Munikasi T1
Munikasi T1
1.KOMUNIKASI INTRAPERSONAL
Adalah penggunaan bahasa atau pikiran didalam diri
komunikator sendiri baik disadari maupun tidak
disadari. Seorang individu menjadi pengirim sekaligus
sebagai penerima pesan, memberikan umpan balik bagi
dirinya sendiri, dalam proses internal yang
berkelanjutan.
Pemahaman terhadap pribadi (kesadaran pribadi)
berkembang sejalan dengan perubahan yang terjadi
dalam proses kehidupan. Kesadaran pribadi memiliki
beberapa elemen diantaranya:
a. KONSEP DIRI
Adalah bagaimana kita memandang diri kita
sendiri, biasanya kita laksanakan dengan jalan
penggolongan karakteristik pribadi, karakteristik
sifat sosial dan peran sosial.
Karakteristik pribadi adalah sifat-sifat yang kita
miliki sesuai dengan persepsi kita tentang diri kita
sendiri. Karakteristik ini dapat bersifat fisik,spt.:
cantik, tampan, tinggi, rendah, kurus, gemuk dll.
b.Karakteristik Sosial
Karakteristik sosial adalah sifat-sifat yang kita
tampilkan dalam hubungan kita dengan orang lain,
spt. Ramah, ketus, ekstrovert, introvert, pendiam,
peduli terhadap orang lain atau masa bodoh
dengan lingkungan sekitar.
c. Peran sosial
Yaitu hubungan sosial kita dengan orang lain, spt.
Ayah, ibu, kakek, nenek, guru, perawat.
d.Identitas diri yang berbeda
Ketika kita melakukan komunikasi intrapersonal
maka kita memiliki dua diri dalam konsep diri kita
yaitu:
@Persepsi kita terhadap diri kita sendiri, dan
persepsi orang lain terhadap diri kita sendiri
@Memperlihatkan diri kita siapa kita sebenarnya
PROSES PENGEMBANGAN KESADARAN DIRI:
Diperoleh melalui:
a. Cermin diri ( Reflective self) yaitu melalui umpan
balik (Feedback)
b. Pribadi sosial (Social self)
Yaitu saat kita berinteraksi dengan orang lain, reaksi
dari orang lain akan menjadi informasi bagi diri kita
sendiri, dan informasi ini kita gunakan untuk menilai
diri kita sendiri.
c. Perwujudan diri ( Becoming self)
Yaitu terjadinya perubahan dalam diri kita sejalan
dengan bertambahnya kedewasaan kita dan melalui
pengalaman hidup kita sehari-hari.
2. KOMUNIKASI INTERPERSONAL
Yaitu proses pertukaran informasi antara seseorang
dengan orang lain atau antara seseorang dengan
kelompok lainnya.
KLASIFIKASI KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENURUT
REDDING YANG DIKUTIP MUHAMMAD (2004)
a. Interaksi Intim spt. Komunikasi diantara teman
baik, anggota keluarga dan orang-orang lain yang
mempunyai ikatan emosional yang kuat dengan
komunikator
b.Komunikasi public/percakapan sosial
c. Interogasi
d.Wawancancara/Anamnese
TUUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL
a. Menemukan diri sendiri
b.Menemukan dunia luar melalui media elektronik
dll.
c. Membentuk dan menjaga hubungan yang penuh
arti
d.Berubah sikap dan tingkah laku
e. Untuk bermain dan Kesenangan
f. Untuk membantu orang lain yang mengalami
kesulitan
3. KOMUNIKASI PUBLIK
Yaitu komunikasi antara seseorang pembicara dengan
sejumlah besar orang yang tidak dapat dikenal satu
persatu. Komunikasi public sering juga disebut dengan
Pidato, ceramah atau kuliah umum.
4. KOMUNIKASI MASSA
Yaitu pesan-pesan yang disampaikan biasanya melalui
media, menjangkau khalayak luas, terus menerus,
menciptakan makna-makna yang diharapkan dapat
masyarakat luas dengan etnis, golongan dan ras,
kelompok serta agama, sosial cultural yang berbeda-
beda (Defleur dan Denis tahun 1985).
KARAKTER KOMUNIKASI MASSA
1. Sumber bersifat umum bukan perorangan
2. Komunikator memiliki keahlian tertentu
3. Pesan yang disampaikan mencakup berbagai aspek
kehidupan manusia, spt. Bidang ekonomi,politik,
sosial dan budaya
4. Audience terdiri dari khalayak luas, heterogen,
anonym, tersebar dan tidak mengenal batas
geografis
5. Penyampaian bersifat cepat, tidak terkendala oleh
waktu dan untuk khalayak luas.
6. Penyampaian pesan bersifat berkala, tidak
temporer, teratur dan berkesinambungan
7. Ada pengaruh yang dikehendaki
8. Hubungan antara komunikator dengan audience
tidak bersifat pribadi
9. Penyampaian pesan cenderung satu arah
10. Umpan balik tertunda
5. KOMUNIKASI KELOMPOK
Yaitu komunikasi diantara sekelompok orang yang
mempunyai tujuan sama, mengenal satu sama lain
anggota kelompok,spt.: keluarga, tetangga, kelompok
ilmiah, kelompok diskusi dan lain-lain
6. KOMUNIKASI ORGANISASI
Organisasi adalah kumpulan dua individu atau lebih
yang bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu
ARUS KOMUNIKASI DIDALAM ORGANISASI
1. Vertical Communication
a. Downward Communication
@Memberi informasi ttg ideology organisasi
@Penyampaian instruksi kerja
@Penyampaian peraturan-peraturan yang
berlaku dalam organisasi
@Pemberian motivasi kepada bawahan
b.Upward Communication
@ Laporan pertanggung jawaban dari bawahan
@Penyampaian saran-saran
@Penyampaian keluhan-keluhan kariawan
c. Horizontal Communication yaitu komunikasi yang
terjadi diantara sesama kariawan/bawahan
Spt:
@Koordinasi tugas
@Upaya pemecahan masalah
@Berbagi informasi
@Pemecahan konflik
AUDIBLE
Maksud dari audible adalah dapat di dengar dan
dimengerti dengan baik, dalam audible pesan
yang kita sampaikan dapat diterima oleh
penerima, pesan harus disampaikan melalui
media (channel)yang baik, sehingga dapat
diterima pendengar dengan baik.
CLARITY
Yaitu pesan harus jelas sehingga tidak terjadi
multi tafsir atau penafsiran yang berlainan pada
penerima pesan.
H UM B L E
Yaitu sikap rendah hati, Sikap rendah hati
memiliki pengertian:
a. Sikap yang penuh melayani (Customer first
attitude)
b.Sikap menghargai
c. Mau mendengar dan menerima kritik
d.Tidak sombong dan tidak memandang rendah
orang lain
e. Berani mengakui kesalahan
f. Rela memaafkan
g. Lemah lembut dan penuh pengendalian diri
h.Mengutamakan kepentingan yang lebih besar
Berikut beberapa tujuan komunikasi dan kesulitan yang
dijumpai a.l:
1. Mendengar
Kesulitan yang dihadapi:
a. Sulit memusatkan perhatian pada waktu lama
b.Sulit konsenrasi pada hal-hal yang kurang penting
c. Orang dapat berassumsi pada pengalaman masa
lalu
d.Orang sering tidak mengerti bahasa komunikator
2. Memahami`
Kesulitan yang sering dihadapi:
a. Orang lebih mudah salah mengerti saat mereka
mendengar tanpa melihat
b.Orang sering sudah menarik kesimpulan
sementara orang belum selesai berbicara
3. Menyetujui
Kesulitan yang sering dihadapi:
a. Orang sering merasa curiga atas bujukan pihak
lain
b.Orang tidak suka jika dibuktikan bersalah
4. Bertindak
Kesulitan yang sering dihadapi:
a. Tidak mudah bagi orang untuk mengubah
kebiasaannya
b.Orang takut akan akibat dari pengambilan
tindakan yang keliru
c. Banyak orang tidak suka mengambil keputusan
d.Beberapa orang dengan sengaja
menyembunyikan reaksi dari apa yang
sesungguhnya mereka pikirkan
5. Umpan balik
Kesulitan yang dihadapi:
Penampilan dapat bersifat memperdaya, anggukan
kepala, mungkin tidak selalu menyatakan setuju,
karena dapat digunakan untuk menutupi
ketidaktahuan atau keragu-raguan
PRINSIP KOMUNIKASI EFEKTIF DAN KOMUNIKASI YANG
BERKUALITAS, diantaranya:
1. KETERBUKAAN (OPENESS)
Kualitas keterbukaan mengacu pada 3 aspek
komunikasi interpersonal yaitu:
a. Komunikator interpersonal yang efektif harus
terbuka kepada orang yang diajaknya
berinteraksi.
b.Kesediaan komunikator untuk bereaksi secara
jujur terhadap stimulus yang datang.
c. Kepemilikan yaitu mengakui bahwa perasaan dan
pikiran yang anda lontarkan adalah milik anda
dan anda bertanggung jawab atasnya.
2. E M P A T I
Yaitu kemampuan seseorang untuk mengetahui
apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat
tertentu melalui ekspresi wajah dan gerak gerik
yang sesuai, konsentrasi terpusat meliputi kontak
mata, postur tubuh yang penuh perhatian dan
kedekatan fisik, dan sentuhan atau belaian
sepantasnya.
3. SIKAP MENDUKUNG (SUPPORTIVENESS)
Yaitu dengan memperlihatkan sikap:
a. Deskriptif bukan evaluative
b.Spontan bukan strategic
c. Provisional bukan sangat yakin
4. SIKAP POSITIP (POSITITIVENESS)
Yaitu dengan cara:
a. Menyatakan sikap positip terhadap diri mereka
sendiri
b.Mendorong teman yang berinteraksi untuk
interaksi yang positip.
5. KESETARAAN (EQUALITY)
Yaitu adanya pengakuan secara diam-diam bahwa
kedua belah pihak sama-sama bernilai, dan
berharga, dan masing-masing pihak memiliki
seuatu yang penting untuk disumbangkan.
BEBERAPA KIAT SUKSES UNTUK BERKOMUNIKASI:
1. Kenali dengan baik siapa lawan bicara anda
2. Meningkatkan kemampuan menyimak secara
efektif:
a. Memberikan perhatian
b.Memahami komunikasi verbal dan non verbal
c. Meningkatkan kemampuan dalam memahami
simbol-simbol yang digunakan dalam
berkomunikasi
d.Meningkatkan kemampuan menyimak antar
personal
3. Jangan terlalu banyak berbicara dan kurang
mendengar, berbicaralah sekali tetapi
mendengarlah dua kali lebih banyak.
4. Jangan merasa lebih mengetahui dari lawan bicara
anda.
5. Kenali betul-betul diri sendiri dan kemampuan
sendiri, termasuk kelemahan kelemahan kita
TEKNIK KOMUKASI YANG EFEKTIF:
1. Yakinkan apa yang akan dikomunikasikan dan
bagaimana mengkomunikasikannya
2. Gunakan bahasa yang jelas dan dimengerti
komunikan
3. Gunakan media/channel yang tepat dan adekuat
4. Ciptakan iklim komunikasi yang tepat dan baik
5. Dengarkan dengan seksama umpan balik dari
komunikan
6. Hindarkan komunikasi yang tidak disengaja
7. Ingat bahwa komunikasi adalah proses dua arah
sehingga ciptakan interaksi
8. Yakinkan bahwa tindakan yang dilakukan tidak
kontradiksi dengan kata – kata yang diucapkan
PERANAN KOMUNIKASI EFEKTIF BAGI PERAWAT
1. Pengetahuan
Seorang perawat perlu memiliki pengetahuan yang
luas tentang asuhan keperawatan pasien sehingga
mampu memberikan penjelasan dan penyuluhan
yang baik kepada pasien tentang askep yang harus
dijalani pasien, diet dan therapy yang akan
didapatkan oleh pasien, sehingga pasien dan
keluarganya akan merasa puas atas penjelasan
yang lengkap dari si perawat
2. K E T U L U S A N
Sikap perawat yang tulus tercermin dari sikapnya
yang sederhana, mau mendengar keluhan pasien
tanpa mencemohnya.
3. S E M A N G A T
Semangat hidup perawat yang tinggi dengan
memperlihatkan kreativitas perawat dalam
bertugas, mempengaruhi kesadaran pasien untuk
mengikuti petunjuk dokter maupun perawat
tentang memakan obat, memakan diet dan
melaksanakan istirahat sesuai dengan petunjuk
dokter.
4. P R A K T E K
Dalam menjalankan tugas si perawat diharapkan
dapat melaksanakan tugas praktek keperawatan
secara sigap, tidak kaku dalam berbicara, maka
supaya perawat mampu berkomunikasi dengan
baik diharapkan untuk melatihnya secara berulang-
ulang setiap hari
KOMUNIKASI TERAPEUTIK
BEBERAPA DEFENISI KOMUNIKASI TERAPEUTIK
1. MENURUT NORTHOUSE (1998)
Komunikasi terapeutik adalah kemampuan
perawat untuk membantu klien beradaptasi
terhadap stres, mengatasi gangguan psikologis
dan belajar berhubungan dengan orang lain.
2. MENURUT STUART (1998)
Komunikasi terapeutik adalah merupakan
hubungan interpersonal antara perawat dan
klien, dalam hal ini perawat dan klien
memperoleh pengalaman belajar bersama dalam
rangka memperbaiki pengalaman emosional
klien.
3. MENURUT HIBDON S (2000)
Komunikasi terapeutik adalah pendekatan
konseling yang memungkinkan klien
menemukan siapa dirinya, sebagai focus dari
komunikasi terapeutik
4. MENURUT POTTER-PERRY (2000)
Komunikasi terapeutik adalah pendekatan
terencana dari perawat dalam mempelajari klien
5. KESIMPULAN:
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang
dilakukan atau dirancang untuk terapi, seorang
perawat diharapkan dapat membantu (helper)
klien untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi
melalui komunikasi.
TUJUAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK:
Menurut Suryani (2005) komunikasi terapeutik
bertujuan untuk mengembangkan pribadi klien
kearah yang lebih positip atau adaptip dan
diarahkan pada pertumbuhan klien yang meliputi:
1. Realisasi diri yaitu penerimaan diri dan
peningkatan kesadaran dan penghargaan diri dan
mempertahankan kekuatan egonya, sehingga
tidak mengalami putus asa menghadapi penyakit
Yang dideritanya terutama bagi klien yang
menderita penyakit kronis.
2. Kemampuan membina hubungan interpersonal
yang tidak superficial dan saling tergantung pada
orang lain dan mandiri.
3. Peningkatan fungsi dan kemampuan memuaskan
kemampuan dengan tujuan yang realistis.
4. Peningkatan integritas diri klien sehingga klien
dapat menemukan identitas diri yang jelas.
TUJUAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK MENURUT
EFENDI (2002):
1. Terjadi perubahan dalam diri klien yaitu mau
menerima realitas penyakit yang dihadapi
2. Pasien mau menerima hubungan interpersonal
yang baik dengan orang lain
3. Membantu pasien untuk mengambil tindakan
yang efektif
4. Membantu mengurangi beban pikiran dan
perasaan yang dialami pasien.
PRINSIP DASAR KOMUNIKASI TERAPEUTIK
1. Hubungan perawat dengan klien adalah hubungan
terapeutik yang saling menguntungkan didasarkan
pada prinsip humanity of nurse and clients,
didalamnya terdapat hubungan saling
mempengaruhi baik pikiran, perasaan dan tingkah
laku untuk memperbaiki perilaku klien
2. Prinsip yang sama dengan komunikasi
interpersonal Devito yaitu keterbukaan, empati,
sifat mendukung, sikap positip dan kesetaraan.
3. Kualitas hubungan perawat klien ditentukan oleh
bagaimana perawat mendefenisikan dirinya
sebagai manusia
4. Perawat menggunakan dirinya dengan teknik
pendekatan yang khusus untuk memberi
pengertian dan merubah perilaku klien
5. Perawat harus menghargai keunikan klien, untuk
itu perawat perlu memahami perasaan dan
perilaku klien dengan melihat latar belakang klien
6. Keunikan yang dilakukan harus dapat menjaga
harga diri dari pemberi maupun penerima pesan
7. Trust harus didapat terlebih dahulu sebelum
identifikasi masalah dan alternative problem
solving
8. Trust adalah kunci dari komunikasi terapeutik
KARAKTERISTIK HELPER YANG MEMFASILITASI
TUMBUHNYA HUBUNGAN TERAPEUTIK MENURUT
SURYANI (2005) SBB:
1. Trustworthy (kejujuran)
Klien hanya akan terbuka dan memberikan
informasi yang benar, jika perawat dapat dipercaya
2. Tidak membingungkan dan cukup ekspresif
Dalam berkomunikasi dengan klien perawat
hendaknya menggunakan kata-kata yang mudah
dimengerti klien sehingga tidak membingungkan
klien
3. Bersikap positip
Perawat harus menunjukkan sikap yang hangat,
penuh perhatian, dan penghargaan terhadap klien
4. Empati bukan simpati
Perawat harus empati terhadap masalah yang
dihadapi klien tetapi tidak terlarut didalamnya
sehingga perawat masih mampu memikirkan
masalah yang dialami klien dan dapat memberikan
solusi pemecahannya
5. Mampu melihat permasalahan klien dari kacamata
klien.
Perawat harus mampu menerapkan active listening
dan kesabaran dalam penuturan masalah oleh
klien, sehingga dx.kep.yang dirumuskan perawat
beserta intervensi keperawatan mampu membantu
klien
6. Menerima klien apa adanya.
Perawat harus menerima klien secara tulus
sehingga klien merasa aman dan nyaman dalam
hubungan terapeutik
7. Sensitip terhadap perasaan klien
Hal ini penting untuk menghindarkan perasaan
tersinggung pada diri klien
8. Tidak mudah terpengaruh dengan masa lalu klien
maupun perawat.
Perawat akan mengalami kesulitan untuk
membantu klien jika perawat pun memiliki
segudang ketidak puasan dalam hidupnya.
TEKNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK MENURUT SHIVES
(1998) sbb:
1. MENDENGARKAN (LISTENING)
Perawat harus mampu menjadi pendengar yang
baik terhadap keluhan-keluhan klien dengan penuh
perhatian, jangan memotong pembicaraan klien.
Hal - hal yang perlu dilakukan perawat selama
menjadi pendengar yang baik adalah sbb.:
a. Pandang klien ketika sedang bicara
b.Pertahankan kontak mata yang memancarkan
keinginan untuk mendengar
c. Sikap tubuh yang menunjukkan perhatian dengan
menyilangkan kaki atau tangan
d.Hindarkan gerakan yang tidak perlu
e. Anggukan kepala, jika klien membicarakan hal
penting atau memerlukan umpan balik
f. Condongkan tubuh kearah lawan bicara
g. Merespons klien dengan komunikasi verbal
spt.uh, huuh,mmhum, yeah, saya dengar
2. B E R T A N Y A
Teknik bertanya yang sering digunakan a.l.:
a. Pertanyaan fasilitatif dan non fasilitatif
Pertanyaan fasilitatif yaitu pertanyaan perawat
ke hal-hal yang sensitip dan berhubungan
langsung dengan masalah klien sedangkan
pertanyaan yang non fasilitatif adalah
pertanyaan yang tidak efektif karena tidak focus
pada masalah klien.
b.Pertanyaan terbuka dan tertutup
Pertanyaan terbuka bertujuan untuk
mendapatkan jawaban secara luas dari klien
sedangkan pertanyaan tertutup bertujuan jika
perawat hanya membutuhkan jawaban singkat
c. Inappropriate quantity question
Yaitu pertanyaan yang kurang baik dari segi
jumlah pertanyaan, yang menyebabkan klien
kebingungan menjawabnya
d.Inappropriate quality question
Yaitu pertanyaan yang kurang baik dari segi
kualitas, spt. pertanyaan mengapa (why ?)
3. P E N E R I M A A N
Yaitu mendukung dan menerima informasi dengan
tingkah laku yang menunjukkan ketertarikan dan
tidak menilai. Sikap perawat yang menunjukkan
penerimaan a.l.:
a. Mendengar tanpa memotong pembicaraan
b.Menyediakan umpan balik yang menunjukkan
penerimaan
c. Memastikan bahwa tanda non verbal sesuai
dengan verbal
d.Hindari mendebat, mengekspresikan keraguan
atau usaha untuk merubah pikiran klien
4. M E N G U L A N G ( RESTATING)
Yaitu mengulang pokok pikiran yang diungkapkan
klien dengan kata-kata sendiri yang bertujuan
menguatkan ungkapan klien dan memberi indikasi
bahwa perawat mengikuti pembicaraan klien.
5. K L A R I F I K A S I
Yaitu menjelaskan kembali ide atau pikiran klien
yang tidak jelas
6. R E F L E K S I
Yaitu mengarahkan kembali ide, perasaan,
pertanyaan, dan isi pembicaraan kepada klien yang
bertujuan memvalidasi pengertian perawat tentang
apa yang diucapkan klien.
7. M E M F O K U S K A N( FOCUSING)
Yaitu memberi kesempatan kepada klien untuk
membahas masalah inti dan mengarahkan klien
untuk mencapai tujuan. Metode ini dilaksanakan
untuk membatasi bahan pembicaraan sehingga
pembahasan masalah lebih spesifik.
8. D I A M (SILENCEE)
Metode ini digunakan untuk memberikan
kesempatan pada klien sebelum menjawab
pertanyaan perawat. Diam juga memberikan
kesempatan pada klien dan perawat untuk
mengorganiser pikiran masing-masing, klien
dengan dirinya sendiri, untuk menghayati dan
memikirkan secara matang keputusan yang harus
diambilnya.
9. MEMBERIKAN INFORMASI (INFORMING)
Perawat memberikan informasi kepada klien
berupa penyuluhan/pendidikan kesehatan tentang
aspek-aspek yang relevan dengan perawatan diri
dan penyembuhan klien.
10. MENYIMPULKAN (SUMMERIZING)
Metode ini bertujuan untuk membantu klien
mengeksplorasi point penting dari interaksi
perawat klien. Manfaat dari menyimpulkan a.l.:
a. Memfokuskan pada topik yang relevan
b.Menolong perawat mengulang aspek utama
interaksi
c. Membantu klien untuk merasakan bahwa
perawat memahami perasaannya
d.Membantu klien untuk dapat mengulang
informasi dan membuat tambahan atau koreksi
terhadap informasi sebelumnya.
1. R E S I S T E N
Yaitu upaya klien untuk tetap tidak menyadari
aspek penyebab ansietas yang dialaminya.
Resisten sering merupakan akibat dari ketidak
sediaan klien untuk berubah, ketika kebutuhan
untuk berubah telah dirasakan
2. TRANSFERENS
Yaitu respon tidak sadar dimana klien mengalami
perasaan dan sikap terhadap perawat yang pada
dasarnya terkait dengan tokoh dalam
kehidupannya dimasa lalu. Sifat yang paling
menonjol adalah ketidakpastian respon klien
dalam intensitas dan penggunaan mekanisme
pertahanan.
3. KONTERTRANSFEREN
Yaitu kebutuhan terapeutik yang dibuat oleh
perawat bukan oleh klien. Reaksi ini biasanya
berbentuk salah satu reaksi dari sangat
mencintai, reaksi sangat membenci/bermusuhan
dan reaksi sangat cemas.
TAHAPAN DALAM KOMUNIKASI TERAPEUTIK
1. PRA INTERAKSI
Yaitu dimulai sebelum kontak pertama dengan
pasien. Yang harus dilakukan perawat pada
tahap ini adalah:
a. Mengeksplorasi perasaan, mendefenisikan
harapan dan mengidentifikasi kecemasan
klien
b.Menganalisis kelemahan dan kekuatan diri
c. Mengumpulkan data dan informasi klien
d.Merencanakan pertemuan pertama dengan
klien
2. FASE ORIENTASI/PERKENALAN
Kegiatan yang dilakukan perawat pada tahap
ini antara lain:
a. Membina rasa saling percaya dengan
menunjukkan penerimaan dan komunikasi
terbuka, dengan tidak membebani diri
dengan sikap klien yang melakukan
penolakan di awal pertemuan
b.Merumuskan kontrak (waktu, tempat
pertemuan, dan topic pembicaraan)
c. Mengeksplorasi pikiran, perasaan dan
perbuatan serta mengklarifikasi masalah
klien yang dilaksanakan dengan pertanyaan
terbuka
d.Merumuskan tujuan interaksi dengan klien
yaitu menumbuhkan rasa saling percaya
dengan klien.
3. FASE KERJA
Tugas perawat pada fase kerja ini adalah
mengeksplorasi stressor yang terjadi pada
klien secara tepat. Perawat juga perlu
mendorong perkembangan kesadaran diri klien
dan pemakaian mekanisme koping yang
konstruktif.
Suasana komunikasi terapeutik yang nyaman
diciptakan dengan cara:
a. Berhadapan dengan lawan bicara, untuk
menunjukkan kesiapan si perawat melayani.
b.Sikap tubuh terbuka, kaki dan tangan
terbuka, menunjukkan bahwa perawat
bersedia mendukung terciptanya komunikasi
c. Memposisikan tubuh lebih dekat dengan
lawan bicara, menunjukkan bahwa perawat
bersiap merespon
d.Pertahankan kontak mata, sejajar dan
natural, menunjukkan kesediaan perawat
mempertahankan komunikasi
e. Bersikap tenang, dan menggunakan bahasa
tubuh secara natural.
f. Perawat perlu menyimpulkan percakapannya
dengan klien, yang bertujuan mempertegas
dan memperjelas hal-hal penting didalam
percakapan.
4. TAHAP TERMINASI
Merupakan akhir dari pertemuan perawat-
klien, dibagi dua yaitu terminasi sementara
dan terminasi akhir.
Tugas perawat pada tahap ini adalah:
a. Mengevaluasi pencapaian tujuan dari
interaksi yang telah dilaksanakan.
b.Melakukan evaluasi subjektif dengan cara
menanyakan perasaan klien setelah
melakukan interaksi dengan perawat.
c. Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi
yang telah dilakukan. Tindak lanjut dilakukan
pada tahap orientasi pada pertemuan
berikutnya.
TUGAS PERAWAT PADA TIAP FASE KOMUNIKASI
FASE T U G A S
PRA @ Eksplorasi perasaan, fantasi klien
INTERAKSI @ Analisa kekuatan dan kelemahan
professional
@Dapatkan data klien jika mungkin
@Rencanakan pertemuan pertama
Interaksi @Tentukan alasan klien untuk bertemu
@Bina rasa percaya, penerimaan dan
komunikasi terbuka
@Rumuskan kontrak pertama
@Ekspolrasi pikiran, perasaan dan
perbuatan klien
@Identifikasi masalah klien
@Rumuskan tujuan dengan klien
Kerja @Eksplorasi stressor secara tepat
@Dorong perkembangan diri klien dan
pemakaian mekanisme koping secara tepat
@Atasi penolakan perilaku adaptif
Terminasi @Ciptakan realitas perpisahan
@Bicarakan proses terapi dan pencapaian
tujuan
@Saling mengeksplorasi perasaan,
penolakan dan kehilangan, sedih, marah
dan perilaku lain
PENGGUNAAN DIRI SECARA EFEKTIF
DALAM KOMUNIKASI TERAPEUTIK
MENGHADIRKAN DIRI :
1. Berhadapan
Yaitu mnghadap pasien dengan jujur dan terbuka yaitu sikap
tubuh dan kepala menghadap ke pasien. Arti dari posisi ini
adalah saya siap untuk anda.
2. Mempertahankan kontak mata
Kontak mata menunjukkan bahwa perawat mmperhatikan dan
pasien. Kontak mata pada level yang sama atau sejajar berarti
menghargai pasien dan keinginan untuk tetap berkomunikasi
(Stuart G.W.1998). Pada saat berkomunikasi dengan anak kecil,
kontak mata dapat dipertahankan dengan anak dengan
berjongkok hingga posisi mata perawat sejajar dengan mata si
anak.
1. Kejelasan
Komunikasi verbal yang efektif harus sederhana, pendek dan
langsung. Makin sedikit kata-kata yang digunakan makin kecil
kemungkinan terjadi kerancuan. Kejelasan dapat dicapai melalui
berbicara secara lambat, dan mengucapkan kata secara jelas.
2. Perbendaharaan kata
Ucapkan pesan dengan kata-kata yang dimerngerti oleh
klien/pasien
3. Arti denotatif dan konotatif
Arti denotatif memberikan pengertian yang sama dengan
kata yang digunakan sedangkan konotatif berarti pikiran
atau perasaan atau ide yang ada dalam kata. Contoh: Jika
perawat menyatakan kondisi pasien dalam keadaan
serius, pasien dapat memberikan berbagai penafsiran
tetapi jika perawat menyatakan kondisi pasien kritis,
berarti pasien sudah menjelang kematian.
4. Kecepatan bicara
Perawat sebaiknya tidak berbicara terlalu cepat maupun
terlalu lambat, Hindarkan jeda waktu yang lama dalam
berbicara karena dapat menimbulkan kesan pada pasien
bahwa ada seuatu yang disembunyikan perawat pada
pasien.
KOMUNIKASI NONVERBAL
Komunikasi nonverbal mempunyai dampak yang lebih besar daripada
komunikasi verbal. Stuart dan Sundeen (1998) mengatakan bahwa
sekitar 7 % pemahaman dapat ditimbulkan karena kata-kata, 30 %
karena bahasa paralinguistic dan 55% karena bahasa tubuh
1. Penampilan Personal
Bentuk fisik, cara berpakaian dan berhias menunjukkan
kepribadian, status sosial, pekerjaan, agama, budaya dan konsep
diri (Porsyth 1998). Perawat yang memperhatikan penampilan
dirinya dapat menimbulkan citra diri yang positip dan sikap
professional yang positip. Penampilan fisik perawat
memengaruhi persepsi klien terhadap pelayanan asuhan
keperawaian yang diterima, karena tiap klien/pasien
mempunyai pandangan atau citra bagaimana seharusnya
perawat berpenampilan untuk membina hubungan saling
percaya dengan pasien.
2. Intonasi (Nada suara)
Nada suara mempunyai dampak yang besar terhadap arti
pesan yang disampaikan, karena emosi seseorang dapat
memengaruhi nada suaranya. Perawat harus mengontrol
emosinya ketika berinteraksi dengan pasien.
3. Ekspresi Wajah
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 6 keadaan emosi
utama yang tampak melalui ekspresi wajah yaitu: terkejut,
takut, marah, jijik, bahagia dan sedih (Ellis R. Gates R. dan
Kenworthy, 2000). Perawat sebaiknya tidak memandang
kebawah
Ketika berbicara dengan klien, sebaiknya perawat duduk
sehingga tidak tampak dominan.
4. Sikap tubuh dan langkah
Sikap tubuh dan langkah menggambarkan sikap emosi, konsep
diri, dan kaadaan fisik (Stuart G.W, 1998). Perawat dapat
mengumpulkan informasi yang bermanfaat seperti rasa sakit,
rasa ngantuk dari sikap tubuh dan langkah pasien.
5. Jarak
Jarak hubungan intim terapeutik adalah 0-45 cm, sedangkan
jarak pribadi antara 45-120 cm. Berdasarkan pengalaman jarak
yang paling nyaman bagi perawat dan pasien dalam berinteraksi
adalah 30-40 cm, tetapi bagi pasien dengan perilaku kekerasan
jarak yang digunakan 100-120 cm.
6. Sentuhan
Sentuhan merupakan alat komunikasi yang paling kuat karena
dapat menimbulkan reaksi positip dan negatip, sentuhan
penting dilakukan pada saat pasien mengalami kesedihan
karena mengandung arti empati dan menunjukkan bahwa
perawat mengerti situasi pasien.
MENDENGARKAN SECARA AKTIF (LISTENING+
Menjadi pendengar yang baik merupakan ketrampilan dasar dalam
melakukan hubungan perawat pasien. Ellis Gates and Kenworthy
(2000) menjelaskan bahwa mendengarkan orang lain dengan penuh
perhatian akan menunjukkan bahwa apa yang dikatakannya
merupakan hal yang penting dan berarti. Listenng mengandung
intension yang bisa terjadi saat kita focus pada apa yang dibicarakan,
sehingga bisa membawa pasien kepada maksud dan tujuan dalam
respons intervensi kita (Hibdon S 2000). Terdapat beberapa keadaan
ketika listening yang sebenarnya tidak terjadi. Kondisi ini dinamakan
juga dengan Pseudolistening antara lain:
2. Mendefenisikan masalah
Pada tahap ini tugas perawat adalah mendapatkan gambaran
yang detail dari permasalahan yang dihadapi pasien/klien.
Untuk itu teknik komunikasi yang digunakan adalah klarifikasi,
eksplorasi, dan berbagi persepsi. Perawat harus mendapatkan
gambaran permasalahan klien secara total, jelas dan realistic.
Perawat perlu hati-hati untuk tidak buru-buru memberi
tanggapan atau saran, biarkan pasien menjelaskan segala
permasalahan yang dialaminya dan hal-hal yang dicemaskan
dan ditakuti dari permasalahan yang ada.
3. Menentukan tujuan (Goal setting)
Pada tahap ini perawat dan klien bersama-sama menentukan
tujuan yang akan dicapai dalam mengatasi masalah klien. Fungsi
mendengarkan secara aktif disini adalah untuk memfasilitasi
klien dalam membuat tujuan. Berikan pujian untuk solusi yang
dipilih klien agar klien merasa yakin terhadap solusi yang
dipilihnya
4. Mengevaluasi tujuan
Pada tahap ini perawat membantu klien dalam
mempertimbangkan konsekuensi dari setiap solusi yang
dipilih, sehingga klien merasa bahwa itu adalah solusi terbaik
bagi dirinya.
KESADARAN INTRAPERSONAL DALAM
HUBUNGAN INTERPERSONAL PERAWAT-KLIEN
Kesadaran Diri
Kesadaran diri adalah salah satu prasyarat sebelum perawat
melakukan komunikasi terapeutik dengan klien. Untuk dapat
meningkatkan kesadaran dirinya, perawat perlu menjawab
pertanyaan, “Siapakah saya?” perawat harus dapat mengkaji
perasaan, reaksi, dan prilakunya secara pribadi maupun sebagai
pemberi pelayanan. Kesadaran diri akan membuat perawat
dapat menerima perbedaan dan keunikan klien.
Kesadaran diri dan perkembangan diri perawat perlu
ditingkatkan agar penggunaan diri secara terapeutik dapat lebih
efektif. Morison and Burnard (1991) menyatakan, “kecuali kita
mengembangkan keterampilan untuk menjadi orang yang lebih
reflektif. Dengan teknik refleksi pada apa yang diungkapkan
klien, sebetulnya kita juga merefleksikan tentang apa yang kita
lakukan. Melalui refleksi itulah kita menyadari diri kita. Ada dua
konsep (teori) relevan yag dapat digunakan untuk meningkatkan
kesadaran diri yaitu Johari Window dan Iceberg model of human
personality.
Johari Window
Johari indow dalam Stuart G.W. (1998) menggambarkan
perilaku, pikiran dan perasaan seseorang dalam empat kuadran.
Cinta
Peduli
Tidak peduli
Benci pesimis
Eksplorasi Perasaan
Eksplorasi perasaan yaitu mengkaji atau menggali perasaan-
perasaan yang muncul sebelum dan sesudah berinteraksi
dengan orang lain. Perasaan seorang guru sebelum mengajar
mungkin berbeda dengan perasaan seorang mahasiswa yang
akan presentasi di kelas. Begitu pula dengan perasaan seorang
gadis yang akan dilamar tentu berbeda dengan perasaan ibu
yang akan bertemu dngan besannya.
Sebgai perawat, kita perlu terbuka dan sabar terhadap perasaan
kita dan mengontrolnya agar kita dapat menggunakan diri kita
secara terapeutik. Jika perawat terbuka pada perasaannya maka
ia mendapatkan dua informasi penting yaitu bagaimana
responnya pada klien dan bagaimana penampilannya pada klien.
Sewaktu berbicara dengan klien, perawat harus menyadari
responnya dan mengontrol penampilannya. Bagaimana
perasaan perawat terhadap proses interaksi berpengaruh
terhadap respons dan penampilannya, yang pada akhirnya akan
berpengaruh terhadap perasaan klien.
Seorang perawat yang merasa cemas pada saat interaksi akan
tampak pada ekspresi wajahnya dan perilakunya. Kecemasan
perawat ini akan membuat klien merasa tidak nyaman dan
karena adanya pemindahan kekuasaan mungkin klien akan
menjadi cemas dan hal lain akan memengaruhi interaksi secara
keseluruhan.
Panggilan Jiwa
Perawat harus menjawab pertanyaan, “mengapa saya ingin
menolong orang lain?” seorang penolong yang efektif adalah
yang tertarik untuk merawat penuh cinta atas dasar
kemanusiaan. Dengan kata lain, dalam membantu klien perawat
benar-benar ingin menolong dengan ikhlas tanpa pamrih untuk
membantu menyelesikan masalah yang dihadapi klien.
Panggilan jiwa adalah perhatian terhadap kesejahteraan orang
lain.perawat dalam menolong klien harus memperhatikan
kesejahteraan termasuk privasi klien.
Akan tetapi sesuatu yang perlu mendapat perhatian adalah
bahwa perawat merupakan profesi, karena itu perawat perlu
mendapat penghargaan atau imbalan yang sesuai atau pantas.
Keseimbangan antara panggilan jiwa dengan reward yang
diterima oleh seorang perawat akan memengaruhi bagaimana
perawat menolong kliennya.