Anda di halaman 1dari 70

TINGKATAN KOMUNIKASI

1.KOMUNIKASI INTRAPERSONAL
Adalah penggunaan bahasa atau pikiran didalam diri
komunikator sendiri baik disadari maupun tidak
disadari. Seorang individu menjadi pengirim sekaligus
sebagai penerima pesan, memberikan umpan balik bagi
dirinya sendiri, dalam proses internal yang
berkelanjutan.
Pemahaman terhadap pribadi (kesadaran pribadi)
berkembang sejalan dengan perubahan yang terjadi
dalam proses kehidupan. Kesadaran pribadi memiliki
beberapa elemen diantaranya:
a. KONSEP DIRI
Adalah bagaimana kita memandang diri kita
sendiri, biasanya kita laksanakan dengan jalan
penggolongan karakteristik pribadi, karakteristik
sifat sosial dan peran sosial.
Karakteristik pribadi adalah sifat-sifat yang kita
miliki sesuai dengan persepsi kita tentang diri kita
sendiri. Karakteristik ini dapat bersifat fisik,spt.:
cantik, tampan, tinggi, rendah, kurus, gemuk dll.
b.Karakteristik Sosial
Karakteristik sosial adalah sifat-sifat yang kita
tampilkan dalam hubungan kita dengan orang lain,
spt. Ramah, ketus, ekstrovert, introvert, pendiam,
peduli terhadap orang lain atau masa bodoh
dengan lingkungan sekitar.
c. Peran sosial
Yaitu hubungan sosial kita dengan orang lain, spt.
Ayah, ibu, kakek, nenek, guru, perawat.
d.Identitas diri yang berbeda
Ketika kita melakukan komunikasi intrapersonal
maka kita memiliki dua diri dalam konsep diri kita
yaitu:
@Persepsi kita terhadap diri kita sendiri, dan
persepsi orang lain terhadap diri kita sendiri
@Memperlihatkan diri kita siapa kita sebenarnya
PROSES PENGEMBANGAN KESADARAN DIRI:
Diperoleh melalui:
a. Cermin diri ( Reflective self) yaitu melalui umpan
balik (Feedback)
b. Pribadi sosial (Social self)
Yaitu saat kita berinteraksi dengan orang lain, reaksi
dari orang lain akan menjadi informasi bagi diri kita
sendiri, dan informasi ini kita gunakan untuk menilai
diri kita sendiri.
c. Perwujudan diri ( Becoming self)
Yaitu terjadinya perubahan dalam diri kita sejalan
dengan bertambahnya kedewasaan kita dan melalui
pengalaman hidup kita sehari-hari.
2. KOMUNIKASI INTERPERSONAL
Yaitu proses pertukaran informasi antara seseorang
dengan orang lain atau antara seseorang dengan
kelompok lainnya.
KLASIFIKASI KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENURUT
REDDING YANG DIKUTIP MUHAMMAD (2004)
a. Interaksi Intim spt. Komunikasi diantara teman
baik, anggota keluarga dan orang-orang lain yang
mempunyai ikatan emosional yang kuat dengan
komunikator
b.Komunikasi public/percakapan sosial
c. Interogasi
d.Wawancancara/Anamnese
TUUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL
a. Menemukan diri sendiri
b.Menemukan dunia luar melalui media elektronik
dll.
c. Membentuk dan menjaga hubungan yang penuh
arti
d.Berubah sikap dan tingkah laku
e. Untuk bermain dan Kesenangan
f. Untuk membantu orang lain yang mengalami
kesulitan
3. KOMUNIKASI PUBLIK
Yaitu komunikasi antara seseorang pembicara dengan
sejumlah besar orang yang tidak dapat dikenal satu
persatu. Komunikasi public sering juga disebut dengan
Pidato, ceramah atau kuliah umum.
4. KOMUNIKASI MASSA
Yaitu pesan-pesan yang disampaikan biasanya melalui
media, menjangkau khalayak luas, terus menerus,
menciptakan makna-makna yang diharapkan dapat
masyarakat luas dengan etnis, golongan dan ras,
kelompok serta agama, sosial cultural yang berbeda-
beda (Defleur dan Denis tahun 1985).
KARAKTER KOMUNIKASI MASSA
1. Sumber bersifat umum bukan perorangan
2. Komunikator memiliki keahlian tertentu
3. Pesan yang disampaikan mencakup berbagai aspek
kehidupan manusia, spt. Bidang ekonomi,politik,
sosial dan budaya
4. Audience terdiri dari khalayak luas, heterogen,
anonym, tersebar dan tidak mengenal batas
geografis
5. Penyampaian bersifat cepat, tidak terkendala oleh
waktu dan untuk khalayak luas.
6. Penyampaian pesan bersifat berkala, tidak
temporer, teratur dan berkesinambungan
7. Ada pengaruh yang dikehendaki
8. Hubungan antara komunikator dengan audience
tidak bersifat pribadi
9. Penyampaian pesan cenderung satu arah
10. Umpan balik tertunda
5. KOMUNIKASI KELOMPOK
Yaitu komunikasi diantara sekelompok orang yang
mempunyai tujuan sama, mengenal satu sama lain
anggota kelompok,spt.: keluarga, tetangga, kelompok
ilmiah, kelompok diskusi dan lain-lain
6. KOMUNIKASI ORGANISASI
Organisasi adalah kumpulan dua individu atau lebih
yang bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu
ARUS KOMUNIKASI DIDALAM ORGANISASI
1. Vertical Communication
a. Downward Communication
@Memberi informasi ttg ideology organisasi
@Penyampaian instruksi kerja
@Penyampaian peraturan-peraturan yang
berlaku dalam organisasi
@Pemberian motivasi kepada bawahan
b.Upward Communication
@ Laporan pertanggung jawaban dari bawahan
@Penyampaian saran-saran
@Penyampaian keluhan-keluhan kariawan
c. Horizontal Communication yaitu komunikasi yang
terjadi diantara sesama kariawan/bawahan
Spt:
@Koordinasi tugas
@Upaya pemecahan masalah
@Berbagi informasi
@Pemecahan konflik

FUNGSI KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI


1. Fungsi informatif
2. Fungsi Regulatif
3. Fungsi persuasive
4. Fungsi Integratif
GAYA DIDALAM BERKOMUNIKASI:
1. The Controlling Style yaitu gaya berkomunikasi
dengan sifat mengendalikan yaitu adanya suatu
kehendak dari komunikator untuk membatasi,
memaksa,mengatur perilaku dan tanggapan
audience. Komuniktor yang menggunakan gaya ini
dikenal dengan sebutan komunikator satu arah
(one way communication). Yang utama bagi
komunikator adalah pesan sudah disampaikan dan
diharapkan audience melaksanakannya, tidak
terlalu mengharapkan feed back kecuali
menguntungkan pribadi kounikator
2. The equalitarian style yaitu komunikasi yang
ditandai dengan berlakunya arus penyebaran pesan
yang bersifat dua arah (Two way traffic of
communication). Pada gaya komunikasi ini
dilakukan secara terbuka dengan catatan semua
yang terlibat didalam komunikasi ini dapat
menyampaikan kritik, saran dan pendapat.
3. The structuring style yaitu gaya komunikasi dalam
komunikasi ini disampaikan secara berstruktur
memanfaatkan pesan verbal secara tertulis atau
lisan guna memantapkan perintah yang telah
disampaikan untuk dilaksanakan, pemberi pesan
lebih memberi perhatian untuk mempengaruhi
orang lain dengan jalan memberi informasi tentang
tujuan organisasi dan prosedur kerja yang berlaku
dalam organisasi tersebut.
4. The dynamic style yaitu gaya komunikasi dinamis
dan agresif karena pengirim pesan memahami
bahwa lingkungan pekerjaan berorientasi pada
tindakan (action oriented).Biasanya gaya pada
komunikasi yang agresif ini lebih sering digunakan
untuk mengatasi masalah – masalah yang bersifat
kritis didalam organisasi.
5. The Relinguishing style yaitu gaya berkomunikasi
umpan balik seluas-luasnya dan gaya
berkomunikasi seperti ini cocok dilaksanakan pada
organisasi dengan para anggota/pekerja-
pekerjanya berpengetahuan luas, berpengalaman
kerja yang mantap dan bertanggung jawab penuh
atas pekerjaannya
6. Fhe withdrawal style yaitu gaya berkomunikasi
dengan komunikator menyampaikan pesan namun
komunikator tidak mampu
mempertanggungjawabkan pesan yang
disampaikannya.
DIMENSI KOMUNIKASI :
1. Komunikasi satu arah-dua arah
Satu arah:
@Lebih cepat, tertib dan terarah
@Dilakukan bila komunikator ingin
mempertahankan pengaruh
2. Komunikasi dua arah
@Lebih lambat, tidak tertib dan bising
@Menerima dan merasa dihargai
@Kesalahan komunikator dapat segera diketahui
2.Verbal-Non verbal Communication
a. Verbal
@Penyampaian pesan dengan kata-kata
@Lebih akurat dan tepat waktu
@Dapat dilakukan secara lisan dan tulisan
@Karaktristik pesan efektif
b. Non Verbal
@Penyampaian pesan dengan bahasa tubuh
@Lebih pribadi dan lebih intim
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOMUNIKASI:
1. KREDIBILITAS (CREDIBILITY)
@Ahli di bidangnya
@Mempunyai ketrampilan khusus
@Memiliki kompetensi
@Percaya diri
2. ISI PESAN (CONTENT)
@Isi pesan harus direncanakan
@Pesan disampaikan dengan bahasa yang
dimengerti audience
@Pesan harus menarik minat dan sesuai
kebutuhan penerima
@Pesan harus mudah dipahami
@Pesan disampaikan tidak samar-samar
3. CONTEXT yaitu pesan yang disampaikan harus
sesuai dengan kebutuhan penerima
4. CLARITY yaitu pesan yang disampaikan harus jelas
5. CONTINUITY AND CONSISTENCY yaitu pesan yang
disampaikan harus berkesinambungan dan
konsisten
6. CHANNEL yaitu media atau saluran yang digunakan
harus mampu memperjelas maksud pesan yang
disampaikan
7. CAPABILITY OF THE AUDIENCE yaitu
memperhitungkan kemampuan si penerima
FAKTOR PENGHAMBAT DALAM KOMUNIKASI
1. Faktor fisik yaitu faktor yang berhubungan dengan
kondisi fisik ruangan tempat berkomunikasi, spt.
Bising, panas, Terlalu dingin
2. Faktor Biologis yaitu faktor – faktor yang
berhubungan dengan kondisi biologis peserta
komunikasi, spt.tuna netra, tuna wicara dll
3. Faktor Intelektual yaitu hambatan yang
berhubungan dengan kemampuan intelektual
komunikator dan komunikan.
4. Faktor Psikis yaitu hambatan yang berhubungan
dengan faktor kejiwaan, emosional, trust dan
penilaian yang objektif pada komuikator
5. Faktor Kultural yaitu faktor yang berhubungan
dengan faktor budaya spt.bahasa, kesukuan dan
agama
Faktor penghambat lainnya dalam berkomunikasi
menurut Karyoso tahun 1994 a.l.:
1. Kecakapan yang kurang dalam berkomunikasi
2. Sikap yang kurang tepat
3. Kurang pengetahuan
4. Kurang memahami sistem sosial
5. Prasangka yang tidak beralasan
6. Jarak fisik antara komunikator dengan audience
berjauhan
7. Tidak ada persamaan persepsi
8. Indera yang rusak
9. Berbicara berlebihan
10. Mendominasi pembicaraan
KOMUNIKASI YANG EFEKTIF
Menurut Stephen Covey mengusulkan 5 pondasi
membangun Komunikasi yang efektif anara lain:
1. Berusaha benar-benar mengerti orang lain
Bentuk komunikasi tertinggi adalah komunikasi
empatik yaitu melakuk;/an komunikasi dengan
terlebih dahulu mengerti orang lain, memahami
karakter dan maksud dan tujuan atau peran
orang lain.
2. Memahami komitmen atau janji
Melanggar janji adalah kesalahan yang besar,
trust yang telah dibangun menjadi tidak berguna
bila tidak mampu berkomitmen terhadap apa
yang sudah disampaikan, hal ini akan merusak
kredibilitas komunikator
3. Menjelaskan harapan
Harapan harus disampaikan secara eksplisit, dan
jangan bertentangan dengan tujuan dan peran
4. Meminta maaf secara tulus ketika anda membuat
kesalahan
Cobalah untuk mengakui kesalahan kita dan
meminta maaf secara tulus, ini perbuatan terpuji
5. Memperlihatkan integritas pribadi
Integritas merupakan fondasi utama dalam
membangun komunikasi yang efektif, karena
tidak akan ada team work tanpa trust dan tidak
akan ada kepercayaan tanpa integritas. Integritas
menyesuaikan realitas dengan kata-kata kita,
integritas bersifat aktif sedangkan kejujuram
bersifat pasif.
Selain kelima pondasi diatas, para ahli
komunikasi merumuskan HUKUM KOMUNIKASI
yang terangkum dalam kata R E A C H yang
isinya:
RESPECT
Yaitu sikap menghargai setiap individu yang
menjadi sasaran pesan yang kita sampaikan,
manusia ingin dihargai dan dianggap penting
EMPATHY
Yaitu kemampuan kita untuk menempatkan diri
kita pada situasi dan kondisi yang dihadapi orang
lain. Rasa empati akan membantu kita untuk
dapat menyampaikan pesan dengan cara dan
sikap yang akan memudahkan penerima pesan
untuk menerimanya.

AUDIBLE
Maksud dari audible adalah dapat di dengar dan
dimengerti dengan baik, dalam audible pesan
yang kita sampaikan dapat diterima oleh
penerima, pesan harus disampaikan melalui
media (channel)yang baik, sehingga dapat
diterima pendengar dengan baik.
CLARITY
Yaitu pesan harus jelas sehingga tidak terjadi
multi tafsir atau penafsiran yang berlainan pada
penerima pesan.
H UM B L E
Yaitu sikap rendah hati, Sikap rendah hati
memiliki pengertian:
a. Sikap yang penuh melayani (Customer first
attitude)
b.Sikap menghargai
c. Mau mendengar dan menerima kritik
d.Tidak sombong dan tidak memandang rendah
orang lain
e. Berani mengakui kesalahan
f. Rela memaafkan
g. Lemah lembut dan penuh pengendalian diri
h.Mengutamakan kepentingan yang lebih besar
Berikut beberapa tujuan komunikasi dan kesulitan yang
dijumpai a.l:
1. Mendengar
Kesulitan yang dihadapi:
a. Sulit memusatkan perhatian pada waktu lama
b.Sulit konsenrasi pada hal-hal yang kurang penting
c. Orang dapat berassumsi pada pengalaman masa
lalu
d.Orang sering tidak mengerti bahasa komunikator
2. Memahami`
Kesulitan yang sering dihadapi:
a. Orang lebih mudah salah mengerti saat mereka
mendengar tanpa melihat
b.Orang sering sudah menarik kesimpulan
sementara orang belum selesai berbicara
3. Menyetujui
Kesulitan yang sering dihadapi:
a. Orang sering merasa curiga atas bujukan pihak
lain
b.Orang tidak suka jika dibuktikan bersalah
4. Bertindak
Kesulitan yang sering dihadapi:
a. Tidak mudah bagi orang untuk mengubah
kebiasaannya
b.Orang takut akan akibat dari pengambilan
tindakan yang keliru
c. Banyak orang tidak suka mengambil keputusan
d.Beberapa orang dengan sengaja
menyembunyikan reaksi dari apa yang
sesungguhnya mereka pikirkan
5. Umpan balik
Kesulitan yang dihadapi:
Penampilan dapat bersifat memperdaya, anggukan
kepala, mungkin tidak selalu menyatakan setuju,
karena dapat digunakan untuk menutupi
ketidaktahuan atau keragu-raguan
PRINSIP KOMUNIKASI EFEKTIF DAN KOMUNIKASI YANG
BERKUALITAS, diantaranya:
1. KETERBUKAAN (OPENESS)
Kualitas keterbukaan mengacu pada 3 aspek
komunikasi interpersonal yaitu:
a. Komunikator interpersonal yang efektif harus
terbuka kepada orang yang diajaknya
berinteraksi.
b.Kesediaan komunikator untuk bereaksi secara
jujur terhadap stimulus yang datang.
c. Kepemilikan yaitu mengakui bahwa perasaan dan
pikiran yang anda lontarkan adalah milik anda
dan anda bertanggung jawab atasnya.
2. E M P A T I
Yaitu kemampuan seseorang untuk mengetahui
apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat
tertentu melalui ekspresi wajah dan gerak gerik
yang sesuai, konsentrasi terpusat meliputi kontak
mata, postur tubuh yang penuh perhatian dan
kedekatan fisik, dan sentuhan atau belaian
sepantasnya.
3. SIKAP MENDUKUNG (SUPPORTIVENESS)
Yaitu dengan memperlihatkan sikap:
a. Deskriptif bukan evaluative
b.Spontan bukan strategic
c. Provisional bukan sangat yakin
4. SIKAP POSITIP (POSITITIVENESS)
Yaitu dengan cara:
a. Menyatakan sikap positip terhadap diri mereka
sendiri
b.Mendorong teman yang berinteraksi untuk
interaksi yang positip.
5. KESETARAAN (EQUALITY)
Yaitu adanya pengakuan secara diam-diam bahwa
kedua belah pihak sama-sama bernilai, dan
berharga, dan masing-masing pihak memiliki
seuatu yang penting untuk disumbangkan.
BEBERAPA KIAT SUKSES UNTUK BERKOMUNIKASI:
1. Kenali dengan baik siapa lawan bicara anda
2. Meningkatkan kemampuan menyimak secara
efektif:
a. Memberikan perhatian
b.Memahami komunikasi verbal dan non verbal
c. Meningkatkan kemampuan dalam memahami
simbol-simbol yang digunakan dalam
berkomunikasi
d.Meningkatkan kemampuan menyimak antar
personal
3. Jangan terlalu banyak berbicara dan kurang
mendengar, berbicaralah sekali tetapi
mendengarlah dua kali lebih banyak.
4. Jangan merasa lebih mengetahui dari lawan bicara
anda.
5. Kenali betul-betul diri sendiri dan kemampuan
sendiri, termasuk kelemahan kelemahan kita
TEKNIK KOMUKASI YANG EFEKTIF:
1. Yakinkan apa yang akan dikomunikasikan dan
bagaimana mengkomunikasikannya
2. Gunakan bahasa yang jelas dan dimengerti
komunikan
3. Gunakan media/channel yang tepat dan adekuat
4. Ciptakan iklim komunikasi yang tepat dan baik
5. Dengarkan dengan seksama umpan balik dari
komunikan
6. Hindarkan komunikasi yang tidak disengaja
7. Ingat bahwa komunikasi adalah proses dua arah
sehingga ciptakan interaksi
8. Yakinkan bahwa tindakan yang dilakukan tidak
kontradiksi dengan kata – kata yang diucapkan
PERANAN KOMUNIKASI EFEKTIF BAGI PERAWAT
1. Pengetahuan
Seorang perawat perlu memiliki pengetahuan yang
luas tentang asuhan keperawatan pasien sehingga
mampu memberikan penjelasan dan penyuluhan
yang baik kepada pasien tentang askep yang harus
dijalani pasien, diet dan therapy yang akan
didapatkan oleh pasien, sehingga pasien dan
keluarganya akan merasa puas atas penjelasan
yang lengkap dari si perawat
2. K E T U L U S A N
Sikap perawat yang tulus tercermin dari sikapnya
yang sederhana, mau mendengar keluhan pasien
tanpa mencemohnya.
3. S E M A N G A T
Semangat hidup perawat yang tinggi dengan
memperlihatkan kreativitas perawat dalam
bertugas, mempengaruhi kesadaran pasien untuk
mengikuti petunjuk dokter maupun perawat
tentang memakan obat, memakan diet dan
melaksanakan istirahat sesuai dengan petunjuk
dokter.
4. P R A K T E K
Dalam menjalankan tugas si perawat diharapkan
dapat melaksanakan tugas praktek keperawatan
secara sigap, tidak kaku dalam berbicara, maka
supaya perawat mampu berkomunikasi dengan
baik diharapkan untuk melatihnya secara berulang-
ulang setiap hari
KOMUNIKASI TERAPEUTIK
BEBERAPA DEFENISI KOMUNIKASI TERAPEUTIK
1. MENURUT NORTHOUSE (1998)
Komunikasi terapeutik adalah kemampuan
perawat untuk membantu klien beradaptasi
terhadap stres, mengatasi gangguan psikologis
dan belajar berhubungan dengan orang lain.
2. MENURUT STUART (1998)
Komunikasi terapeutik adalah merupakan
hubungan interpersonal antara perawat dan
klien, dalam hal ini perawat dan klien
memperoleh pengalaman belajar bersama dalam
rangka memperbaiki pengalaman emosional
klien.
3. MENURUT HIBDON S (2000)
Komunikasi terapeutik adalah pendekatan
konseling yang memungkinkan klien
menemukan siapa dirinya, sebagai focus dari
komunikasi terapeutik
4. MENURUT POTTER-PERRY (2000)
Komunikasi terapeutik adalah pendekatan
terencana dari perawat dalam mempelajari klien
5. KESIMPULAN:
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang
dilakukan atau dirancang untuk terapi, seorang
perawat diharapkan dapat membantu (helper)
klien untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi
melalui komunikasi.
TUJUAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK:
Menurut Suryani (2005) komunikasi terapeutik
bertujuan untuk mengembangkan pribadi klien
kearah yang lebih positip atau adaptip dan
diarahkan pada pertumbuhan klien yang meliputi:
1. Realisasi diri yaitu penerimaan diri dan
peningkatan kesadaran dan penghargaan diri dan
mempertahankan kekuatan egonya, sehingga
tidak mengalami putus asa menghadapi penyakit
Yang dideritanya terutama bagi klien yang
menderita penyakit kronis.
2. Kemampuan membina hubungan interpersonal
yang tidak superficial dan saling tergantung pada
orang lain dan mandiri.
3. Peningkatan fungsi dan kemampuan memuaskan
kemampuan dengan tujuan yang realistis.
4. Peningkatan integritas diri klien sehingga klien
dapat menemukan identitas diri yang jelas.
TUJUAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK MENURUT
EFENDI (2002):
1. Terjadi perubahan dalam diri klien yaitu mau
menerima realitas penyakit yang dihadapi
2. Pasien mau menerima hubungan interpersonal
yang baik dengan orang lain
3. Membantu pasien untuk mengambil tindakan
yang efektif
4. Membantu mengurangi beban pikiran dan
perasaan yang dialami pasien.
PRINSIP DASAR KOMUNIKASI TERAPEUTIK
1. Hubungan perawat dengan klien adalah hubungan
terapeutik yang saling menguntungkan didasarkan
pada prinsip humanity of nurse and clients,
didalamnya terdapat hubungan saling
mempengaruhi baik pikiran, perasaan dan tingkah
laku untuk memperbaiki perilaku klien
2. Prinsip yang sama dengan komunikasi
interpersonal Devito yaitu keterbukaan, empati,
sifat mendukung, sikap positip dan kesetaraan.
3. Kualitas hubungan perawat klien ditentukan oleh
bagaimana perawat mendefenisikan dirinya
sebagai manusia
4. Perawat menggunakan dirinya dengan teknik
pendekatan yang khusus untuk memberi
pengertian dan merubah perilaku klien
5. Perawat harus menghargai keunikan klien, untuk
itu perawat perlu memahami perasaan dan
perilaku klien dengan melihat latar belakang klien
6. Keunikan yang dilakukan harus dapat menjaga
harga diri dari pemberi maupun penerima pesan
7. Trust harus didapat terlebih dahulu sebelum
identifikasi masalah dan alternative problem
solving
8. Trust adalah kunci dari komunikasi terapeutik
KARAKTERISTIK HELPER YANG MEMFASILITASI
TUMBUHNYA HUBUNGAN TERAPEUTIK MENURUT
SURYANI (2005) SBB:
1. Trustworthy (kejujuran)
Klien hanya akan terbuka dan memberikan
informasi yang benar, jika perawat dapat dipercaya
2. Tidak membingungkan dan cukup ekspresif
Dalam berkomunikasi dengan klien perawat
hendaknya menggunakan kata-kata yang mudah
dimengerti klien sehingga tidak membingungkan
klien
3. Bersikap positip
Perawat harus menunjukkan sikap yang hangat,
penuh perhatian, dan penghargaan terhadap klien
4. Empati bukan simpati
Perawat harus empati terhadap masalah yang
dihadapi klien tetapi tidak terlarut didalamnya
sehingga perawat masih mampu memikirkan
masalah yang dialami klien dan dapat memberikan
solusi pemecahannya
5. Mampu melihat permasalahan klien dari kacamata
klien.
Perawat harus mampu menerapkan active listening
dan kesabaran dalam penuturan masalah oleh
klien, sehingga dx.kep.yang dirumuskan perawat
beserta intervensi keperawatan mampu membantu
klien
6. Menerima klien apa adanya.
Perawat harus menerima klien secara tulus
sehingga klien merasa aman dan nyaman dalam
hubungan terapeutik
7. Sensitip terhadap perasaan klien
Hal ini penting untuk menghindarkan perasaan
tersinggung pada diri klien
8. Tidak mudah terpengaruh dengan masa lalu klien
maupun perawat.
Perawat akan mengalami kesulitan untuk
membantu klien jika perawat pun memiliki
segudang ketidak puasan dalam hidupnya.
TEKNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK MENURUT SHIVES
(1998) sbb:
1. MENDENGARKAN (LISTENING)
Perawat harus mampu menjadi pendengar yang
baik terhadap keluhan-keluhan klien dengan penuh
perhatian, jangan memotong pembicaraan klien.
Hal - hal yang perlu dilakukan perawat selama
menjadi pendengar yang baik adalah sbb.:
a. Pandang klien ketika sedang bicara
b.Pertahankan kontak mata yang memancarkan
keinginan untuk mendengar
c. Sikap tubuh yang menunjukkan perhatian dengan
menyilangkan kaki atau tangan
d.Hindarkan gerakan yang tidak perlu
e. Anggukan kepala, jika klien membicarakan hal
penting atau memerlukan umpan balik
f. Condongkan tubuh kearah lawan bicara
g. Merespons klien dengan komunikasi verbal
spt.uh, huuh,mmhum, yeah, saya dengar
2. B E R T A N Y A
Teknik bertanya yang sering digunakan a.l.:
a. Pertanyaan fasilitatif dan non fasilitatif
Pertanyaan fasilitatif yaitu pertanyaan perawat
ke hal-hal yang sensitip dan berhubungan
langsung dengan masalah klien sedangkan
pertanyaan yang non fasilitatif adalah
pertanyaan yang tidak efektif karena tidak focus
pada masalah klien.
b.Pertanyaan terbuka dan tertutup
Pertanyaan terbuka bertujuan untuk
mendapatkan jawaban secara luas dari klien
sedangkan pertanyaan tertutup bertujuan jika
perawat hanya membutuhkan jawaban singkat
c. Inappropriate quantity question
Yaitu pertanyaan yang kurang baik dari segi
jumlah pertanyaan, yang menyebabkan klien
kebingungan menjawabnya
d.Inappropriate quality question
Yaitu pertanyaan yang kurang baik dari segi
kualitas, spt. pertanyaan mengapa (why ?)
3. P E N E R I M A A N
Yaitu mendukung dan menerima informasi dengan
tingkah laku yang menunjukkan ketertarikan dan
tidak menilai. Sikap perawat yang menunjukkan
penerimaan a.l.:
a. Mendengar tanpa memotong pembicaraan
b.Menyediakan umpan balik yang menunjukkan
penerimaan
c. Memastikan bahwa tanda non verbal sesuai
dengan verbal
d.Hindari mendebat, mengekspresikan keraguan
atau usaha untuk merubah pikiran klien
4. M E N G U L A N G ( RESTATING)
Yaitu mengulang pokok pikiran yang diungkapkan
klien dengan kata-kata sendiri yang bertujuan
menguatkan ungkapan klien dan memberi indikasi
bahwa perawat mengikuti pembicaraan klien.
5. K L A R I F I K A S I
Yaitu menjelaskan kembali ide atau pikiran klien
yang tidak jelas
6. R E F L E K S I
Yaitu mengarahkan kembali ide, perasaan,
pertanyaan, dan isi pembicaraan kepada klien yang
bertujuan memvalidasi pengertian perawat tentang
apa yang diucapkan klien.
7. M E M F O K U S K A N( FOCUSING)
Yaitu memberi kesempatan kepada klien untuk
membahas masalah inti dan mengarahkan klien
untuk mencapai tujuan. Metode ini dilaksanakan
untuk membatasi bahan pembicaraan sehingga
pembahasan masalah lebih spesifik.
8. D I A M (SILENCEE)
Metode ini digunakan untuk memberikan
kesempatan pada klien sebelum menjawab
pertanyaan perawat. Diam juga memberikan
kesempatan pada klien dan perawat untuk
mengorganiser pikiran masing-masing, klien
dengan dirinya sendiri, untuk menghayati dan
memikirkan secara matang keputusan yang harus
diambilnya.
9. MEMBERIKAN INFORMASI (INFORMING)
Perawat memberikan informasi kepada klien
berupa penyuluhan/pendidikan kesehatan tentang
aspek-aspek yang relevan dengan perawatan diri
dan penyembuhan klien.
10. MENYIMPULKAN (SUMMERIZING)
Metode ini bertujuan untuk membantu klien
mengeksplorasi point penting dari interaksi
perawat klien. Manfaat dari menyimpulkan a.l.:
a. Memfokuskan pada topik yang relevan
b.Menolong perawat mengulang aspek utama
interaksi
c. Membantu klien untuk merasakan bahwa
perawat memahami perasaannya
d.Membantu klien untuk dapat mengulang
informasi dan membuat tambahan atau koreksi
terhadap informasi sebelumnya.

11. MENGUBAH CARA PANDANG (REFRAMING)


Yaiu membuat klien mampu melihat apa yang
dialaminya dari sisi positip untuk membuat pe
rencanaan yang lebih baik dalam mengatasi
masalah yang dihadapinya.
12. E K S P L O R A S I
Teknik ini bertujuan untuk mencari atau menggali
lebih dalam masalah yang dialami oleh klien
supaya masalah tersebut dapat diatasi. Teknik ini
bermanfaat untuk mendapatkan gambaran yang
detail tentang masalah yang dialami klien.
13. MEMBAGI PERSEPSI (SHARING PERCEPTION)
Yaitu meminta pendapat klien tentang hal-hal yang
perawat rasakan atau pikirkan berbeda antara
komunikasi verbal klien dengan komunikasi non
verbal yang diperagakan klien.Contoh: klien
menceriterakan keberhasilan suaminya dengan
senyum namun meneteskan air mata.
14. IDENTIFIKASI TEMA
Perawat harus tanggap terhadap cerita yang
disampaikan klien dan harus mampu
menyimpulkan tema dari seluruh pembicaraan
klien untuk meningkatkan pengertian dan menggali
masalah penting.
15. H U M O R
Humor berfungsi untuk mengurangi stres yang
dihadapi klien, sehingga klen dapat menceriterakan
masalah yang dihadapinya secara santai tidak
secara emosional
16. MEMBERIKAN PUJIAN
Memberikan pujian (reinforcement) berguna untuk
mningkatkan harga diri dan menguatkan perilaku
klien. Pujian dapat diungkapkan dengan kata-kata
maupun dengan komunikasi non verbal atas
tanggapan yang diberikan kien.

TEKNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK YANG KURANG


TEPAT
1. Memberi jaminan
2. Memberi penilaian
3. Memberi komentar yang terlalu umum
4. Memberi saran pada klien
5. Mengubah pokok pembicaraan
6. Defensif, respon perawat yang defensif
menghambat klien untuk mengungkapkan
perasaannya.
FAKTOR PENGHAMBAT DALAM KOMUNIKASI
TRAPEUTIK MENURUT PURWANTO HERI (1994)
1. Kemampuan pemahaman yang berbeda
2. Penafsiran permasalahan yang berbeda
3. Komunikasi satu arah
4. Kepentingan yang berbeda
5. Memberikan jaminan yang tidak mungkin
6. Membicarakan hal-hal yang bersifat pribadi
7. Menuntut bukti, tantangan serta penjelasan dari
pasien mengenai tindakannya
8. Memberi kritik tentang perasaan pasien
9. Mengalihkan topic pembicaraan
10. Terlalu banyak bicara yang seharusnya
mendengarkan
11. Memperlihatkan sifat jemu, dan pesimis
KOMUNIKASI TERAPEUTIK DALAM PROSES
KEPERAWATAN MENURUT PURWANTO,HERI (1994)
1. PENGKAJIAN
a. Menentukan kemampuan seseorang dalam
proses informasi
b.Mengevaluasi data tentang status mental pasien
untuk menentukan batas intervensi
c. Mengevaluasi kemampuan pasien berkomunikasi
secara verbal
d.Mengidentifikasi tingkat perkembangan pasien
sehingga interaksi yang diharapkan realistis
e. Menentukan apakah pasien memperlihatkan
sikap verbal dan non verbal yang sesuai
f. Mengkaji tingkat kecemasan pasien sehingga
dapat mengantisipasi intervensi yang dibutuhkan
2. MENETAPKAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Analisa tertulis dari penemuan pengkajian
b.Sesi perencanaan tim kesehatan
c. Diskusi dengan klien dan keluarga untuk
menentukan metode implementasi
d.Merumuskan diagnose keperawatan
3. RENCANA KEPERAWATAN
a. Membantu pasien untuk memenuhi kebutuhan
sendiri
b.Membantu pasien agar dapat menerima
pengalaman yang pernah dirasakan
c. Meningkatkan harga diri pasien
d.Memberikan support karena adanya perubahan
lingkungan
e. Perawat dan pasien sepakat untuk
berkomunikasi secara lebih terbuka
f. Rencana asuhan dilakukan tertulis
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
a. Memperkenalkan diri kepada pasien
b.Memulai interaksi dengan pasien
c. Membantu pasien dapat menggambarkan
pengalaman pribadinya
d.Menganjurkan keadaan pasien supaya dapat
mengungkapkan perasaan kebutuhannya
e. Menggunakan komunikasi untuk meningkatkan
harga diri pasien
5. E V A L U A S I
a. Pasien dapat mengembangkan kemampuan
dalam mengkaji dan memenuhi kebutuhan
sendiri
b.Komunikasi menjadi lebih jelas, lebih terbuka,
dan berfokus pada masalah
c. Membantu menciptakan lingkungan yang dapat
mengurangi tingkat kecemasan
HAMBATAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK

1. R E S I S T E N
Yaitu upaya klien untuk tetap tidak menyadari
aspek penyebab ansietas yang dialaminya.
Resisten sering merupakan akibat dari ketidak
sediaan klien untuk berubah, ketika kebutuhan
untuk berubah telah dirasakan
2. TRANSFERENS
Yaitu respon tidak sadar dimana klien mengalami
perasaan dan sikap terhadap perawat yang pada
dasarnya terkait dengan tokoh dalam
kehidupannya dimasa lalu. Sifat yang paling
menonjol adalah ketidakpastian respon klien
dalam intensitas dan penggunaan mekanisme
pertahanan.
3. KONTERTRANSFEREN
Yaitu kebutuhan terapeutik yang dibuat oleh
perawat bukan oleh klien. Reaksi ini biasanya
berbentuk salah satu reaksi dari sangat
mencintai, reaksi sangat membenci/bermusuhan
dan reaksi sangat cemas.
TAHAPAN DALAM KOMUNIKASI TERAPEUTIK
1. PRA INTERAKSI
Yaitu dimulai sebelum kontak pertama dengan
pasien. Yang harus dilakukan perawat pada
tahap ini adalah:
a. Mengeksplorasi perasaan, mendefenisikan
harapan dan mengidentifikasi kecemasan
klien
b.Menganalisis kelemahan dan kekuatan diri
c. Mengumpulkan data dan informasi klien
d.Merencanakan pertemuan pertama dengan
klien
2. FASE ORIENTASI/PERKENALAN
Kegiatan yang dilakukan perawat pada tahap
ini antara lain:
a. Membina rasa saling percaya dengan
menunjukkan penerimaan dan komunikasi
terbuka, dengan tidak membebani diri
dengan sikap klien yang melakukan
penolakan di awal pertemuan
b.Merumuskan kontrak (waktu, tempat
pertemuan, dan topic pembicaraan)
c. Mengeksplorasi pikiran, perasaan dan
perbuatan serta mengklarifikasi masalah
klien yang dilaksanakan dengan pertanyaan
terbuka
d.Merumuskan tujuan interaksi dengan klien
yaitu menumbuhkan rasa saling percaya
dengan klien.
3. FASE KERJA
Tugas perawat pada fase kerja ini adalah
mengeksplorasi stressor yang terjadi pada
klien secara tepat. Perawat juga perlu
mendorong perkembangan kesadaran diri klien
dan pemakaian mekanisme koping yang
konstruktif.
Suasana komunikasi terapeutik yang nyaman
diciptakan dengan cara:
a. Berhadapan dengan lawan bicara, untuk
menunjukkan kesiapan si perawat melayani.
b.Sikap tubuh terbuka, kaki dan tangan
terbuka, menunjukkan bahwa perawat
bersedia mendukung terciptanya komunikasi
c. Memposisikan tubuh lebih dekat dengan
lawan bicara, menunjukkan bahwa perawat
bersiap merespon
d.Pertahankan kontak mata, sejajar dan
natural, menunjukkan kesediaan perawat
mempertahankan komunikasi
e. Bersikap tenang, dan menggunakan bahasa
tubuh secara natural.
f. Perawat perlu menyimpulkan percakapannya
dengan klien, yang bertujuan mempertegas
dan memperjelas hal-hal penting didalam
percakapan.
4. TAHAP TERMINASI
Merupakan akhir dari pertemuan perawat-
klien, dibagi dua yaitu terminasi sementara
dan terminasi akhir.
Tugas perawat pada tahap ini adalah:
a. Mengevaluasi pencapaian tujuan dari
interaksi yang telah dilaksanakan.
b.Melakukan evaluasi subjektif dengan cara
menanyakan perasaan klien setelah
melakukan interaksi dengan perawat.
c. Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi
yang telah dilakukan. Tindak lanjut dilakukan
pada tahap orientasi pada pertemuan
berikutnya.
TUGAS PERAWAT PADA TIAP FASE KOMUNIKASI
FASE T U G A S
PRA @ Eksplorasi perasaan, fantasi klien
INTERAKSI @ Analisa kekuatan dan kelemahan
professional
@Dapatkan data klien jika mungkin
@Rencanakan pertemuan pertama
Interaksi @Tentukan alasan klien untuk bertemu
@Bina rasa percaya, penerimaan dan
komunikasi terbuka
@Rumuskan kontrak pertama
@Ekspolrasi pikiran, perasaan dan
perbuatan klien
@Identifikasi masalah klien
@Rumuskan tujuan dengan klien
Kerja @Eksplorasi stressor secara tepat
@Dorong perkembangan diri klien dan
pemakaian mekanisme koping secara tepat
@Atasi penolakan perilaku adaptif
Terminasi @Ciptakan realitas perpisahan
@Bicarakan proses terapi dan pencapaian
tujuan
@Saling mengeksplorasi perasaan,
penolakan dan kehilangan, sedih, marah
dan perilaku lain
PENGGUNAAN DIRI SECARA EFEKTIF
DALAM KOMUNIKASI TERAPEUTIK
MENGHADIRKAN DIRI :

Perawat harus hadir secara utuh (fisik dan psikologis) sewaktu

Berkomuikasi dengan pasien. Perawat tidak hanya cukup mengetahui


teknik komunikasi, tetapi yang penting adalah penampilan dalam
berkomunikasi dengan menghadirkan diri secara fisik dan psikologis.

Kehadiran fisik berarti kebersamaan perawat dalam berkomunikasi


dengan pasien, yaitu mendengarkan dan mengamati serta
memberikan perhatian terhadap apa yang dikatakan dan bagaimana
perilaku pasien. Haber J (1982 ) mengidentifikasi lima sikap atau cara
untuk menghadirkan diri secara fisik antara lain:

1. Berhadapan
Yaitu mnghadap pasien dengan jujur dan terbuka yaitu sikap
tubuh dan kepala menghadap ke pasien. Arti dari posisi ini
adalah saya siap untuk anda.
2. Mempertahankan kontak mata
Kontak mata menunjukkan bahwa perawat mmperhatikan dan
pasien. Kontak mata pada level yang sama atau sejajar berarti
menghargai pasien dan keinginan untuk tetap berkomunikasi
(Stuart G.W.1998). Pada saat berkomunikasi dengan anak kecil,
kontak mata dapat dipertahankan dengan anak dengan
berjongkok hingga posisi mata perawat sejajar dengan mata si
anak.

3. Membungkuk kearah pasien


Posisi ini menunjukkan keinginan unuk mengatakan atau
mendengarkan sesuatu. Posisi ini juga menunjukkan bahwa
perawat merespons dan perhatian terhadap pasien, dan
menunjukkan bahwa perawat ingin membantu pasien.
4. Mempertahankan sikap terbuka
Tidak melipat kaki atau tangan tetapi mempertahankan posisi
tangan disamping atau posisi terbuka menunjukkan keterbukaan
untuk berkomunikasi
5. Tetap rileks
Menciptakan lingkungan yang rileks dan menjaga privasi dan
rasa nyaman pasien sangat penting dalam membuka diri.

Disamping kelima cara menghadirkan diri secara fisik, perawat juga


perlu menghadirkan diri secara psikologis yaitu mendengarkan secara
aktif dengan telinga, pikiran dan perasaan, tentang apa yang
diucapkan atau disampaikan pasien dengan kata-kata dan apa yang
diisyatkan pasien lewat nonverbalnya (Haber J,1982). Selama
mendengar aktif, perawat mengikuti apa yang dibicarakan pasien dan
memperhatikan perilaku pasien serta memberikan tanggapan yang
tepat.
DIMENSI RESPONS DAN DIMENSI TINDAKAN
DIMENSI RESPONS

Dimensi respons sangat penting pada awal berhubungan dengan


klien, karena berpengaruh pada interaksi selanjutnya. Dimensi
respons ini terdiri dari respons perawat yang ikhlas, menhargai,
empati dan konkrit. Dalam hubungan terapeutik, perawat
seharusnya berespons dengan tulus ikhlas, tidak berpura-pura, dan
mengekspresikan perasaan yang sebenarnya secara spontan.
Disamping itu perawat harus mampu menghargai dengan menerima
klien apa adanya. Sikap perawat tidak menghakimi, tidak mengkritik,
tidak mengejek ataupun menghina. Menghargai dapat
dikomunikasikan melalui duduk bersama klien yang menangis,
meminta maaf atau hal-hal yang tidak dIisukai klien.

Empati adalah kesadaran yang objektif akan pikiran dan perasaan


orang lain (Wiserman. 1996). Empati merupakan kemampuan untuk
masuk kehidupan klien agar dapat merasakan pikiran dan
perasaannya. Perawat memandang permasalahan melalui kacamata
klien, dan kemudian mengidentifikasi permasalahan klien serta
membantu klien mengatasi permasalahan tersebut. Perawat harus
bersikap empati bukan simpati.

Ada empat karakteristik perawat yang mampu bersikap empati


(Wiserman, 1996) yaitu kemampuan melihat permasalahan dari
kacamata klien, tidak bersikap menghakimi, menyalahkan atau
menhina, kemampuan unuk mengerti perasaan orang lain, dan
kemampuan mengkomunikasikan pengertiaannya terhadap
permasalahan klien.

Wheler dan Wolberg yang dikutip oleh Stuart Sundeen (1998)


membagi empati dalam 2 tipe yaitu:

1. Empati dasar (Basic Empaty)


Merupakan respons alamiah dari seseorang untuk mengerti
orang lain. Contoh: Ketika ada anak kecil menangis, secara
spontan seseorang akan bertanya, ada apa nak? Kenapa
menangis ? sambil mengusap kepala si anak.
2. Empati terlatih ( Training empaty/clinical empaty/professional
empaty)
Merupakan kemampuan berempati yang diperoleh setelah
melalui training dalam rangka menolong orang lain. Contoh::
Ketika klien menangis menceritakan tentang kesedihannya
ditinggal suaminya, perawat duduk diam mendengar keluhan
dan kesedihan atau pengingkaran klien sambil mengusap-usap
punggung klien dengan lembut.

DIMENSI RESPONS KONGKRIT


Yang dimaksud dengan kongkrit disini adalah dalam
berkomunikasi perawat menggunakan terminology yang
spesifik bukan yang abstrak. Hal ini dilaksanakan untuk
menghindarkan keraguan dan ketidak jelasan. Stuart G.W
(1998) mendefenisikan tiga kegunaannya:
a. Mempertahankan rspons perawat terhadap perasaan
pasien
b. Memberi penjelasan yang akurat kepada pasien/klien
c. Mendorong pasien memikirkan masalah yang spesifik
seingga pasien mau dan mampu mengungkapkan
masalahnya
DIMENSI TINDAKAN
Dimensi tindakan terdiri dari konfrontasi. Kesegeraan,
keterbukaan, emotional chatasis dan bermain peran (Stuart
G.W 1998). Konfrontasi merupakan ekspresi perasaan
perawat tentang perilaku klien yang tidak sesuai. Carkhoff
yang dikutp oleh Stuart G.W (1988) mengidentifikasi 3
kategori konfrontasi yaitu ketidak sesuaian konsep diri klien
(ekspresi klien tentang dirinya) dan ideal diri klien (keinginan
klien), ketidaksesuaian antara ungkapan-ungkapan verbal
dan perilaku klien dan ketidaksesuaian antara pengalaman
pasien dengan perawat .
Konfrontasi berguna untuk meningkatkan kesadaran klien
akan kesesuaian perasaan, sikap, kepercayaan dan perilaku
yang ditampilkannya. Konfrontasi dilakukan pada saat yang
tepat, spt.: saat klien tidak mengalami kecemasan, dan pada
saat klien trust kepada perawat serta kekuatan koping klien
sudah baik. Klien yang mempunyai kepribadian lemah, tidak
suka dikritik, deniel, selalu ingin menang sendiri sebaiknya
tidak perlu dikonfrontasi. Konfrontasi sangat diperlukan oleh
klien yang sudah mempunyai kesadaran diri tapi perilaku
belum berubah,
Hal ini mungkin relevan dengan seorang pasien yang berobat
ke Puskesmas beranggapan kalau belum disuntik belum
berobat dan karenanya penyakitnya tidak akan sembuh. Klien
ini perlu dikonfrontasi supaya keyakinannya dapat berubah.
Dimensi tindakan lainnya adalah KESEGERAAN. Kesegeraan
berfokus pada interaksi dan hubungan perawat klien saat ini.
Perawat yang efektif adalah perawat yang membantu
mengatasi permasalahan klien dengan segera. Misalnya
ketika klien mengungkapkan perasaan marahnya yang
berhubungan dengan kondisi penyakitnya, perawat perlu
segera menggali penyebab kemarahan klien saat ini, dan
bukan dengan apa yang dipikirkannya sebelumnya atau
mengalihkan pembicaraan pada hal-hal lain spt. bagaimana
dengan nafsu makan klien, atau obat apa yang diberikan
dokter, atau apakah keluarga sudah berkunjung ?
Konfrotasi berguna untuk meningkatkan kesadaran klien akan
kesesuaian perasaan, sikap, kepercayaan dan perilaku yang
ditampilkannya, Konfrontasi harus dilakukan dengan caring
dalam arti bahwa dalam konfrontasi perawat harus
memperhatikan perasaan klien. Konfrontasi yang dilakukan
dengan nada yang seolah memojokkan atau sinis dapat
merusak hubungan perawat klien karena klien merasa
dipermalukan. Sebelum melakukan konfrontasi, perawat
perlu mengkaji: tingkat hubungan saling percaya, waktu yang
tepat, dan tingkat kecemasan klien, tingkat kekuatan koping
klien. Konfrontasi perlu dilakukan pada saat yang tepat,
misalnya pada saat klien tidak mengalami gangguan
emosional. Klien yang mempunyai kepribadian lemah,
spt.tidak suka dikritik, deniel, ingin menang sendiri, sebaiknya
tidak dilalulan konfrontasi.
Dimensi tindakan lainnya adalah Kesegeraan. Kesegeraan
berfokus pada interaksi hubungan perawat dan klien saat ini.
Perawat yang efktif adalah perawat yang membantu
mengatasi permasalahan klien dengan segera. Misalnya ketika
klien mengungkapkan perasaan marahnya tentang kondisi
penyakitnya, perawat perlu menggali penyebab kemarahan si
klien dan berusaha mencari alternatif pemecahannya dengan
sesegera mungkin sehingga klien tidak mesara kurang peka
terhadap apa yang diinginkan klien.
Keterbukaan juga merupakan salah satu aspek dimensi
tindakan. Brammer (1995)menyatakan bahwa keterbukaan
merupakan salah satu hal penting untuk membangun
hubungan saling percaya. Pada keterbukaan perawat
memberikan informsi tentang dirinya. (self closure), ideal diri,
perasaan, sikap dan nilainya. Perawat membuka diri tentang
pengalaman, yang berguna untuk membantu terapi klien.
Dimensi tindakan lainnya adalah Emotional catharsis.
Pengertian emotional catharsis adalah curhat (curahan hati).
Ketika klien curhat kepada perawat, perawat harus mampu
menciptakan suasana yang aman, nyaman dan diterima agar
kesadaran diri klien meningkat. Perawat harus dapat mengkaji
kesiapan klien mendiskusikan masalahnya .Jika klien
mengalami kesulitan dalam mengekpresikan perasaannya
maka perawat harus mampu menuntunnya sehingga rasa
percaya diri klien bertambah sehingga semua permasalahan
yang dihadapi klien dapat terungkap dengan baik sehingga
perawat dapat memberikan alternative penanggulangnnya
dengan baik dan lengkap
KOMUNIKASI VERBAL DAN NON VERBAL
KOMUNIKAS VERBAL

Komunkasi verbal yang efektif dipengaruhi oleh:

1. Kejelasan
Komunikasi verbal yang efektif harus sederhana, pendek dan
langsung. Makin sedikit kata-kata yang digunakan makin kecil
kemungkinan terjadi kerancuan. Kejelasan dapat dicapai melalui
berbicara secara lambat, dan mengucapkan kata secara jelas.
2. Perbendaharaan kata
Ucapkan pesan dengan kata-kata yang dimerngerti oleh
klien/pasien
3. Arti denotatif dan konotatif
Arti denotatif memberikan pengertian yang sama dengan
kata yang digunakan sedangkan konotatif berarti pikiran
atau perasaan atau ide yang ada dalam kata. Contoh: Jika
perawat menyatakan kondisi pasien dalam keadaan
serius, pasien dapat memberikan berbagai penafsiran
tetapi jika perawat menyatakan kondisi pasien kritis,
berarti pasien sudah menjelang kematian.
4. Kecepatan bicara
Perawat sebaiknya tidak berbicara terlalu cepat maupun
terlalu lambat, Hindarkan jeda waktu yang lama dalam
berbicara karena dapat menimbulkan kesan pada pasien
bahwa ada seuatu yang disembunyikan perawat pada
pasien.
KOMUNIKASI NONVERBAL
Komunikasi nonverbal mempunyai dampak yang lebih besar daripada
komunikasi verbal. Stuart dan Sundeen (1998) mengatakan bahwa
sekitar 7 % pemahaman dapat ditimbulkan karena kata-kata, 30 %
karena bahasa paralinguistic dan 55% karena bahasa tubuh

KOMUNIKASI NONVERBAL DAPAT DIAMATI MELALUI:

1. Penampilan Personal
Bentuk fisik, cara berpakaian dan berhias menunjukkan
kepribadian, status sosial, pekerjaan, agama, budaya dan konsep
diri (Porsyth 1998). Perawat yang memperhatikan penampilan
dirinya dapat menimbulkan citra diri yang positip dan sikap
professional yang positip. Penampilan fisik perawat
memengaruhi persepsi klien terhadap pelayanan asuhan
keperawaian yang diterima, karena tiap klien/pasien
mempunyai pandangan atau citra bagaimana seharusnya
perawat berpenampilan untuk membina hubungan saling
percaya dengan pasien.
2. Intonasi (Nada suara)
Nada suara mempunyai dampak yang besar terhadap arti
pesan yang disampaikan, karena emosi seseorang dapat
memengaruhi nada suaranya. Perawat harus mengontrol
emosinya ketika berinteraksi dengan pasien.
3. Ekspresi Wajah
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 6 keadaan emosi
utama yang tampak melalui ekspresi wajah yaitu: terkejut,
takut, marah, jijik, bahagia dan sedih (Ellis R. Gates R. dan
Kenworthy, 2000). Perawat sebaiknya tidak memandang
kebawah
Ketika berbicara dengan klien, sebaiknya perawat duduk
sehingga tidak tampak dominan.
4. Sikap tubuh dan langkah
Sikap tubuh dan langkah menggambarkan sikap emosi, konsep
diri, dan kaadaan fisik (Stuart G.W, 1998). Perawat dapat
mengumpulkan informasi yang bermanfaat seperti rasa sakit,
rasa ngantuk dari sikap tubuh dan langkah pasien.
5. Jarak
Jarak hubungan intim terapeutik adalah 0-45 cm, sedangkan
jarak pribadi antara 45-120 cm. Berdasarkan pengalaman jarak
yang paling nyaman bagi perawat dan pasien dalam berinteraksi
adalah 30-40 cm, tetapi bagi pasien dengan perilaku kekerasan
jarak yang digunakan 100-120 cm.
6. Sentuhan
Sentuhan merupakan alat komunikasi yang paling kuat karena
dapat menimbulkan reaksi positip dan negatip, sentuhan
penting dilakukan pada saat pasien mengalami kesedihan
karena mengandung arti empati dan menunjukkan bahwa
perawat mengerti situasi pasien.
MENDENGARKAN SECARA AKTIF (LISTENING+
Menjadi pendengar yang baik merupakan ketrampilan dasar dalam
melakukan hubungan perawat pasien. Ellis Gates and Kenworthy
(2000) menjelaskan bahwa mendengarkan orang lain dengan penuh
perhatian akan menunjukkan bahwa apa yang dikatakannya
merupakan hal yang penting dan berarti. Listenng mengandung
intension yang bisa terjadi saat kita focus pada apa yang dibicarakan,
sehingga bisa membawa pasien kepada maksud dan tujuan dalam
respons intervensi kita (Hibdon S 2000). Terdapat beberapa keadaan
ketika listening yang sebenarnya tidak terjadi. Kondisi ini dinamakan
juga dengan Pseudolistening antara lain:

1. Diam untuk mempersiapkan apa yang akan dikatakan pada


pembicaraan berikutnya.
2. Mendengarkan orang lain agar didengarkan
3. Mendengarkan hanya informasi tertentu saja
4. Memperlihatkan seolah-olah tertarik padahal tidak
5. Mendengarkan hanya agar pasien tidak kecewa
6. Mendengarkan agar tidak ditolak
7. Mendengarkan untuk mencari kelemahan lawan bicara supaya
bisa mencari respons yang kuat
Menurut Gilberth D (1998) Active Listening adalah merefleksikan
apa-apa yang telah dikatakan seseorang untuk memfasilitasi
pemahaman kita tentang maknanya, penentuan masalah utama dan
pemecahan masalah bersama. Mendengarkan secara aktif ini terdiri
dari 4 tahap yaitu:

1. Membuka diri (Discclosure)


Tugas perawat adalah berusaha agar pasien mampu membuka
diri dan mengekspresikan perasaannya. Ada tiga hal penting
yang harus didapatkan dari pasien pada tahap ini yaitu
gambaran pasien tentang kejadian yang dialaminya, pendapat
pasien tentang kejadian, dan perasaan pasien terhadap
masalah yang dihadapinya (Long L.1994)

2. Mendefenisikan masalah
Pada tahap ini tugas perawat adalah mendapatkan gambaran
yang detail dari permasalahan yang dihadapi pasien/klien.
Untuk itu teknik komunikasi yang digunakan adalah klarifikasi,
eksplorasi, dan berbagi persepsi. Perawat harus mendapatkan
gambaran permasalahan klien secara total, jelas dan realistic.
Perawat perlu hati-hati untuk tidak buru-buru memberi
tanggapan atau saran, biarkan pasien menjelaskan segala
permasalahan yang dialaminya dan hal-hal yang dicemaskan
dan ditakuti dari permasalahan yang ada.
3. Menentukan tujuan (Goal setting)
Pada tahap ini perawat dan klien bersama-sama menentukan
tujuan yang akan dicapai dalam mengatasi masalah klien. Fungsi
mendengarkan secara aktif disini adalah untuk memfasilitasi
klien dalam membuat tujuan. Berikan pujian untuk solusi yang
dipilih klien agar klien merasa yakin terhadap solusi yang
dipilihnya
4. Mengevaluasi tujuan
Pada tahap ini perawat membantu klien dalam
mempertimbangkan konsekuensi dari setiap solusi yang
dipilih, sehingga klien merasa bahwa itu adalah solusi terbaik
bagi dirinya.
KESADARAN INTRAPERSONAL DALAM
HUBUNGAN INTERPERSONAL PERAWAT-KLIEN
Kesadaran Diri
Kesadaran diri adalah salah satu prasyarat sebelum perawat
melakukan komunikasi terapeutik dengan klien. Untuk dapat
meningkatkan kesadaran dirinya, perawat perlu menjawab
pertanyaan, “Siapakah saya?” perawat harus dapat mengkaji
perasaan, reaksi, dan prilakunya secara pribadi maupun sebagai
pemberi pelayanan. Kesadaran diri akan membuat perawat
dapat menerima perbedaan dan keunikan klien.
Kesadaran diri dan perkembangan diri perawat perlu
ditingkatkan agar penggunaan diri secara terapeutik dapat lebih
efektif. Morison and Burnard (1991) menyatakan, “kecuali kita
mengembangkan keterampilan untuk menjadi orang yang lebih
reflektif. Dengan teknik refleksi pada apa yang diungkapkan
klien, sebetulnya kita juga merefleksikan tentang apa yang kita
lakukan. Melalui refleksi itulah kita menyadari diri kita. Ada dua
konsep (teori) relevan yag dapat digunakan untuk meningkatkan
kesadaran diri yaitu Johari Window dan Iceberg model of human
personality.
Johari Window
Johari indow dalam Stuart G.W. (1998) menggambarkan
perilaku, pikiran dan perasaan seseorang dalam empat kuadran.

Dirinya tahu orang lain Hanya orang lain yang tahu


tahu

Hanya dirinya yang tahu Dirinya dan orang lain


tidak tahu

Kuadran satu adalah kuadran yang terdiri dari perilaku, pikiran,


dan perasaan yang diketahui oleh individu dan orang lain di
sekitarnya. Kuadran dua sering disebut kuadran buta karena
hanya diketahui oleh orang lain sementara individu sendiri tidak
menyadarinya. Kuadran tiga disebut juga kuadran tersembunyi
karena hanya diketahui oleh individu sendiri. Tugas perawat
amat penting untuk menggali atau mengungkap pengalaman
klien yang tersembunyi ini dalam rangka memecahkan masalah
klien.
Kesadaran diri dapat ditingkatkan melalui tiga cara.
Pertama, dengan mempelajari diri sendiri. Salah satu penyebab
tidak efektifnya komunikasi perawat-klien adalah karena
perawat kurag menyadari tentang aspek yang ada dalam dirinya.
Aspek diri yang berada di luar kesadaran seseorang akan berada
di luar kendalinya. Hal ini dapat merusak interaksinya dengan
orang lain (Ellias, Gates, Kenworthy, 2000). Karena itu, seorang
perawat perlu mempelajari dirinya agar dia tahu apa kelebihan
dan kekurangan yang dimilikinya. Steven R (1996)
untuk menyimpulkan menjadi seseorang (diri yang utuh) ada
empat aspek yang perlu mendapat perhatian. Aspek tersebut
antara lain: Tubuh (struktur, fungsi, bentuk, dan penggunaan
bahasa tubuh), pengalaman subyektif, hubungan dengan orang
lain, dan perasaan-perasaan yang muncul tanpa disadari ketika
berinteraksi atau mendapat pengalaman baru.
Kedua, dengan cara belajar dari orang lain. Banyak sekali sifat
dan perilaku kita yang tidak kita sadari tetapi orang lain melihat
atau merasakannya. Stevens R. (1996) menyatakan tidak ada
seorangpun yang mampu mengenali dirinya secara kseluruhan.
Karena itu seorang perawat perlu mendengarkan semua
pendapat atau komentar klien, teman sejawat ataupun orang
lain tentang dirinya dan berusaha mengubah dirinya kea rah
yang lebih baik. Penolakan terhadap kritik dan saran orang lain
hanya akan merugikan diri sendiri karena tidak aka nada
perubahan dalam diri.
Ketiga, dengan cara megembangkan sikap terbuka. Keterbukaan
merupakan salah satu criteria kepribadian yang sehat. Dengan
terbuka pada orang lain seseorang akan merasa aman ketika
berintraksi karena tidak ada sesuatu yang disembunyikan.
Kebiasaan membuka diri ini bisa dilatih dengan cara sering
berkenalan dengan orang baru dan mencoba memperkenalkan
diri kepada orang tersebut. Membuka diri juga bisa dilakukan
pada seseorang yang dapat dipercaya, dan dirasakan bisa
membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi. Keterbukaan
yang berlebihan di depan umum juga tidak baik karena tidak
semua orang mampu melihat pengalaman hidup seseorang
secara obyektif. Keadaan ini mungkin bisa dimanfaatkan untuk
menjatuhkan atau memfitnah orang tersebut.

Iceberg model of human personality


Model ini menekankan adanya “sifat berlawan” dalam
kepribadian seseorang.

Cinta
Peduli

Tidak peduli

Benci pesimis

Dengan memahami model ini prawat bisa menerima adanya


“the hidden part of me” dari dirinya maupun klien sehingga
ketika klien mengungkapkan hal-hal jelek tentang dirinya,
perawat bisa menerima dan mengatakan bahwa hal tersbut
sebenarnya normal. Berkaitan dengan analisis diri, dengan
memahami model ini perawat mampu menggali dan memahami
adanya sifat-sifat yang kurang baik dalam dirinya. Kesadaran ini
akan memudahkan perawat dalam mengubah perilakunya kea
rah yang lebih baik. Kesadaran diri ini sangat penting karena
bagaimana anda memandang diri anda akan memengaruhi
interaksi anda secara keseluruhan.
Proses peningkatan kesadaran diri memang tidak mudah dan
terkadang tidak menyenangkan, khususnya jika ditemukan
konflik dengan diri. Tetapi untuk berubah dan tumbuh menjadi
pribadi yang lebih baik merupakan suatu tantangan. Menurut
pengalaman penulis, dalam peningkatan kesadaran diri tersebut
diperlukan sikap terbuka, jujur pada diri sendiri, latihan, dan
waktu. Langkah awal sebagai latihan yang bisa dilakukan yaitu
dengan menuliskan semua hal tentang diri kita, baik yang positif
dan negative. Kemudian, coba minta anggota keluarga yang
lainnya dan beberapa orang teman untuk menuliskan hal yang
sama tentang diri kita. Kemudian coba untuk merenungkan dan
memahami tulisan tersebut. Langkah berikutnya adalah
berusaha untuk mengontrol dan memperbaiki diri berdasarkan
pemahaman terhadap diri ketika berinterksi dngan beberapa
orang teman. Setelah itu baru mengimplementasikannya pada
klien.

Kesadaran Tentang Uniknya Sistem Nilai Tiap Individu


Apa dan bagaimana nilai yang dianut seseorang akan
memengaruhi dirinya pada saat berinteraksi dengan orang lain.
Demikian juga pada saat perawat berinterksi dan melaksanakan
asuhan keperawatan pada klien. Chalanda M. (1995)
mengatakan bahwa bagaimana keluarga dan klien memandang
penyebab penyakit yang diderita sangat berbeda dengan
bagaimana dokter atau perawat memandangnya. Seorang
dokter atau perawat menganggap bahwa gangguan jiwa
disebabkan oleh faktor neurologis dan stress psikososial yang
dialami klien, sebaliknya keluarga atau klien mungkin
beranggapan bahwa gangguan jiwa itu disebabkan oleh guna-
guna atau hukuman terhadap dosa di masa lalu. Pada saat
merawat klien, perawat tidak perlu bersitegang dengan klien
tentang perbedaan pendapat tersebut. Akan tetapi perawat
harus menghargai pendapat klien dan keluarga sambil mencoba
memberi penjelasan secara perlahan. Kondisi lain misalnya
pada saat berkomunikasi dengan klien, secara teoritis, menatap
mata klien penting untuk menunjukkan bahwa perawat hadir
secara fisik. Tapi pada keadaan tertentu, pada saat klien lebih
tua dari perawat dan beranggapan idak sopan apabila menatap
matanya, perawat harus menghargai klien dengan tidk terus-
menerus menatap lawan bicara selama interaksi.
Perawat seharusnya tidak terpengaruh oleh adanya stereotipe
pada klien dengan latar belakang budaya tertentu. Misalnya
stereotipe bahwa orang Sunda lembut dan tidak terusterang
atau orang Batak yang blak-blakan, karena pada kenyataannya
tidak semua orang Sunda atau orang Batak memiliki sifat
tersebut. Banyak juga orang Sunda yang suka terang-terangan
dan banyak juga orang Batak yang bicaranya lembut.
Dengan menyadari sistem nilai yang dimilikiya seperti nilai
budaya, nilai keluarga dan agama yang dianutnya, perawat akan
siap mengidentifikasi situasi yang bertentangan dengan sistm
nilai yang ia miliki.

Eksplorasi Perasaan
Eksplorasi perasaan yaitu mengkaji atau menggali perasaan-
perasaan yang muncul sebelum dan sesudah berinteraksi
dengan orang lain. Perasaan seorang guru sebelum mengajar
mungkin berbeda dengan perasaan seorang mahasiswa yang
akan presentasi di kelas. Begitu pula dengan perasaan seorang
gadis yang akan dilamar tentu berbeda dengan perasaan ibu
yang akan bertemu dngan besannya.
Sebgai perawat, kita perlu terbuka dan sabar terhadap perasaan
kita dan mengontrolnya agar kita dapat menggunakan diri kita
secara terapeutik. Jika perawat terbuka pada perasaannya maka
ia mendapatkan dua informasi penting yaitu bagaimana
responnya pada klien dan bagaimana penampilannya pada klien.
Sewaktu berbicara dengan klien, perawat harus menyadari
responnya dan mengontrol penampilannya. Bagaimana
perasaan perawat terhadap proses interaksi berpengaruh
terhadap respons dan penampilannya, yang pada akhirnya akan
berpengaruh terhadap perasaan klien.
Seorang perawat yang merasa cemas pada saat interaksi akan
tampak pada ekspresi wajahnya dan perilakunya. Kecemasan
perawat ini akan membuat klien merasa tidak nyaman dan
karena adanya pemindahan kekuasaan mungkin klien akan
menjadi cemas dan hal lain akan memengaruhi interaksi secara
keseluruhan.

Kemampuan Menjadi Model


Seorang pasien membutuhkan sosok pribadi yang dapat
diteladaninya dalam mengubah perilaku. Perawat sebagai
pemberi asuhan keperawtan diharapkan mampu menjadi model
bagi klien dalam menjalani kehidupannya, karena perawat
adalah orang yang paling dekat dan paling lama bersama klien.
Berkaitan dengan kemampuan perawat dalam menjadi model,
ada pendapat yang menyatakan bahwa perawat harus mampu
memisahkan antara kehidupan pribadi dengan kehidupan
professional. Jadi ketika berinteraksi dengan klien, perawat
harus mampu tetap tersenyum walaupun diriya sedang
mengalami konflik dengan suaminya. Hal tersebut mungkin sulit
untuk dilakukan karena adanya konflik yang mendominasi
seseorang membuat dirinya tidak mampu bersikap wajar atau
apa adanya.
Perawat yang bisa menjadi model adalah perawat yang dapat
memenuhi dan memuaskan kehidupan pribadinya serta tidak
didominasi konflik, distress atau pengingkaran. Seorang perawat
yang dalam kehidupan sehari-hari senantiasa cemas, penuh
konflik, dan tidak mampu menyesuaikan diri terhadap
lingkungan tidak bisa menjadi model dan tidak akan mampu
mengubah perilaku klien menjadi lebih baik lagi.

Panggilan Jiwa
Perawat harus menjawab pertanyaan, “mengapa saya ingin
menolong orang lain?” seorang penolong yang efektif adalah
yang tertarik untuk merawat penuh cinta atas dasar
kemanusiaan. Dengan kata lain, dalam membantu klien perawat
benar-benar ingin menolong dengan ikhlas tanpa pamrih untuk
membantu menyelesikan masalah yang dihadapi klien.
Panggilan jiwa adalah perhatian terhadap kesejahteraan orang
lain.perawat dalam menolong klien harus memperhatikan
kesejahteraan termasuk privasi klien.
Akan tetapi sesuatu yang perlu mendapat perhatian adalah
bahwa perawat merupakan profesi, karena itu perawat perlu
mendapat penghargaan atau imbalan yang sesuai atau pantas.
Keseimbangan antara panggilan jiwa dengan reward yang
diterima oleh seorang perawat akan memengaruhi bagaimana
perawat menolong kliennya.

Etika dan Tanggung Jawab


Dalam melaksanakan asuhan keperawatan, perawat harus
bertanggung jawab terhadap semua tindakan yang
dilakukannya. Demikian pula dalam berkomunikasi, perawat
seharusnya bertanggung jawab atas prilakunya dan mampu
mengatasi semua kelemahannya. Perawat bisa menunjukkan
rasa tanggung jawabnya dalam berkomunikasi dengan cara
meminta maaf pada klien ketika, misalnya, dia bersikap atau
berprilaku menyinggung perasaan klien. Untuk mengatasi
kelemahannya, perawat bisa melakukan analisis diri sebelum
berinteraksi dengan klien. Lebih jauh lagi, dalam berinteraksi
dengan klien, perawat harus menjunjung tinggi kode etik
keperawatan dan etika yang dibenarkan dalam sebuah
hubungan terapeutik. Secara etika, misalnya, seorang perawat
laki-laki tidak dibenarkan memegang jemari atau memeluk bahu
klien perempuan tanpa tujuan terapeutik.

Anda mungkin juga menyukai