Anda di halaman 1dari 43

Ketentuan pengisian rekam medik

Rekam medik harus segera dibuat dan dilengkapi seluruhnya setelah pasien menerima dengan
ketentuan sebagai berikut :
1. Setiap tindakan konsultasi yang dilakukan terhadap pasien, selambat-lambatnya
dalam waktu 1x24jam harus ditulis dalam lembaran rekam medic
2. Semua pencatatan harus ditanda tangani oleh dokter/tenaga kesehatan lainnya
sesuai dengan kewenangannya dan ditulis nama terangnya serta diberi tanggal
3. Pencatatan yang dibuat oleh mahasisswa kedokteran atau mahasiswa lainnya
ditanda tangani dan menjadi tanggung jawab dokter yang merawat
4. Catatan yang dibuat oleh residen harus diketahui oleh dokter yang membimbingnya
5. Dokter yang merawat dapat memperbaikii kesalahan penulisan dan melakukannya
pada saat itu juga serta dibubuhi paraf
6. Penghapusan tulisan dengan cara apapun juga tidak diperbolehkan
Formulir dan cara pengisian rekam medic
1. Permenkes RI No.749 a/MENKES/PER/XIII/1989 Tentang Rekam Medik
2. Isi rekam medis untuk pasien rawat jalan harus dibuat selengkap-lengkapnya
dan sekurang-kurangnya memuat :
o Identitas pasien
o Anamnesa
o Diagnose
o Tindakan/pengobatan
2. Isi rekam medis untuk pasien rawat inap sekurang-kurangnya memuat :
o Identitas pasien
o Anamnesa
o Riwayat penyakit
o Hasil pemeriksaan labor
o Diagnosis
o Persetujuan tindakan medis
o Tindakan pengobatan
o Usaha keperawatan
o Catatan observasi klinis dan hasil pengobatan
Resume akhir dan evaluasi pengobatan
Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yaitu pengumpulan data dengan cara melakukan


pemeriksaan kondisi fisik dari pasien.
Pemeriksaan fisik meliputi :

a. Inspeksi, yaitu pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat/memperhatikan


keseluruhan tubuh pasien secara rinci dan sistematis
b. Palpasi, yaitu pemeriksaan fisik dengan cara meraba pada bagian tubuh yang terlihat
tidak normal
c. Perkusi, yaitu pemeriksaan fisik dengan mengetuk daerah tertentu dari bagian tubuh
dengan jari atau alat, guna kemudian mendengar suara resonansinya dan meneliti
resistensinya
d. Auskultasi, yaitu pemeriksaan fisik dengan mendengarkan bunyi-bunyi yang terjadi
karena proses fisiologi atau patoligis di dalam tubuh, biasanya menggunakan alat
bantu stetoskop

Tahapan Pemeriksaan Pasien


Hal yang dilakukan setelah melakukan anamnesa pada pasien adalah melakukan
pemeriksaan, mengevaluasi data yang didapat disertai pengetahuan akan gejala dan
riwayat perjalanan penyakit untuk menegakkan diagnosa.
1. Pemeriksaan fisik Umum
Mengamati keadaan umum pasien (inspeksi)
a. Tampak sakit berat
b. Tampak sakit sedang
c. Baik

Mengamati kesadaran pasien (inspeksi)


a. Kompos mentis (Normal / Sadar penuh)
b. Apatis (Acuh tak acuh)
c. Somnolen (Mengantuk)
d. Delirium (Mengigau/penurunan kesadaran)
e. Sopor/Stupor (Mengantuk dalam)
f. Semi koma /koma ringan (penurunan kesadaran, bias memberikan respon
terhadap rangsangan verbal)
g. Koma (Penurunan kesadaran yang dalam, tidak ada respon)

2. Pemeriksaan klinis Vital signs


a. Pemeriksaan Tekanan darah

Cara pemeriksaan :

Posisikan pasien dengan nyaman (rileks)


Siapkan Sphygmomanometer buka kunci kran air raksa dan posisikan
dengan tepat sehingga operator mudah dalam melakukan pengamatan
Persiapkan manset
Pastikan tidak ada udara dalam manset
Pasang manset dengan erat 2/3 jari diatas fossa cubiti / lipatan siku
Kunci kran pada pompa balon
Raba arteri radialis dengan 2/3 jari tangan kiri
Pompa manset dengan tangan kanan sampai denyut nadi arteri radialis
tidak teraba
Setelah arteri radialis tidak teraba, naikkan air raksa 30 mmHg.
Kemudian buka kran pompa balon, sehingga air raksa turun perlahan dan
konstan
Dengarkan denyut arteri brachialis dengan menggunakan stetoskop
sambil membaca ketinggian air raksa
Amati tekanan darah sistolik yang terdengar melalui stetoskop yaitu
suara denyut pertama arteri brachialis yang muncul setelah kran pompa
dibuka
Turunkan air raksa perlahan dan konstan sampai suara denyut arteri
brachialis pada stetoskop tidak terdengar untuk mengetahui tekanan
darah distolik
Catat hasil pengamatan, pemeriksaan diulang 2 / 3 kali untuk
mendapatkan hasil yang akurat
Rapikan sphygmomanometer
Kunci kran air raksa
Buang udara dalam manset dan lipat dengan baik

Tekanan Darah menurut WHO :


a. Optimal :
120 /80 mmHg
b. Normal:
120-130/80-85mmHg
c. Prahipertensi :
130-140/85-90 mmHg
d. Hipertensi Ringan :
140-160/90-100 mmHg
e. Hipertensi Sedang :
160-180/100-110 mmHg
f. Hipertensi Berat
>180/>100 mmHg

b. Pemeriksaan Nadi

DENYUT NADI a. radialis


Menjelaskan prosedur kepada pasien
Cuci tangan menurut WHO
Gunakan sarung tangan
Posisikan pasien dengan nyaman (rileks)
Tentukan letak a. Radialis, raba menggunakan 2 / 3 jari dari samping
tegak lurus dengan arteri
Hitung denyut nadi ( kali/ menit)
Cuci tangan setelah prosedur selesai dilakukan.

DENYUT NADI a. Carotis


Menjelaskan prosedur kepada pasien
Cuci tangan menurut WHO
Gunakan sarung tangan
Posisikan pasien dengan nyaman (rileks)
Tentukan letak a. Carotis, raba menggunakan 2 / 3 jari dari samping
tegak lurus dengan arteri
Hitung denyut nadi ( kali/ menit)
Cuci tangan setelah prosedur selesai dilakukan.

Catatan hasil pengukuran denyut nadi :


Remaja dan Dewasa : 60-100 kali/menit

c. Pemeriksaan Suhu

Cara pemeriksaan suhu :

SUHU ORAL
Menjelaskan prosedur kepada pasien
Cuci tangan menurut WHO
Gunakan sarung tangan
Atur posisi pasien
Bersihkan thermometer dengan alkohol dari ujung reservoir. Keringkan
Turunkan suhu thermometer 34-35o C
Letakkan thermometer dibawah lidah sejajar gingiva
Ajurkan kepada pasien agar mengatupkan mulut selama 3-5 menit
Angkat thermometer dan baca hasil pengukuran. Catat hasil
Bersihkan termometer dengan sabun dibawah air mengalir.
Bersihkan dengan desinfektan dan keringkan

SUHU AKSILA
Menjelaskan prosedur kepada pasien
Cuci tangan menurut WHO
Gunakan sarung tangan
Atur posisi pasien
Bersihkan thermometer dengan alkohol dari ujung reservoir. Keringkan
Tentukan letak aksila(ketiak) dan bersihkan aksila dengan
menggunakan tissue
Turunkan suhu thermometer 34-35o C
Letakkan termometer pada daerah aksila, kemudian lengan pasien
mendekap dada (fleksi diatas dada)
Angkat thermometer setelah 3-5 menit dan baca hasil pengukuran. Catat
hasil
Bersihkan termometer dengan sabun dibawah air mengalir.
Bersihkan dengan desinfektan dan keringkan

Keterangan hasil pengukuran suhu


a. Hipotermia : <35oC
b. Normal : 36 – 37.2
c. Hipertermia >37.5-38.3oC
d. Hiperpireksia>40-41.5oC

d. Respirasi (inspeksi)

Cara mengamati frekuensi pernapasan pasien

Menjelaskan prosedur kepada pasien


Cuci tangan menurut WHO
Menggunakan sarung tangan
Atur posisi pasien
Tempatkan satu telapak tangan pasien diatas dada atau, merasakan
gerakan napas dengan memegang tangan pasien atau, memperhatikan
gerakan dada atau tangan yang naik turun.
Satu frekuensi pernapasan dihitung berdasarkan 1 kali inhalasi dan
ekhalasi
Hitung hasil pengamatan
Cuci tangan setelah prosedur selesai
Pemeriksaan Nadi
Pemeriksaan Suhu Tubuh
Pemeriksaan Frekuensi Pernapasan

e. Pengukuran berat badan

Ada beberapa cara mengukur berat badan seseorang. Salah satu yang paling
sederhana adalah dengan menimbang berat badan dengan menggunakan alat
timbangan berat badan yang dinyatakan dalam satuan kilogram ( kg ). Berat badan
sebenarnya ditentukan oleh jumlah cairan, kadar lemak, protein, dan mineral yang
ada pada tubuh manusia kurang lebihnya 60%.

Langkah pengukuran :

1. Lepas alas kaki, jam tangan dan pakaian luar.


2. Sesuaikan jarum penunjung timbangan hingga sejajar angka nol kg.
3. Naik keatas timbangan dan berdiri ditengah-tengan.
4. Catat hasil angka yang ditunjukan jarum penunjuk dalam satuan kg.

Rumusan Badan Ideal


( TB – 100 ) – 10% ( TB – 100 )
Contoh :
Berat Tubuh Ideal
Tinggi Badan Bangkit : 165 cm
Berat Badan Bangkit : 49 kg
R = ( TB – 100 ) – 10% ( TB – 100 )
( TB – 100 ) – 10% ( TB – 100 )
= ( 165 – 100 ) – 10% ( 165 – 100 )
= ( 65 ) – 10% ( 65 )
= 65 – 6,5
= 58,5 kg

f. Pengukuran Tinggi Badan

Alat pengukur tinggi badan berfungsi untuk mengetahui tinggi badan


seseorang secara detail dan untuk melengkapi data-data kesehatan.

Cara pengukuran tinggi badan :

1. Lepas sepatu atau alas kaki.


2. Berdiri tegak, pandangan lurus kedepan, telapak kaki menapak pada alas
3. Ukur tinggi badan mulai dari tumit sampai puncak tengkorak dengan
tongkat pengukur.
4. Catat hasil yang ditunjukan tongkat pengukur dalam satuan ( cm ).

g. Golongan Darah
Golongan darah adalah pengklasifikasian darah dari suatu individu
berdasarkan ada atau tidaknya zat antigen warisan pada permukaan membran
sel darah merah. Hal ini disebabkan karena danya perbedaan jenis karbohidrat
dan protein pada permukaan membrane sel darah merah.
Sistem penggolongan darah yang dikenal adalah Sistem ABO ( golongan
darah A, B, AB dan O) serta penggolongan darah Rhesus ( Rh + dan Rh-)

1. Pemeriksaan Penyakit Sistemik


a. Penyakit Tekanan Darah :
a. Normal
b. Hipotensi
Tekanan darah arteri yang rendah.
Gejala: lelah, kepala pusing, mual, pusing ketika berdiri langsung dari posisi
duduk atau berbaring, fainting, sinkop, , kurang konsentrasi, kulit pucat,
depresi, nafas pendek dan cepat, dehidrasi.
Penyebab: pasien konsumsi obat-obat antidepresi, kehamilan 24 minggu awal,
gangguan jantung, gangguan endokrin, infeksi parah, reaksi alergi.
c. Hipertensi
Hipertensi merupakan peningkatan abnormal tekanan arterial yang dapat
menjadi parah bila tidak dirawat.
Gejala sistemik: peningkatan tekanan darah, gangguan penglihatan
(penyempitan dan sklerosis arteri retina, sakit kepala, pusing dan tinitus.
Penyebab: penyakit ginjal kronik, coarctation aorta, sindrom cushing,
penyakit glukokortikoid dan terapi jangka panjang kortikosteroid, uropati
obstruktif, pheochromocytoma, aldosteronism primer dan kondisi
mineralokortikoid lainnya yang berlebihan, penyakit paratiroid dan tiroid.

b. Penyakit Jantung
Gejala penyakit jantung :
1. Infective Endocarditis : petekie pada konjungtiva palpebra, mukosa bukal dan
palatal, Osler’s nodes.
2. Ischemic Heart Disease : nyeri dada (coronary artherosclerosis), sesak, tertekan,
berat pada dada tengah yang dapat menjalar ke lengan kanan atau kiri hingga leher
atau rahang bawah. Nyeri ini dapat berlangsung 5 – 15 menit, palpitasi, dyspnea,
orthopnea, letih, lemah, sianosis.
3. Cardiac Arhytmia : palpitasi, sinkop, presinkop, nafas pendek, orthopnea, nadi
terlalu cepat atau lambat atau ireguler, edema perifer.
4. Heart Failure : nafas pendek dan cepat, respirasi Cheyne-Stokes; crackles, heart
murmur, gallop rythm, jaundice, tender liver, sianosis, edema perifer, clubbing of
fingers, berat badan berlebih, vena leher yang buncit.

c. Penyakit Diabetes
Gejala penyakit berupa cardinal signs (polydipsia, polyuria, polyphagia, gangguan
penglihatan, paralisis, kebutaan, gagal ginjal, stroke, amputasi.

d. Penyakit Haemophilia
Gejala penyakit berupa perdarahan hebat meski trauma ringan, hemarthrosis,
perdarahan spontan, ekimosis, hematoma pada organ tubuh lainnya.

e. Penyakit Hepatitis
Jalur penyebaran Hepatitis antara lain inokulasi perkutan langsung, transfusi darah
yang terinfeksi, penggunaan jarum suntik bersamaan, tato, tindik tubuh, paparan
serum atau plasma yang terinfeksi ke mulut, pergaulan bebas.
Gejala penyakit hepatitis antara lain anoreksia, nyeri perut, mual yang hilang timbul,
muntah, lelah, mialgia, malaise dan demam.

f. Penyakit Gastritis
Gejala penyakit ini adalah rasa panas atau gnawing daerah pencernaan, tidak nyaman
daerah perut yang muncul beberapa jam setelah makan, BAB tinja yang berdarah.

g. Alergi Obat-obatan
Gejala alergi berupa batuk,bersin, gatal-gatal, bila setelah minum obat atau makan;
gejala reaksi toksik anestesi lokal : banyak berbicara, bicara cadel, pusing, mual,
depresi, euforia, konvulsi; gejala respon psikomotor terhadap injeksi anestesi lokal :
hiperventilasi, sinkop vasovagal (bradikardia, pallor, berkeringat), stimulasi
simptomatik (cemas, tremor, takikardia, hipertensi).

h. TBC
Penyakit inflamasi dan granulomatosa yang mengenai sistem pernafasan dan sistemik
yang menular melalui inhalasi droplet yang terinfeksi oleh Mycobacterium
tuberculosis.
Penularan: kontak erat dengan penderita TBC, pasien terinfeksi HIV, pengguna jarum
suntik, pasien kompromis medis, pekerja di lembaga sosial, tenaga imigran.
Tuberkulosis dapat saling menularkan antara tenaga kesehatan gigi dan pasien.
Gejala: tidak spesifik tapi dapat mengalami batuk, lesu, malaise, anoreksia,
kehilangan berat badan tanpa penyebab jelas, keringat dingin dan demam.
Peningkatan suhu terjadi pada sore atau menjelang malam hari dan disertai banyak
berkeringat.
Penderita Tuberculosis dapat dibagi menjadi TB aktif, riwayat TB, tes tuberkulin
positif, tanda atau gejala yang diduga TB.

i. Asma.
Asma merupakan salah satu gejala alergi dengan gejala seperti dispnea (sulit
bernafas), wheezing, batuk yang bertambah pada malam hari, dada terasa sesak, dan
flushing. Onset berlangsung cepat dengan puncak berlangsung dalam 10 s.d 15 menit.

Sumber :
Falace DA, Miller CS, Rhodus NL. Dental Management of the Medically
Compromised Patient. 7th ed. 2008. Mosby Elsevier.

IV. PEMERIKSAAN SUBYEKTIF

1. Keluhan Utama

2. Riwayat Perjalanan Penyakit

Cara pemeriksaan klinis


A. Pemeriksaan subjektif
1. Data umum pasien
Mencatat secara lengkap : nama, usia, jenis kelamin, alamat surat, nomor telepon
2. Tanda-tanda vital pasien (Riwayat fisiologis)
Meliputi pemeriksaan suhu tubuh, denyut nadi, tekanan darah, pernafasan dilakukan
untuk menghindari hal yang tidak diharapkan sebelum melakukan tindakan invasive
tertentu.
3. Riwayat penyakit umum
Riwayat penyakit-penyakit tertentu yang membutuhkan perhatian khusus seperti :
a. Penyakit sistemik seperti diabetes, hipertensi, jantung, untuk pertimbangan
penggunaan antibiotic profilaksis dan pemeriksaan tertentu sebelum perawatan gigi,
pada pengguna alat pacu jantung harus dihindari pemakaian alat-alat ultrasonic,
karena akan mengganggu kerja alat pacu

b. Penyakit menular seperti hepatitis, AIDS, HIV untuk mencegah penularan

V. Pemeriksaan Obyektif/ Informasi Dental

1. Ektra Oral
Pemeriksaan Klinis

a) Wajah : simetris/ asimetris

b) Pipi : simetris/ asimetris

c) Bibir : simetris/ asimetris

Palpasi jaringan lunak wajah bertujuan mendeteksi adanya pembesaran yang


hampir tidak kentara kelenjar parotis, pipi, bibir, struktur submandibular,
temporomandibular joint, otot-otot ekstra oral ini, yang perlu diamati: apakah ada
perubahan warna, tekstur, pembengkakan, kelainan/lesi dan rasa sakit pada tempat
tersebut. Bentuk dan keasimetrisan wajah, kulit wajah dan leher dievaluasi dengan
melakukan inspeksi dan palpasi dari perspektif frontal, submental, lateral dan supraorbital.
Mata untuk menentukan abnormalitas, gangguan perkembangan dan fungsi mata,
peradangan pada membran mukosa mata. Telinga untuk menentukan abnormalitas,
gangguan perkembangan, peradangan. Hidung sebatas pada permukaan superficial dan
nares.

d) Limfonodi : teraba/ tidak teraba


Inspeksi dan palpasi leher dimulai dengan mengatur posisi pasien berbaring (recline)
sehingga daerah submandibular, submental, anteroposterior otot sternocleidomastoideus,
garis tengah laring, trakea dan kelenjar tiroid dapat terlihat jelas.
Tujuan: mengamati ada /tidak pembengkakan / sinus /asimetri, dilanjutkan palpasi nodus
limfe servikal dan kelenjar tiroid untuk pembengkakan (lihat gambar).

Distribusi nodus limfe fasial dan servikal


e) TMJ : normal/ unilateral/ bilateral
Pemeriksaan dan penilaian sendi temporo mandibular terdiri dari palpasi sendi temporo
mandibular; penentuan pembukaan mulut paling maksimum; observasi deviasi lateral
mandibula saat gerakan membuka dan menutup mandibula; palpasi otot pengunyahan
(tenderness).

2. Intra Oral
a. Vitalitas Gigi :+/-
Tes vitalitas gigi hanya dapat memberikan informasi bahwa masih ada jaringan syaraf
yang mengantar impuls sensori, bukan menunjukkan bahwa pulpa masih normal. vitalitas
gigi diperiksa dengan tes termal.
1. Panas : dengan guttaperca panas (jarang dilakukan).
2. Dingin : butiran kapas yang dibasahi etil klorida sampai terlihat bunga es
kemudian ditempelkan pada daerah permukaan bukal atau labial. Pasien diminta
untuk mengangkat tangannya jika merasakan sensasi di gigi yang sedang diperiksa.
Gigi yang vital cenderung memberikan respon cepat.
Hasil (+) : memberikan respon

b. Perkusi :+/-
Menentukan keadaan jaringan periodontium dan periapeks. Caranya dengan :
1. mengetuk permukaan insisal/oklusal dengan ujung pegangan kaca mulut yang
diletakkan parallel dengan aksis gigi.
2. Menggigit obyek yang tidak terlalu keras, misalnya gulungan kapas atau bila nyeri
parah tekan dengan ujung jari secara perlahan.
Hasil (+) : adanya rasa nyeri menunjukkan inflamasi periapikal
c. Palpasi :+/-
Guna untuk menentukan luas penyebaran proses inflamasi. Caranya dengan
melakukan tekanan kuat pada mukosa di atas apeks dengan ujung jari untuk melihat
adanya fluktuasi, krepitasi, keras atau lunak.
Hasil (+) inflamasi sudah mencapai tulang dan mukosa region apical gigi.

d. Mobilitas :+/-
Guna menentukan derajat kegoyangan gigi. Caranya dengan
Kegoyangan arah lateral, jari telunjuk ditekankan pada permukaan labial ke arah
palatal atau bukal,
Kegoyangan vertical, jeri telunjuk ditekankan pada permukaan insisal atau oklusal
ke arah apeks.
Hasil (+) menunjukkan ada kegoyangan

e. Oklusi
Melihat hubungan gigitan berdasarkan kontak gigi M1 atas dan M1 bawah.

f. Poket :+/-
g. Resesi : kelas 1/ 2/ 3/ 4 Miller
Pemeriksaan poket / resesi dan hilangnya perlekatan dapat diperiksa secara bersama
sama dan langsung dicatat dalam kolom-kolom yang disepakati sbb:
Kolom resesi dibagi empat masing-masing untuk permukaan mesial (m), distal (d),
dan liangal/palatal (l/p)

Cara pemeriksaan dengan menggunakan poket probe. Apabila poket probe


dimasukkan dalam poket di bagian bukal misalnya, yang perlu dicatat adalah :
1. Kedalaman poket (Pb) adalah jarak antara puncak gingival sampai dasar poket.
2. Bersamaan dengan mengukur kedalaman poket diukur sekaligus hilangnya perlekatan
adalah jarak antara cemento enamel junction (CEJ) ke dasar poket. Bila pada
permukaan gigi diperiksa terdapat resesi terbuka (bukan terselubung) CEJ dapat
dilihat dengan mudah tetapi apabila CEJ tidak dapat dilihat, perkiraan posisi CEJ
didasarkan atas pengetahuan anatomi gigi.
Hasil (+) bila terdapat poket.
3. Resesi gingival yang dicatat adalah resesi yang terbuka bukan yang terselubung.
Resesi diukur dari CEJ ke puncak tepi gingival. Resesi gingival diklasifikasikan
berdasarkan Miller.

h. Migrasi : + / -
Dicatat bila gigi terjadi malposisi atau migrasi.

i. Titik Kontak :+/-


Area kontak proksimal adalah istilah untuk menggambarkan kontur dibagian proksimal gigi,
baik dipermukaan mesial maupun distal yang menyentuh gigi tetangganya pada sisi rahang
yang sama. Pembentukan area kontak awalnya ketika gigi erupsi awalnya berupa kontak poin
setelah. Setelah dewasa maka bentuk titik kontak anterior berbeda dengan gigi posterior. Gigi
anterior berupa titik, sedangkan gigi posterior berupa bidang.
j. Torus Palatinus : tidak ada/ ada
k. Torus Mandibularis : tidak ada/ sisi kiri/ sisi kanan/ kedua sisi
Cara pemeriksaan dengan melihat dan dibantu perabaan/palpasi. Pada torus palatinus dilihat
pada palatum durum tampak penonjolan dengan palpasi keras dan berwarna sewarna dengan
mukosa sekitar atau pucat di tengah palatum durum. Torus mandibularis tampak penonjolan
dengan palpasi keras dan berwarna sewarna dengan mukosa sekitar atau pucat dilihat pada
prosesus alveolaris sisi lingual di region rahang bawah dekat dengan gigi P2 dan C.

l. Palatum :dalam/ sedang/ dangkal


Cara pemeriksaan dengan kaca mulut no.3 yang diletakkan di daerah palatum durum
kemudian dilihat seberapa banyaknya bagian dari kaca mulut yang tertanam dibandingkan
dengan tinggi servikal gigi atau prosesus alveolaris.
palatum dalam apabila lebih dari ½ kaca mulut tertanam
palatum sedang apabila ½ dari kaca mulut tertanam
palatum dangkal apabila kurang dari ½ kaca mulut tertanam

m. Vestibulum : dalam / sedang / dangkal


Cara pemeriksaan dengan kaca mulut no.3 yang diletakkan di daerah vestibulum tanpa
tekanan. Kemudian dilihat seberapa banyaknya bagian dari kaca mulut yang tertanam
dibandingkan dengan tinggi prosesus alveolaris.
vestibulum dalam apabila lebih dari ½ kaca mulut tertanam
vestibulum sedang apabila ½ dari kaca mulut tertanam
vestibulum dangkal apabila kurang dari ½ kaca mulut tertanam
n. Frenulum : tinggi / sedang / rendah
Cara pemeriksaan dengan sedikit menarik bibir/pipi dan melihat seberapa jauh perlekatan
frenulum terhadap tinggi prosesus alveolaris.
Frenulum tinggi apabila perlekatanya mendekati puncak prosesus alveolaris atau
lebih dari ½ tinggi prosesus alveolaris.
Frenulum sedang apabila perlekatanya pada ½ tinggi prosesus alveolaris.
Frenulum rendah apabila perlekatanya kurang dari ½ tinggi prosesus alveolaris.

o. Perlekatan dasar Mulut : tinggi / sedang / rendah


Cara pemeriksaan dengan meninstruksikan pasien mengangkat lidahnya dan melihat
bagaimana perlekatan dasar mulut terhadap tinggi prosesus alveolaris
Perlekatan tinggi apabila perlekatanya mendekati puncak prosesus alveolaris atau
lebih dari ½ tinggi prosesus alveolaris.
Perlekatan sedang apabila perlekatanya pada ½ tinggi prosesus alveolaris.
½
Perlekatan rendah apabila perlekatanya kurang dari tinggi prosesus alveolaris.

p. Mukosa Oral lainnya

Prosedur pemeriksaan intra oral:


Pemeriksaan klinis harus dilakukan untuk mendeteksi suatu lesi. Pedoman WHO
merekomendasikan penggunaan 2 kaca mulut dan pemeriksaan palpasi digital untuk
pemeriksaan lesi tertentu. Gigi tiruan harus dilepas sebelum pemeriksaan.
Langkah 1
Bibir harus diperiksa baik saat mulut tertutup dan terbuka. Tekstur bibir, warna bibir
dan abnormalitas vermillion border harus dicatat.
Langkah 2
Mukosa labial anterior bawah, sulkus dan alveolus harus diperiksa dengan menarik
bibir bawah dengan 2 kaca mulut.
Langkah 3
Mukosa bukal kanan ditarik dengan 2 kaca mulut dan komisura, mukosa bukal dan
sulkus kanan atas dan bawah hingga dapat terlihat keseluruhan. Pemeriksaan seluruh
mukosa bukal harus dimulai dari komisura hingga pilar tonsil anterior. Mukosa
alveolar labial kanan atas dan bawah harus bisa dilihat.
Langkah 4
Sulkus labial atas anterior, mukosa dan alveolar harus diperiksa dengan menarik bibir
atas dengan 2 kaca mulut.
Langkah 5
Mukosa bukal kiri harus diretraksi seperti langkah 3 dan komisura kiri, sulkus atas
kiri dan sulkus bawah dapat terlihat. Pemeriksaan mukosa bukal secara keseluruhan
harus diperiksa dari komisura hingga pilar tonsil. Pada saat yang sama, mukosa
alveolar labial bawah dan atas harus dapat diamati.
Langkah 6
Palatum keras diperiksa dengan mulut pasien terbuka lebar. Palatum lunak dapat
diperiksa dengan menekan lidah menggunakan kaca mulut.
Langkah 7
Mukosa alveolar kanan bawah dapat diperiksa dengan bantuan kaca mulut untuk
menurunkan lidah dan pada saat bersamaan dasar mulut kanan dapat diperiksa.
Langkah 8
Mukosa alveolar lingual anterior bawah dapat diperiksa dengan bantuan kaca mulut,
dan saat bersamaan dasar mulut anterior dapat diobservasi dengan meminta pasien
menaikkan lidahnya.
Langkah 9
Mukosa alveolar lingual kiri dan dasar mulut kiri dapat diperiksa sesuai langkah 7.
Langkah 10
Dorsum lidah dapat diperiksa pada posisi istirahat dan setiap pembengkakan,
perubahan warna/tekstur/pola papilla harus dicatat. Margin lidah kanan dilanjutkan
ujung dan sisi kiri lidah harus diperiksa. Margin harus diperiksa lebih teliti dengan
menarik ujung lidah dengan kassa untuk mendukung protusi menyeluruh. Pada saat
bersamaan, julurkan lidah ke sisi kiri untuk memeriksa ventral lidah kanan dan
sebaliknya. Jika dibutuhkan, lakukan palpasi digital lidah.
VI. INTERPRETASI

Untuk melakukan Interpretasi gigi :


- Lakukan Pembacaan Interpretasi
Mahkota terlebih dahulu
- Selanjutnya lakukan Pembacaan
Interpretasi bagian akar

NORMAL

Elemen : 45

MAHKOTA :
Area disto-proksimal Radiolusen (karies
email)

Elemen : 46

Karies oklusal
Elemen : 47 , 46

MAHKOTA :
47 : Mesioproksimal karies dentin
46 : Distoproksimal Karies dntin

Elemen : 36
MAHKOTA :
- Di oklusal ada Radiopak tambalan
dengan tepi rapat dengan lapisan
dentin
- Distoproksimal Radiolusent sebagai
karies
- Kedalaman sampai dentin
- Pulpa belum terbuka
Radiodiagnosis : Hiperaemi Pulpa

Elemen : 23
MAHKOTA :
- Mesioproksimal ada Radiopak filling
logam
- Mesioproksimal di bawah Radiopak
ada Radiolusen, di duga sekunder
karies
- Kedalaman sampai dentin
- Area CEJ
- Selapis tipis dentin diatas Pulpa
Radiodiagnosis : Revesible Pulpitis

Elemen : 36
- Di oklusal ada karies
- Kedalaman sampai dentin
- Pulpa belum terbuka
Radiodiagnosis : Hiperaemi Pulpa
Elemen : 11
- Mesio proksimal Radiodiffuse dengan
tepi dinding rapi halus, di duga sudah
di preparasi
- Dugaan Tambalan Composite

Elemen : 21
- Mesio Proksimal ada Radiopak
dugaan Cement base
- Gambaran Radiodiffuse
- Dugaan Tambalan Composit
Elemen : 45

- Karies akar
- Kedalaman sampai dentin
- Pupa belum open

Radiodiagnosis : Hiperaemi Pulpa


Elemen : 15
MAHKOTA :
- Disto Proksimal Karies
- Kedalaman sampai dentin
- Belum mencapai pulpa
- Dinding Distal Radiopak, menandakan
masih belum pecah, artinya masih ada
titik kontak
AKAR :
- Diatas ada Garis Radiopak sebagai
gambaran Sinus Maksila
- Jumlah akar satu
- Belum ada Lesi
- 1/3 Ujung akar bengkok
Radiodiagnosis : Hiperaemi Pulpa

Elemen : 75 Interpretasi gigi susu


1. Karies oklusal
2. Kedalaman sampai dentin
3. Taduk pulpa mesial sudah terbuka
oleh karies
4. Bifukasi belum pecah
5. Akar mesial belum resorpsi
6. Akar distal resorpsi 1/3 panjang akar
7. Benih gigi masih jauh dari bidang
oklusi
Radiodiagnosis : Revesible Pulpitis

INTERPRETASI PENYAKIT PERIAPIKAL


Elemen : 46
MAHKOTA :
- Ada tambalan gigi ditandai dengan
gambaran Radiopak
- Tambalan overlap dengan kamar
pulpa
- Tambalan bagian mesial tampak
radiolusen antara tambalan dengan
dentin
AKAR:
Jumlah dua
Akar Distal :
- Ujung Akar distal terlihat gambaran
Radiolucent bulat/oval, tepi rata,
dengan batas yang jelas (kurang
dari 1/3 akar),
- Gambaran Radiopak Lamina dura
hilang di ujung akar.
Akar Mesial :
- TAK (Tak Ada Kelaianan)
Radiodiagnosis : Periapical Granuloma
Elemen 12

Mahkota Disto Proksimal Radio- Diffuse.

Akar:
Saluran akar ada Bahan pengisian S.A
Radiopak ujung akar Radiolucent < 1/3 akar

Elemen : 46

MAHKOTA :
- Bagian Mesio- oklusal Radiolusen /
karies dentin
- Tanduk Pulpa bagian Mesial
terbuka
-
AKAR:
Jumlah dua
- Akar Distal dan Mesial, terlihat
gambaran Radio- diffuse sampai
dibawah bifurkasi.

Radiodiagnosis : Periapical Abses

Elemen : 46

MAHKOTA :
- Bagian Mesio- oklusal Radiolusen /
karies dentin
- Tanduk Pulpa bagian Mesial
terbuka
AKAR:
Jumlah dua
- Akar Distal dan Mesial, terlihat
gambaran Radio- diffuse sampai
dibawah bifurkasi.

Radiodiagnosis : Periapical Abses


MAHKOTA :
- Bagian mesial,
Ada gambaran Radiopak, dugaan semen
filling
Tanduk pulpa terbuka
Radiodiffuse, dugaan tambalan composite
resin

- Baian Distal,
Radiodiffuse, dugaan tambalan composite
resin
AKAR :
Jumlah tunggal
- Tampak gambaran bulat radiolucent dikelilingi
garis tipis yg radiopaque > 1/3 apek

Radiodiagnosis : Periapical Cysta

MAHKOTA :
- Bagian mesial,
Ada gambaran Radiopak, dugaan semen
filling
Tanduk pulpa terbuka
Radiodiffuse, dugaan tambalan composite
resin

- Baian Distal,
Radiodiffuse, dugaan tambalan composite
resin
AKAR :
Jumlah tunggal
- Tampak gambaran bulat radiolucent dikelilingi
garis tipis yg radiopaque > 1/3 apek

Radiodiagnosis : Periapical Cysta


INTERPRETASI PENYAKIT PERIODONTAL
NORMAL
TULANG ALVEOLAR LAMINA DURA PERIODONTAL LIGAMENT
NORMAL NORMAL NORMAL

KERUSAKAN
KERUSAKAN TULANG ALVEOLAR CREST KERUSAKAN TULANG ALVEOLAR CREST
HORIZONTAL VERTIKAL

Regio 43, 42, 41


terdapat kalkulus pada gigi-geligi yang
memperlihatkan gambaran radioopaque.
- Kehilangan tulang alveolar crest ditandai
radiolusen horizontal dari CEJ sampai 1/3
akar
Radiodiagnosis : Periodontal Poket
Regio 34, 35, 36
AKAR
- Regio 34 35 ada destruksi tulang secara
horizontal
dari CEJ sampai 2/3 Akar, ditandai dengan
gambaran Radiolusen.
- Regio 35 36 ada destruksi tulang secara
transversal, dari CEJ 35 sampai ujung akar 36,
ditandai dengan gambaran Radiolusen

- Lamina dura terputus


Radiodiagnosis : Localized Aggressive Periodontitis

FURCATION INVOLVEMENT
Regio 47, 46, 45
• Pada stadium dini, terlihat radiolusen di sekitar
servikal (CEJ) horizontal dan mencapai daerah
furkasi (adanya destruksi tulang).
Radiodiagnosis : Periodontal Poket
Regio 48, 47, 46
• Pada stadium lanjut di regio furkasi gigi, terlihat
radiolusen.
Radiodiagnosis : Localized Aggressive Periodontitis

Regio 47, 46, 45, 44


• Radiolusen pada alveolar crest
• gigi 44 45 46 47 sampai di bawah CEJ ke
arah akar berkisar 0,5 cm >

Radiodiagnosis : moderate periodontitis


= Moderate bone loss
Regio 24 25 26
- Radiolusen pada tulang alveolar gigi 24
25 26 hingga melebihi CEJ kearah
akar sekitar setengah akar.
- Radiodiagnosis: Periodontitis berat

INTERPRETASI LAINNYA
ELEMEN : 47 46 45 44

- Akar 45 sisi mesial Radiopak

Keadaan : Enostosis

ELEMEN : 75 36 37

- Ujung Akar 36 sampai sisi distal


Radiopak

Keadaan : Condensing Osteitis

Angka 1 : Pecahan Amalgam

Angka 1 : Bor tulang, pasca OD


PEMERIKSAAN PENUNJANG LABORATORIUM
Tujuan pemeriksaan penunjang laboratorium adalah untuk membantu menegakkan
diagnosis dan mendeteksi adanya penyakit atau kelainan sistemik, yang dapat berupa
pemeriksaan darah lengkap, glukosa,dan virulogi.

A. PEMERIKSAAN DARAH LENGKAP (Tabel 1)


1. Hematokrit (Ht)
2. Hemoglobin (Hb)
3. Eritrosit / sel darah merah
4. Mean Corpuscular Volume (MCV)
5. Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH)
6. Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC)
7. Retikulosit
8. RDW (Red cell Distribution Width)
9. Laju Endap Darah / LED
10. Leukosit
a. Hitung jenis : neutrofil, limfosit, monosit, eosinofil & basofil
11. Platelet / Trombosit

Tabel 1. Nilai normal hitung darah lengkap

Laki-laki Perempuan Satuan


Ht 40 - 54 38 - 47 %
Hb 13,5 - 18 12 - 16 g/dL (desiliter)
Eritrosit 4,6 – 6,2 4,2 – 5,4 106 /µL
MCV 80 - 98 81 - 99 fL (femtoliter)
MCH 26 - 32 pg (pikogram)
MCHC 32 - 36 %
RDW 11,6 – 14,6 %
Retikulosit 0,5 – 2,5 %
LED 15 20 mm/jam
Leukosit 4,5 – 11 x 103 /µL
Hitung jenis :
Granulosit matang/matur
- Neutrofil 15 – 20 /µL
- Eosinofil 0,5 – 2
- Basofil 0 – 0,2
Limfosit 14 – 16
Monosit 0,3 – 2,4
Trombosit 150 - 450 x 103 /µL
SEL DARAH MERAH / ERITROSIT DAN KONSENTRASI HEMOGLOBIN
Hitung Ht, Hb, eritrosit, RDW, MCV, MCH, MCHC membantu menganalisis beberapa
kondisi yang ditemui berkaitan dengan sel darah merah seperti anemia, polisitemia,
dan hematokromatosis.
Hitung retikulosit bukan bagian dari hitung darah lengkap, juga dievaluasi untuk
menentukan status anemia, polisitemia dan hemokromatosis.

Eritrosit / sel darah merah


Masa hidup eritrosit normal adalah 120 hari.

Hemoglobin (Hb)
Adalah pigmen pengangkut oksigen utama dan terdapat di eritrosit.
Anemia berkaitan dengan menurunnya hemoglobin.

Hematokrit (Ht)
Anemia berkaitan dengan menurunnya hematokrit, sehingga membantu dalam
menegakkan status anemia lanjut.

Indeks korpuskular
Volume sel rerata (MCV), hemoglobin sel rerata (MCH) dan konsentrasi hemoglobin
sel rerata (MCHC) disebut sebagai nilai sel darah merah absolut.
MCV mengukur ukuran / volume eritrosit matur.
o Ukuran sel normal = MCV normal = normositik
o Ukuran sel kecil = MCV ↓ = mikrositik
o Ukuran sel besar = MCV ↑ = makrositik
MCH mengukur rerata hemoglobin dalam tiap eritrosit matur.
o Mikrositik berkaitan dengan MCH ↓
o Makrositik berkaitan dengan MCH ↑
MCHC mengukur konsentrasi hemoglobin dalam hematokrit.
o MCHC normal = normokromik
o MCHC ↓ = hipokromik
Nilai MCV-MCHC dan kaitannya dengan tipe eritrosit
o Mikrositik, sel hipokromik
o Makrositik, sel normokromik
o Normositik, sel normokromik
RDW
Adalah rasio lebar kurva distribusi (histogram) terhadap volume sel darah merah rerata.
Merupakan indeks variasi ukuran sel (anisositosis = ukuran sel darah merah yang tidak
sama).
Anisositosis ↑ = RDW ↑
Sel darah merah imatur ↑ = RDW ↑ ( Sel darah merah imatur memiliki ukuran lebih
besar bila dibanding dengan sel darah merah matur. Sel darah merah imatur tidak
membawa oksigen).

Retikulosit
Mengukur aktifitas eritropoetik dan respon sumsum tulang terhadap anemia.
Retikulosit ↑ = kondisi hemolisis
Retikulosit ↓ = berkaitan dengan penyakit kronis dengan anemia, anemia oleh karena
gagal ginjal yang menyebabkan menurunnya produksi eritropoetin atau anemia yang
berkaitan dengan gagal sumsum tulang.

Laju Endap Darah (LED)


Fungsi utama :
o Alat bantu untuk mendeteksi suatu proses peradangan.
o Pemantau perjalanan atau aktifitas penyakit.
o Pemeriksaan penapisan untuk peradangan atau neoplasma yang tersembunyi.
Pemeriksaan ini tidak sensitif dan spesifik , namun tetap digunakan secara luas.
LED yang normal tidak dapat digunakan untuk menyingkirkan penyakit ; namun
sebagian besar penyakit peradangan akut dan kronis serta neoplasma berkaitan
dengan peningkatan LED.
LED ↑disebabkan oleh :
o Anemia (Ht dengan rentang 0,3-0,4)
o Kehamilan
o Hiperglobulinemia
o Hiperfibrinogenemia
o Myeloma multipel
o Penyakit kolagen vaskuler
o Keganasan
o Tuberculosis
Full Blood Count (FBC)
- FBC dapat mengidentifikasi riwayat anemia & membantu menilai toleransi pasien thd
kehilangan darah.
- Indikasi
1. Semua pasien yg akan dioperasi grade 3 & 4, khususnya pasien penderita
penyakit jantung & pernapasan
2. Semua pasien dengan penyakit ginjal
3. Semua pasien diatas 60 thn yg akan dioperasi grade 2.
- White cell count (WCC) dapat berguna jika diduga ada infeksi & hitung platelet jika
diduga ada / punya riwayat perdarahan

Tes Hemostasis
- Tes Hemostasis termasuk:
1. Jumlah platelet
- Normal 100.000 – 400.000 sel/mm3
- < 100.000 sel/mm3 (trombositopenia) dapat menyebabkan perdarahan paska
operasi
2. Prothrombin time (PT) dan international normalized ratio (INR)
- PT normal sekitar 12-15 detik
- PT dapat bervariasi sesuai dengan tipe tromboplastin yang digunakan dalam
tes, oleh karena itu digunakan INR
- INR adalah rasio PT sampel yang dibandingkan dengan PT normal
- Nilai INR normal sekitar 1.0
- INR >1 menunjukkan pembekuan memerlukan waktu lebih lama
dibandingkan normal
- INR = 2-3 merupakan range terapi pasien yang menggunakan antikoagulan
untuk merawat trombosis vena
- INR >3.5 diperlukan oleh pasien dengan katup jantung prostetik
- INR (& PT) memanjang pada pemberian warfarin, penyakit hati, defisiensi
vitamin K, dan disseminated intravascular coagulation (DIC)
- INR paling baik diperiksa dalam waktu kurang dari 24 jam sebelum operasi,
walaupun kurang dari 72 jam dapat mencukupi
- PT normal tidak diperlukan kecuali sesuatu menyebabkan koagulopati yang
nyata, mis : PT normal pada hemofilia A & B yang parah dan defisiensi faktor
IX
3. Activated partial thromboplastin time (APTT)
- Nilai APTT normal sekitar 25±10 detik
- APTT memanjang pada penggunaan heparin, penyakit hati, hemofilia,
disseminated intravascular coagulation (DIC), transfusi masif dan beberapa
gangguan autoimun

- Indikasi pemeriksaan hemostasis sebelum operasi adalah :


1. Pasien yg mengonsumsi antikoagulan
2. Pasien hemodialisis
3. Pasien maupun keluarga dengan riwayat perdarahan, bruising, peny.hati, ginjal
atau pembuluh darah
4. Sebelum operasi pd kasus yg beresiko terjadi banyak perdarahan yg
memerlukan transfusi
5. Sebelum operasi kanker tu metastase hati yg beresiko terjadi perdarahan
6. Sebelum operasi rekonstruktif arteri.
- Pemeriksaan juga hrs dipertimbangkan jika direncanakan anestesia regional
terutama tehnik spinal & epidural

PENYAKIT SEL DARAH MERAH / ERITROSIT


1. PENURUNAN JUMLAH ERITROSIT - ANEMIA
Hemoglobin mengandung 2 molekul protein yaitu heme dan globin. Oksigen melekat
pada heme sehingga hemoglobin dapat mentransport oksigen ke darah.
Bagian heme pada hemoglobin terdiri dari sebuah struktur cincin porfirin dimana
tempat melekatnya besi. Bagian globin adalah suatu protein yang terdiri dari dua
rantai asam amino yang disebut alfa dan non-alfa (beta, gamma, delta, dll).
Sintesis hemoglobin memerlukan vitamin, mineral serta asam amino. Defisiensi dari
komponen ini dapat menyebabkan penurunan jumlah eritrosit atau jumlah pigmen
hemoglobin yang disebut ANEMIA. Anemia berkaitan dengan menurunnya
kapasitas membawa oksigen pada darah, menyebabkan hipoksia jaringan.
Faktor esensial untuk sintesis hemoglobin adalah vitamin B12, asam folat dan zat
besi.

Tabel 2. Diagnosis anemia berdasar pemeriksaan laboratorium


Pola anemia
I. Hb ↓, Ht ↓, MCV ↓, MCHC ↓ Berkaitan dengan anemia defisiensi zat besi dan
talasemia
II. Hb ↓, Ht↓, MCV ↑, MCHC normal Berkaitan defisiensi asam folat/ B12, anemia pernisiosa,
pengobatan HIV/AIDS dan beberapa obat-obatan
sitotoksik yang berdampak pada sintesis DNA.
III. Hb ↓, Ht ↓, MCV normal, Berkaitan dengan anemia akibat penyakit kronis, anemia
MCHC normal berkaitan dengan keganasan, anemia defisiensi zat besi
awal, kehilangan darah akut, anemia berkaitan dengan
gagal ginjal kronik.

B. GLUKOSA
Glukosa merupakan stimulus penting untuk mensekresi insulin.
Insulin berperan penting dalam metabolism karbohidrat, protein dan lemak.
o Insulin mengubah glukosa menjadi glikogen, asam amino menjadi protein dan
asam lemak menjadi trigliserid.
Sedikitnya insulin atau aksi insulin menyebabkan akumulasi glukosa pada darah
(hiperglikemia) dan cairan jaringan.
Diabetes mellitus merupakan penyakit kronik dengan karakteriktik hiperglikemia, dibagi
menjadi diabetes tipe 1,2, dan gestasional diabetes.
Gejala klinis Diabetes Melitus :
o Tipe 1.
Gejala utama : polidipsi, poliuri, polifagi, berat badan turun, badan lemas.
Gejala lain : keringat saat tidur berulang, infeksi kulit, iritabilitas, sakit kepala,
mengantuk, tidak enak badan, mulut kering.
o Tipe 2.
Gejala utama : polidipsi, poliuri, polifagi, berat badan turun, badan lemas.
Gejala lain : berat badan turun, gangguan pencernaan, mual, berkemih saat
malam, vulvar pruritus, pandangan kabur, menurunnya penglihatan, parastesi,
kulit panas kering, hilang pengecapan, impotensi, hipotensi postural.
Tes diagnosis untuk Diabetes mellitus yang digunakan adalah
1. Fasting blood sugar (FBS)/ Blood sugar nuchter (BSN)/ Gula darah puasa (GDP)
o Tidak makan kalori selama 8 jam atau lebih.
2. Postprandial blood sugar (PPBS)/ Gula darah 2jam setelah makan
o Pengambilan darah dilakukan 2 jam setelah makan.
3. Oral glucose tolerance test (OGTT)/ Tes toleransi glukosa oral
o Pengambilan darah dilakukan 2 jam setelah makan setara 75-100g glukosa.
4. Random blood sugar (RBS)/ Casual blood sugar (CBS)/ Gula darah sewaktu
(GDS)
Darah diambil kapan saja tanpa menghitung akhir konsumsi makanan.
5. HemoglobinA1C (HbA1C)
Untuk menilai kadar glukosa /kontrol dalam jangka waktu panjang (50-55 hari)
pada pasien diabetes.

Table 9. Tes untuk mendiagnosis Diabetes mellitus

Normal Prediabetes Diabetes


FBS 110mg/dL <6,6mmol/L 110- ≥6,6-<7mmol/L ≥126mg/dL ≥7mmol/L
125mg/dL
PPBS <140mg/dL <7,8mmol/L 140- ≥7,8- ≥200mg/dL ≥11,1mmol/L
199mg/dL <11,1mmol/L
OGTT <140mg/dL <7,8mmol/L 140- ≥7,8- ≥200mg/dL ≥11,1mmol/L
199mg/dL <11,1mmol/L
RBS <140mg/dL <7,8mmol/L 140- ≥7,8- ≥200mg/dL ≥11,1mmol/L
199mg/dL <11,1mmol/L
HbA1C 4-5,6% 5,7-6,4% >6,5%

Tabel 10. Kriteria diagnosis Diabetes Melitus menurut ADA

C. VIRUS HERPES SIMPLEKS I DAN II


Serologi
Anti HSV-I IgM
Anti HSV-I IgG
Anti HSV-II IgM
Anti HSV-II IgG
Infeksi primer menunjukkan serokonversi yaitu peningkatan titer Immunoglobulin (Ig) M
beberapa minggu dilanjutkan dengan titer Ig G yang meningkat.
Infeksi berulang ditandai dengan peningkatan titer antibodi Ig G 4x untuk kriteria akut

I. RESUME

KARIES
Definisi:
Suatu penyakit jaringan keras gigi (email, dentin, sementum) akibat aktivitas
suatu mikroba dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Akibat akhir
adalah demineralisasi komponen anorganik diikuti oleh hancurnya komponen
organik gigi. Karies merupakan suatu proses yang dinamis: demineralisasi dan
remineralisasi ‘silih berganti’ (KIDD)
Klasifikasi Karies
Klasifikasi Black

Kelas I
o Karies di bagian oklusal gigi posterior (pada pit dan fisur) dan di
foramen coecum gigi anterior

Kelas II
o Karies di bagian proksimal (mesial dan/atau distal) gigi posterior
yang bisa meluas ke bagian oklusal

Kelas III
o Karies di bagian proksimal gigi anterior dan belum mengenai tepi
insisal

Kelas IV
o Karies di bagian proksimal gigi anterior dan sudah mengenai tepi
insisal

Kelas V
o Karies di bagian sepertiga servikal gigi; bisa di daerah bukal, labial,
palatal, atau lingual

Kelas VI
o Karies di puncak kuspa gigi posterior atau di tepi insisal gigi
anterior
Klasifikasi Mount & Hume
Berdasarkan lokasi (Site)
Site 1: lesi karies di pit dan fisur gigi posterior
Site 2: lesi karies di proksimal anterior maupun posterior
Site 3: lesi karies di bagian servikal termasuk permukaan akar yang
terbuka
Berdasarkan ukuran (Size)
Size 0: lesi inisial di setiap Site dan belum terjadi kavitasi (lesi bercak
putih) dan masih bisa disembuhkan
Size 1: lesi karies minimal
Size 2: lesi karies moderat (berukuran sedang). Masi terdapat cukup
struktur gigi guna menjaga integritas sisa mahkota dan terhadap beban
oklusal
Size 3: lesi karies berukuran besar. lesi harus dimodifikasi/diperluas agar
dapat melindungi sisa mahkota dari beban oklusal
Size 4: lesi karies yang sudah meluas (ekstensif) dan telah kehilangan
struktur gigi seperti kuspa (gigi posterior) atau tepi insisal (gigi anterior)

Klasifikasi ICDAS
D0: permukaan gigi utuh. Tidak terlihat adanya lesi walaupun gigi
dikeringkan
D1: lesi bercak putih (white spot) terlihat jika gigi dikeringkan
D2: lesi bercak putih terlihat walaupun gigi tidak dikeringkan
D3: lesi karies email
D4: lesi karies dentin terbatas
D5: lesi karies dentin yang luas
D6: lesi karies mencapai pulpa
LESI SERVIKAL NON KARIES
Atrisi
Atrisi adalah keausan permukaan insisal atau permukaan oklusal gigi karena
faktor mekanis akibat gerakan fungsional atau para fungsional mandibula
(kontak gigi dengan gigi). Atrisi bisa juga terjadi di daerah kontak proksimal
akibat gerakan fisiologis.

Erosi
Erosi adalah hilangnya struktur gigi karena bahan kimia tanpa ada peran
bakteri. Erosi tampak seperti bentuk baji berbatas tegas atau cekungan yang
tidak beraturan yang disebabkan oleh bahan kimia di area servikal biasanya di
permukaan fasial gigi
Erosi dapat diklasifikasikan menurut sumber asamnya yaitu erosi intrinsik dan
erosi ekstrinsik

Abrasi
Abrasi berasal dari bahasa Latin dari kata
abrader yang artinya mengikis.
Abrasi adalah hilangnya substansi gigi karena proses mekanis yang abnormal,
kebiasaan buruk, dan bahan abrasif. Contoh penyebab abrasi adalah teknik
penyikatan gigi yang salah
Abfraksi
Lesi ini adalah defek berbentuk baji yang terjadi di area servikal gigi karena
tekanan oklusal berlebihan atau kebiasaan parafungsi seperti bruksisme.
Pada kasus ini, hilangnya substansi gigi terjadi karena beban (kekuatan)
biomekanis yang menyebabkan flexure dan akhirnya menyebabkan kelelahan
email dan dentin di lokasi jauh dari lokasi yang menerima beban.

Kerusakan lesi abfraksi tampak


berbentuk baji dengan garis sudut tajam
Pada gambar abfraksi terlihat sebagai
lesi berbentuk baji dengan sudut yang
tajam

Pada tahap awalnya lesi abfraksi ini hanya


tampak seperti retakan tidak beraturan atau
garis fraktur atau defek berbentuk baji di
bagian servikal gigi. Tetapi pada tahap
selanjutnya terlihat seperti groove yang
meluas ke dalam dentin

Perbandingan erosi, abrasi dan abfraksi


Erosi Abrasi Abfraksi
Lokasi Lingual atau fasial
Tampilan Dangkal, Bentuk baji Bantuk baji
Bentuk V
Marjin Halus Tajam Tajam
Permukaan Halus, mengkilap Halus, seperti kaca Kasar, bersudut
email retak tajam

PENYAKIT PULPA
Pulpa normal
Tanpa gejala
Responsnya normal terhadap tes vitalitas pulpa
Perkusi dan palpasi normal
Radiograf:
o Kamar pulpa dan saluran akar utuh
o Lamina dura utuh
o Tidak ada tanda-tanda resorpsi atau degenerasi
Terapi:
Fissure sealant (kalau diindikasikan)
Kontrol berkala

Pulpitis reversibel
Inflamasi pulpa ringan sampai sedang
Pulpa kembali normal setelah stimulus hilang
Keluhan subyektif
o Tidak ada nyeri spontan
o Nyeri tajam akibat stimulus yang segera hilang setelah stimulus
hilang
Pemeriksaan obyektif
o Jaringan pulpa utuh
o Tes vitalitas positif
o Tes perkusi, palpasi, mobilitas, negatif
Pemeriksaan radiologis
o normal
Penyebab
o Karies awal sampai moderat
o Abrasi/atrisi/erosi/abfraksi
o Fraktur email
Diagnosis banding
o Pulpa normal
o Pulpitis ireversibel
Perawatan
o Desensitisasi
o Restorasi/dengan pelapik/pulp capping
Prognosis; baik, bila iritan segera dihilangkan dan restorasinya baik.

Pulpitis ireversibel
Inflamasi pulpa parah
Pulpa tidak akan kembali normal
Keluhan subyektif
o Terdapat nyeri spontan
o Nyeri sukar hilang walaupun stimulus telah berhenti
o Nyeri mengganggu, berdenyut, hilang timbul
Pemeriksaan obyektif
o Tes vitalitas (termal) positif
o Perkusi, palpasi, mobilitas: negatif/positif
Pemeriksaan radiologis:
o Pulpa terbuka
o Kadang-kadang dijumpai karies sekunder
Penyebab
o Karies sedang sampai luas
o Abrasi/atrisi/erosi/abfraksi berat
o Fraktur mahkota
Diagnosis banding
o Pulpitis reversibel
o Nekrosis pulpa
Perawatan
o Pulpektomi vital
o Pulpotomi, bila apeks masih belum terbentuk sempurna
o Ekstraksi, jika tidak mungkin direstorasi
Prognosis: baik, jika perawatan saluran akar dan restorasinya baik

Pulpitis kronis hiperplastika (polip pulpa)

Bertumbuhnya pulpa muda akibat inflamasi kronik hingga ke permukaan


oklusal (Torabinejad)
Keluhan subyektif
o Asimtomatik
o Tidak nyaman saat mengunyah
Pemeriksaan obyektif
o Massa pulpa kemerahan di kavitas yang menyambung dengan
pulpa di kamar pulpa
o Ukuran bervariasi dari kecil hingga besar sehingga tak mungkin
ditambal sementara
o Mudah berdarah
o Tes vitalitas
Penyebab:
o iritasi kronis pada pulpa muda
Diagnosis banding: polip gingiva
Perawatan:
o pulpektomi
o kontrol pendarahan
Prognosis: baik, jika perawatan dan restorasinya baik

Perbedaan polip pulpa dan polip gingiga


Polip pulpa Polip gingiva
Berwarna merah mirip gingiva Merah gingiva
Mudah berdarah Tidak mudah berdarah
Asalnya dari dalam gigi (pulpa) Dari gingiva
Perawtan saluran akar Perawatan gingiva

Pulpa nekrosis
Jaringan pulpa telah nekrotik
Kematian pulpa bisa menyeluruh atau hanya sebagian
Keluhan subyektif
o Asimtomatis
o Nyeri akibat rangsang panas
Pemeriksaan obyektif
o Tes vitalitas, perkusi, palpasi, negatif
o Tes perkusi/palpasi bisa positif jika inflamasi sudah menyebar ke
periapeks
Penyebab
o Bakteri
o Trauma mekanis. termal, kimia
Diagnosis banding
o Pulpa normal
o Pulpitis ireversibel
Perawatan
o Perawatan saluran akar
o Ekstraksi jika restorasi tidak memungkinkan lagi
Prognosis; baik, jika PSA dan restorasi dilakukan dengan baik

Gigi 2.1 nekrosis akibat rauma


dan berubah warna
Resorpsi interna
Reorpsi interna adalah proses resorpsi dentin di kamar pulpa atau saluran
akar. Patogenesisnya adalah teraktifkannya dentinoklas yang secara aktif
akan meresorpsi dentin. Proses ini bisa progresif yang nantinya bisa
memperforasi akar
Keluhan subyektif
o tidak ada gejala sakit
Pemeriksaan obyektif
o terdapat di ruang pulpa (kamar pulpa atau saluran akar)
o pulpa tetap vital
o pada kamar pulpa terlihat gambaran merah muda (pink spot)
o asimtomatik
Pemeriksaan radiologis
o terlihat ruang pulpa atau saluran akar yang membesar berbentuk
bulat/ovoid
Penyebab
o riwayat trauma
o pulpitis kronik persisten
o pulpotomi Ca(OH)2
o idiofatik
Diagnosis banding:
o resorpsi eksterna, jika resorpsi interna terus berlanjut sehingga
terjadi perforasi akar sehingga sukar membedakanya dengan
resorpsi eksterna. Jika defek di dinding pulpa lebih luas
dibandingkan dengan defek di permukaan akar, biasanya ini terjadi
pada resorpsi interna.

Pink spot
Perawatan
o pulpektomi, karena jaringan pulpa yang vital akan memasok terus
sel-sel yang meresorpsi
Prognosis: baik, jika prosedur perawatannya baik
PENYAKIT JARINGAN PERIAPEKS
Periodontitis apikalis simtomatik
o Periodontitis apikalis simtomatik merupakan perluasan inflamasi
dari pulpa ke daerah sekitar apeks. Jaringan pulpa bisa pulpitis
reversibel, ireversibel atau kekrotik
o Keluhan subyektif
ketidak nyamanan spontan ringan sampai parah
nyeri sewaktu mengunyah atau kontak oklusal
o Pemeriksaan obyektif
jika penjalaran dari pulpitis: tes vitalitas positif
jika penjalaran dari pulpa yang nekrotik: tes vitalitas negatif
perkusi positif
o Pemeriksaan radiologis
penebalan ligamen periodontium
lamina dura masih utuh

o Penyebab
vital
restorasi yang hiperoklusi
wedging benda asing di sela-sela gigi. misalnya
makanan, tusuk gigi, dll
mediator inflamasi dari pulpitis ireversibel
trauma
non vital
invasi bakteri/toksin bakteri dari pulpa nekrotik,
bahan kimia (irigan atau medikamen saluran akar),
overinstrumentation pada perawatan saluran akar, dan
ekstrusi material obturasi saluran akar.
o Perawatan
penghilangan iritan (restorasi yang oklusinya tidak baik,
wedger, dll)
hindari ekstrusi debris ke periapeks
analgetik

Condensing osteitis
o Condensing osteitis adalah varian dari periodontitis apikalis
asimtomatik yang menunjukkan peningkatan trabekula sebagai
respons atas iritasi yang
persisten.

o Keluhan subyektif
asimtomatik jika pulpanya nekrosis
simtomatik jika pulpitis
o Pemeriksaan obyektif
ditemukan di daerah apeks gigi
o Diagnosis banding: enositosis
o Penyebab
iritasi kronis dari saluran akar
o Perawatan
perawatan saluran akar
o Prognosis: baik

REFERENSI

1. Newman, Takei, Klokkevold and Carranza, Carranza’s Clinical Periodontology, 12ed,


Elsevier Saunders, St. Louis, Missouri, 2015
2. Hatta, R. Gemala., 2008. Pedoman Manajemen Informasi Pembelian dan Penjualan.
Universitas Indonesia: Jakarta.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor :
269/MENKES/PER/III/2008 Tentang Rekam Medis

4. Bruch JM, N.S. Treister, Clinical Oral Medicine and Pathology. Springer International
Publishing Switzerland 2016. P : 17 -30. DOI 10.1007/978-3-319-29767-5_2
5. Greenberg Martin S, et al. Burket’s Oral medicine, 12th ed. India: BC Decker Inc,
2015
6. Michael Glick et al. Burket’s Oral medicine. 12th ed. People’s Medical Publishing
House-USA. 2015.
7. Regezi Joseph A, et al. Oral Pathology, Clinical Pathologic Correlations, 4th ed. USA:
WB Saunders Company, 2003
8. Silverman, Eversole, Truelove. Essentiasl of Oral Medicine. London: BC Decker,
2001
9. Scully. Medical Problems In Dentistry, 7th ed. Churchill Livingstone Elsevier, 2014.

Anda mungkin juga menyukai