Tugas 1 - Kelompok 5 - Peka Budaya
Tugas 1 - Kelompok 5 - Peka Budaya
Disusun Oleh :
1. Gusti Ketut Pina Astriani (202123054)
2. Hizkia Nur Wibowo (202123055)
3. Indah Puji Leksono (202123056)
4. Irene Denisya Purnasari (202123057)
5. Jerika Ardya Paramita Wibowo (202123058)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-
Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Makalah Konsep
Culture Awareness and Beliefs in Healthcare System in European Perspective (Jerman)”.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas untuk Mata Kuliah Peka Budaya
pada Prodi Sarjana Keperawatan Stikes Panti Rapih Yogyakarta.
Dalam penyusunan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini,
khususnya kepada :
3. Teman-teman kelompok 5
Tidak ada gading yang tak retak, begitu pula kami dalam penyusunan makalah ini
yang masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami mohon kritik dan saran yang
membangun untuk kami agar dapat lebih baik kedepannya dalam menyusun makalah.
Semoga makalah ini dapat memberi manfaat kepada kami selaku mahasiswa Prodi Sarjana
Keperawatan dan pembaca.
(Kelompok 5)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI .................................................................................................................................. 3
BAB I .............................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 4
1.1. Latar Belakang .............................................................................................................. 4
1.2. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 5
1.3. Tujuan dan Manfaat Penulisan .................................................................................... 5
1.4. Metode Penulisan ........................................................................................................... 5
BAB II ............................................................................................................................................. 6
RESUME ........................................................................................................................................ 6
BAB III ........................................................................................................................................... 8
PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 8
3.1. Culture Awareness and Beliefs in Healthcare Practice di European (Jerman) ....... 8
3.2. Karakteristrik Perilaku Kesehatan di European (Jerman) ..................................... 10
3.3. Aplikasi Peka Budaya dan Nilai Kepercayaan dalam Praktik Kesehatan ............. 11
3.4. Contoh Budaya Kepercayaan dalam Praktik Kesehatan di European (Jerman) . 14
BAB IV ......................................................................................................................................... 16
PENUTUP .................................................................................................................................... 16
4.1. Kesimpulan........................................................................................................................ 16
4.2. Saran ............................................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Metode yang digunakan dalam menulis penugasan ini ialah metode pengumpulan data
melalui data yang berbentuk tulisan berupa artikel dan jurnal dari media elektronik.
Data yang sudah dikumpulkan selanjutnya akan dianalisis secara objektif dan
sistematis sehingga dapat tercapai tujuanyang diharapkan.
BAB II
RESUME
Asuransi kesehatan disediakan oleh dua subsistem: asuransi kesehatan wajib (SHI),
yang terdiri dari program asuransi kesehatan non-pemerintah yang bersaing, nirlaba, yang
dikenal sebagai dana sakit; dan asuransi kesehatan swasta. Layanan perawatan jangka panjang
dilindungi secara terpisah berdasarkan asuransi perawatan jangka panjang wajib (LTCI)
Jerman. Berbeda dengan negara-negara lain, dana penyakit dan perusahaan asuransi kesehatan
swasta, serta perusahaan asuransi perawatan jangka panjang, menggunakan penyedia layanan
yang sama. Dengan kata lain, rumah sakit dan dokter merawat semua pasien terlepas dari
apakah mereka memiliki asuransi SHI atau swasta.
Komite Gabungan Federal juga menetapkan ukuran kualitas bagi penyedia layanan dan
mengatur kapasitas perawatan rawat jalan (jumlah dokter yang bekerja di bawah kontrak SHI),
dengan menggunakan rasio populasi-dokter berdasarkan kebutuhan.
Status kesehatan penduduk di Jerman semakin membaik dalam beberapa tahun terakhir,
dengan penurunan angka kematian yang dapat dicegah dan peningkatan angka harapan
hidup. Keberhasilan ini sebagian disebabkan oleh pelayanan kesehatan masyarakat yang
menjalankan fungsi-fungsi penting seperti memastikan air minum bersih, memantau
kebersihan di fasilitas umum dan restoran, menjalankan program imunisasi dan
mengembangkan strategi untuk melawan perilaku kesehatan yang berisiko. Namun, kemajuan
apa pun dalam promosi kesehatan sebagian besar disebabkan oleh sistem kesehatan yang lebih
luas, karena masyarakat umum di Jerman kurang memiliki pemahaman yang jelas tentang
lembaga-lembaga yang terlibat dalam layanan kesehatan masyarakat dan peran kesehatan
masyarakat secara keseluruhan.
BAB III
PEMBAHASAN
3.3. Aplikasi Peka Budaya dan Nilai Kepercayaan dalam Praktik Kesehatan
Binteriawati, .Pahriah dan Nuraeni, (2020) dalam merawat pasien dari budaya
yang berbeda, ada beberapa prinsip yang dapat dihormati, antara lain:
1. Nilai-nilai yang menjadi dimensi caring
Peduli terhadap klien dan keluarga, kolega, kolega di semua profesi dan tingkat
manajemen. Namun yang belum dilakukan adalah mengurus organisasi. Merawat
pasien dengan kebaikan dan kasih sayang semata-mata untuk kepentingan rumah sakit
dan merupakan bagian integral dari rumah sakit. Menjadi ciri organisasi, sehingga
segala sesuatu yang dilakukan mewakili organisasi dan setiap pengalaman perawat
dalam melakukan pekerjaannya juga dialami oleh organisasi.
Dukungan terhadap organisasi dapat diterapkan dalam bentuk pelayanan pasien:
A. Knowing (memahami nilai-nilai profesional yang harus dimiliki serta menunjukkan
reputasi baik di organisasi)
B. Being With (Mendampingi) : berpartisipasi, mengambil tanggung jawab untuk
menciptakan “reputasi baik” bagi organisasi
C. Doing For (tujuannya semua layanan keperawatan diberikan semata-mata untuk
meningkatkan “reputasi baik” rumah sakit)
D. Enabling (menjamin turun temurunnya nilai-nilai dan budaya- budaya organisasi
dan menjadi “penciri” atas nilai-nilai dan budaya organisasi)
E. Maintaining Belief (Menjaga kepercayaan): menjadi agen perubahan untuk
mengintegrasikan nilai dan budaya organisasi, dan menerapkan siklus penjaminan mutu
untuk mempertahankan nilai-nilai tersebut)
2. Pelayanan prima
3. Faktor komunikasi
5. Kompetensi budaya
Perawat harus memiliki lima elemen yang merupakan pendorong utama kompetensi
budaya di tingkat penyedia layanan kesehatan:
A. Kesadaran budaya
B. Pengetahuan budaya
C. Keterampilan Budaya
D. Pertemuan budaya
E. Keinginan budaya
Perawat yang kompeten secara budaya akan kompeten secara budaya dan akan
bertindak atau mengambil keputusan yang mempertimbangkan aspek kognitif, suportif
atau suportif yang konsisten dengan nilai-nilai budaya, keyakinan dan budaya individu,
kelompok, atau organisasi untuk memberikan atau mendukung layanan kesehatan atau
sosial. bermakna, bermanfaat dan memuaskan (Binteriawati, Pahriah & Nuraeni, 2020).
3.4. Contoh Budaya Kepercayaan dalam Praktik Kesehatan di European (Jerman)
Budaya memengaruhi keindahan gender dan cara berbagai hal diungkapkan
dalam berbagai budaya. Dalam budaya Jerman, ada hal yang bisa dipelajari, antara lain:
1. Bahasa: Ada banyak dialek berdasarkan wilayah dan letak geografis. Banyaknya
bahasa maju menunjukkan kekayaan budaya Jerman.
2. Pakaian tradisional: Salah satu kostum tradisional Jerman yang paling terkenal adalah
“Dirndl” untuk wanita dan “Lederhosen” untuk pria. Kostum tradisional ini banyak
digunakan di wilayah Bavaria. Dirndl yang aslinya merupakan seragam pelayan
merupakan gaun warna-warni yang dipadukan dengan korset, blus, rok, dan celemek.
Lederhosen, sebaliknya, adalah celana kulit selutut yang dikenakan oleh orang-orang
di dalam dan sekitar wilayah Alpen.
3. Bangunan: Jerman merupakan salah satu negara dengan jumlah karya warisan budaya
terbanyak yang dilindungi UNESCO. Hampir di mana-mana di kota ini terdapat
bangunan arsitektur masa lalu berupa istana, kastil, katedral, dan monumen yang masih
terjaga keasliannya.
4. Menghargai Waktu: Salah satu budaya Jerman yang wajib kita ikuti adalah ketepatan
waktu atau punktlichkeit. Orang sering bilang waktu adalah uang, tapi orang Jerman
berbeda. Bagi mereka, menghargai waktu berarti menghargai diri sendiri dan juga
menghargai orang lain. Jadi bukan hanya soal perlengkapan atau disiplin, ketepatan
waktu sudah menjadi bagian dari budaya Jerman.
5. Kebiasaan membaca: Seperti biasa bagi masyarakat di negara maju, Jerman juga
terkenal memiliki budaya membaca yang tinggi. Padahal membaca bukan hanya
sekadar hobi, namun sudah menjadi kebutuhan yang esensial. Karena membaca akan
menentukan cara berpikir, etos kerja, dan sikap mental seseorang.
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Sistem kesehatan dan pelayanan kesehatan primer pada umumnya lebih
tepatnya, ini menjadi dasar untuk mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan
sistem layanan kesehatan primer di lima negara Eropa termasuk Jerman, untuk
melaksanakannya pelayanan kesehatan bagi kelompok imigran yang terpinggirkan
Yang ini bisa menekankan pengaruh sosial dan politik yang lebih luas pada layanan
primer dan bagaimana sistem dan kebijakan layanan kesehatan pada tingkat makro
kegiatan di tingkat nasional dapat ditingkatkan atau dikurangi hambatan terhadap
layanan kesehatan primer.
Perawat yang kompeten secara budaya akan kompeten secara budaya dan akan
bertindak atau mengambil keputusan yang mempertimbangkan aspek kognitif, suportif
atau suportif yang konsisten dengan nilai-nilai budaya, keyakinan dan budaya individu,
kelompok, atau organisasi untuk memberikan atau mendukung layanan kesehatan atau
sosial. bermakna, bermanfaat dan memuaskan
4.2. Saran
Tenaga kesehatan atau mahasiswa kesehatan diharapkan dapat berkolaborasi
dalam meningkatkan peka terhadap budaya yang ada di sekitar kita, serta selalu
memberikan pelayanan kesehatan yang baik dan setara dengan tidak membeda-bedakan
antara kebudayaan satu dengan yang lainnya
DAFTAR PUSTAKA
Connie, C., & Yuni, I. (2022). ADAPTASI DESAIN INTERIOR GOETHE INSTITUT
Proceedings, Source, American Philosophical, and Jan Jul. 1889. “Folk-Medicine of the
Pennsylvania Germans Author ( s ): W . J . Hoffman Published by : American
Philosophical Society Stable URL : Https://Www.Jstor.Org/Stable/982955.” 26(129):
329–52.
Watson, H., Harrop, D., Walton, E., & Young, A. (2019). A systemic review of ethnic
minority women's experiences of perinatal mental health conditions and services in
Europe. PLOS One .