Anda di halaman 1dari 5

Teka-teki Pengajuan Paten Vaksin Corona

Sebelum WHO Tetapkan Pandemi

Jakarta -
Seorang ilmuwan militer di China yang berhubungan erat dengan Amerika Serikat
dituding telah mengajukan paten vaksin Corona pada Februari 2020. Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) baru menetapkan status pandemi sebulan kemudian.

Adalah Yusen Zhou, ilmuwan yang bekerja untuk Tentara Pembebasan Rakyat
atau People's Liberation Army (PLA) yang mengerjakan berkas-berkas pengajuan
paten tersebut, berselang 5 pekan sejak kasus pertama terkonfirmasi di Wuhan.

Belakangan, Zhou dikabarkan meninggal pada Mei 2020 dengan kondisi yang
misterius. Hanya satu surat kabar di China yang mengabarkannya.

Menurut The Australian, Zhou yang menerima bantuan dari National Institutes of
Health untuk aktivitas tersebut, cukup dekat dengan Wuhan Institute of Virology
(WIV), termasuk dengan Shi Zhengli, ilmuwan yang terkenal sebagai peneliti
kelelawar.

Laporan ini memperkuat spekulasi tentang teori kebocoran lab, yang menyebut
virus Corona penyebab COVID, SARS-CoV-2 tidak muncul secara alamiah
melainkan bocor dari laboratorium.

Sebelumnya, spekulasi tersebut mencuat lagi setelah intelijen Amerika Serikat


mengungkap ada tiga staf laboratorium di Wuhan yang berobat ke rumah sakit
pada November 2019. Mereka mengalami gejala mirip COVID-19.
Memanas! Ilmuwan China Disebut Ajukan
Paten Vaksin COVID Sebelum Pandemi

Jakarta -
Seorang ilmuwan militer asal China dituding telah mengajukan hak paten
untuk vaksin COVID-19 sebelum Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
menetapkan status pandemi COVID-19. Namun, beberapa minggu setelah itu ia
meninggal secara misterius.

Ilmuwan yang diketahui bernama Yusen Zhou bekerja untuk Tentara


Pembebasan Rakyat itu mengajukan dokumen hak paten atas nama partai politik
China pada 24 Februari 2020 lalu.

Kasus pertama COVID-19 dilaporkan pertama kali di Wuhan pada Desember


2019, sementara WHO belum menyatakan wabah tersebut sebagai pandemi
hingga 11 Maret 2020.
Manfaatkan! Khusus DKI, Warga 18 Tahun ke
Atas Sudah Boleh Vaksin Corona

Jakarta -

Vaksinasi CoronaDKI Jakarta resmi dibuka untuk masyarakat umum 18 tahun ke


atas. Tahap ketiga vaksinasi Corona sebelumnya hanya diprioritaskan untuk pra
lansia 50 tahun ke atas dan kelompok masyarakat rentan.

"Betul," tegas juru bicara vaksinasi COVID-19 saat dikonfirmasi detikcom


soal vaksinasi Corona di usia 18 tahun ke atas bagi masyarakat umum DKI
Jakarta, Selasa (8/6/2021).

Kementerian Kesehatan menerapkan aturan tersebut dengan sejumlah


pertimbangan. Salah satunya data kenaikan kasus COVID-19 di DKI Jakarta
dalam sepekan terakhir.

Angka positivity rate Corona Jakarta juga mencapai 7,62 persen. Artinya,
penularan Corona di Jakarta masih tinggi.

"Berdasarkan data yang masuk ke Kementerian Kesehatan s.d 6 Juni 2021, total
kasus positif COVID-19 di Provinsi DKI Jakarta sebesar 435.135 kasus
(bertambah 1.019 orang), dengan kasus aktif sebanyak 11.516 (2,6 persen),"
demikian keterangan Kemenkes dalam edaran surat yang diterima detikcom.

"Dan kematian sebanyak 7.438 kasus (bertambah 15 orang), di mana 35 persen


kasus aktif dengan gejala sedang sampai dengan kritis membutuhkan perawatan
di rumah sakit," lanjut keterangan tersebut.
Bolehkah Ibu Hamil Vaksin COVID-19? Ini
Hasil-hasil Riset Para Ahli

Jakarta -
Seiring dengan berjalannya vaksinasi COVID-19, kini sasaran vaksin tidak hanya
terbatas pada lansia. Bahkan, target vaksinasi tahap ketiga saat ini menyasar
masyarakat umum yang berada di zona merah. Namun, bolehkan ibu hamil
vaksin COVID-19?

Sebelumnya, wanita hamil tidak dilibatkan dalam uji klinis. Oleh karenanya,
banyak pihak yang dibuat ragu akan efektivitas vaksin COVID-19 pada ibu hamil.
Padahal, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC),
wanita hamil lebih rentan mengalami gejala parah apabila terinfeksi virus Corona
daripada wanita yang tidak hamil.

Sayangnya, hingga saat ini data terkait keamanan vaksin COVID-19 pada wanita
hamil masih terbatas. Meski demikian, CDC mengumumkan pada April lalu
bahwa mereka merekomendasikan orang hamil menerima vaksin COVID-19.

Hal tersebut berdasarkan studi di The New England Journal of Medicine yang
dilakukan terhadap 35,691 orang wanita berusia 16-54 tahun yang mendapatkan
vaksin Pfizer dan Moderna. Dengan demikian, terkait pertanyaan bolehkah ibu
hamil vaksin COVID-19 atau tidak, maka jawabannya adalah boleh.

Studi tersebut menemukan bahwa vaksin COVID-19, Pfizer dan Moderna, aman
untuk ibu hamil dan bayinya. Menurut dr Anne Schuchat dari CDC, wanita hamil
harus mendapatkan akses untuk mendapatkan vaksin karena mereka lebih rentan
mengalami komplikasi jika terinfeksi.
Pesan Panglima TNI dan Harapan Kapolri
dalam Vaksinasi COVID-19 di Kediri

Kediri -
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dan Panglima TNI Marsekal Hadi
Tjahjanto meninjau vaksinasi COVID-19 di Kediri. Apa pesan dan harapan mereka?

Vaksinasi COVID-19 massal dipusatkan di SLG Convention Center Kabupaten Kediri.


Turut hadir bersama Kapolri dan Panglima TNI yakni Gubernur Jawa Timur Khofifah
Indar Parawansa, Bupati Kediri Hanindhito Hinawan Pramana, Dandim serta Kapolres
Kota dan Kabupaten Kediri.

Dalam kesempatan tersebut Panglima TNI beserta rombongan sempat melakukan


peninjauan secara langsung, jalannya vaksinasi COVID-19 massal. Hadi meminta
warga yang hadir agar selalu mematuhi protokol kesehatan. Mulai dari memakai
masker hingga menjaga jarak.

Menurutnya, jika semua warga telah menjalani vaksinasi COVID-19 maka akan
terbentuk herd immunity. Sehingga ekonomi akan kembali seperti semula dan warga
dapat beraktivitas normal.

"Saya berpesan dan mengingatkan agar selalu memakai masker, bila tubuh kita
semakin kuat dan herd immunity telah terbentuk, maka ekonomi akan semakin lancar
dan kembali seperti sedia kala," ucap Hadi, Kamis (10/6/2021).

Senada dengan Panglima TNI, Kapolri juga memberikan apresiasi kepada Pemkab
Kediri terkait proses vaksinasi COVID-19 tersebut. Setelah mendengar pemaparan dari
Bupati Kediri, Kapolri menyebut ada potensi kenaikan kasus COVID-19 di Kediri, usai
Lebaran.

Anda mungkin juga menyukai