PEKERJAAN
PEBRUARI
2018
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN
1.1. Maksud dan Tujuan
1.2. Lingkup Pekerjaan
1.3. Lokasi Pekerjaan
1.4. Volume Pekerjaan
1.5. Urutan Pekerjaan
1.5.1. Pekerjaan Pendahuluan
1.5.2. Pekerjaan Konstruksi
I. PENDAHULUAN
I.1. Maksud dan Tujuan
Pembangunan Mesjid Pemprov Kalimantan Timur didanai oleh APBD
Provinsi Kalimantan Timur tahun anggaran 2018.
Pembangunan ini bertujuan untuk menambah Sarana Ibadah di Kota
Samarinda Kalimantan Timur.
LOKASI PROYEK :
LOKASI PROYEK
TAMPAK SAMPING :
Tahap Lantai 1
Tahap Lantai 2
Tahap Lantai 3
- Pekerjaan pemagaran
- Pekerjaan fasilitas prasarana proyek
- Pekerjaan pengukuran
- Pekerjaan setting out (bow-plank)
- Gambar kerja dan dokumen proyek
2.2.1. Produksi
Pekerjaan pondasi pancang meliputi pengadaan dan pemancangan
tiang pancang spun pile 30cm, 40cm, 50cm dengan mutu beton
K-600. Pembuatan / Fabrikasi tiang pancang beton ini dilakukan oleh
supplier di pabrik.
2.2.3. Pemancangan
Pemancangan tiang pancang spun pile ini akan menggunakan alat
mobile crane dan mesin jacking pile .
URUTAN PEMANCANGAN
Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Setelah dilakukan pemotongan tiang pancang elevasi cut off pile
pekerjaan galian pile cap dan tie beam dimulai.
b. Bekisting pile cap dan tie beam digunakan pasangan batako sesuai
persyaratan pada dokumen spesifikasi. Pemasangan bekisting
batako ini untuk mempercepat pembuatan pile cap dan tie beam
karena tidak perlu dibongkar.
c. Setelah diselesaikan pekerjaan pile cap dan tie beam dilanjutkan
dengan pengisian pasir urug dan lantai kerja 1 PC: 3PS : 5KR.
d. Selanjutnya dipasang pembesian sesuai bar bending schedule dan
setelah dilakukan pemeriksaan oleh konsultan pengawas
dilakukan pengecoran pile cap dan tie beam.
Urutan Pekerjaan Struktur Beton Bertulang Pile Cap dan Tie Beam :
Bekisting kolom
TEST MUTU
Bar Bender
Bar Cutter
SFESIFIKASI TEKNIS
Non /air entrening
Fc’ sesuai design
Hal 27 dari 117
W/C ,jumlah semen
PT.BANGUN CIPTA KONTRAKTOR
YES
PENYESUAIAN LAPANGAN
PENGAWASAN MUTU
PEMAKAIAN
e. Test kuat tekan : cara pengambilan contoh dapat diatur dan disesuaikan
dengan volume pengecoran. Maksud dari pengambilan contoh agar
mendapatkan gambaran mengenai mutu beton yang ada. Dari hasil test
dapat dibuat standard deviasi dan distribusi dari kekuatan tekan beton.
Mulai
Sampling
Pembongkaran Cetakan
Finishing
Pekerjaan pengecoran
Balok
Balok
Kolom
Tie Beam
Pile Cap
Tiang Pancang
Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Seluruh dinding dari pasangan bata dengan aduk campuran 1 PC : 5 pasir pasang,
kecuali pasangan bata semen trasram.
b. Untuk dinding trasram/rapat air dengan aduk campuran 1 PC : 3 pasir pasang,
yakni pada dinding dari atas permukaan sloof/balok/pondasi sampai minimum 200
cm di atas permukaan lantai setempat untuk sekeliling dinding ruang-ruang basah
(toilet, kamar mandi, WC) serta pasangan batu bata di bawah permukaan tanah.
c. Sebelum digunakan batu bata harus direndam air dalam atau drum hingga jenuh.
d. Setelah bata terpasang dengan adukan, naad/siar-siar harus dikeruk sedalam 1 cm
dan dibersihkan dengan sapu lidi dan setelah kering permukaan pasangan disiram
air.
e. Dinding batu bata sebelum diplester harus dibasahi dengan air terlebih dahulu dan
siar-siar dibersihkan.
f. Pemasangan dinding batu bata dilakukan bertahap, setiap tahap maximum 24 lapis
per harinya (1-1,2m), serta diikuti dengan cor kolom praktis sesuai dengan petunjuk
yang tertulis dalam dokumen tender.
g. Pemasangan perancah tidak akan merusak pasangan bata merah yang sedang
dikerjakan.
h. Bagian pasangan bata yang berhubungan dengan setiap bagian pekerjaan beton
akan diberi penguat stek-stek besi beton diameter 10 mm jarak 75 cm, yang terlebih
dahulu ditanam dengan baik pada bagian pekerjaan beton dan bagian yang
tertanam dalam pasangan bata sekurang-kurangnya 30 cm, kecuali bila satu dan hal
lain hal ditentukan lain oleh Direksi / Konsultan Pengawas.
i. Sistimatika pemasangan bata akan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan oleh
Pemilik Proyek/Direksi Lapangan.
Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Campuran plesteran yang dimaksud adalah campuran bahan plesteran yang
pembuatannya menggunakan mixer selama 3 menit.
b. Berapen adalah plesteran kasar dengan campuran aduk kedap air yaitu 1 PC : 5 PSR
Dipakai untuk menutup permukaan dinding pasangan batu bata yang tertanam
dalam tanah hingga ke permukaan tanah dan/atau lantai.
c. Plesteran adalah campuran 1 PC : 5 PSR
d. Plesteran halus/aci halus adalah campuran PC dengan air yang dibuat sedemikian
rupa sehingga mendapat campuran yang homogen.
f. Semua jenis aduk plesteran di atas akan disiapkan sedemikian rupa sehingga selalu
segar, belum mengering pada waktu pelaksanaan pemasangan.
g. Permukaan semua aduk plesteran harus diratakan
h. Sebelum pelaksanaan pekerjaan plesteran pada permukaan pasangan batu bata dan
beton, permukaan beton harus dibersihkan dari sisa-sisa bekisting kemudian di
ketrek/scratched.
i. Pekerjaan plesteran halus adalah semua permukaan pasangan batu bata dan beton
yang akan difinish dengan cat.
j. Ketebalan plesteran diusahakan akan mencapai ketebalan permukaan
dinding/kolom/lantai yang dinyatakan dalam Gambar Kerja dan/atau sesuai peil-
peil yang diminta dalam Gambar Kerja.
k. Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung dengan
wajar, tidak secara tiba-tiba.
l. Pekerjaan finishing permukaan plesteran tidak akan dilakukan sebelum plesteran
berumur lebih dari 2 minggu
1. Bersihkan permukaan dinding yang akan diaci agar terbebas dari kotoran dan debu.
Pastikan tidak ada noda yang menempel karena akan berpengaruh pada permukaan
tembok yang tidak rata. Apabila dinding terlihat kering, siram dengan sedikit air untuk
membasahinya. Dinding yang basah memudahkan adukan acian dapat merekat dengan
kuat.
2. Buatlah adukan acian yang terdiri dari campuran semen dan air. Masukkan bubuk
semen ke dalam ember kecil secukupnya, lalu tuangkan air sedikit demi sedikit agar
bubuk semen berubah bentuk menjadi pasta. Jika semen masih padat tambahkan
beberapa air untuk mengencerkannya. Sebaliknya jika terlalu cair, tambahkan beberapa
sendok semen lagi untuk mengentalkannya.
3. Setelah adukan acian semen selesai dibuat, ambilah sejumput adukan tersebut memakai
roskam, lalu aplikasikan pada dinding berplester. Caranya, tekan roskam yang telah
terdapat adukan aci di dasarnya pada dinding, lalu sebarkan ke sisi sampingnya agar
adukan menutupi pori-pori tembok secara merata. Begitu seterusnya sampai seluruh
dinding rumah tertutupi oleh lapisan aci. Agar hasilnya tidak retak, ketebalan acian
yang disarankan adalah 1,5 mm sampai 3,0 mm.
4. Kesulitan terbesar saat menerapkan adukan acian ini terletak pada pelapisan sudut
tembok. Hal ini dikarenakan bidang sudut tembok berhimpitan 45 derajat dengan
tembok di sebelahnya, sehingga gerakan tangan menjadi terbatas. Untuk mengatasinya,
dianjurkan memulai proses pengacian dinding ini dari sudut tembok menggunakan
roskam berukuran kecil. Lakukan juga gerakan yang searah dari bidang sudut ke
bidang yang terbuka. Alternatif lain, anda bisa memanfaatkan kuas untuk mengoleskan
adonan acian pada sudut dinding yang sulit dijangkau.
5. Agar hasil acian dinding terasa halus, setelah proses pengacian rampung dan lapisan
semen terlihat agak kering, anda bisa mengampelas permukaannya. Kali ini anda bisa
memanfaatkan kertas bekas wadah semen atau kain bertekstur kasar sebagai ampelas.
Caranya sangat mudah, seperti proses pengampelasan pada umumnya, gosokkan kertas
semen tersebut dengan gerakan memutar dan merata pada seluruh permukaan dinding.
Tujuannya untuk mengikis lapisan acian tipis yang menggembung ke atas permukaan.
6. Periksa sekali lagi hasil acian yang telah anda terapkan pada dinding. Pastikan seluruh
permukaannya berbidang rata. Jika semuanya sudah beres, anda bisa mengecat dinding
tersebut dengan warna sesuai keinginan agar terlihat lebih indah.
Persyaratan Pelaksanaan
a. Adukan yang dipakai mortar produksi pabrik. Tidak dibenarkan menyiram Air
Semen ke permukaannya.
b. Seluruh rongga pada permukaan ubin bagian belakang harus terisi dengan adukan
sewaktu ubin keramik dipasang.
c. Pola pemasangan ubin keramik harus sesuai dengan gambar kerja/shop drawing
atau sesuai dengan petunjuk pabrik.
d. Toleransi kecekungan adalah 2,5 mm untuk setiap 2 m2.
e. Garis-garis tepi ubin keramik yang terbentuk maupun siar-siar harus lurus. Lebar
siar harus sama yaitu maximum 3 mm dengan kedalaman 2 mm.
f. Persyaratan pelaksanaan aduk & pengisi aduk perekat harus sesuai dengan
spesifikasi pabrik agar didapatkan hasil yang baik. Untuk lantai yang luas harus
diberi dilatasi nat sealent sesuai spesifikasi dari pabrik keramik
g. Selama 3 x 24 jam setelah pemasangan, ubin keramik harus dihindarkan dari injakan
atau pemberian beban.
PEMASANGAN KERAMIK
Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan yang dimaksud meliputi pemasangan dinding granit /marmer/ keramik
untuk pekerjaan seperti tercantum dalam gambar kerja.
Persyaratan Pelaksanaan
a. Pekerjaan finishing dinding dengan mortar instant dilakukan setelah plester selesai
dikerjakan.
b. Buat as ruang sesuai starting point.
c. Periksa vertically dengan menggunakan unting-unting.
d. Isi bagian belakang keramik dengan mortar instan.
e. Tempelkan pada bidang dinding.
f. Isi nat keramik dengan grouting ketika cukup kering.
marking batas
granit
Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Pada pekerjaan plafond perlu diperhatikan adanya pekerjaan lain yang dalam
pelaksanaannya sangat berkaitan erat.
b. Sebelum dilaksanakan pemasangan plafond, pekerjaan lain yang terletak di atas
plafond harus sudah terpasang dengan sempurna, a.l : elektrikal, AC, dan
perlengkapan instalasi lain yang diperlukan.
c. Apabila pekerjaan tersebut di atas tidak tercantum dalam gambar rencana plafond,
maka harus diteliti terlebih dahulu pada gambar instalasi yang lain.
d. Rangka penggantung plafond harus sesuai dengan pola gambar kerja dan wajib
diperhatikan terhadap peil rencana. Rangka yang datar harus rata air.
e. Finishing plafond adalah cat untuk plafond gypsum.
Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Sebelum melaksanakan pekerjaan, kontraktor akan meneliti gambar-gambar yang
ada dan kondisi di lapangan (ukuran dan lubang-lubang), termasuk mempelajari
bentuk, pola, layout/penempatan, cara pemasangan, mekanisme dan detail-detail
sesuai gambar
b. Sebelum pemasangan, semua kusen ditempatkan pada tempat yang aman.
c. Keutuhan kusen diperhatikan baik ukuran dan kerapian sambungan Kayu di sudut
sikunya dll.
d. Semua kusen yang melekat pada dinding beton/bata diberi penguat ke beton atau
ke dinding sabagai penguat kusen /angkur yang terpasang
e. Setelah terpasang perlu diberi pelindung terhadap benturan dan pengotoran dari
akibat pelaksanaan pekerjaan lain.
f. Pemasangan tiang kusen yang langsung di atas lantai (kosen pintu)
Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Semua pekerjaan dilaksanakan dengan mengikuti petunjuk gambar kerja,
persyaratan persyaratan atau sesuai petunjuk direksi. Pekerjaan ini harus
dilaksanakan dengan keahlian dan ketelitian.
b. Syarat dan Mutu.
Untuk memenuhi persyaratan mutu yang baik maka akan diperhatikan ketentuan-
ketentuan sebagai berikut :
- Dimensi yang benar sesuai gambar
- Toleransi ketebalan kaca
- Sudut-sudut berbentuk siku yang benar
- Warna sesuai dengan permintaan
- Hasil pemasangan rapi, lurus, serta halus.
c. Pekerjaan Pemasangan Kaca patri.
Sebelum pemasangan kaca patri, semua rangka pemegang sudah terpasang sesuai
dengan gambar kerja dan persyaratan pekerjaan untuk bahan rangka pemegang
tersebut.
Tepi kaca patri pada sambungan atau antara kaca dengan rangka pemegang harus
diberi sealant atau dempul khusus untuk menutupi celah dengan rangka seperti
yang disyaratkan dalam gambar kerja.
d. Kualitas Pekerjaan
- Diusahakan tidak terjadi retak tepi pada semua kaca akibat pemasangan lis
maupun skrup.
- Kaca terkunci dengan baik, sempurna dan tidak bergeser dari rangka pemegang
dan list yang ada.
- Semua kaca pada saat terpasang tidak bergelombang, retak dan tergores.
- Apabila masih terlihat adanya gelombang, maka kaca tersebut dibongkar dan
diperbaiki/diganti. Biaya untuk hal ini menjadi tanggung jawab kontraktor dan
tidak dapat diajukan sebagai pekerjaan tambah.
- Kontraktor wajib memelihara dan melindungi hasil pekerjaan dari kerusakan
dan benturan, untuk itu pekerjaan kaca akan diberi tanda agar mudah
terlihat/diketahui. Semua kerusakan yang timbul menjadi tanggung jawab
kontraktor untuk memperbaiki sampai pekerjaan selesai.
Tahap selanjutnya lembaran2 cladding GRC yang telah dicetak di workshop sebagai
segment penutup kubah, disusun satu persatu hingga bulatan kubah masjid terbentuk
sempurna sesuai gambar kerja. Proses pencetakan cladding GRC memakai moulding di
workshop memungkinkan kubah masjid bisa dibentuk dengan motif yang bervariasi.
Setelah penyusunan cladding GRC kubah masjid selesai maka
dilakukan finishing pengecatan sesuai gambar kerja.
Proses pelaksanaan instalasi adalah dimulai setelah barang sampai di site yang
meliputi cara pembongkaran, penyimpanan di gudang/tempat sementara, pemindahan
dari gudang ke lokasi pemasangan dan terakhir pelaksanaan pemasangan
Proses testing dan commissioning adalah proses akhir yang meliputi test isolasi kabel
dan peralatan, fungsi/unjuk kerja serta training.
LINGKUP PEKERJAAN
0.1 Lingkup pekerjaan ini termasuk pengadaan semua material, peralatan, tenaga kerja dan
lain-lain untuk pemasangan, pengetesan, commissioning dan pemeliharaan yang sempurna
untuk seluruh instalasi listrik seperti dipersyaratkan dan seperti ditunjukkan dalam
gambar-gambar perencanaan listrik.
b. Material pendukung instalasi kabel TM yang diantaranya kabel leader, kabel schund
dan lainnya sesuai dengan ditunjukkan dalam dokumen gambar perencanaan.
0.2.2 Panel Daya Tegangan Menengah atau Medium Voltage Distribution Panel (MVDP)
meluputi :
a. Sisi PLN :
Incoming Panel, dan Out-going Panel lengkap dengan peralatan pengaman dan proteksi
sesuai gambar perencanaan dan standar PLN setempat.
b. Sisi Konsumen:
Incoming Panel, dan Outgoing Panel lengkap dengan peralatan pengaman dan proteksi
sesuai gambar rencana.
0.2.3 Transformator Daya.
Pekerjaan ini meliputi trafo daya serta kelengkapan proteksi yang dibutuhkan sesuai
persyaratan teknis, gambar perencanaan dan persyaratan keamanan lain sesuai standar
SNI yang diperlukan untuk kesempurnaan sistem.
0.2.4 Panel-Panel Daya Tegangan Rendah.
Pekerjaan ini meliputi :
a. Low Voltage Main Distribution Panel (LVMDP) lengkap dengan peralatan Automatic
Transfer Switch (ATS) ke Genset.
b. Kubikal Capacitor Bank, yang dilengkapi dengan dinding pemisah dengan kubikal
lainnya.
c. Panel Daya dan Penerangan (DB-PP/LP).
d. Panel-panel kontrol pompa lengkap seperti ditunjukan dalam gambar perencanaan.
e. Termasuk seluruh peralatan-peralatan bantu yang dibutuhkan untuk kesempurnaan
sistem instalasi listrik.
a. Pada keadaan normal, seluruh beban dilayani oleh sumber catu daya listrik utama yang
berasal dari Jaringan Tegangan Menengah PLN (20 kV, 3 phasa, 50 Hertz).
b. Pada saat sumber catu daya utama dari PLN mengalami gangguan, secara otomatis
beban daya dialihkan ke sumber cadangan Genset dengan bantuan ATS (Automatic
Transfer Switch) ke Genset terlayani untuk seluruh beban listrik (Full back up).
c. Khusus untuk beban yang membutuhkan catu daya listrik yang kontinu, disediakan
sumber daya batere dari UPS secara parsial pada masing – masing beban tersebut.
b. MVDP yang digunakan memenuhi SNI dan SPLN atau standard-standard lain
yang diakui di negara Republik Indonesia.
c. MVDP yang digunakan mempunyai rekomendasi untuk dipasang di daerah
tropis
b. Panel harus terbuat dari plat baja sesuai standar pabrik yang dilengkapi sertifikat
yang berwenang sesuai dengan rekomendasi /standard PLN.
c. Pintu panel, saklar pembumian dan Load Break Switch, interlock sehingga :
Pintu panel dapat dibuka bila saklar pembumian telah menutup/ON dan
sebaliknya pintu panel bisa ditutup bila saklar pembumian telah membuka.
Saklar pembumian dapat ditutup bila Load Break Switch telah membuka.
Load Break Switch dapat ditutup bila Saklar pembumian sudah terbuka.
d. Tujuan interlock di atas bertujuan untuk keamanan terhadap operator dan
sistem.
Hal 57 dari 117
PT.BANGUN CIPTA KONTRAKTOR
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN
Pembangunan Mesjid Pemprov Kaltim
c. Bus bar dipasang menggunakan isolator sehingga kokoh dan tahan oleh
gangguan mekanis akibat electrodynamic force.
2) 1.4.2 Konstruksi.
a. Inti besi harus kokoh sehingga :
5) Pengaturan dilakukan dengan menggunakan alat pengatur 'water level control unit' yang
dilengkapi dengan elektroda.
a. Kondisi air yang paling rendah seperti disebutkan di atas harus
dapat dimonitor pada panel kontrol. Secara visual berupa
diagram instalasi yang dilengkapi lampu indikator.
14) Pengaman yang digunakan untuk pengaman rangkaian capasitor mempunyai spesifikasi
teknis sebagai berikut:
15) Rating arus : sesuai Gambar Perencanaan,
16) Tegangan Kerja : 380 Volt,
17) Frekuensi : 50 Hertz,
18) Jumlah phasa : 3
a. Magnetic Contactor
19) Switching untuk tiap-tiap bagian capasitor unit menggunakan magnetic contactor.
20) Magnetic contactor yang digunakan untuk switching capasitor mempunyai spesifikasi
teknis sebagai berikut :
21) Rating tegangan : sesuai gambar perencanaan
22) Tegangan/Frequensi : 380 Volt, 50 Hert
23) Jumlah pole : 3
24) Tegangan coil : disesuaikan dengan tegangan power factor regulator yang digunakan.
a. Discharge Resistor
25) Resistor yang digunakan untuk pembuangan muatan disesuaikan dengan standard dan
rekomendasi produk terpilih.
26) 1.11.2 Power Factor Regulator
a. Power factor regulator merupakan unit pengatur/switching unit
capasitor terhadap sistem pengoperasian secara keseluruhan
beban daya listrik.
b. Power factor regulator harus mempunyai kemampuan sebagai
berikut :
27) Mengoperasikan/switching capasitor unit baik secara otomatis maupun secara manual
dengan menggunakan push button.
28) Tiap step mempunyai 'switching capacity' seperti ditunjukan dalam gambar perencanaan.
29) Faktor daya yang diinginkan dapat diset antara 0,85 (lagging) sampai dengan 0.95 (leading).
30) Pada saat panel tidak bertegangan, maka power factor regulator harus dapat melepaskan
semua capasitor.
31) Switching time dapat diatur antara 5 s/d 60 detik.
a. Power factor regulator harus dilengkapi dengan :
32) Peralatan ukur seperti cos-phi meter, volt meter, ampere meter, trafo arus dan perlengkapan
lainnya.
33) Cos-phi meter yang digunakan mempunyai rating pengukuran antara 0,6 inductive s/d 0,8
capacitive.
2) 1.12.2 Konstruksi
a. Sistem pembumian terdiri dari grounding rod, kabel penghubung
antara benda-benda yang diketanahkan dan peralatan bantu lain
yang dibutuhkan untuk kesempurnaan sistem ini.
b. Grounding rod dari sistem pembumian terbuat dari pipa yang
dipabrikasi khusus (GIP) dan tembaga dengan konstruksi seperti
Gambar Perencanaan.
c. Konduktor penghubung antara peralatan (yang digrounding)
dengan grounding rod terbuat dari 'bare copper conductor' atau
kabel berisolasi sesuai dengan Gambar Perencanaan.
3) 1.12.3 Pemasangan
a. Grounding rod harus ditanam langsung dalam tanah dengan
bagian grounding rod yang tertanam di dalam tanah minimum
sepanjang 6 M dan masing-masing titik grounding rod
mempunyai tahanan tidak lebih dari 1 Ohm.
b. Grounding rod harus ditempatkan di dalam bak kontrol yang
tertutup. Tutup bak kontrol harus mudah dibuka dan dilengkapi
dengan handle.
c. Bak kontrol ini mempunyai fungsi sebagai tempat terminal
penyam-bungan dan tempat pengukuran tahanan pembumian
grounding rod. Ukuran bak kontrol harus sesuai dengan Gambar
Perencanaan.
d. Hantaran pembumian harus dipasang sempurna dan cukup kuat
menahan gangguan mekanis.
e. Penyambungan bagian bagian hantaran pembumian yang
tertanam didalam tanah harus menggunakan sambungan las
sedangkan penyambungan dengan peralatan yang diketanahkan
harus meng-gunakan mur-baut atau sesuai dengan Gambar
Perencanaan.
4) Di dalam item ini termasuk juga pipa pelindung, penyangga dan klem untuk dudukan
dan pemasangan hantaran turun.
a. Elektroda Pembumian
5) Item ini meliputi batang pembumian, terminal penyambungan, bak kontrol dan
material - material bantu lainnya.
a. Instalasi sistem penangkal petir harus mengikuti Peraturan
Umum Instalasi Penangkal Petir (SNI) atau peraturan-peraturan
lainnya yang berlaku di Indonesia, serta harus mendapat
Rekomendasi dari Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia.
e. Umur jam kerja minimal 50000 jam ( pada kondisi 70% lumen
maintenance ).
3.5 Pekerjaan ini harus mengikuti segala ketentuan yang tercantum pada
standard yang diikuti dan menggunakan formulir-formulir isian (test
form report) yang dilampirkan pada standard pengujian yang dimiliki
Panelmaker sesuai dengan sertifikasi ISO yang dimiliki oleh Panelmaker.
b. Tahapan Pelaksanaan
- Pemasangan Pemipaan.
- Pengisian kabel.
- Pengetesan tahanan isolasi dengan alat
mergger disaksikan oleh direksi/yang
ditunjuk di tuangkan dalam berita
acara pengetesan sampai dengan hasil
yang baik dan aman.
- Pemasangan ceiling speaker, box panel
(TB) dan volume control setelah
tahapan arsitektur siap.
Setelah tahap desain sistem CCTV, maka tahap selanjutnya adalah pemasangan
instalasi CCTV. Instalasi peralatan dan kamera harus dipasang dalam posisi bebas dari
penghalang dan sedapat mungkin tidak mengarah langsung ke sumber cahaya yang
terang. Posisi pemasangan juga harus memungkinkan instalasi dan pemeliharaan
dapat dilakukan dengan cara yang aman.
2. Evaluasi Peralatan
Peralatan mungkin diperlukan untuk bertukar informasi dalam rangka untuk melakukan
fungsi dari beberapa jenis (misalnya untuk memindahkan kamera PTZ ke posisi tertentu
berdasarkan masukan dari sistem lain, atau meningkatkan tingkat perekaman dan resolusi
perangkat berdasarkan masukan dari perangkat lain). Dalam kasus ini dianjurkan perangkat
diuji terlebih dahulu sebelum sedang digunakan. Hal ini terutama dianjurkan jika peralatan
yang akan digunakan dibuat oleh produsen yang berbeda. Juga dianjurkan untuk
melakukan tes terlebih dahulu walaupun peralatan tersebut mengklaim kompatibel dengan
sistem lain.
Bila diperlukan kustomisasi produk atau software untuk memenuhi kebutuhan pengguna,
kustomisasi ini harus diuji sebelum peralatan digunakan. Kustomisasi juga harus diuji
terhadap kebutuhan pengguna yang didefinisikan dalam kebutuhan operasional.
Pasokan listrik harus mampu memenuhi beban terbesar di bawah kondisi operasi normal.
Beban maksimum listrik biasanya terjadi selama sistem mulai menyala setelah terjadi
kegagalan daya (mati listrik). Penilaian arus listrik untuk tujuan desain juga harus
mencakup toleransi tambahan 5% sampai 10% dari kapasitas.
Ketika pertimbangan keselamatan dan keamanan tidak memerlukan operasi sistem CCTV
selama terjadi kegagalan pasokan listrik, maka pasokan listrik publik seperti PLN dapat
menjadi satu-satunya pasokan untuk sistem. Beberapa sistem CCTV mengharuskan semua
peralatan yang akan terhubung ke fase listrik yang sama. Pasokan listrik harus berada dalam
area aman, dalam posisi yang aman dari gangguan, dan harus berventilasi sesuai dengan
persyaratan produsen untuk pengoperasian yang aman.
Persyaratan untuk instalasi listrik harus dipenuhi menggunakan arus yang tepat pada saat
instalasi. Semua kabel yang berhubungan harus cocok dan kompatibel agar sesuai dengan
praktek-praktek kerja yang baik.
Conduit: ketika menggunakan logam, semak-semak atau pohon yang menggangu harus
dibersihkan untuk mencegah kerusakan kabel. Ketika menggunakan conduit untuk
membawa kabel ia harus dapat dimatikan secepat mungkin ke unit yang terhubung.
PVC atau metal trunking: ketika trunking digunakan untuk membawa kabel ia harus
dapat dimatikan secepat mungkin ke unit yang terhubung.
Klip insulasi
Pengikat kabel
Kabel Catenary
Semua kabel CCTV harus dari jenis dan ukuran yang sesuai untuk aplikasi dan harus
memperhitungkan tingkat transmisi, serta kemungkinan gangguan listrik dan turun
tegangan. Setiap plastik atau komponen PVC yang digunakan sebagai bagian dari instalasi
kabel harus sesuai untuk lingkungan di mana ia dipasang. Pengikat yang dipasang secara
eksternal dan klip harus terbuat dari bahan tahan ultraviolet.
Kondisi lingkungan seperti kelembaban, panas yang berlebihan, resiko korosi, kerusakan
mekanis atau kimia, harus diperhitungkan ketika menentukan tingkat perlindungan yang
diperlukan kabel.
Semua kabel bawah tanah yang digunakan harus sesuai dengan tujuannya dan memiliki
perlindungan yang memadai dari kerusakan mekanik. Kabel bawah tanah harus
memberikan tingkat resistensi tinggi terhadap kelembaban, reaksi kimia, korosi dan hewan
pengerat.
Kamera harus dipasang dalam posisi bebas dari penghalang dan sedapat mungkin tidak
mengarah langsung ke sumber cahaya yang terang. Posisi pemasangan juga harus
memungkinkan instalasi dan pemeliharaan dapat dilakukan dengan cara yang aman. Jika
kamera harus dipasang di menara atau bracket maka perlu dipertimbangkan hal-hal berikut:
Menara dan peralatan braket harus dipasang sesuai dengan instruksi pabrik dan sesuai
spesifikasi pembebanan. Bila mungkin terjadi pergerakan pada menara, kabel dan kamera
harus dipasang dengan aman terhadap gangguan yang mugkin muncul. Gerakan karena
pengaruh alam seperti yang dialami oleh gedung-gedung tinggi dapat mempengaruhi
kinerja sistem.
Kamera harus dipasang sedemikian rupa sehingga sulit bagi orang yang tidak berhak untuk
mengubah bidang pandang kamera. Hal ini dapat dicapai dengan memasang di lokasi yang
tepat dan tinggi, penggunaan pemasangan mounting yang sesuai dan mungkin
menggunakan pelindung keamanan tambahan.
Interkoneksi kamera seperti kabel atau antena harus sulit dijangkau dan dirusak.
Tergantung pada kelas keamanan peralatan, metode otomatis harus dikerahkan untuk
mendeteksi perubahan bidang pandang kamera yang sesuai. Pertimbangan harus diberikan
untuk mendeteksi hilangnya sinyal video, penghalang atau cahaya menyilaukan yang dapat
menutupi pandangan kamera. Audio atau visual sistem alarm yang dihasilkan harus dapat
menginformasikan kebutuhan operator sistem.
Kondisi lingkungan di mana peralatan beroperasi harus diperhitungkan dan housing yang
memberikan perlindungan yang sesuai harus ditentukan. Peralatan harus dipasang sesuai
dengan instruksi produsen. Untuk mengurangi risiko kondensasi harus dipasang pemanas
dalam housing yang dapat bekerja terhadap perubahan suhu.
Ketika terdapat kemungkinan penetrasi oleh benda padat, debu atau air, housing yang
mampu perlindungan yang sesuai harus digunakan. Untuk mencegah terjadinya
penyalahgunaan, perlu dipertimbangkan pengunci untuk peralatan kontrol dan perekaman.
Metode penggunaan nama pengguna dan password untuk mengakses fungsi kontrol harus
dipertimbangkan untuk membatasi akses hanya untuk operator yang diberi wewenang. Hal-
hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih peralatan kontrol dan perekaman yaitu:
Suhu
Aliran udara peralatan (dari depan ke belakang, sisi ke sisi, bawah ke atas, dll), pastikan
tata letak peralatan tidak memiliki penghalang
Kelembaban
Debu dan kontaminasi udara lainnya
Getaran
Gangguan listrik
Kekakuan, dengan kecepatan angin tinggi.
Kemudahan akses untuk pemeliharaan dan layanan
Kenyamanan penggunaan operator
Ukuran, resolusi dan posisi tampilan layar harus dipilih sesuai dengan kebutuhan
penggunaan, ruang yang tersedia dan jumlah operator. Tampilan layar bisa diletakkan pada
meja atau dipasang pada dinding dengan pertimbangan ergonomi operator. Layar display
harus dipasang pada posisi yang meminimalkan efek pencahayaan terutama sinar matahari
yang dapat mempengaruhi kenyamanan monitoring. Bila dipasang di dinding atau langit-
langit maka sebaiknya menggunakan bracket yang sesuai dengan instruksi pabrik.
Commissioning harus terdiri dari pemeriksaan dan pengujian sistem yang dipasang
oleh teknisi CCTV; acara serah terima memerlukan demonstrasi sistem hingga diterima oleh
pelanggan. Komisioning harus mencakup pengujian visual dan fungsional untuk
memastikan bahwa sistem ini dipasang sesuai dengan spesifikasi yang telah disepakati dan
dalam standar pengerjaan yang tinggi. Sebuah rencana uji sistem harus dilakukan selama
acara serah terima dengan tujuan untuk memastikan bahwa sistem CCTV telah memenuhi
spesifikasi yang disepakati.
START
Engineering
- Survey
- Pembuatan Gambar Kerja
Yes Revisi
No
Approval
Pengerjaan
- Instalasi Air Bersih
- Instalasi Air Kotor
- Instalasi Air Hujan
Yes
No
Acceptance
Selesai
A. Proses Engineering
Survey Lokasi :
Survey lokasi dilakukan untuk menentukan peletakkan posisi ruang pompa,
jalur pipa, ground tank, posisi kamar mandi, posisi septic tank, posisi shaft
mechanical, posisi PDAM sebelum pekerjaan dilakukan.
Gambar Kerja:
Sebelum pekerjaan dimulai, gambar kerja akan dibuat berdasarkan hasil survey
lapangan dan diajukan kepada Direksi/ Manajemen konstruksi pemilik proyek
untuk dapat diperiksa dan di setujui sebelum pekerjaan di lakukan.
B. Proses Pengerjaan :
Instalasi Air Bersih :
1. Melakukan fabrikasi pembuatan support & hanger untuk pekerjaan instalasi
pipa air bersih.
2. Melakukan pekerjaan marking pada jalur pipa yang akan dilalui sesuai
dengan perencanaan yang telah disetujui.
3. Setelah pekerjaan marking selesai, pengeboran pada dinding dilakukan
untuk pemasangan hanger.
4. Setelah pekerjaan support selsesai dilakukan maka pekerjaan pemipaan
dapat dilaksanakan.
5. Seluruh instalasi distribusi air bersih harus dilengkapi dengan valve (gate)
sesuai dengan standar yang disyaratkan.
6. Tes tekanan dilakukan setelah instalasi pipa dan pengecekan sambungan
flange dan fitting dilakukan .
7. Setelah pemipaan selsesai pipa baru dapat di hubungkan dengan unit
pompa.
8. Pipa yang telah terpasang harus di cat sesuai dengan warna yang telah
disetujui.
9. Menentukan letak ruang pompa air bersih
10. Pasang pompa sesuai dengan posisi yang telah disetujui
11. Setting pompa yang telah terpasang.
Untuk itu diajukan suatu management proyek yang baik, dimana dapat diuraikan rincian
penanganan manajemen proyek sebagai berikut :
III.1. Struktur organisasi & manajemen proyek
III.2. QA & QC
III.3. Sertifikasi sarana dan fasilitas yang dibangun, perizinan dan legal.
III.4. Enviroment, Health and Safety Management System
PT. BCK
Head Office
HEAD OFFICE
PROYEK
Manajer Proyek
III.2. QA & QC
Pada suatu Proyek yang besar dan komplek sebagaimana Proyek ”Pembangunan
Gedung Gereja Katerdal Santa Maria” perlu penanganan yang sangat baik tentang
mutu manajemen proses pelaksanaan untuk menghasilkan mutu hasil produksi /
pelaksanaan yang memenuhi syarat teknis, kontrak serta memberikan penerimaan
yang baik dari owner.
Untuk memberikan jaminan bahwa mutu manajemen proses pelaksanaan dan mutu
hasil produksi / pelaksanaan, sesuai yang diharapkan maka perlu tinjauan tentang 2
hal, yaitu :
A. Quality Assurance /QA (Jaminan kualitas)
B. Quality Control / QC (Pengendalian kualitas).
A. Quality Assurance / QA :
Pada penanganan Proyek Proyek ”Pembangunan Gedung Gereja Katerdal Santa Maria”
ini, Kontraktor dapat memberikan jaminan kualitas kepada Owner berupa manajemen
mutu yang telah distandarisasi sesuai dengan ISO 9001:2000 dan system Enviromental,
Health and Safety atau OHSAS (Occupational Health & Safety Assesment Series)
18001:1999. yang mana telah diterapkan oleh PT. Bangun Cipta Kontraktor .
Di dalam system manajemen mutu sesuai standard ISO maupun OHSAS yang digunakan
PT. BANGUN CIPTA KONTRAKTOR mengandung unsur 3 hal utama sesuai dengan
Quality Manual , yaitu :
Quality System
Quality Policy
Quality Procedure.
Quality System
Di dalam Quality System dijelaskan tentang hal-hal sebagai berikut :
- Definisi dari sistem manajemen mutu adalah suatu cara yang dibentuk, digunakan dan
didokumentasikan untuk menentukan / mengarahkan kegiatan Perusahaan yang
bertujuan untuk mencapai hasil kerja sesuai persyaratan Pemilik Proyek , dimana
Parameter Mutu yang diberikan ada 3 hal, yaitu; Kualitas Hasil Produksi, Waktu
Pelaksanaan , Biaya Pelaksanaan dan Kesehatan Keselamatan Kerja (K3).
- Struktur dokumentasi dari system management mutu yang digunakan mempunyai 4
level struktur dokumen, yaitu :
Level 1 (tertinggi) : adalah Quality Manual yang terdiri dari antara lain :
Quality Policy (kebijakan mutu), yang berbunyi “ Dengan kinerja Terpadu
dan Terkendali, kita utamakan mutu”
Quality Objective (sasaran mutu)
Penjelasan tentang keterkaitan pemakaian elemen-elemen dalam standard
ISO.
Level 2 : adalah Quality Procedure (Prosedur Mutu) yang berisi rincian operasi
pelaksanaan pekerjaan yang didokumentasikan dalam prosedur mutu secara
tertulis.
Level 3 : Work Instruction (Instruksi Kerja) merupakan uraian yang lebih rinci
dari Prosedur Prosedur mutu.
Hal 98 dari 117
PT.BANGUN CIPTA KONTRAKTOR
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN
Pembangunan Mesjid Pemprov Kaltim
Quality Policy
Di dalam Quality Policy dijelaskan tentang tujuan dari Quality Policy / kebijaksaan mutu
yang berbunyi “ Dengan kinerja terpadu dan terkendali kita utamakan mutu dan
bertekad memenuhi persyaratan K3 sesuai hukum/perundangan untuk meningkatkan
kepuasan pelanggan melalui penerapan Sistem Manajemen Mutu Dan Kesehatan
Keselamatan Kerja (SMMK3) “ serta dijelaskan pula tentang Quality Objective / Sasaran
Mutu maupun K3.
Disamping itu dijelaskan pula tentang struktur organisasi Perusahaan. Struktur organisasi
Lapangan, job description dari jabatan dalam struktur organisasi.
Quality Procedure
Quality Procedure / Prosedur Mutu berisi rincian operasi pelaksanaan pekerjaan yang di
dokumentasikan dalam prosedur mutu secara tertulis.
Prosedur mutu terdiri dari 3 hal, yaitu :
a. Prosedur Inti, merupakan uraian prosedur – prosedur yang harus dijalankan dalam
melakukan proses management mutu mulai dari Prosedur Pratender. Prosedur Tender,
dan Prosedur Pelaksanaan lengkap termasuk system pengendalian mutunya.
b. Proses Pendukung, merupakan rangkaian prosedur-prosedur yang harus dijalani dalam
mendukung tercapainya proses inti dari management mutu misalnya: Pelatihan
karyawan, dsb.
c. Proses Penyempurnaan Manajemen
Merupakan proses manajemen mutu yang bertujuan penyempurnaan dari system
management mutu yang sedang dijalani saat ini untuk perkembangan masa mendatang.
o Quality Control / QC
Quality Control merupakan rangkaian proses & prosedur pengendalian kualitas sesuai
standard ISO 9001:2000 dan OHSAS 18001:1999 yang ada di dalam Prosedur maupun
Manual Mutu Dan K3.
Dari Prosedur pengendalian mutu terserbut dapat diuraikan tentang management / tata
cara prosedur pengendalian mutu (Quality Control / QC), sebagaimana berikut :
Setelah tender dimenangkan dan Surat Perintah Kerja (SPK) diterbitkan oleh Owner
kepada PT. BCK, maka seluruh Dokumen tender yang ditangani oleh “Bagian Tender”
diserah terimakan kepada bagian operasi / konstruksi , Bentuk Serah Terima dokumen
tender tersebut didokumentasikan dalam Form Serah terima dokumen.
Setelah terbit SPK & serah terima dokumen tersebut, PT. BCK, segera menetapkan
Manajer Proyek yang menangani Proyek dan menjelaskan pula segala sesuatunya
tentang proyek ini dalam rapat resmi yang didokumentasikan secara tertulis.
Adapun penjelasan-penjelasan kepada Manajer Proyek tersebut bersifat ringkas, padat
dan singkat yang berisi, antara lain :
- Proses & strategi tender Proyek.
- Proposal perencanaan & pelaksanaan dalam dokumen tender
- Sumber daya manusia
- Jadwal waktu pelaksanaan
- Jadwal peralatan & tenaga kerja
- Anggaran Biaya dan target rencana
- Vendor, nominated subkontraktor, dsb.
Manajer Proyek yang telah ditunjuk, segera melakukan langkah Pertama dari
pengendalian mutu / Quality Control, yaitu “ Perencanaan Pelaksanaan Mutu Proyek “
sesuai prosedur PM/PRO - 01 di dalam Standard ISO yang digunakan oleh PT. Bangun
Cipta Kontraktor .
Sesuai dengan Prosedur PM/PRO – 01 “ Perencaanaan Pelaksanaan Mutu Proyek “
yang dibuat diwujudkan dalam bentuk Project Quality Plant / Rencana Mutu Proyek,
yang berisi :
Uraian Data Proyek.
Tinjauan Kontrak.
Organisasi Proyek yang diajukan untuk mendapatkan pengesahan dan diterima
oleh Pimpro
Jadwal Induk Pelaksanaan.
Hal 100 dari 117
PT.BANGUN CIPTA KONTRAKTOR
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN
Pembangunan Mesjid Pemprov Kaltim
Metode Pelaksanaan
Identifikasi Prosedur & Instruksi Kerja yang diperlukan
Identifikasi Proses Khusus (kalau ada)
Daftar Subkon/ Supplier/ Mandor (jika ada).
Daftar Material Utama dan Alat Utama.
Daftar Customer Properties (jika ada)
Daftar Rencana Inspeksi & Pengetesan
Daftar Rencana Pelatihan
Rencana Anggaran Biaya Pelaksanaan Proyek .
Project Quality Plant tersebut, kemudian disahkan oleh Board of Management PT.
BANGUN CIPTA KONTRAKTOR dan selanjutnya Manajer Proyek menjalankan /
mewujudkan Project Quality Plant dalam suatu pelaksanaan sesuai prosedur &
instruksi kerja dalam standard ISO, sebagai berikut :
Prosedur Pelaksanaan Pekerjaan Persiapan (PM/PRO-02)
Prosedur Pengelolaan Gambar (PM/PRO-03).
Prosedur Pengadaan Material dan Peralatan (PM/PRO-04)
Prosedur Penanganan Material dan Peralatan (PM/PRO-05)
Prosedur Pemantauan Hasil Pekerjaan (PM/PRO-06)
Prosedur Penentuan dan Pemantauan Subkontraktor (PM/PRO-07)
Prosedur Pengendalian Produk Yang Tidak Sesuai (PM/PRO-08)
Prosedur Pengendalian Dokumen (PM/QMS-01)
Prosedur Pengendalian Rekaman (PM/QMS-02)
Prosedur Continual Improvement (PM/QMS-04)
Prosedur Tindakan Koreksi (PM/QMS-05)
Prosedur Tindakan Pencegahan (PM/QMS-06)
Prosedur Policy Deployment (PM/QMS-08)
Prosedur Rekruitment Karyawan (PM/PSU-01)
Prosedur Pelatihan Karyawan (PM/PSU-02)
Dari uraian tersebut jelas bahwa proses Quality Control dalam rangka pelaksanaan proyek
”Pembangunan Masjid Pemprov kaltim” dilaksanakan mengacu management mutu sesuai
standar ISO.
III.3. Sertifikasi sarana dan fasilitas yang dibangun , perizinan dan legal
Hal 101 dari 117
PT.BANGUN CIPTA KONTRAKTOR
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN
Pembangunan Mesjid Pemprov Kaltim
Komitmen Manajemen
Dalam menangani suatu Proyek yang besar dan komplek, serta mempunyai resiko
kecelakaan kerja & resiko dampak lingkungan, maka Management penanganan
Proyek harus menyeluruh yang terdiri dari 2 hal utama, yaitu management yang
menyangkut proses langsung untuk mencapai hasil kerja sesuai persyaratan dengan
prosedur QA & QC dan pengorganisasiannya sebagaimana telah diuraikan pada
butir II.3 & II.2 dan management yang tidak menyangkut proses langsung untuk
mencapai hasil kerja, tetapi sangat berpengaruh terhadap keberhasilan proses
management QA & QC, yaitu system management lingkungan, kesehatan dan
keselamatan kerja.
HIRARC
Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Management menetapkan Identifikasi Bahaya,
Penilaian dan Pengendalian Resiko (HIRARC) khususnya untuk Bangunan Gedung
Bertingkat.
KEBAKARAN
DILAKUKAN
PENGUKURAN
PEMADAM KEBAKARAN
AIR
PASIR
KARUNG BERSIH
PADAM UNIT
YA / TIDAK PEMADAM
KEBAKARAN
PENYELIDIK
DAN LAPORAN
MANAJER
PROYEK
MANAJER LAPANGAN
ENGINEERING LAPANGAN
KOORDINATOR
STAF PENGENDALI
KEAMANAN STAF PENGE
KONSEKUENSI
Menggunakan Workshop keseterum Luka berat Panel tertutup / terkunci
Alat Listrik besi, kayu Jalur kabel berada di
atas
dll Stop kontak tersimpan
di bawah
Sambungan kabel
diisolasi dengan benar
Kabel tidak banyak
sambungan
Disediakan pemutus
aliran otomatis bila
terjadi short circuit.
Menggergaji Workshop - Tangan - Luka ringan Memakai masker kain /
terjepit - cacat plastik
kayu, pek.
- Tangan - Luka ringan Memakai sepatu safety
Kayu terpotong - Luka ringan Dilarang merokok saat
- Kaki - sakit bekerja
kesandung pernapasan Tidak membakar
- Tangan lecet - dll potongan / sampah
- Menghirup kayu di tempat pabrikasi
debu serbuk
kayu
- dll
Angkut Ke lokasi Kejatuhan / - Luka ringan Gunakan penerangan yang
- cacat cukup memadai
material yang lebih tertimpa
- Luka berat Memposisikan crane
menggunakan tinggi material - kematian dengan tepat
Mobile Crane menyediakan operator yang
bersertifikasi
Menyediakan helper yang
ahli
Crane harus dalam kondisi
layak pakai (maintenance
record)
Perhatikan pemberi aba-aba
crane operator (posisi
mudah terlihat operator
crane)
Tidak berada dibawah
posisi barang yang sedang
diangkat.
Gunakan APD.
Cek kondisi tali baja/sling
untuk mengangkat barang
dan pada crane
Gunakan sepatu safety,
IV.1 Umum
Pekerjaan Pengadaan Material dan Peralatan pada Proyek ini akan berpedoman pada
panduan Sistem Managemen Mutu tentang “Prosedur Pengadaan Material Dan
Peralatan (PM/PRO-04)” dan “Prosedur Penanganan Material Dan Peralatan (PM/PRO-
04)” dari PT. Bangun Cipta Kontraktor yang telah mendapat pengakuan dan
persetujuan melalui Sertifikat ISO-9001:2000.
Pada prinsipnya prosedur Pengadaan Material dan Peralatan untuk proyek ini akan
dikategorikan menjadi 2 jenis, sesuai dengan asal-usul material itu didatangkan, yaitu:
Prosedur Pengadaan Material dan Peralatan Lokal maupun Impor, akan
mengikuti prosedur standar seperti yang tertera
pada panduan Sistem Managemen Mutu ISO-9001:2000 dari PT.Bangun Cipta
Kontraktor.
PT. BANGUN CIPTA KONTRAKTOR akan membuat Rencana dan Jadwal Pengadaan
Material dan Peralatan, yang meliputi: pemesanan, supplai, dan jadwal penyerahan
masing-masing material dan peralatan.
Untuk bahan dan peralatan yang di-impor dari luar negeri, PT. BANGUN CIPTA
KONTRAKTOR akan menyiapkan dokumen yang berkaitan dengan “Master List”.
Inspeksi peralatan dan material dilakukan oleh Inspektur, sesuai dengan Peraturan
yang berlaku dan tata cara yang biasa dilakukan PT. BANGUN CIPTA KONTRAKTOR
dan telah disetujui oleh Owner.
Pemeriksaan yang telah dilakukan, kemudian diseleksi dan sejumlah salinan laporan
kebutuhan diajukan kepada Owner, bersama dengan hasil inspeksi Vendor.
IV.4 Pengepakan (Packing) dan Penandaan (Marking)
Prosedur terinci tentang pengepakan (packing) dan penandaan (marking), akan
didasarkan pada spesifikasi Owner, dan akan dilakukan serta diajukan kepada Owner
untuk memperoleh persetujuan.
IV.5 Transportasi
Transportasi Peralatan & Material
Secara prinsip, tujuan pekerjaan transportasi peralatan dan material pada proyek adalah
memudahkan pengiriman barang-barang secara aman, cepat, tepat, dan cukup
ekonomis. Adapun beberapa isu-isu penting didalam menangani masalah transportasi
ini adalah :
Waktu pengiriman/transportasi menjadi faktor kritis pengadaan.
Bervariasinya muatan dalam type dan cara pengepakan, khususnya muatan
yang cukup berat dengan dimensi ukuran yang besar, hal ini akan
menghabiskan ruang alat transportasi.
Perlu disiapkan tempat pengumpulan barang yang akan dikapalkan, karena
masing-masing barang akan berbeda tempat pemesanan serta waktu kesiapan
dimuat.
Fasilitas pelabuhan dan fasilitas transportasi darat. Studi dan pertimbangan
seksama harus dilakukan untuk memperoleh moda transportasi yang paling
efektif didalam menyelesaikan jalur tranportasi. Perencanaan
prosedur pemuatan dan pembongkaran serta menerapkan
supervisi untuk pekerjaan yang diperlukan.Kerjasama dan supervisi yang
baik dari perusahaan transportasi lokal, yang memiliki pengalaman
transportasi sesuai yang diperlukan.
Dalam suatu penanganan sebuah proyek yang besar dan kompleks sebagaimana halnya
Proyek ”Pembangunan Mesjid Pemprov kaltim”, perlu persiapan pelaksanaan
lapangan di awal konstruksi yang dilakukan secara matang. Sehingga pada pelaksanaan
/ konstruksi / eksekusi lapangan tidak akan mengalami hambatan yang dapat
mengganggu schedule pelaksanaan maupun kualitas dari pekerjaan di lapangan.
a. Kick of Meeting
Setelah SPK diterbitkan koordinasi awal antara Owner dengan PT. BANGUN
CIPTA KONTRAKTOR adalah Kick off Meeting / Rapat Pra Pelaksanaan.
Dalam Kick of meeting / rapat Pra Pelaksanaan terjadi interaksi antara ke dua belah,
dimana materi interaksi tersebut adalah sebagai berikut:
Kedua belah pihak memperkenalkan organisainya masing-masing dalam
penanganan proyek. Dan khususnya PT. BCK, akan menyesuaikan
organisasinya dengan yang berlaku di Owner dalam menangani Proyek
terutama menyangkut koordinasi antar jabatan, bagian dan departemen.
- Pembelian atau sewa lahan untuk keperluan base camp dan kegiatan
pelaksanaan
- Demobilisasi dari area daerah kerja, sehingga kondisinya sama dengan
sebelum pekerjaan dimulai.
Pembuatan dan penyerahan Program Mobilisasi untuk persetujuan Program ini
dibuat sesuai dengan waktu pelaksanaan pekerjaan.