Tetapi Yohanes 4:2 mengingatkan bahwa Yesus tidak membaptis dengan air.
Yesus akan membaptis dengan Roh Kudus ketika waktunya tiba, yaitu ketika
Dia sudah mempersembahkan diri-Nya di hadapan Bapa setelah mengadakan
penyucian dosa (Ibr. 1:3, Yoh. 16:7-13). Dia tidak membaptis dengan air.
Murid-murid-Nyalah yang membaptis dengan air.
Tetapi di dalam ayat 26, setelah ada perdebatan tentang baptisan dengan
orang-orang Yahudi, mereka memberitahukan Yohanes Pembaptis bahwa
murid-murid Yesus juga membaptis.
c. itulah sebabnya setelah berdebat dengan orang Yahudi di ayat 25, tiba-
tiba mereka membahas tentang Yesus kepada Yohanes Pembaptis di
ayat 26. “Rabi, orang yang engkau tunjuk sebelumnya, sekarang
mempunyai murid lebih banyak daripada engkau… ”
Siapa sih orang muda hari ini yang tidak mempunyai salah satu akun media sosial
seperti berikut: Instagram, TikTok, YouTube, Facebook, atau Twitter? Kebanyakan
dari kita pasti mempunyai salah satu akun tersebut. Dengan jumlah pengguna yang
sangat banyak, media sosial tersebut memang menjadi wadah yang sangat cocok
untuk menampilkan diri kita kepada orang lain. Kita berlomba-lomba untuk membuat
postingan agar kita mendapatkan followers yang banyak dan dikenal oleh banyak
orang, atau setidaknya untuk mengekspresikan diri sendiri, “This is me.”
Semangat “This is me” atau semangat untuk eksis inilah yang menjadi kerinduan
banyak orang muda hari ini. Banyak yang ingin tampil di depan, tetapi sedikit yang
bisa menahan diri untuk tetap stay low. Banyak yang ingin menjadi terkenal, tetapi
sedikit yang rela bekerja behind-the-scene dan rela tidak dipandang oleh orang lain.
Loh, emang salah ya untuk menjadi eksis dan dikenal oleh banyak orang? Bukannya
nanti kalau sudah terkenal dan punya banyak followers kita justru bisa bikin
postingan tentang Tuhan Yesus supaya orang lain mengenal Dia?
Masalah utamanya bukan terletak pada “dikenal oleh banyak orang,” melainkan pada
alasan di baliknya, yaitu “This is me”-nya. Sebagai pemuda-pemudi Kristen, kita tidak
dipanggil untuk menunjukkan siapa kita atau apa kehebatan kita. Inilah yang menjadi
kesulitan dan godaan anak-anak muda, yaitu kita-kita ini. Jadi, orang Kristen itu
dipanggil untuk apa? Kita dipanggil justru untuk menunjukkan siapa Tuhan kita, sama
seperti Yohanes Pembaptis yang mengatakan, “Ia harus makin besar, tetapi aku
harus makin kecil” (Yohanes 3:30).
Ketika cahaya lampu dalam sebuah ruangan terlalu terang, orang-orang yang di
dalam ruangan tersebut akan protes, “Ini terlalu silau, redupkan sedikit lampunya.”
Sebaliknya, ketika cahaya lampu dalam sebuah ruangan remang-remang, orang juga
akan protes, “Ini terlalu gelap, nyalakan lebih banyak lampu.” Namun, ketika
pencahayaan lampu dalam sebuah ruangan sudah pas, orang-orang tersebut
mungkin akan menganggap sepi dan bahkan justru tidak menghiraukan keberadaan
lampu tersebut. Maukah kita menjadi lampu yang terakhir ini? Memberikan pengaruh
cahaya Kristus kepada orang-orang yang berada di ruangan gelap tersebut –
sehingga mereka dapat melihat dan merasakan manfaatnya – tetapi rela jika diri kita
tidak dianggap?