Modul Diagnosis Oral
Modul Diagnosis Oral
Rekam medik harus segera dibuat dan dilengkapi seluruhnya setelah pasien menerima dengan
ketentuan sebagai berikut :
1. Setiap tindakan konsultasi yang dilakukan terhadap pasien, selambat-lambatnya
dalam waktu 1x24jam harus ditulis dalam lembaran rekam medic
2. Semua pencatatan harus ditanda tangani oleh dokter/tenaga kesehatan lainnya
sesuai dengan kewenangannya dan ditulis nama terangnya serta diberi tanggal
3. Pencatatan yang dibuat oleh mahasisswa kedokteran atau mahasiswa lainnya
ditanda tangani dan menjadi tanggung jawab dokter yang merawat
4. Catatan yang dibuat oleh residen harus diketahui oleh dokter yang membimbingnya
5. Dokter yang merawat dapat memperbaikii kesalahan penulisan dan melakukannya
pada saat itu juga serta dibubuhi paraf
6. Penghapusan tulisan dengan cara apapun juga tidak diperbolehkan
Formulir dan cara pengisian rekam medic
1. Permenkes RI No.749 a/MENKES/PER/XIII/1989 Tentang Rekam Medik
2. Isi rekam medis untuk pasien rawat jalan harus dibuat selengkap-lengkapnya
dan sekurang-kurangnya memuat :
o Identitas pasien
o Anamnesa
o Diagnose
o Tindakan/pengobatan
2. Isi rekam medis untuk pasien rawat inap sekurang-kurangnya memuat :
o Identitas pasien
o Anamnesa
o Riwayat penyakit
o Hasil pemeriksaan labor
o Diagnosis
o Persetujuan tindakan medis
o Tindakan pengobatan
o Usaha keperawatan
o Catatan observasi klinis dan hasil pengobatan
Resume akhir dan evaluasi pengobatan
Pemeriksaan Fisik
Cara pemeriksaan :
b. Pemeriksaan Nadi
c. Pemeriksaan Suhu
SUHU ORAL
Menjelaskan prosedur kepada pasien
Cuci tangan menurut WHO
Gunakan sarung tangan
Atur posisi pasien
Bersihkan thermometer dengan alkohol dari ujung reservoir. Keringkan
Turunkan suhu thermometer 34-35o C
Letakkan thermometer dibawah lidah sejajar gingiva
Ajurkan kepada pasien agar mengatupkan mulut selama 3-5 menit
Angkat thermometer dan baca hasil pengukuran. Catat hasil
Bersihkan termometer dengan sabun dibawah air mengalir.
Bersihkan dengan desinfektan dan keringkan
SUHU AKSILA
Menjelaskan prosedur kepada pasien
Cuci tangan menurut WHO
Gunakan sarung tangan
Atur posisi pasien
Bersihkan thermometer dengan alkohol dari ujung reservoir. Keringkan
Tentukan letak aksila(ketiak) dan bersihkan aksila dengan
menggunakan tissue
Turunkan suhu thermometer 34-35o C
Letakkan termometer pada daerah aksila, kemudian lengan pasien
mendekap dada (fleksi diatas dada)
Angkat thermometer setelah 3-5 menit dan baca hasil pengukuran. Catat
hasil
Bersihkan termometer dengan sabun dibawah air mengalir.
Bersihkan dengan desinfektan dan keringkan
d. Respirasi (inspeksi)
Ada beberapa cara mengukur berat badan seseorang. Salah satu yang paling
sederhana adalah dengan menimbang berat badan dengan menggunakan alat
timbangan berat badan yang dinyatakan dalam satuan kilogram ( kg ). Berat badan
sebenarnya ditentukan oleh jumlah cairan, kadar lemak, protein, dan mineral yang
ada pada tubuh manusia kurang lebihnya 60%.
Langkah pengukuran :
g. Golongan Darah
Golongan darah adalah pengklasifikasian darah dari suatu individu
berdasarkan ada atau tidaknya zat antigen warisan pada permukaan membran
sel darah merah. Hal ini disebabkan karena danya perbedaan jenis karbohidrat
dan protein pada permukaan membrane sel darah merah.
Sistem penggolongan darah yang dikenal adalah Sistem ABO ( golongan
darah A, B, AB dan O) serta penggolongan darah Rhesus ( Rh + dan Rh-)
b. Penyakit Jantung
Gejala penyakit jantung :
1. Infective Endocarditis : petekie pada konjungtiva palpebra, mukosa bukal dan
palatal, Osler’s nodes.
2. Ischemic Heart Disease : nyeri dada (coronary artherosclerosis), sesak, tertekan,
berat pada dada tengah yang dapat menjalar ke lengan kanan atau kiri hingga leher
atau rahang bawah. Nyeri ini dapat berlangsung 5 – 15 menit, palpitasi, dyspnea,
orthopnea, letih, lemah, sianosis.
3. Cardiac Arhytmia : palpitasi, sinkop, presinkop, nafas pendek, orthopnea, nadi
terlalu cepat atau lambat atau ireguler, edema perifer.
4. Heart Failure : nafas pendek dan cepat, respirasi Cheyne-Stokes; crackles, heart
murmur, gallop rythm, jaundice, tender liver, sianosis, edema perifer, clubbing of
fingers, berat badan berlebih, vena leher yang buncit.
c. Penyakit Diabetes
Gejala penyakit berupa cardinal signs (polydipsia, polyuria, polyphagia, gangguan
penglihatan, paralisis, kebutaan, gagal ginjal, stroke, amputasi.
d. Penyakit Haemophilia
Gejala penyakit berupa perdarahan hebat meski trauma ringan, hemarthrosis,
perdarahan spontan, ekimosis, hematoma pada organ tubuh lainnya.
e. Penyakit Hepatitis
Jalur penyebaran Hepatitis antara lain inokulasi perkutan langsung, transfusi darah
yang terinfeksi, penggunaan jarum suntik bersamaan, tato, tindik tubuh, paparan
serum atau plasma yang terinfeksi ke mulut, pergaulan bebas.
Gejala penyakit hepatitis antara lain anoreksia, nyeri perut, mual yang hilang timbul,
muntah, lelah, mialgia, malaise dan demam.
f. Penyakit Gastritis
Gejala penyakit ini adalah rasa panas atau gnawing daerah pencernaan, tidak nyaman
daerah perut yang muncul beberapa jam setelah makan, BAB tinja yang berdarah.
g. Alergi Obat-obatan
Gejala alergi berupa batuk,bersin, gatal-gatal, bila setelah minum obat atau makan;
gejala reaksi toksik anestesi lokal : banyak berbicara, bicara cadel, pusing, mual,
depresi, euforia, konvulsi; gejala respon psikomotor terhadap injeksi anestesi lokal :
hiperventilasi, sinkop vasovagal (bradikardia, pallor, berkeringat), stimulasi
simptomatik (cemas, tremor, takikardia, hipertensi).
h. TBC
Penyakit inflamasi dan granulomatosa yang mengenai sistem pernafasan dan sistemik
yang menular melalui inhalasi droplet yang terinfeksi oleh Mycobacterium
tuberculosis.
Penularan: kontak erat dengan penderita TBC, pasien terinfeksi HIV, pengguna jarum
suntik, pasien kompromis medis, pekerja di lembaga sosial, tenaga imigran.
Tuberkulosis dapat saling menularkan antara tenaga kesehatan gigi dan pasien.
Gejala: tidak spesifik tapi dapat mengalami batuk, lesu, malaise, anoreksia,
kehilangan berat badan tanpa penyebab jelas, keringat dingin dan demam.
Peningkatan suhu terjadi pada sore atau menjelang malam hari dan disertai banyak
berkeringat.
Penderita Tuberculosis dapat dibagi menjadi TB aktif, riwayat TB, tes tuberkulin
positif, tanda atau gejala yang diduga TB.
i. Asma.
Asma merupakan salah satu gejala alergi dengan gejala seperti dispnea (sulit
bernafas), wheezing, batuk yang bertambah pada malam hari, dada terasa sesak, dan
flushing. Onset berlangsung cepat dengan puncak berlangsung dalam 10 s.d 15 menit.
Sumber :
Falace DA, Miller CS, Rhodus NL. Dental Management of the Medically
Compromised Patient. 7th ed. 2008. Mosby Elsevier.
1. Keluhan Utama
1. Ektra Oral
Pemeriksaan Klinis
2. Intra Oral
a. Vitalitas Gigi :+/-
Tes vitalitas gigi hanya dapat memberikan informasi bahwa masih ada jaringan syaraf
yang mengantar impuls sensori, bukan menunjukkan bahwa pulpa masih normal. vitalitas
gigi diperiksa dengan tes termal.
1. Panas : dengan guttaperca panas (jarang dilakukan).
2. Dingin : butiran kapas yang dibasahi etil klorida sampai terlihat bunga es
kemudian ditempelkan pada daerah permukaan bukal atau labial. Pasien diminta
untuk mengangkat tangannya jika merasakan sensasi di gigi yang sedang diperiksa.
Gigi yang vital cenderung memberikan respon cepat.
Hasil (+) : memberikan respon
b. Perkusi :+/-
Menentukan keadaan jaringan periodontium dan periapeks. Caranya dengan :
1. mengetuk permukaan insisal/oklusal dengan ujung pegangan kaca mulut yang
diletakkan parallel dengan aksis gigi.
2. Menggigit obyek yang tidak terlalu keras, misalnya gulungan kapas atau bila nyeri
parah tekan dengan ujung jari secara perlahan.
Hasil (+) : adanya rasa nyeri menunjukkan inflamasi periapikal
c. Palpasi :+/-
Guna untuk menentukan luas penyebaran proses inflamasi. Caranya dengan
melakukan tekanan kuat pada mukosa di atas apeks dengan ujung jari untuk melihat
adanya fluktuasi, krepitasi, keras atau lunak.
Hasil (+) inflamasi sudah mencapai tulang dan mukosa region apical gigi.
d. Mobilitas :+/-
Guna menentukan derajat kegoyangan gigi. Caranya dengan
Kegoyangan arah lateral, jari telunjuk ditekankan pada permukaan labial ke arah
palatal atau bukal,
Kegoyangan vertical, jeri telunjuk ditekankan pada permukaan insisal atau oklusal
ke arah apeks.
Hasil (+) menunjukkan ada kegoyangan
e. Oklusi
Melihat hubungan gigitan berdasarkan kontak gigi M1 atas dan M1 bawah.
f. Poket :+/-
g. Resesi : kelas 1/ 2/ 3/ 4 Miller
Pemeriksaan poket / resesi dan hilangnya perlekatan dapat diperiksa secara bersama
sama dan langsung dicatat dalam kolom-kolom yang disepakati sbb:
Kolom resesi dibagi empat masing-masing untuk permukaan mesial (m), distal (d),
dan liangal/palatal (l/p)
h. Migrasi : + / -
Dicatat bila gigi terjadi malposisi atau migrasi.
NORMAL
Elemen : 45
MAHKOTA :
Area disto-proksimal Radiolusen (karies
email)
Elemen : 46
Karies oklusal
Elemen : 47 , 46
MAHKOTA :
47 : Mesioproksimal karies dentin
46 : Distoproksimal Karies dntin
Elemen : 36
MAHKOTA :
- Di oklusal ada Radiopak tambalan
dengan tepi rapat dengan lapisan
dentin
- Distoproksimal Radiolusent sebagai
karies
- Kedalaman sampai dentin
- Pulpa belum terbuka
Radiodiagnosis : Hiperaemi Pulpa
Elemen : 23
MAHKOTA :
- Mesioproksimal ada Radiopak filling
logam
- Mesioproksimal di bawah Radiopak
ada Radiolusen, di duga sekunder
karies
- Kedalaman sampai dentin
- Area CEJ
- Selapis tipis dentin diatas Pulpa
Radiodiagnosis : Revesible Pulpitis
Elemen : 36
- Di oklusal ada karies
- Kedalaman sampai dentin
- Pulpa belum terbuka
Radiodiagnosis : Hiperaemi Pulpa
Elemen : 11
- Mesio proksimal Radiodiffuse dengan
tepi dinding rapi halus, di duga sudah
di preparasi
- Dugaan Tambalan Composite
Elemen : 21
- Mesio Proksimal ada Radiopak
dugaan Cement base
- Gambaran Radiodiffuse
- Dugaan Tambalan Composit
Elemen : 45
- Karies akar
- Kedalaman sampai dentin
- Pupa belum open
Akar:
Saluran akar ada Bahan pengisian S.A
Radiopak ujung akar Radiolucent < 1/3 akar
Elemen : 46
MAHKOTA :
- Bagian Mesio- oklusal Radiolusen /
karies dentin
- Tanduk Pulpa bagian Mesial
terbuka
-
AKAR:
Jumlah dua
- Akar Distal dan Mesial, terlihat
gambaran Radio- diffuse sampai
dibawah bifurkasi.
Elemen : 46
MAHKOTA :
- Bagian Mesio- oklusal Radiolusen /
karies dentin
- Tanduk Pulpa bagian Mesial
terbuka
AKAR:
Jumlah dua
- Akar Distal dan Mesial, terlihat
gambaran Radio- diffuse sampai
dibawah bifurkasi.
- Baian Distal,
Radiodiffuse, dugaan tambalan composite
resin
AKAR :
Jumlah tunggal
- Tampak gambaran bulat radiolucent dikelilingi
garis tipis yg radiopaque > 1/3 apek
MAHKOTA :
- Bagian mesial,
Ada gambaran Radiopak, dugaan semen
filling
Tanduk pulpa terbuka
Radiodiffuse, dugaan tambalan composite
resin
- Baian Distal,
Radiodiffuse, dugaan tambalan composite
resin
AKAR :
Jumlah tunggal
- Tampak gambaran bulat radiolucent dikelilingi
garis tipis yg radiopaque > 1/3 apek
KERUSAKAN
KERUSAKAN TULANG ALVEOLAR CREST KERUSAKAN TULANG ALVEOLAR CREST
HORIZONTAL VERTIKAL
FURCATION INVOLVEMENT
Regio 47, 46, 45
• Pada stadium dini, terlihat radiolusen di sekitar
servikal (CEJ) horizontal dan mencapai daerah
furkasi (adanya destruksi tulang).
Radiodiagnosis : Periodontal Poket
Regio 48, 47, 46
• Pada stadium lanjut di regio furkasi gigi, terlihat
radiolusen.
Radiodiagnosis : Localized Aggressive Periodontitis
INTERPRETASI LAINNYA
ELEMEN : 47 46 45 44
Keadaan : Enostosis
ELEMEN : 75 36 37
Hemoglobin (Hb)
Adalah pigmen pengangkut oksigen utama dan terdapat di eritrosit.
Anemia berkaitan dengan menurunnya hemoglobin.
Hematokrit (Ht)
Anemia berkaitan dengan menurunnya hematokrit, sehingga membantu dalam
menegakkan status anemia lanjut.
Indeks korpuskular
Volume sel rerata (MCV), hemoglobin sel rerata (MCH) dan konsentrasi hemoglobin
sel rerata (MCHC) disebut sebagai nilai sel darah merah absolut.
MCV mengukur ukuran / volume eritrosit matur.
o Ukuran sel normal = MCV normal = normositik
o Ukuran sel kecil = MCV ↓ = mikrositik
o Ukuran sel besar = MCV ↑ = makrositik
MCH mengukur rerata hemoglobin dalam tiap eritrosit matur.
o Mikrositik berkaitan dengan MCH ↓
o Makrositik berkaitan dengan MCH ↑
MCHC mengukur konsentrasi hemoglobin dalam hematokrit.
o MCHC normal = normokromik
o MCHC ↓ = hipokromik
Nilai MCV-MCHC dan kaitannya dengan tipe eritrosit
o Mikrositik, sel hipokromik
o Makrositik, sel normokromik
o Normositik, sel normokromik
RDW
Adalah rasio lebar kurva distribusi (histogram) terhadap volume sel darah merah rerata.
Merupakan indeks variasi ukuran sel (anisositosis = ukuran sel darah merah yang tidak
sama).
Anisositosis ↑ = RDW ↑
Sel darah merah imatur ↑ = RDW ↑ ( Sel darah merah imatur memiliki ukuran lebih
besar bila dibanding dengan sel darah merah matur. Sel darah merah imatur tidak
membawa oksigen).
Retikulosit
Mengukur aktifitas eritropoetik dan respon sumsum tulang terhadap anemia.
Retikulosit ↑ = kondisi hemolisis
Retikulosit ↓ = berkaitan dengan penyakit kronis dengan anemia, anemia oleh karena
gagal ginjal yang menyebabkan menurunnya produksi eritropoetin atau anemia yang
berkaitan dengan gagal sumsum tulang.
Tes Hemostasis
- Tes Hemostasis termasuk:
1. Jumlah platelet
- Normal 100.000 – 400.000 sel/mm3
- < 100.000 sel/mm3 (trombositopenia) dapat menyebabkan perdarahan paska
operasi
2. Prothrombin time (PT) dan international normalized ratio (INR)
- PT normal sekitar 12-15 detik
- PT dapat bervariasi sesuai dengan tipe tromboplastin yang digunakan dalam
tes, oleh karena itu digunakan INR
- INR adalah rasio PT sampel yang dibandingkan dengan PT normal
- Nilai INR normal sekitar 1.0
- INR >1 menunjukkan pembekuan memerlukan waktu lebih lama
dibandingkan normal
- INR = 2-3 merupakan range terapi pasien yang menggunakan antikoagulan
untuk merawat trombosis vena
- INR >3.5 diperlukan oleh pasien dengan katup jantung prostetik
- INR (& PT) memanjang pada pemberian warfarin, penyakit hati, defisiensi
vitamin K, dan disseminated intravascular coagulation (DIC)
- INR paling baik diperiksa dalam waktu kurang dari 24 jam sebelum operasi,
walaupun kurang dari 72 jam dapat mencukupi
- PT normal tidak diperlukan kecuali sesuatu menyebabkan koagulopati yang
nyata, mis : PT normal pada hemofilia A & B yang parah dan defisiensi faktor
IX
3. Activated partial thromboplastin time (APTT)
- Nilai APTT normal sekitar 25±10 detik
- APTT memanjang pada penggunaan heparin, penyakit hati, hemofilia,
disseminated intravascular coagulation (DIC), transfusi masif dan beberapa
gangguan autoimun
B. GLUKOSA
Glukosa merupakan stimulus penting untuk mensekresi insulin.
Insulin berperan penting dalam metabolism karbohidrat, protein dan lemak.
o Insulin mengubah glukosa menjadi glikogen, asam amino menjadi protein dan
asam lemak menjadi trigliserid.
Sedikitnya insulin atau aksi insulin menyebabkan akumulasi glukosa pada darah
(hiperglikemia) dan cairan jaringan.
Diabetes mellitus merupakan penyakit kronik dengan karakteriktik hiperglikemia, dibagi
menjadi diabetes tipe 1,2, dan gestasional diabetes.
Gejala klinis Diabetes Melitus :
o Tipe 1.
Gejala utama : polidipsi, poliuri, polifagi, berat badan turun, badan lemas.
Gejala lain : keringat saat tidur berulang, infeksi kulit, iritabilitas, sakit kepala,
mengantuk, tidak enak badan, mulut kering.
o Tipe 2.
Gejala utama : polidipsi, poliuri, polifagi, berat badan turun, badan lemas.
Gejala lain : berat badan turun, gangguan pencernaan, mual, berkemih saat
malam, vulvar pruritus, pandangan kabur, menurunnya penglihatan, parastesi,
kulit panas kering, hilang pengecapan, impotensi, hipotensi postural.
Tes diagnosis untuk Diabetes mellitus yang digunakan adalah
1. Fasting blood sugar (FBS)/ Blood sugar nuchter (BSN)/ Gula darah puasa (GDP)
o Tidak makan kalori selama 8 jam atau lebih.
2. Postprandial blood sugar (PPBS)/ Gula darah 2jam setelah makan
o Pengambilan darah dilakukan 2 jam setelah makan.
3. Oral glucose tolerance test (OGTT)/ Tes toleransi glukosa oral
o Pengambilan darah dilakukan 2 jam setelah makan setara 75-100g glukosa.
4. Random blood sugar (RBS)/ Casual blood sugar (CBS)/ Gula darah sewaktu
(GDS)
Darah diambil kapan saja tanpa menghitung akhir konsumsi makanan.
5. HemoglobinA1C (HbA1C)
Untuk menilai kadar glukosa /kontrol dalam jangka waktu panjang (50-55 hari)
pada pasien diabetes.
I. RESUME
KARIES
Definisi:
Suatu penyakit jaringan keras gigi (email, dentin, sementum) akibat aktivitas
suatu mikroba dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Akibat akhir
adalah demineralisasi komponen anorganik diikuti oleh hancurnya komponen
organik gigi. Karies merupakan suatu proses yang dinamis: demineralisasi dan
remineralisasi ‘silih berganti’ (KIDD)
Klasifikasi Karies
Klasifikasi Black
Kelas I
o Karies di bagian oklusal gigi posterior (pada pit dan fisur) dan di
foramen coecum gigi anterior
Kelas II
o Karies di bagian proksimal (mesial dan/atau distal) gigi posterior
yang bisa meluas ke bagian oklusal
Kelas III
o Karies di bagian proksimal gigi anterior dan belum mengenai tepi
insisal
Kelas IV
o Karies di bagian proksimal gigi anterior dan sudah mengenai tepi
insisal
Kelas V
o Karies di bagian sepertiga servikal gigi; bisa di daerah bukal, labial,
palatal, atau lingual
Kelas VI
o Karies di puncak kuspa gigi posterior atau di tepi insisal gigi
anterior
Klasifikasi Mount & Hume
Berdasarkan lokasi (Site)
Site 1: lesi karies di pit dan fisur gigi posterior
Site 2: lesi karies di proksimal anterior maupun posterior
Site 3: lesi karies di bagian servikal termasuk permukaan akar yang
terbuka
Berdasarkan ukuran (Size)
Size 0: lesi inisial di setiap Site dan belum terjadi kavitasi (lesi bercak
putih) dan masih bisa disembuhkan
Size 1: lesi karies minimal
Size 2: lesi karies moderat (berukuran sedang). Masi terdapat cukup
struktur gigi guna menjaga integritas sisa mahkota dan terhadap beban
oklusal
Size 3: lesi karies berukuran besar. lesi harus dimodifikasi/diperluas agar
dapat melindungi sisa mahkota dari beban oklusal
Size 4: lesi karies yang sudah meluas (ekstensif) dan telah kehilangan
struktur gigi seperti kuspa (gigi posterior) atau tepi insisal (gigi anterior)
Klasifikasi ICDAS
D0: permukaan gigi utuh. Tidak terlihat adanya lesi walaupun gigi
dikeringkan
D1: lesi bercak putih (white spot) terlihat jika gigi dikeringkan
D2: lesi bercak putih terlihat walaupun gigi tidak dikeringkan
D3: lesi karies email
D4: lesi karies dentin terbatas
D5: lesi karies dentin yang luas
D6: lesi karies mencapai pulpa
LESI SERVIKAL NON KARIES
Atrisi
Atrisi adalah keausan permukaan insisal atau permukaan oklusal gigi karena
faktor mekanis akibat gerakan fungsional atau para fungsional mandibula
(kontak gigi dengan gigi). Atrisi bisa juga terjadi di daerah kontak proksimal
akibat gerakan fisiologis.
Erosi
Erosi adalah hilangnya struktur gigi karena bahan kimia tanpa ada peran
bakteri. Erosi tampak seperti bentuk baji berbatas tegas atau cekungan yang
tidak beraturan yang disebabkan oleh bahan kimia di area servikal biasanya di
permukaan fasial gigi
Erosi dapat diklasifikasikan menurut sumber asamnya yaitu erosi intrinsik dan
erosi ekstrinsik
Abrasi
Abrasi berasal dari bahasa Latin dari kata
abrader yang artinya mengikis.
Abrasi adalah hilangnya substansi gigi karena proses mekanis yang abnormal,
kebiasaan buruk, dan bahan abrasif. Contoh penyebab abrasi adalah teknik
penyikatan gigi yang salah
Abfraksi
Lesi ini adalah defek berbentuk baji yang terjadi di area servikal gigi karena
tekanan oklusal berlebihan atau kebiasaan parafungsi seperti bruksisme.
Pada kasus ini, hilangnya substansi gigi terjadi karena beban (kekuatan)
biomekanis yang menyebabkan flexure dan akhirnya menyebabkan kelelahan
email dan dentin di lokasi jauh dari lokasi yang menerima beban.
PENYAKIT PULPA
Pulpa normal
Tanpa gejala
Responsnya normal terhadap tes vitalitas pulpa
Perkusi dan palpasi normal
Radiograf:
o Kamar pulpa dan saluran akar utuh
o Lamina dura utuh
o Tidak ada tanda-tanda resorpsi atau degenerasi
Terapi:
Fissure sealant (kalau diindikasikan)
Kontrol berkala
Pulpitis reversibel
Inflamasi pulpa ringan sampai sedang
Pulpa kembali normal setelah stimulus hilang
Keluhan subyektif
o Tidak ada nyeri spontan
o Nyeri tajam akibat stimulus yang segera hilang setelah stimulus
hilang
Pemeriksaan obyektif
o Jaringan pulpa utuh
o Tes vitalitas positif
o Tes perkusi, palpasi, mobilitas, negatif
Pemeriksaan radiologis
o normal
Penyebab
o Karies awal sampai moderat
o Abrasi/atrisi/erosi/abfraksi
o Fraktur email
Diagnosis banding
o Pulpa normal
o Pulpitis ireversibel
Perawatan
o Desensitisasi
o Restorasi/dengan pelapik/pulp capping
Prognosis; baik, bila iritan segera dihilangkan dan restorasinya baik.
Pulpitis ireversibel
Inflamasi pulpa parah
Pulpa tidak akan kembali normal
Keluhan subyektif
o Terdapat nyeri spontan
o Nyeri sukar hilang walaupun stimulus telah berhenti
o Nyeri mengganggu, berdenyut, hilang timbul
Pemeriksaan obyektif
o Tes vitalitas (termal) positif
o Perkusi, palpasi, mobilitas: negatif/positif
Pemeriksaan radiologis:
o Pulpa terbuka
o Kadang-kadang dijumpai karies sekunder
Penyebab
o Karies sedang sampai luas
o Abrasi/atrisi/erosi/abfraksi berat
o Fraktur mahkota
Diagnosis banding
o Pulpitis reversibel
o Nekrosis pulpa
Perawatan
o Pulpektomi vital
o Pulpotomi, bila apeks masih belum terbentuk sempurna
o Ekstraksi, jika tidak mungkin direstorasi
Prognosis: baik, jika perawatan saluran akar dan restorasinya baik
Pulpa nekrosis
Jaringan pulpa telah nekrotik
Kematian pulpa bisa menyeluruh atau hanya sebagian
Keluhan subyektif
o Asimtomatis
o Nyeri akibat rangsang panas
Pemeriksaan obyektif
o Tes vitalitas, perkusi, palpasi, negatif
o Tes perkusi/palpasi bisa positif jika inflamasi sudah menyebar ke
periapeks
Penyebab
o Bakteri
o Trauma mekanis. termal, kimia
Diagnosis banding
o Pulpa normal
o Pulpitis ireversibel
Perawatan
o Perawatan saluran akar
o Ekstraksi jika restorasi tidak memungkinkan lagi
Prognosis; baik, jika PSA dan restorasi dilakukan dengan baik
Pink spot
Perawatan
o pulpektomi, karena jaringan pulpa yang vital akan memasok terus
sel-sel yang meresorpsi
Prognosis: baik, jika prosedur perawatannya baik
PENYAKIT JARINGAN PERIAPEKS
Periodontitis apikalis simtomatik
o Periodontitis apikalis simtomatik merupakan perluasan inflamasi
dari pulpa ke daerah sekitar apeks. Jaringan pulpa bisa pulpitis
reversibel, ireversibel atau kekrotik
o Keluhan subyektif
ketidak nyamanan spontan ringan sampai parah
nyeri sewaktu mengunyah atau kontak oklusal
o Pemeriksaan obyektif
jika penjalaran dari pulpitis: tes vitalitas positif
jika penjalaran dari pulpa yang nekrotik: tes vitalitas negatif
perkusi positif
o Pemeriksaan radiologis
penebalan ligamen periodontium
lamina dura masih utuh
o Penyebab
vital
restorasi yang hiperoklusi
wedging benda asing di sela-sela gigi. misalnya
makanan, tusuk gigi, dll
mediator inflamasi dari pulpitis ireversibel
trauma
non vital
invasi bakteri/toksin bakteri dari pulpa nekrotik,
bahan kimia (irigan atau medikamen saluran akar),
overinstrumentation pada perawatan saluran akar, dan
ekstrusi material obturasi saluran akar.
o Perawatan
penghilangan iritan (restorasi yang oklusinya tidak baik,
wedger, dll)
hindari ekstrusi debris ke periapeks
analgetik
Condensing osteitis
o Condensing osteitis adalah varian dari periodontitis apikalis
asimtomatik yang menunjukkan peningkatan trabekula sebagai
respons atas iritasi yang
persisten.
o Keluhan subyektif
asimtomatik jika pulpanya nekrosis
simtomatik jika pulpitis
o Pemeriksaan obyektif
ditemukan di daerah apeks gigi
o Diagnosis banding: enositosis
o Penyebab
iritasi kronis dari saluran akar
o Perawatan
perawatan saluran akar
o Prognosis: baik
REFERENSI
4. Bruch JM, N.S. Treister, Clinical Oral Medicine and Pathology. Springer International
Publishing Switzerland 2016. P : 17 -30. DOI 10.1007/978-3-319-29767-5_2
5. Greenberg Martin S, et al. Burket’s Oral medicine, 12th ed. India: BC Decker Inc,
2015
6. Michael Glick et al. Burket’s Oral medicine. 12th ed. People’s Medical Publishing
House-USA. 2015.
7. Regezi Joseph A, et al. Oral Pathology, Clinical Pathologic Correlations, 4th ed. USA:
WB Saunders Company, 2003
8. Silverman, Eversole, Truelove. Essentiasl of Oral Medicine. London: BC Decker,
2001
9. Scully. Medical Problems In Dentistry, 7th ed. Churchill Livingstone Elsevier, 2014.