Anda di halaman 1dari 6

PERLAWANAN BANTEN

Dibuat untuk memenuhi tugas mata Pelajaran Sejarah Indonesia.

Disusun Oleh :

1. Joan Simanullang

2. Ismail Putra

3. Aidil al-Fattah

4. Rakha Ananta

5. Steven Parangin-angin

SMA NEGERI 11 MEDAN

JL. PERTIWI NO. 93 MEDAN TEMBUNG

TAHUN AJARAN 2023 / 2024


DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.................................

B. Rumusan Masalah............................................

C. Identifikasi Masalah........................................

D. Batasan Masalah..............................................

E. Tujuan Penelitian.............................................

F. Manfaat Penelitian...........................................

G. Metode Penelitian............................................

BAB II. PEMBAHASAN

A. Tentang Perlawanan Banten

B. Dampak Perlawanan Banten

C. Kebijakan Perlawanan Banten

BAB III. PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Banten sebagai kesultanan memiliki potensi geografis dan potensi alam yang membuat para
pedagang Eropa khususnya hendak menguasai Banten. Secara geografis, Banten terletak di ujung barat
pulau Jawa, dimana jalur perdagangan Nusantara yang merupakan bagian dari jalur perdagangan Asia
dan Dunia. Selain itu, letaknya yang dekat dengan selat Sunda menjadikan Banten sebagai pelabuhan
transit sekaligus pintu masuk ke Nusantara setelah Portugis mengambil alih Malaka pada tahun 1511.

Potensi alam yang dimiliki Banten pun merupakan daya tarik tersendiri, dimana Banten adalah penghasil lada
terbesar di Jawa Barat dan penghasil beras dengan dibukanya lahan pertanian dan sarana irigasi oleh Sultan
Ageng Tirtayasa. Selain dari potensi alam dan letak geografis, VOC memerlukan tempat yang cocok untuk
dijadikan sebagai pusat pertemuan. Letak Belanda yang jauh dari wilayah Nusantara menyulitkan Heeren
XVII untuk mengatur dan mengawasi kegiatan perdagangan.

Dengan pertimbangan tersebut, Banten dipilih sebagai Rendez-vous, yaitu pusat pertemuan, dimana
pelabuhan, kantor-kantor dapat dibangun, dan fasilitas-fasilitas pengangkutan laut dapat disediakan,
keamanan terjamin dan berfungsi dengan baik. Hal inilah yang membuat VOC dibawah pimpinan
Gubernur Jendral Joan Maetsuyker hendak menguasai Banten.

Perlu diketahui, pada saat Sultan Ageng Tirtayasa berkuasa tahun 1651 sampai dengan 1682, VOC
dipimpin oleh Joan Maetsuyker yang memimpin VOC dari tahun 1653 sampai 1678. Menurut Nicolaus
de Graaff, Joan Maetsuyker merupakan pemimpin VOC terlama dengan kedudukan selama seperempat
abad. Pada masa pemerintahan Maetsuyker inilah VOC mengalami masa keemasannya.

Untuk dapat menguasai Banten, langkah yang digunakan oleh VOC adalah dengan memblokade akses
menuju ke pelabuhan Banten dengan tujuan memperlemah sektor perekonomian Bnaten. Kapal-kapal
asing yang hendak berdagang di Banten dicegat oleh Belanda. Selain itu, kapal-kapal yang telah
berdagang di Banten pun dicegat oleh Belanda sehingga pelabuhan Banten mengalami penurunan
aktivitas perdagangan dan kegiatan perekonomi terganggu. Menyikapi hal tersebut, Banten mengadakan
perlawanan dengan menyerbu dan merampas kapal-kapal Belanda yang bernaung dibawah VOC. Akan
tetapi, VOC menggunakan siasat lain, yaitu dengan memberikan hadiah menarik dan berupaya
memperbaharui perjanjian tahun 1645, akan tetapi hal tersebut ditolak oleh Sultan Ageng Tirtayasa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana Riwayat Hidup Komisaris Polisi M. Joesoef Martadilaga?

2. Bagaimana Agresi Militer Belanda Di Banten Tahun 1946-1949 M?

3. Bagaimana Perjuangan Komisaris Polisi M. Joesoef Martadilaga Dalam Melawan Agresi Belanda

Militer Di Banten tahun 1946-1949 M?

C. Identifikasi Masalah

Pada tahun 1681, Istana Surosowan berhasil direbut Sutan Haji dan VOC dan Sultan Ageng Tirtayasa
pindah ke daerah Tirtayasa untuk mendirikan keraton baru. Di Istana baru tersebut, Sultan Agung
Trtayasa mengumpukan bekal dan kekuatan untuk merebut kembali Istana Surosowan. Dikutip dari
buku Sejarah Indonesia Modern 1200-2008 (1981) karya M.C Ricklefs, Pasukan Sultan Ageng mampu
mendesak pasukan Sultan Haji dalam penyerangan tahun 1682, sehingga Sultan Haji meminta bantuan
VOC. Baca juga: Ciri Perlawanan Bangsa Indonesia pada Abad Ke-19 Sultan Haji dan VOC mampu
meredam perlawanan dan berhasil memukul mundur pasukan Sultan Ageng dan Pangeran Purbaya
hingga ke Bogor. Sultan Ageng Tirtayasa akhirnya ditangkap oleh VOC pada 1683 dan ia dibawa ke
Batavia sebagai tahanan. VOC juga berhasil menjadikan Sultan Haji sebagai ‘’raja boneka’’ di
kesultanan Banten, sehingga secara tidak langsung VOC dapat menaklukan Banten serta memonopoli
perdagangan di kawasan pesisir Jawa.

Anda mungkin juga menyukai