Anda di halaman 1dari 8

8/18/2023

1. DRUG TESTING
DRUG TESTING AND • LABORATORIUM PEMERIKSAAN - NARKOTIKA-PSIKOTROPIKA
THERAPEUTIC DRUG MONITORING
• JENIS SPESIMEN
• TAHAPAN ANALISIS
Ganthina Sugihartina

D4 TLM POLTEKKES BANDUNG 1 D4 TLM POLTEKKES BANDUNG 2

Laboratorium Pemeriksaan Narkotika-Psikotropika


1. Drug Testing
 Pengujian NAPZA -- alasan klinis atau nonklinis. KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN R.I. No. 194/MENKES/SK/VI/2012 Tentang PENUNJUKAN
LABORATORIUM PEMERIKSAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA
 Alasan klinis -- untuk memantau apakah pasien mengonsumsi obat narkotik/
Laboratorium Pemeriksaan Narkotika dan Psikotropika terdiri atas laboratorium di lingkungan:
psikotropika yang diresepkan dalam jumlah yang tepat.
a. Kementerian Kesehatan R.I. untuk pengujian spesimen narkotika dan psikotropika;
 Alasan nonklinis: b. Kepolisian Negara R.I. untuk pengujian spesimen; narkotika dan psikotropika dalam bentuk bahan baku
o Ketenagakerjaan: pengusaha meminta tes narkoba sebelum perekrutan atau pada saat dan/atau sediaan jadi, serta zat aktif dalam obat;
setelah bekerja. c. Badan Pengawas Obat dan Makanan untuk pengujian narkotika dan psikotropika dalam bentuk bahan
o Olahraga: atlet diminta untuk menjalani tes narkoba sebelum dan/atau setelah kompetisi. baku dan obat jadi; dan
o Tujuan hukum/forensik: kasus pengadilan memerintahkan pengujian untuk persidangan d. Badan Narkotika Nasional untuk pengujian specimen; narkotika dan psikotropika dalam bentuk bahan
pidana atau investigasi kecelakaan kendaraan bermotor atau keperluan lainnya. baku dan zat aktif dalam obat.
D4 TLM POLTEKKES BANDUNG 3 D4 TLM POLTEKKES BANDUNG 4
8/18/2023

Jenis spesimen

D4 TLM POLTEKKES BANDUNG 5 D4 TLM POLTEKKES BANDUNG 6

D4 TLM POLTEKKES BANDUNG 7 D4 TLM POLTEKKES BANDUNG 8


8/18/2023

TAHAPAN ANALISIS
1. Penyiapan sampel “sample preparation”
 Spesimen untuk analisis toksikologi forensik biasanya diambil oleh dokter/dokter forensik pada saat melakukan
otopsi.
 Spesimen dapat berupa cairan biologis, jaringan, organ tubuh.
 Penanganan sampel perlu mendapat perhatian khusus, mencegah terjadinya penguraian dari analit.
 Pemilihan metode -- ekstraksi satu tahap, diharapkan semua analit terekstraksi.
 Ekstraksi satu tahap sangat diperlukan apabila uji penapisan tidak menggunakan teknik immunoassay, misal
menggunakan kromatografi lapis tipis dengan reaksi penampak bercak tertentu.
 Ekstraksi bertingkat “metode Stas-OttO”, melalukan pemisahan analit berdasarkan sifat asam-basanya.
 Penyiapan sampel umumnya meliputi hidrolisis, ekstraski, dan pemurnian analit.

D4 TLM POLTEKKES BANDUNG 10

TAHAPAN ANALISIS Tes skrining penggunaan NAPZA/drug abuse screening test


2. Analisis Apa itu tes skrining penggunaan narkoba?
2.1.. uji penapisan “screening test” atau “general unknown test”  Tes skrining NAPZA adalah pemeriksaan terhadap golongan narkotika dan psikotropika
 Uji penapisan/skrining -- untuk mengenali golongan senyawa (analit) dalam sampel. yang bisa disalahgunakan untuk kepentingan non medis.
 Analit digolongkan berdasarkan baik sifat fisikokimia, sifat kimia maupun efek farmakologi/struktur inti  Panel tes narkoba dasar pada urine meliputi 7 parameter yaitu parameter adalah
molekuk. metampethamine, ganja, kokain, amphetamin, opioid, carisoprodol dan benzodiazepin;
 Uji penapisan derajat reabilitas dan sensitifitas yang tinggi, relatif murah dan pelaksanaannya relatif cepat.  Indikasi tes skrining untuk terapi penyalahgunaan obat, pemantauan kepatuhan terapi,
 Teknik uji penapisan yaitu: a) kromatografi lapis tipis (KLT) yang dikombinasikan dengan reaksi warna, b) dan/atau untuk kepentingan forensik.
teknik immunoassay.
 Sebagian besar skrining dilakukan menggunakan teknik immunoassay POCT pada spesimen urine –
 Contoh pereaksi tes warna – Marquis, Mandelin, Simon dikembangkan POCT kuantitatif.
 Kekurangan test POCT adalah sensitivitas dan spesifitas analitik rendah dan ada reaktivitas silang.
 Kelebihannya adalah sederhana, cepat, mudah.
D4 TLM POLTEKKES BANDUNG 12
8/18/2023

Reagent -- the addition of100 mL


of concentrated (95–98%) sulfuric Reagent - The addition of 100 mL
acid to 5 mL of 40% formaldehyde. of concentrated (95–98%)
sulfuric acid to 0.5 -1 g
of Ammonium metavanadate.

Banyak digunakan untuk pengujian


golongan amfetamin dan opioid.

D4 TLM POLTEKKES BANDUNG 13 D4 TLM POLTEKKES BANDUNG 14

TAHAPAN ANALISIS
The reagent is typically provided in 2. Analisis
two parts: 2.2.. Uji konfirmasi -- uji identifikasi dan kuantifikasi,
•A mixture of 2% sodium  Tes konfirmasi digunakan untuk memverifikasi baik menyetujui atau menyangkal hasil tes skrining -- memastikan
nitroprusside and 2% acetaldehyde in
identitas analit dan menetapkan kadarnya.
water (solution A)
•A solution of 2% sodium carbonate in  Pengujian: kromatografi gas - spektrofotometri massa (GC-MS), kromatografi cair kenerja tinggi (HPLC) dengan
water (solution B) diode-array detektor, kromatografi cair - spektrofotometri massa (LC-MS), KLT-Spektrofotodensitometri, dll.
 Metode uji konfirmsi yang digunakan memiliki karakteristik:
Digunakan untuk test golongan o Sangat sensitif – sampai kadar ppb (ng/ml) -- Sensitifitas uji konfirmsai minimal sama dengan uji penapisan,
amfetamin o Spesifik --- harus lebih spesifik.
o Membutuhkan eknisi terlatih untuk operasikan alat dan juga dapat melakukan interpretasi hasil.
o Menganalisis berbagai macam obat/racun
D4 TLM POLTEKKES BANDUNG 15  Dalam situasi klinis adakalanya hanya dilakukan satu kali pengujian tidak perlu konfirmasi;
8/18/2023

Metode Analisis
TAHAPAN ANALISIS
Pengukuran biomarker sebagai penanda keracunan, antara lain;
 Pemeriksaan EKG dilakukan untuk melihat ada tidaknya efek samping aritmia pada penggunaan
psikostimulan.
 Biomarker jantung seperti troponin
 Pemeriksaan elektrolit, hiponatremia sebagai komplikasi dari amphetamine and cocaine use disorder.
 Pasien yang datang dengan gangguan kesadaran atau gangguan neurologis lainnya dapat diperiksakan
dengan pencitraan otak (biasanya CT Scan).
 Peningkatan kadar malondialdehid/MDA sebagai penanda stres oksidatif dan penurunan antioksidan
setelah terpapar obat-obatan yang disalahgunakan, terutama amfetamin, kokain, dan opiat.
 Peningkatan aldehid dehidrogenase sebagai biomarker kimia pada konsumsi alkohol secara berulang.

D4 TLM POLTEKKES BANDUNG 17 D4 TLM POLTEKKES BANDUNG 18

Metode Analisis TAHAPAN ANALISIS


3. Interpretasi Hasil/Temuan Analisis
 Hasil analisis harus menjawab:
a. jenis racun?
b. Berapa besar dosisnya?
c. Efek yang ditimbulkan?
d. Kapan tubuh korban terpapar?
 Dituntut waktu yang pendek untuk melaporkan hasil – data diperlukan untuk menentukan jenis dan kadar
antidot.
 Interaksi obat – mempengaruhi interpretasi hasil
 Dalam dekade terakhir dengan banyak munculnya zat psikoaktif baru -- penelitian toksikologi pencarian
senyawa “biomarker” untuk mendeteksi dengan tepat.
D4 TLM POLTEKKES BANDUNG 19
 MS library pada alat terbatas untuk senyawa biomarker baru.
8/18/2023

Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam melakukan interpretasi hasil


 Dalam kasus post mortem dapat terjadi redistribusi obat, perubahan fisika kimia
spesimen dan ketidakstabilan obat/metabolit.
2. THERAPEUTIC DRUG MONITORING/TDM
 Data referensi konsentrasi/efek obat kebanyakan dalam plasma/serum atau wholeblood --- • PENGERTIAN DAN TUJUAN TDM
kurang data pada berbagai matriks biologis.
 Variasi konsentrasi obat/racun dalam darah ditentukan oleh berbagai faktor seperti • PELAKSAAN TDM PADA OVER DOSIS OBAT
lingkungan dan faktor fisiologis, serta genetik farmakokinetik.
 Status kesehatan berdampak pada pengikatan protein obat/racun, klirens obat yang
mempengaruhi metabolisme dan eliminasi.
 Gender dapat mempengaruhi konsentrasi obat/racun akhir karena perbedaan fisiologis,
efek hormon, dan penggunaan obat (kontrasepsi oral).
D4 TLM POLTEKKES BANDUNG 21 D4 TLM POLTEKKES BANDUNG 22

Pengertian TDM
 Therapeutic drug monitoring (TDM) -- Pemantauan kadar obat dalam darah.
 TDM  pengujian dengan mengukur jumlah/kadar obat-obatan tertentu dalam darah,
untuk memastikan jumlah obat yang diminum aman dan efektif.
 Sebagian besar obat dapat diberi dosis dengan benar tanpa pengujian khusus, tetapi
untuk obat-obat tertentu mungkin sulit untuk menentukan dosis yang cukup untuk
terapi tanpa menimbulkan adverse effect -- TDM membantu mengetahui penggunaan
dosis obat yang tepat.
 Indikasi yang tepat untuk TDM – toksisitas, dosis dan pemantauan.

D4 TLM POLTEKKES BANDUNG 23 D4 TLM POLTEKKES BANDUNG 24


8/18/2023

Rentang kadar obat yang umum dipantau


Karakteristik obat/pasien pada TDM Rentang Kadar terapi
Nama obat
dalam darah
1) Obat dengan indeks terapeutik yang sempit - digoksin Amikasin 20–30 µg/mL
2) Obat dengan variabilitas individu yang besar - isoniazid Karbamazepin 4–12 µg/mL
Digoxin 1–2 ng/mL
3) Obat dengan hubungan konsentrasi obat dalam darah dan dosis belum “jelas” - Gentamisin 5–10 µg/mL
4) Obat dengan tingkat kejenuhan tinggi (non linier) pada fase metabolisme - salisilat Lidokain 1–5 µg/mL
5) Obat yang sulit untuk memprediksi respon secara klinis - Lithium 0.6–1.2 mEq/L
Phenytoin 10–20 µg/mL
6) Obat dengan toksisitas tinggi dan sulit untuk membedakan dari penyakit yang mendasari Procainamid 4–10 µg/mL
pasien. Quinidin 1–4 µg/mL
Pada kondisi Pasien: Theophyllin 10–20 µg/mL
Tobramycin 5–10 µg/mL
1) Kegagalan terapi (menilai tidak patuh atau tidak efektif). Valproic acid 50–100 µg/mL
2) Ada gangguan fungsi organ pada pasien Vancomycin 20–40 µg/mL
D4 TLM POLTEKKES BANDUNG 25 D4 TLM POLTEKKES BANDUNG 26

Keterbatasan dan Problem TDM Pelaksanaan TDM pada Over Dosis Obat

KETERBATASAN PROBLEM • Dalam toksikologi klinis pengukuran kadar obat bertujuan untuk penelitian atau tujuan
• Hasil penetapan kadar dari laboratorium dapat • Personil dan Peralatan pengobatan.
menghasilkan kadar yang lebih tinggi, lebih • Dokter: Keterbatasan dokter untuk konsultasi • Pada sebagian besar pasien dengan overdosis, tidak diperlukan pengukuran rutin
rendah, atau sama dengan kadar serum secara • Waktu pengambilan sampel kurang tepat konsentrasi obat atau skrining obat.
teoritis. • Tidak ada pernyataan untuk dilakukan atau
• Data lain seperti kreatinin serum yang tinggi perintah dokter untuk TDM • Pada pasien yang riwayatnya tidak jelas, penetapan kadar obat dilakukan menunjang
dan urea nitrogen darah yang tinggi • Data pengobatan pasien kurang pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang lainnya.
membuktikan alasan bahwa konsentrasi obat • Tidak ada peralatan • Agar bermanfaat secara klinis, konsentrasi obat harus membantu dalam satu atau lebih
dalam serum yang tinggi disebabkan oleh • Tidak ada dokter untuk konsultasi bidang berikut: diagnosis, prognosis, panduan terapi, atau penilaian kemanjuran terapi
klirens ginjal yang lambat/ fungsi ginjal
menurun. saat ini.
D4 TLM POLTEKKES BANDUNG 27 D4 TLM POLTEKKES BANDUNG 28
8/18/2023

Pelaksanaan TDM pada Over Dosis Obat Harap dibaca artikel .. terlampir
• Contoh:
 Parasetamol (analgesik) -- Konsentrasi parasetamol memberikan informasi diagnostik dan prognostik dan
menentukan kebutuhan terapi pada overdosis untuk mencegah kerusakan hati.
 Teofilin (obat asma) – memprediksi resiko kejang dan kardiotoksisitas pada overdosis akut ataupun penggunaan
kronis, menyebabkan aritmia dan kejang.
 Digoksin (obat jantung) – indeks terapi sempit, mengurangi risiko intoksikasi digoksin.
 Salisilat (analgesik) – diduga menelan obat lebih dari 100mg/kgBB atau keracunan salisilat dengan gejala
gangguan keseimbangan asam-basa.
 Etanol – hepatotoksik dan efek terhadap SSP, kadar etanol > 450mg/dL darah dilakukan terapi hemodialisis.
 Metanol – Menyebabkan kebutaan dan gangguan elektrolit, kadar dalam darah > 50mg/dL atau untuk
dilakukan terapi hemodialsis.
D4 TLM POLTEKKES BANDUNG 29 D4 TLM POLTEKKES BANDUNG 30

https://www.mayocliniclabs.com/test-catalog/drug-book

TERIMA
KASIH
D4 TLM POLTEKKES BANDUNG 31

Anda mungkin juga menyukai