelautan sebagai salah satu
tumpuan harapan masa depan masyarakat pesisir (Hamzah, 2008).
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan bidang yang terkait dengan
kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan manusia yang berada di lingkungan kerja. Tujuan
dari pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja tersebut adalah untuk memelihara
kesehatan dan keselamatan lingkungan kerja, serta melindungi rekan kerja, keluarga pekerja,
konsumen, dan orang lain yang juga mungkin terpengaruh kondisi lingkungan kerja dari
kecelakaan kerja atau hal yang tidak diinginkan. Semua organisasi di lingkungan kerja
memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa pekerja dan orang lain yang terlibat tetap
berada dalam kondisi aman. Praktik Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) meliputi
pencegahan, pemberian sanksi, dan kompensasi, juga penyembuhan luka dan perawatan
untuk pekerja, serta menyediakan perawatan kesehatan, dan cuti sakit.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil dari latar belakang yang telah disampaikan sebelumnya di atas.
Sehingga, dapat ditemukan rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah hasil
penelitian yang dilakukan yakni sebagai berikut :
A. Keselamatan Kerja
1. Definisi Keselamatan Kerja
Keselamatan dan kesehatan Kerja (K3) sangat penting untuk diterapkan dan
dilaksanakan pada dunia perusahaan untuk melindungi karyawan atau pekerja dari
bahaya kecelakaan kerja. Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan Kerja (K3) yang tidak
diperhatikan akan mengganggu produktivitas kerja karyawan atau pekerja, namun jika
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) diterapkan dan dilaksanakan dengan baik maka
akan menbuahkan hasil kinerja yang optimal karena karyawan merasa diperhatikan
keselamatan dan kesehatannya.
Menurut Permen PU No. 05/PRT/M/2014, Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Konstruksi disingkat menjadi K3 Konstruksi adalah segala kegiatan untuk menjamin
dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja pada pekerjaan konstruksi. Keselamatan dan
kesehatan kerja diartikan sebagai kondisi dan faktor-faktor yang dapat berdampak pada
kesehatan karyawan, personel kontraktor, pekerja kontrak, tamu dan orang lain di
tempat kerja (Sepang dkk, 2013). Menurut Mangkunegara (2016:161) Indikator
keselamatan dan kesehatan kerja adalah keadaan tempat lingkungan kerja, penerangan,
pemakaian peralatan kerja, kondisi fisik dan mental.
Mondy (2008) mendefinisikan keselamatan kerja sebagai suatu perlindungan
karyawan dari cidera yang disebabkan dari kecelakaan yang berkaitan dengan
pekerjaan. Sedangkan menurut Mathis dan Jackson (2012) keselamatan merupakan
perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang. Keselamatan kerja juga dapat
diartikan sebagai suatu usaha untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman, dan
mencegah dari segala bentuk kecelakaan yang kemungkinan dapat terjadi sewaktu-
waktu. Keselamatan kerja berlaku disegala lingkungan kerja, baik di darat, di laut, di
permukaan air, di dalam air maupun di udara. Lingkungan kerja tersebut tersebar pada
berbagai kegiatan yang diantaranya seperti ekonomi, pertanian, industri pertambangan,
perhubungan pekerjaan umum, jasa dan lain-lain.
Terdapat beberapa definisi mengenai keselamatan dan Kesehatan kerja, diantara
definisi tersebut adalah sebagai berikut :
a. Kesalamatan (safety), Keselamatan kerja dapat diartikan sebagai beberapa upaya
yang ditujukan untuk melindungi pekerja, menjaga keselamatan oranglain;,
melindungi peralatan, tempat kerja dan bahan produksi, menjaga kelestarian
lingkungan kerja serta melancarkan proses produksi. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam Keselamatan yaitu, mengendalikan kerugian dari kecelakaan
(control of accident loss), kemampuan megidentifikasi serta menghilangkan risiko
yang tidak bisa diterima (the ability to identify andeliminate unacceptable risks).
b. Kesehatan (Health), Kesehatan merupakan derajat/tingkat keadaan fisik dan
psikologi dari individu (the degree of physiological and psychologicalwell being of
the individual). Secara umum, pengertian dari kesehatan ialah upaya-upaya yang
ditujukan agar memperoleh kesehatan yang setinggi-tingginya dengan cara
mencegah dan memberantas penyakit yang diidap oleh pekerja, mencegah
kelelahan kerja, serta menciptakan lingkungan kerja yang sehat.
Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja bersifat spesifik yang artinya tidak
bisa dibuat, ditiru, atau dikembangkan semaunya. Suatu program keselamatan dan
kesehatan kerja dibuat berdasarkan kondisi serta kebutuhan nyata di tempat kerja yang
sesuai dengan potensi bahaya sifat kegiatan, kultur, kemampuan financial, dan lainnya.
Program keselamatan dan kesehatan kerja harus dirancang secara spesifik agar masing-
masing perusahaan tidak bisa sekedar meniru atau mengikuti arahan dan pedoman dari
pihak lain (Ramli, 2010).
B. Nelayan
1. Definisi Nelayan
Menurut Widodo dan Suadi (2006) nelayan adalah orang atau komunitas orang
yang secara keseluruhan atau sebagian dari hidupnya tergantung dari kegiatan
menangkap ikan ataupun budidaya ikan. Mata pencaharian nelayan adalah segala
sesuatu yang berhubungan dengan perikanan, berupa proses penyediaan rumah ikan,
peralatan penangkapan, proses penangkapan, penjualan, dan seterusnya.
Komunitas nelayan terdiridari orang-orang yang berbeda darilatar belakang
pendidikannya, namunmereka berasal dari daerah yang samasehingga mereka
membentuk suatukomunitas/kelompok nelayan. Ciri-ciri komunitas nelayan antara lain:
a. Dari segi mata pencaharian,nelayan adalah mereka yang segala aktivitasnya
berkaitan dengan lingkungan laut danpesisir.
b. Dari segi cara hidup, komunitas nelayan adalah komunitas gotong royong dan
saling tolong menolong.
c. Dari segi keterampilan, nelayan merupakan pekerjaan berat namun mereka
merupakan pekerjaan yang diturunkan oleh orang tua, bukan dipelajari secara
professional.
2. Proses Kerja Nelayan
Proses penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan dibagi menjadi tiga tahapan
umum menurut yaitu:
a. Tahapan persiapan
Tahapan persiapan dilakukan oleh nelayan pada saat akan menuju daerah
penangkapan ikan, pada tahap awal ini dilakukan pemeriksaan alat penangkapan
ikan (jaring), pemeriksaan mesin perahu dan pemindahan perahu yang semula
berada di tepi pantai . Kegiatan persiapan ini menimbulkan bahaya ergonomis
karena nelayan mengangkat perahu dengan manual. Selain itu, ada risiko
kebisingan dari suara mesin perahu tersebut
b. Tahapan penangkapan ikan
Proses penangkapan ikan melibatkan beberapa kegiatan nelayan, antara
lain: pemasangan/menurunkan alat tangkap ke laut serta menaikkan jaring.
Terdapat bahaya ergonomis terkait dengan pemasangan jaring dan pengangkatan
jaring, karena nelayan bekerja dalam posisi berdiri dan bertumpu pada kedua
kaki untuk menjaga keseimbangan tubuh dan kail. Beban bertambah ketika
terjadi ombak besar pada kondisi laut. Selain itu, proses pelayaran juga
mengalami gangguan kebisingan berupa suara mesin kapal dan bahaya cuaca
kerja yang tak menentu.
c. Tahapan penanganan hasil tangkapan
Tahap penanganan hasil tangkapan merupakan tahap terakhir dari proses
kerja nelayan. Pada tahap ini, hasil panen disortir dengan manual. Pada tahap ini
terdapat ancaman terhadap ikan, banyak nelayan yang tergigit atau diserang
ikan. Selain itu, terdapat bahaya ergonomis yang terkait dengan proses ini,
karena penyortiran dilakukan secara manual, yaitu. memisahkan hasil tangkapan
satu persatu sesuai dengan besar kecilnya ikan.
Dalam proses kerjanya, terdapat tiga pola penangkapan ikan yang
dilakukan nelayanyaitu:
a. Pola penangkapan lebih dari satu hari
Penangkapan ikan dilakukan pada pola yang ini merupakan penangkapan
ikan lepas pantai dan besar kecilnya perahu menentukan lamanya melaut.
b. Pola penangkapan ikan satu hari
Pada pola ini nelayan biasanya berangkat melaut sekitar pukul 14.00 serta
kembali pada pukul 09.00 hari berikutnya.
c. Pola penangkapan ikan tengah hari
Nelayan pada pola ini berangkat melaut pada pukul 03.00 dini hari atau setelah
subuh dan kembali pada pukul 09.00 pagi.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan mengunakan metode penelitian kualitatif. Metode
kualitatif mencakup berbagai teknik interpretasi yang bertujuan untuk menggambarkan,
"membaca" kode, menerjemahkan dan terlebih lagi memahami makna, bukan frekuensi,
fenomena yang terjadi secara alami di dunia sosial (Y. Slamet, 2008). Dalam penulisan
penelitian ini mempergunakan metode kualitatif yaitu memberikan ilustrasi secara
menyeluruh mengenai suatu masalah yang berkembang di masyarakat.
Sedangkan untuk pendekatan yang digunakan adalah pendekatan fenomenologi.
Pendekatan fenomenologi merupakan suatu metode pemikiran untuk memperoleh ilmu
pengetahuan baru atau mengembangkan pengetahuan yang ada dengan menggunakan
langkah-langkah logis, sistematis, kritis, tidak berdasarkan apriori/prasangka, dan tidak
dogmatis. Pendekatan fenomenologi juga merupakan sebuah pendekatan filosofis untuk
menyelidiki pengalaman manusia. Dalam penelitian fenomenologi melibatkan pengujian
yang teliti dan seksama pada kesadaran pengalaman manusia. Konsep utama dalam
fenomenologi adalah makna. Makna merupakan isi penting yang muncul dari
pengalaman kesadaran manusia. Untuk mengidentifikasi kualitas yang essensial dari
pengalaman kesadaran dilakukan dengan mendalam dan teliti (Smith, etc., 2009: 11).
B. Tahapan Penelitian
1. Menentukan fenomena yang akan diangkat dalam penelitian ini, yakni mengenai
perilaku nelayan tradisional dalam kesiapan, keselamatan kerja di Kenjeran
Surabaya.
2. Menentukan tempat penelitian. Peneliti melakukan penelitian di daerah pesisir
Surabaya, yakni Kenjeran.
3. Menentukan judul penelitian. Peneliti mengangkat judul “Perilaku Nelayan
Tradisional dalam Kesiapan, Keselamatan Kerja di Kenjeran Surabaya”.
4. Membuat draft wawancara.
5. Menentukan pendekatan dan teknik pengumpulan data. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan pendekatan kualitatif dan fenomenologi dengan teknik pengumpulan
data observasi, wawancara, dan dokumentasi.
6. Melakukan penelitian ke daerah padat penduduk pesisir kenjeran. Penelitian ini
dilakukan pada 28 November 2023.
7. Menganalisis data yang telah diambil dalam proses penelitian.
8. Menarik kesimpulan dari hasil penelitian yang didapatkan.
C. Variable Indikator
Fenomena perilaku nelayan tradisional dalam kesiapan, keselamatan kerja di Kenjeran
Surabaya
D. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Seluruh masyarakat penduduk di Jl. Bulak Cumpat Utara GG TPI No.3
2. Sampel
2 nelayan di pantai pesisir Jl. Bulak Cumpat Utara GG TPI No.3, Kenjeran,
Surabaya
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah: teknik utama yang
yang digunakan yaitu wawancara, dan sebagai pendukungnya digunakan observasi.
F. Teknik Analisis Data
Observasi, wawancara, dan dokumentasi.
G. Draft Laporan Wawancara
1. Identitas
a. Nama :
b. Jenis Kelamin : Laki-laki
c. Tempat/Tanggal Lahir :
d. Alamat : Desa Cumpat Kel. Kedung Cowek Kec. Bulak
e. Pendidikan Terakhir :
f. Tanggal Wawancara : Selasa, 28 November 2023
Identitas
g. Nama :
h. Jenis Kelamin :Laki-laki
i. Tempat/Tanggal Lahir :
j. Alamat : Desa Cumpat Kel. Kedung Cowek Kec. Bulak
k. Pendidikan Terakhir :
l. Tanggal Wawancara : Selasa, 28 November 2023
2. Tabel Wawancara
Menurut Mangkunegara (2016:161) keselamatan dan kesehatan kerja
menunjukkan pada kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan, atau
kerugian di tempat kerja. Indikator keselamatan kerja dan kesehatan kerja adalah
keadaan tempat lingkungan kerja, penerangan, pemakaian peralatan kerja, kondisi
fisik dan mental.
No. Dimensi / Aspek Sub Dimensi / Sub Pertanyaan
Aspek
1. Keadaan Tempat Pengetahuan 1. Bagaimana anda
Lingkungan Kerja mengetahui kondisi
cuaca sebelum melaut?
2. Berapa lama anda
bekerja sebagai
nelayan?
3. Apakah ada
pengalaman buruk saat
anda bekerja sebagai
nelayan?
2) Bagi Nelayan
Seperti yang sudah dijelaskan bahwa keselamatan kerja pelaku kerja bidang
maritim. Saran yang dapat diberikan bagi nelayan adalah, para nelayan dapat
memperhatikan dan memahami aspek keselamatan kerja. Dari hasil penelitian,
keamanan keselamatan kerja masih perlu ditingkatkan lagi.Dengan cara membawa
peralatan yang tepat yang digunakan dalam menangkap ikan maupun berlayar.
November Desember PJ
No KegiatanLAMPIRAN
1 2 3 4 1 2 3 4
Perancangan usulan
1 TIM
Kegiatan
Konsultasi
Perancangan Judul
2 TIM
ke Dosen
Pembimbing
Konsultasi
Perancangan Draft
3 TIM
Wawancara ke
Dosen Pembimbing
Pelaksanaan
4 Observasi dan
Wawancara
TIM
Proses Besar Dana
No. 5 Pengeluaran
Jenis Penganalisisan Data Jumlah Sumber Dana TIM(Rp)
1 Teh 2 TIM Rp. 14.000,00