Anda di halaman 1dari 40

Anastesi Umum

Pendahuluan

 Anastesi umum pada pembedahan pertama kali di demonstrasikan pada tahun 1846 yang
biasa dianggap sebagai awal era baru anastesia.
 Keadaan neurofisiologik yang ditimbulkan oelh anastesia ditandai oleh 5 efek primer :
 Ketidak sadaran
 Amnesia
 Analgesia
 Inhibisi reflek otonom
 Relaksasi rangka
 Namun belum ada satupun obat anastesi saat ini yang dapat mencapai kelima efek tersebut
bila digunakan secara tunggal
 Anastesi ideal juga harus dapat menginduksi kehilangan kesadaran dengan cepat dan mulus,
cepat reversibel setelah dihentikan dan memiliki batas keamaanan yang luas.
 Praktek modern anasetesi mengandalkan kombinasi obat intravena dan inhalasi (balanced
anasthesia technique) untuk mendapatkan hasil yang paling baik dan efek samping yang
minimal
 Pemilihan teknik anastesi bergantung pada jenis intervensi, terapeutik dan jenis bedah yang
akan dilakukan.
 Untuk bedah superfisial minor atau tindakan diagnostik invasif, dapat digunakan sedatif oral
atau parentral dikombinasi dengan anastesi lokal ( teknik monitored anastesia care) teknik
ini menghasilkan anastesi yang kuat, sementara pasien tetap mampu mempertahanan
kepatenan saluran nafas dan berespon terhadap perintah lisan.
 Untuk tindakan bedah yang lebih ekstensif anastesia dapat dimulai dengan benzodiazepin
praoperasi, induksi dengan obat intravena (tiopental atau proprofol) dan pemeliharaan
oleh kombinasi dengan obat inhalan (nitrosa oksida) atau intravena (propofol, analgesik
opioid) atau kedaunya.
Mekanisme Kerja Anastesi Umum

 Obat anastesi mempengaruhi neuron di berbagai lokasi di dalam sel, tetapi fokus primernya
ada di sinaps. Suatu efek presinaps mungkin mengubah pelepasan neurotransmiter, sementara
efek presinaps dapat berupa perubahan frekuensi atau amplitudo impuls yang keluar dari
sinaps.
 Ditingkat organ efek obat anastesi terjadi mungkin karna penguatan inhibisi atau
berkurangnya eksitasi (lebih dominan) didalam SSP
 Saluran klorida (reseptor asam 𝛾-aminobutirat A (GABAa) dan glisin) dan saluran kalium (
saluran K2P, KV, KATP) masih merupakan saluran ion inhibitorik utama yang dianggap sebagai
efek dari anastesi.
 Saluran ion eksitatorik yang merupakan sasaran mencakup saluran yang diaktifkan oleh
asetilkolin (reseptor nikotinik dan muskarinik) oleh asam amino eksikatorik (reseptor asam amino-
3-hidroksi-5-metil-4-isoksazol-propionat (AMPA), kainat, dan N-metil-D-asparat (NMDA)), atau
oleh seretonin (reseptor 5-HT2 dan 5-HT3).
 Kemungkinan sasaran efek anastesi. Obat anastestetik mungkin meningkatkan aktivitas
sinaps inhibitorik atau mengurangi aktivitas eksikatorik.
 Meskipun secara kimia berbeda, semua
anestesi ini bertindak sebagai modulator
alosterik positif dari reseptor GABAA
(GABAAR).
 Reseptor GABAA terdiri dari pengatur
pentamerik subunit yang diatur di sekitar
pori saluran ion. Subunit utama dalam
korteks serebral adalah 2a: 2b: g. Setiap
subunit mengandung sekitar 450 residu
asam amino yang diduga membentuk
empat domain transmembran. Domain
transmembran kedua (TM2) dari masing-
masing subunit menghadap ke saluran ion.
Ikatan GABA ke residu pada antarmuka
subunit a dan b menginduksi perubahan
konformasi dalam wilayah TM2 untuk
membuka pori saluran ion. Residu asam
amino utama (digambarkan sebagai
lingkaran tertutup) pada ujung ekstraseluler
dari domain transmembran dari subunit a
dan b sangat penting untuk anastesi volatil
dan i.v. aktivitas anestesi.
 Anestesi umum memodulasi aktivitas saluran
ion yang untuk meningkatkan penghambatan,
atau menghambat neurotransmisi rangsang.
Pada konsentrasi yang relevan secara klinis,
sebagian besar anestesi umum menambah
aktivitas reseptor GABAA.

 Secara tradisional, efek anastetik pada otak menimbulkan 4 stadium atau tingkat
kedalaman depresi :
 Stadium 1 - analgesia : mengalami analgesia tanpa anastesi yang dilanjutkan dengan amnesia
 Stadium 2 - excitement : pasien tampak delir, mungkin bersuara namun tetap amnesia,
pernafasan cepat, kecepatan jantung dan tekanan darah meningkat
 Stadium 3 – anastesia bedah : dimulai dengan melambatnya pernafasan dan kecepatan
jantung serta meluas ke tahap apnea (penghentian pernapasan spontan).
 Stadium 4 – depresi medula : terjadi depresi berat pada SSP termasuk pusat vasomotor di
medula dan pusat pernafasan batang otak.
Anastesi Inhalan

“Anastesi umum mengandalkan kombinasi


ANASTESI INHALAN dan ANASTESI INTRAVENA
untuk mendapatkan hasil yang terbaik“
 Anastesi inhalan yang mudah menguap atau
berbentuk gas, diserap melalui pertukaran gas di
alveolus. Penyerapan dari alveolus ke dalam
darah serta distribusi dan partisi kedalam
kompartemen-kompartemen efek merupakan
penentu penting kinetika obat-obat ini.
Efek Anastesi Inhalan pada sistem organ

Efek pada Otak


 Potensi anastesi inhalan dinyatakan dalam MAC (minimal alveolar concentration) yang
dibutuhkan untuk mencegah respon terhadap insisi bedah.
 Efek akhir anastesi pada aliran darah ke otak bergantung pada konsentrasi yang diberikan.
 Anastestetik inhalan menurunkan aktifitas metabolik pada otak (CMR) yang dapat
menyebabkan penurunan aliran darah. Namun untuk anastetik yang volatile dapat
meningkatkan aliran darah ke otak.
 Nitro oksida dapat meningkatkan aliran darah otak serta menyebabkan peningkatan tekanan
intrakranium. Hal ini berbahaya bila digunakan pada pasien dengan tumor otak, perdarahan
intrakranium atau cedera kepala.
 Peningkatan tekanan intrakranium disebabkan oleh pengaktifan sistem syaraf simpatis yang
dapat diatasi dengan teknik hiperventilasi sebelum pemberian anastesi yang dapat
mengurangi tekanan parsial CO2 sehingga terjadi vasokontriksi di otak untuk mengurangi aliran
darah ke otak.
Efek pada kardiovaskular
 Halotan, enfluran, isofluran, desfluran dan sevofluran menekan kontraktilitas jantung
(halotan dan enfluran lebih kuat), yang menyebabkan penurunan tekanan darah arteri.
 Bagi penderita gagal jantung penggunaan isofluran, desfluran dan sevofluran lebih
dianjurkan karena obat-obat tersebut hanya menyebabkan vasodilatasi pada jantung
tanpa mengurangi curah jantung sehingga lebih baik dalam mempertahankan curah
jantung serta berkurangnya preload (pengisian ventrikel) dan afterload (resistensi vasklar
sistemik).
 Anestetik inhalan cenderung mengurangi oksigen miokardium, yang mencerminkan
depresi kontraktilitas normal jantung dan berkurangnya tekanan darah arteri. Selain itu
anastesi inhalan menyebabkan vasodilatasi koronaria. Efek akhir berkurangnya kebutuhan
oksigen dan meningkatnya aliran koronaria (pasokan oksigen) adalah perlu
ditingkatkannya oksigenasi miokardium.
Efek pada Pernafasan
 Semua anastestik inhalan memiliki efek bronko dilatasi dengan drajat yang bervariasi. Namun iritasi
saluran nafas yang diakibatkan oleh bau sebagian anastetik (desfluran, isofluran) menyebabkan batuk
sehingga kurang cocok pada pasien dnegan bronkospasme aktif. Reaksi ini jarang terjadi pada
nitroksida, halotan dan sevofluran sehingga membuatnya menjadi pilihan pada pasien dengan
gangguan pernafasan.
 Kecuali nitroksida, semua anastetik inhalan menyebabkan penurunan volume tidal dan peningkatan
kecepatan nafas tergantung dosis. selain itu obat-obat ini juga menekan pernafasan melalui
mekanisme hipoventilasi
 Anastetik volatil meningkatkan ambang apnu (kadar PaCO2 rendah menyebabkan tidak adanya
stimulasi pernafasan yang didorong oleh CO2) dan berkurangnya respon terhadap hipoksia. Hal ini
dapat diatasi dengan mengontrol ventilasi secara mekanis.
 Pajanan anastetik inhalan yang berkepanjangan dapat menekan fungsi mukosilia menyebabkan
penyumbatan dan penimbunan mukus pada saluran pernafasan sehingga terjadi atelektasia,
penyulitan pernfasan pascaoprasi, hipoksemia serta infeksi pernafasan.
Efek pada Ginjal
 Anastesi inhalan cenderung menurunkan laju filtrasi glomerulus dan aliran urin. Aliran darah ginjal juga
dapat berkurang oleh beberapa obat tetapi fraksi filtrasi (biasanya 20%) meningkat, menandakan
kontrol autoregulasi tonus arteriol eferen membantu mengompensasi dan membatasu penurunan LFG.
Secara umum efek obat anastetik ini ringan dibandingkan stres pembedahannya dan biasanya
bersifat reversible.

Efek pada Hati


 Anastetik volatile menurunkan aliran darah vena porta namun aliran darah hati total tidak terganggu.
Meskipun terjadi perubahan sesaat dalam uji-uji fungsi hati setelah pajanan namun jarang terjadi
peningkatan enzim hati kecuali setelah pajanan berulang halotan yang diperkirakan terjadi hanya 1 :
35.000.

Efek pada otot polos Uterus


 Anastetik berhalogen merupakan pelemas poten otot polos uterus dependen-konsentrasi. Efek ini
diperlukan untuk membantu relaksasi uterus dalam manipulasi janin intrauterus atau ekstraksi manual
plasenta yang tertahan selama persalinan. Namun hal ini juga menyebabkan peningkatan
pendarahan di uterus
Anastesi Intravena

“Anastesi umum mengandalkan kombinasi


ANASTESI INHALAN dan ANASTESI INTRAVENA
untuk mendapatkan hasil yang terbaik“
 Anastesi intravena non-opioid telah digunakan
secara luas untuk menghasilkan induksi cepat dan
telah menggantikan anastesi inhalan sebagai
metode induksi kecuali pada pasien pediatrik.
Namun anastesi intra vena bukanlah anstetik
ideal dalam artian perlu digunakan anastesi
penyeimbang (anastesi inhalan, sedatif-hipnotik,
opioid) untuk mencapai efek yang diinginkan dan
memperkecil efek samping.
 Anastesi intravena bersifat lipofilik yang
terdisitribusi falam jaringan lipofilik dengan perfusi
tinggi (otak, korda spinalis).
PROPOFOL
 Propofol adalah obat induksi anastei yang paling sering digunakan dan telah
menggantikan barbiturat. Karna profil farmakokinetiknya yang memungkinkan infus
kontinu maka prpofol sering digunakan untuk pemeliharaan anastesi.
 Propofol (2,6-diisopropilfenol) suatu alkil fenol yang secara kimiawi berbeda dari golongan
anastestik intravena lainnya. Mekanisme kerja propofol diperkirakan melalui penguatan
arus klorida yang diperantarai reseptor gaba.
 Formulasi dalam bentuk emulsi karna rendahnya kelarutan dalam air propofol yang mana
mengandung fraksi fostida kuning telur, minyak kedelai, gliserol, dan lesitin rentn
menyebabkan reaksi alergi.
Efek pada sistem organ

Efek pada SSP


 Prpofol bekerja sebagai hipnotik namun tidak memili efek analgesik. Obat ini
menyebabkan supresi umum aktivitas SSP dan efek yang mirip seperti kejang/bangkitan
seperti kedutan dan gerakan spontan selama induksi anastesi. Namun pada dasarnya
propofol menunjang efek antikonvulsan dan ama bila diberikan pada pasien dengan
gangguan kejang.
 Propofol menurunkan aliran darah otak dan laju metabolik otak untuk oksigen (CMRO2)
serta menurunkan tekanan intrakranium dan tekana intraokulus.
 Dalam dosis besar propofol menyebabkan penekanan letupan di EEG yang dapat
digunakan sebagai neuroprotektif selama tidakan bedah syaraf
Efek pada Kardiovaskular
 Prpofol menyebabkan penurunan tekanan darah sistemik yang paling nyata dibanding
penginduksi lainnya. Hal ini disebabkan oleh vaodilatasi sirkulasi arteri dan vena sehingga
terjadi penurunan preload dan afterload. Efek hipotensif ini di perberat oleh inhibisi respon
baroreflek normal sehingga vasodilatasi hanya menybabkan peningkatan kecil kecepatan
jantung.

Efek pada Pernafasan


 Prpofol adalah depresan pernafasan yang poten dan umumnya menybabkan apnu
sete;ah induksi. Prpofol menyebabkan penurunan reflek pada saluran nafas atas sehingga
untuk pemasangan jalan nafas masker laring. Infus pemeliharaan mengurangi minute
vantilation, disisi lain respon ventilasi terhadap hipoksia dan hiperkapnia berkurang
Efek lain
 Efek samping menarik dan diinginkan dari propofol adalah antiemetiknya. Nyeri pada
penyuntikan merupakan keluhan umum yang dapat di atasi dengan pemberian opioid
pramedikasi atau pemberian bersamaan lidokain.
Pemakaian klinis

 Pemakaian propofol untuk induksi anastesi umum biasanya dengan injeksi bolus 1-2,5
mg/kg IV. Pada usia lanjut denga pramedikasi benzodiazepin dan opioid dosisnya
diturunkan sedangkan pada anak dosis yang di perlukan lebih tinggi (2,5-3,5 mg/kg IV)
 Konsntrasi plasma terapetik untuk pemeliharan anastesi berkisar 3 dan 8 mcg/mL jika
dikombinasikan dengan nitrosa oksida atau opioid.
 Dosis subanastetik propofol dapat digunakan untuk mengobati mual munta pascaoprasi
(10-20 mg IV atau 10 mcg/kg/mnt sebagai infus)
FOSPROPOFOL

 Fosprofol (garam dinatrium 2,6-diisopropilfenoksimetil fosfat) adalah prodrug propofol yang


larut-air dan tidak menyebabkan nyeri. Prodrug ini cepat dimetabolisme oleh alkalifosfatase
yang berada di seluruh tubuh (terdistribusi paling banyak di hati dan tulang) menghasilkan
propofol, fosfat dan formaldehid. Formaldehid dimetabolisme oleh aldehid dehidrogenase
dihati dan eritrosit.
 Sediaan fospropol yang biasanya dikemas dalam dosis tunggal (konsentrasi 35 mg/mL) ini
memiliki profil efek yang serupa dengan propofol tapi awitan dan pemulihan lebih lama karena
perlu dimetabolisme terlebih dahulu untuk membentuk propofol.
 Dosis baku anjuran adalah 6,5 mg/kg IV dan dosis ini perlu dikurangin 25% untuk pasien berusia
lebih dari 65 tahun
BARBITURAT
 Barbiturat yang biasa digunakan sebagai penginduksi anastesi umu adalag tiopental dan
metoheksital.
 Efek anastetik barbiturat melibatkan kombinasi penguatan inhibisi dan eksitasi transmisi
sinyal syaraf. Efek pada transmisi inhibitorik mungkin terjadi karena pengaktifan kompleks
reseptor GABAA.
 Tipental dan metoheksital mengalami metabolisme di hati, terutama oleh oksidasi serta N-
dealkilasi, desulfurasi, dan pemusatan struktur cincin asam barbiturat.
Efek pada Sistem Organ

Efek pada SSP


 Barbiturat menimbulkan depresi SSP yang berkisar dari sedai hingga anastesi umum bergantung
dosisnya. Obat-obat ini tidak menimbulkan analgesik, namun menurunkan ambang nyeri yang
menyebabkan hiperalgesia. Barbiturat adalah vasokontriktor otak poten dan menyebabkan
penurunan aliran darah otak, volume dadarah otak dan tekanan intrakranium.akibatnya, obat ini
menurunkan konsumsi CMRO2 sehingga berguna dala penatalaksanaan pasien dengan lesi
intrakranium.
 Obat-obat ini dapat memberikan neuroproteksi dari iskemi otak (stroke, retraksi bedah, klip temporer
sewaktu bedah anerisma) tetapi bukan untuk iskemik global (akibat henti jantung). Kecuali
metoheksital golongan ini dapat menurunkan aktivitas listrik pada elektroensefalografi (EEG) dan
dapat digunakan sebagai anti kejang. Sedangkan metoheksital mengaktifkan fokus-fokus epilepsi
Efek pada Kardiovaskular
 Barbiturat akan menyebabkan berkurangnya tekanan darah sistemik akibat vasodilatasi perifer.
Juga terdapat efek inotropik negatif langsung pada jantung.
 Hambatan reflek baroreseptor yang kecil menyebabkan kompensatori kecepatan jantung,
membatasi penurunan tekanan darah dan terjadi transein. Efek depresan pada sistem
kardiovaskular meningkat pada pasien yang kurang mampu mengompensasi efek vasodilatasi
perifer (arteri koronaria, hipovolemia, kardimiopati dll).

Efek pada Pernafasan


 Barbiturat merupakan depresan pernafasan dan dosis lazim tiopental atau metoheksital biasanya
menyebabkan apnu transein. Golongan barbiturat juga menyebabkan penurunan alun nafas dan
kecepatan nafas serta penurunan respon ventilasi terhadap hiperkapnia dan hipoksia. Penekanan
refleks saluran nafas atas dan reflek batuk yang rendah menyebabkan barbiturat kurang dipilih
untuk stimulasi saluran nafas dan intrumentasi saluran nafas.

Efek lain
 Meskipun kadang terjadi pelepasan histamin saat induksi barbiturat namun reaksi alergi yang
mengancam nyawa sangat jarang terjadi (1:30.000 pasien)
Pemakaian klinis

 Pemakaian klinis utama tiopental (3-5 mg/kg IV) atau metoheksital (1-1,5 mg/kg IV)
adalah untuk induksi anastesia (ketidak sadaran) yang biasanya terjadi dalam waktu
kurang dari 30 detik. Metoheksital (20-30 mg/kg) dapat diberikan per rektum untuk
mempermudah induksi anastesia pada pasien pediatrik.
 Jika ditujukan untuk neuroproteksi perlu digunakan EEG isoelektrik untuk menunjukan
reduksi maksimal CMRO2.
BENZIDIAZEPIN
 Golongan benzodiazepin yang sering digunakan dalam periode perioprasi adalah
midazolam, lorazolam dan yang lebih jarang diazepam. Efek yang paling diinginkan
adalah ansiolitik dan amnesia retrogard, yang sangat berguna untuk pramedikasi.
 Golongan ini juga sangat larut lemak sehingga mudah mencapai SSP. Meski begitu
midazolam memiliki waktu keseimbangan ditempat efek lebih lambat dibanding propofol
dan tiopental.
 Midozolam memiliki waktu waruh paling singkat sehingga dianggap menjadi golongan
benzodiazepin yang paling cocok untuk infus kontinu.
Efek pada Sistem Organ

Efek pada SSP


 Serupa dengan propofol dan barbiturat, benzodiazepin menurunkan CMRO2 dan aliran
darah ke otak tetapi dengan derajat yang ringan. Pemberian midozolam tidak
menunjukan perubahan tekanan intrakranium. Obat golongan ini merupakan antikejang
poten yang digunakan untuk mengobati epilepsi dan kejang akibat anastesi lokal. Efek
pada SSP ini dapat cepat dihentikan dengan pemberian antagonis selektif
benzodiasepam flumazenil (8-15 mcg/kg IV).
Efek pada Kardiovaskular
 Jika digunakan untuk induksi anastesi midozolam menyebabkan penurunan tekanan
darah. Hal ini mungkin disebabkan terutama oleh vasodilatasi perifer karna curah jantung
tidak berubah.

Efek pada Pernafasan


 Benzodiazepin menyebabkan depresi pernafasan yang minimal. Selain itu golongan ini
juga menurunkan respon ventilatorik terhadap karbon dioksida, tetapi efek ini biasanya
tidak signifikan bila diberikan dosis tunggal.

Efek lain
 Nyeri pada saat penyuntikan biasa terjadi karna rendahnya kelarutan benzodiazepin
dalam air. Reaksi alergi terhadap benzodiazepin jarang terjadi
Pemakaian Klinis

 Benzodiazepin biasa digunakan untuk obat praoprasi, sedasi intravena dan menekan
aktivitas kejang karena efek amnestik, ansiolitik dan sedatif . Mekipun jarang midazolam
dan diazepam juga digunakan untuk induksi anastesi umum.
 Midazolam (1-2 mg IV) efektif untuk pramedikasi, sedasi selama anestesia regional dan
prosedur terapetik singkat. Midazolam oral (0,5 mg/kg) diberikan pada anak 30 menit
sebelum induksi anastesia mengasilkan sedasi dan ansiolisis yang baik pada anak tanpa
memperlambat pemulihan.
 Anestesi umum dengan midazolam (0,1-0,3 mg/kg IV) berefek ketidaksadaran yang
lambat dibanding tiopental, propofol atau etomidat. Namun efek sinergistiknya dengan
obat lain terutama opioid dan propofol dapat digunakan untuk mencapai efek sedasi
dan analgesik yang lebih baik meskipun efek memperkuat efek depresi pernafasan dan
menyebabkan obstruksi saliran nafas atau apnu.
Etomidat

 Etomidat adalah suatu anastetik intravena dengan efek hipnotik tanpa analgesik dan sering dipilih
karena efeknya yang minimal pada hemodinamika pasien. Meskipun efek farmakokinetiknya baik
namun efek samping pada endokrin (penekanan adrenokorteks) membatasi pemakaiannya
sebagai infus kontinu.
 Etomidat memiliki efek mirip GABA dan mingkin bekerja terutama malalui penguatab arus klorida
yang diperantarai oleh GABAA.Metabolisme utama oleh hidrolisis ester menjadi metabolit inaktif,
yang kemudian diekrkresikan di urin (78%) dan empedu (22%). Etomidat akan terikat ke protein
plasma (77%) terutama oleh albumin.
Efek pada Sistem Organ

Efek pada SSP


 Etomidat merupakan vasokontriksi otak poten yang menyebabkan berkurangnya aliran
darah otak dan tekanan intrakranium. Meskipun menurunkan CMRO2 namun etomidat
tidak menunjukan efek neuroprotektif. 50% pasien yang mendapatkan etomidat akan
mengalami gerakan spontan yang ditandai sebagai mioklonus, aktivitas ini berkaitan
dengan aktivitas mirip kejang di EEG.
Efek kardiovaskular
 Efek yang menguntungkan setelah penyuntikan etomidat adalah stabilitas kardiovaskular.
Mungkin akan terjadi penurunan tekanan darah ringan namun juga terjadi penurunan
resistensi vaskular. Etomidat tidak menyebabkan perubahan kecepatan jantung dan
curah jantung selain itu efek depresan kontraktilitas miokardium yang minimal.
Efek pada Pernafasan
 Etomidat efek depresannya pada ventilasi lebih rendah dibandingkan dengan
barbiturat. Kadang terjadi apnu setelah pemberian intravena. Depresi ventilasi dapat
meningkat bila dikombinasikan dengan opioid atau anastesi inhalan.
Efek pada Endokrin
 Etomidat menyebabkan penekanan adrenokorteks dengan menginhibisi pada 11B-
hidroksilase, suatu enzim yang diperlukan untuk konversi kolesterol menjadi kortisol.
Penekanan ini menetap selama 4-8 jam. Hal ini yang menyebabkan etomidat tidak
digunakan sebagai infus kontinu.
Pemakaian Klinis

 Etomidat digunakan sebagai alternatif terutama pada pada pasien dengan ganguan
kontraktilitas miokardium. Setelah dosis induksi baku (0,2-0,3 mg/kg IV), awitan
ketidaksadaran setara dengan yang dicapai oleh tiopental dan propofol.
 Akan menyebabkan nyeri saat penyuntikan IV yang mungkin diikuti oleh iritasi vena.
Setelah penyuntikan dosis tunggal intravena pasien pulih cepat, dan sedikit tanda-tanda
efek depresan sisa.
 Etomidat tidak menghasilkan analgesia dan mual-muntah pasca oprasi akan terjadi lebih
sering.
Ketamin
 Ketamin adalah turunan fensiklidin yang larut air parsial dan mudah larut lemak serta
berbeda dari kebanyakan anastesi intravena karena menghasilkan analgesia yang
signifikan.
 Keadaan khas yang diamati setelah induksi adalah anastesia disosiatif ( mata pasien
tetap terbuka dengan tatapan nistagmus lambat. Mekanisme kerja ketamin kompleks,
tetapi efek utama melalui inhibisi kompleks reseptor NMDA.
 Metabolisme utama terjadi di hati dan berupa N-demetilasi oleh sistem sitokrom P-450.
norketamin adalah metabolit aktif primer kurang poten dan kemudian mngalami
hidroksilasi dan konjugasi menjadi metabolit-metabolit inaktif larut-air yang diekskresikan di
urin. Ketamin sedikit terikat ke protein plasma (12%)
 Ketamin bertindak terutama pada reseptor
NMDA glutamat sebagai antagonis non-
kompetitif
 Ketamine adalah blocker saluran terbuka) yang
berarti dapat mengikat reseptor NMDA hanya
dalam keadaan terbuka, mencegah aliran ion
 Ketamine memberikan sifat-sifatnya terutama
melalui reseptor NMDA, tetapi ia juga bekerja
pada tipe-tipe reseptor lain.
 Aplikasi ketamin menyebabkan penurunan
aktivitas sinaptik, dan pembentukan sinapsis
baru melalui pemberian sinyal BDNF dan mTor.
Efek pada Sistem Organ

Efek pada SSP


 Ketamin merupakan vasodilator otak yang meningkatkan aliran darah otak dan CMRO2.
ketamin tidak dianjurkan pada pasien dengan paologi intrakranium, khususnya
peningkatan tekanan intrakranium.
 Reaksi berupa mimpi yang terasa nyata, halusinasi, pengalaman merasa diluar tubuh dan
meningkat serta kacaunya sensitifitas penglihatan, raba dan pendengaran menjadi faktor
pembatas penggunaannya. Namun kombinasi dengan benzodiazepin mungkin dapat
membatasi reaksi tersebut.
Efek pada Kardiovaskular
 Ketamin dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah sitemik, curah jantung,
kecepatan jantung yang mungkin disebabkan stimulasi simpastis sentral. Efek ini akan
meningkatkan beban ketja jantung dan konsumsi oksigen miokardium yang dapat
dikurangi dengan pemberian bersamaan benzodiazepin, opioid atau anastetik inhalan.
Efek pada Pernafasan
 Ketamin tidak menyebabkan depresi pernafasan yang signifikan. Ketamin melemaskan
ototpolos bronkus dan mungkin berguna pada pasien dengan saluran nafas reaktif serta
dalam tatalaksana pasien yang mengalami bronkokontriksi.
Pemakaian Klinis

 Sifat uniknya sebagai analgesia kuat, stimulasi susunan saraf simpatis, bronkodilatasi dan
jarang menekan pernafasan menyebabkan ketamin menjadi alternatif yang penting
serta adjuvan. Selain itu ketamin dapat diberikan melalui berbagai ruta (intravena,
intramuskulus, oral, rektum, epirural) sehingga pilihan yang berguna untuk pramedikasi
khususnya pada anak.
 Induksi anastesia dapat dicapai dengan 1-2 mg/kg IV atau 4-6 mg/kg intra muskulus.
Ketamin menghasilkan analgesia tanpa menggangu jalan nafas. Pemakaian ketamin
selalu dibatasi oleh efek psikomimetik yang tidak menyenangkan.
DEKSMEDETOMIDIN

 Deksmedetomidin adalah agonis a2-adrenergik yang sangat selektif. Efek


deksmedetomidin dapat dilawan dengan antagonis a2. deksmedetomidin tersedia
dalam bentuk suntikan dan larut air.
 Deksmedetomidin mengalami metabolisme cepat dihati berupa konjugasi N-metilasi dan
hidroksilasi diikuti konjugasi. Metabolit dieksresikan di urin dan empedu.
 Klirens tinggi dan waktu-paruh eliminasi yang singkat namun terjadi peningktanan
signifikan sensitif-konteks dari 4 menit setelah infus 10 menit menjadi 250 menit setelah infus
8 jam.
Efek pada Sistem Organ

Efek pada SSP


 Deksmedotimidin menghasilkan efek agonis a2 selektif melalui pengaktifan reseptor a2 SSP.
Hipnosis diperkirakan terjadi karena stimulasi reseptor a2 di lokus seruloeus dan efek
analgesiknya berasal dari korda spinalis.
Efek pada kardiovaskular
 Infus deksmedotimidin menyebabkan penurunan moderat kecepatan jantung dan
resistensi vaskular sistemik diikuti penurunan tekanan darah.
Efek pada pernafasan
 Terjadi penurunan ringan sampai sedang volume alun nafas dan perubahan yang kecil
pada kecepatan nafas. Mungkin dapat terjadi obstruksi pernafasan karena sedasi.
Pemakaian Klinis

 Terutama digunakan untuk sedasi jangka pendek pasien yang diintubasi.


Deksmedetomidi juga digunakan sebagai adjuvan untuk anastesi umum atau
menghasilkan sedasi misal pada sanastesi regional atau intubasi trakea serat optik sadar.
 Jika diberikan selama anastesi umum, deksmedetomidin (0.5-1,0 mcg/kg dosis awal
dalam 10-15 menit diikuti infus 0,2-0,7 mcg/kg/jam) menurunkan kebutuhan anastesi
inhalan atau intravena.
 Efek sedatid dan analgesi tanpa depresan pernafasan ini menguntungkan untuk saat
pemulihan pascaoprasi.

Anda mungkin juga menyukai