SENYAWA ORGANIK
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEKATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
2023
i
Petunjuk Praktikum Isolasi dan Sintesis Senyawa Organik
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah mengijinkan hambaNya untuk menyelesaikan
Buku ini disusun dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan akan Petunjuk
Praktikum Kimia Organik II yaitu Praktikum Isolasi dan Sintesis Senyawa Organik yang
sesuai dengan kurikulum. Percobaan-percobaan yang disajikan dalam buku ini disusun
sedemikian rupa, sehingga mahasiswa memahami Teknik mengisolasi suatu zat kimia
dari bahan alam, menganalisis, mengidentifikasi serta mensintesis turunan zat yang
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa buku ini jauh dari sempurna. Karena itu,
segala masukan baik kritik, saran dll dari berbagai pihak sangat penulis harapkan.
ii
Petunjuk Praktikum Isolasi dan Sintesis Senyawa Organik
KESELAMATAN KERJA
DI LABORATORIUM KIMIA ORGANIK
Bila dilaksanakan dengan baik, praktikum kimia organik aman dilakukan, tetapi
harus hati-hati. Banyak bahan yang digunakan dalam kimia organik bersifat mudah
terbakar dan atau beracun.
a. Perlindungan diri
(i) Mata
Selama kerja di laboratorium, sebaiknya gunakan kaca mata pengaman atau
jika diperlukan perlindungan yang lebih besar, gunakan penutup seluruh
wajah.
(iii) Tangan
Pada umumnya, manipulasi yang cermat dan kerja yang baik akan
mencegah bahan kimia mengenai tangan. Walaupun demikian, bila
menggunakan bahan yang berbahaya, korosif atau beracun harus
digunakan sarung tangan pelindung, tetapi perlu diingat bahwa
penggunaan sarung tangan akan menghambat pekerjaan anda dalam
manipulasi alat.
(iv) Pakaian
Selam bekerja di laboratorium, baju laboratorium harus dikancingkan
dengan baik, untuk melindungi diri dan mencegah kontaminasi pada baju
yang digunakan sehari-hari. Baju laboratorium harus dicuci secara teratur
(hati-hati jika terkontaminasi)
iii
Petunjuk Praktikum Isolasi dan Sintesis Senyawa Organik
b. Pencegahan Umum
1. Jangan memanaskan, mencampur, menuang atau mengocok bahan kimia dekat
dengan wajah. Arahkan mulut labu menjauhi wajah dan tubuh anda.
2. Jangan memipet dengan menggunakann mulut, selalu gunakan filler pipet
3. Berhati-hatilah terhadap asam dan basa kuat, khususnya bila memanaskannya.
Jangan pernah menambahkan air ke asam atau basa pekat.
4. Bahan yang menghasilkan gas yang berbahaya harus ditangani di almari asam
dan menggunakan sarung tangan pelindung. Bahan-bahan tersebut antara lain
adalah halida fosfor, brom, semua klorida asam, anhidrida asam, asam nitrat
berasap, larutan amonia pekat, cairan amonia, belerang dioksida dsb. Jika ragu-
ragu, bertanyalah kepada pembimbing praktikum anda.
iv
Petunjuk Praktikum Isolasi dan Sintesis Senyawa Organik
III. Kerja dengan Tekanan dan Vakum
1. Desikator vakum harud diletakkan di tempat aman selama proses pemvakuman.
2. Jangan memvakumkan labu alas datar, keculai labu Buchner.
3. Semua labu yang digunakan dalam pemvakuman harus disimpan dan digunakan
di belakang pelindung yang aman. Jangan gunakan labu yang tergores.
v
Petunjuk Praktikum Isolasi dan Sintesis Senyawa Organik
Percobaan 1
Tujuan
Melalui percobaan ini, diharapkan mahasiswa mempunyai kemampuan
dalam:
Mengisolasi trimiristin dan miristisin dari biji pala.
Teori Dasar
Miristisin telah berhasil diisolasi dari biji Myristica fragrans (pala). Senyawa
tersebut ditemukan pula dalam minyak tumbuhan Cinnamomum glanuliferum,
dalam Ridolfice segetum dan lain-lain. Miristisin beracun dan memiliki aktivitas
narkotik.
Dalam percobaan ini, isolasi trimiristin (merupakan senyawa ester) dan
miristisin (merupakan turunan fenilpropana) yang merupakan komponen utama
biji pala dilakukan dengan mengekstrasinya dengan kloroform. Senyawa-senyawa
tersebut diperoleh dengan jalan memisahkan pelarut, kemudian disaring. Pada
reaksi antara trimiristin dengan basa dihasilkan asam miristat. Miristisin
dimurnikan dengan kromatografi kolom dan destilasi berfraksi. Pada brominasi,
miristisin membentuk padatan yang merupakan turunan dibromo.
Prosedur Percobaan
o Haluskan biji pala (disarankan tidak dengan blender)
o Timbang seberat 30 gram
o Masuukan dalam labu dasar bulat/datar 500 mL
o Tambahkan 200 mL kloroform
o Pasang pendingin spiral
o Reflux selama 90 menit dalam penangas air
o Saring larutan yang diperoleh
o Keringkan dengan Kristal kalium klorida, kemudian saringlah.
o Destilasi (filtrate yang diperoleh) sampai diperoleh residu semi padat
o Larutkan dalam 200 mL larutan etanol 95%
o Dinginkan, kemudian saring Kristal dengan corong Buchner
o Cuci dengan etanol dingin
o Diperoleh kristal yang tidak berwarna dan tidak berbau, keringkan
o Timbang kristal yang diperoleh
o Hitung rendemennya
o Ukur titik leburnya.
Titik lebur
Tujuan
Setelah malakukan percobaan ini diharapkan mahasiswa
1. Memiliki pemahaman cara mengisolasi minyak dari biji-bijian
3. Mampu menentukan sifat lipid/minyak secara kuantitatif
Teori Dasar
Lipida merupakan senyawa yang terdapat di alam. Senyawa tersebut
merupakan ester dari asam lemak berantai panjang. Lipid tidak larut dalalm air,
tetapi larut dalam “pelarut lemak” misalnya aseton, alkohol, kloroform, atau
benzena. Pada hidrolisis oleh basa, lipid (disebut saponifikasi) menghasilkan
alkohol dan garam natrium atau kalium asam lemak penyusunnya. Produk
hidrolisis tersebut larut dalam air. Secara kimia, lipid dapat dibagi ke dalam 2
golongan utama yaitu lipid sederhana dan lipid kompleks. Steroid dan vitamin
(larut dalam lemak) dikelompokkan sebagai lipid, karena ciri kelarutannya serupa
dengan lipid, sehingga disebut lipid turunan (derived lipid). Beberapa senyawa
yang termasuk golongan terakhir tersebut adalah alkohol (bukan ester), sehingga
tidak dapat disaponifikasi.
Analisis kimia yang lengkap untuk lemak yang terdapat di alam
memerlukan prosedur yang sangat panjang. Namun, terdapat beberapa
pengukuran yang memberikan informasi yang sangat berguna tentang komposisi
dan kemurnian suatu lemak/minyak, misalnya bilangan asam, bilangan
penyabunan, dan bilangan iod.
Buret 50 mL Krus
Pendingin refluks (2 buah) Minyak jagung
Beaker glass 800 mL Mentega (baru/lama)
Erlenmeyer-250 ml/ labu dasar bulat-250 Minyak zaitun
ml (2 buah) Aseton
Erlenmeyer-50 ml Etanol absolut
Botol bertutup-250 ml Kloroform
Tabung reaksi Aquades
Rak tabung reaksi Kalium hidroksida alkoholis (100 g/l)
Lampu spiritus Kalium hidroksida alkoholis 0,5 M
Prosedur Percobaan
A. Isolasi Minyak Dari Biji-bijian
o Haluskan biji-bijian yang akan diisolasi sampai halus
o Timbang untuk mengetahui massanya
o Masukkan dalam erlenmeyer (bersih)
o Maserasi (rendam) dengan menggunakan pelarut yang ditentukan (selama
1 minggu)
o Setelah satu minggu hitung rendemen yang dihasilkan
Jenis Biji :
Bilangan Asam :
Bilangan :
Penyabunan
Bilangan Iod :
Tujuan
Teori Dasar
Piperina terdapat dalam buah mentah merica hitam dan biji masak merica
putih dari tumbuhan Piper nigrum dan dalam buah Piper clusii. Senyawa tersebut
ditemukan pula dalam Piper longum dan dalam biji Cubeba censii. Piperina telah
diisolasi pula dari Piper famechoni dan Piper chaba.
Kandungan piperina dalam merica hitam bervariasi dari 6 sampai 9 %.
Karena piperina tidak berasa, para peneliti menduga bahwa rasa pedas merica
disebabkan oleh adanya chavicine (komponen merica).
N
CO CH
O
HC CH
HC O
Piperina
Piperina
Prosedur Percobaan
o Haluskan lada putih atau lada hitam (disarankan tidak dengan blender)
o Timbang kantong (thimble) dari kertas saring/kain yang telah dibuat
sebelumnya
o Masukkan lada yang sudah halus dan timbang beratnya
o Ekstraksi lada tersebut dengan 150-160 mL larutan etanol 95% dalam
ekstraktor soxlet (250 mL) selama 12 jam
o Pekatkan hasil ekstraksi (mengurangi pelarutnya)
o Saring larutan yang diperoleh (ekstrak)
o Pekatkan filtratnya
o Tambahkan dengan 10 mL KOH alkoholis 10%
o Dekantasi filftat dari residu yang tidak larut
o Simpan semalam, sampai diperoleh kristal berbentuk jarum dan berwarna
kuning
o pucat
o Timbang (setelah kering) kristalnya
o Hitung rendemennya
o Tentukan titik leburnya.
Titik lebur
Tujuan
Melalui percobaan ini diharapkan mahasiswa memiliki kemampuan dalam:
1. Mengisolasi minyak atsiri dari tumbuhan.
2. Menganalisis komponen-komponen minyak atsiri
Teori Dasar
Minyak atsiri mengandung campuran kompleks terpena atau seskuiterpena,
alkohol, aldehida, keton, asam dan ester. Ada empat metode utama yang dapat digunakan
untuk mengekstraksi minyak atsiri yaitu pengepresan, destilasi uap, ekstraksi dengan
pelarut dan resorpsi dalam lemak murni. Pemisahan masing-masing komponen dalam
minyak atsiri dapat dilakukan dengan fraksinasi vakum dan dengan metode kromatografi.
Hidrokarbon tidak jenuh biasanya dipisahkan sebagai kristal produk adisi dengan asam
klorida, asam bromida atau nitrosil klorida
Minyak atsiri banyak digunakan dalam industri parfum, farmasi dan toilet
serta sebagai cita rasa (flavor) dalam produk makanan dan minuman. Terpen dan
seskuiterpen yang terkandung dalam minyak atsiri mudah teroksidasi oleh udara
yang menghasilkan bau yang tidak sedap. Untuk mengatasi masalah ini, minyak-
bebas terpen dihasilkan dari destilasi berfraksi atau ekstraksi senyawa teroksigenasi
dengan alkohol encer atau pelarut lain. Walaupun demikian, metode-metode
tersebut memiliki beberapa kekurangan antara lain kerusakan aroma akibat panas.
Untuk mengidentifikasi suatu senyawa pada pelat kromatografi, perlu
dilakukan mikroreaksi, misalnya: oksidasi, reduksi, dehidrasi dan hidrolisis noda
secara langsung. Misalnya: carveol dapat dioksidasi menjadi carvone atau
didehidrasi menjadi hidrokarbon yang sesuai. Pada umumnya reaksi tidak
sempurna, sehingga diperoleh suatu campuran yang mengandung senyawa awal,
produk dan reagen. Walaupun demikian, semua senyawa anorganik, misalnya air,
basa dan asam serta reagen organik tidak dielusi oleh pelarut yang digunakan.
Keuntungan reaksi-reaksi tersebut pada lapisan tipis antara lain adalah: pada
umumnya senyawa dapat diidentifikasi positif, banyak informasi yang dapat
diperoleh dengan hanya sedikit zat, pembentukan senyawa dapat segera dicek pada
kromatostrip tanpa harus melakukan pemurnian.
Prosedur Percobaan
o Pisahkan bagian tumbuhan yang akan diambil minyak atsirinya
o Bersihkan dari pengotor dan potong kecil-kecil
o Timbang dengan teliti
o Masukkan dalam dandang destilasi yang telah dibersihkan dan berisi air
o Rangkai dandang dengan pendingin leibig, adapter, dan botol pemanpung
o Panaskan dandang di atas kompor/pemanas, sampai destilat yang keluar
tidak
o mengandung butiran-butiran minyak
o Pisahkan minyak dari air
o Keringkan (minyak) dengan menambahkan kristal magnesium sulfat
anhidrat
o Saring dan timbang beratnya
o Hitung rendemen minyak atsiri yang diperoleh
o Identifikasi komponen minyak atsiri dengan kromatografi lapis tipis (KLT)
LEMBAR PENGAMATAN
SINTESIS ESTER
Tujuan
Melalui percobaan ini diharapkan mahasiswa dapat melakukan reaksi
pembuatan ester.
Teori Dasar
Ester (alkil alkanoat) merupakan golongan senyawa-senyawa berbau
harum. Ester mempunyai rumus umum RCOOR’. Senyawa-senyawa tersebut
dibuat dengan jalan mereaksikan asam karboksilat dengan alcohol dengan katalis
asam sulfat pekat. Reaksi tersebut disebut reaksi esterifikasi. Persamaan reaksinya:
R¾C¾OH R¾C¾O¾R’
H2SO4 pekat
½½ + R’¾OH ½½ + H2 O
O O
As. karboksilat alkohol ester air
n-butil asetat yang juga berbau harum dibuat dengan mereaksikan n-butil alcohol
dan asam asetatt dengan katalis asam sulfat pekat, dengan persamaan reaksi:
CH3 CH3
¾C¾OH H2SO4 pekat
¾C¾O¾C4H9
+ C4H9 ¾OH + H2 O
½½ ½½
O O
Asam asetat n-butil alkohol n-butil asetat air
Termometer
Adapter
Air keluar
“Stillhead
Lubang
Penangas
Destilat
Gumpalan
anti bumping Tahan dengan
balok
SINTESIS ASETANILIDA
Tujuan:
Melalui percobaan ini diharapkan mahasiswa dapat melakukan sintesis
senyawa organik (asetanilida) di laboratorium
Prosedur Percobaan
o Ambil labu alas bulat/datar 500 mL yang telah dilengkapi dengan pendingin
tegak
o (spiral)
o Masukkan 20 mL anhidrida asetat glacial, 20 mL anilin dan batu didih
o Didihkan (dengan cara me-reflux) campuran selama 30 menit
o Siapkan 500 mL air dingin dalam beaker glass 1000 mL
o Tuangkan cairan hasil refluks ke dalam air dingin tersebut
o Dinginkan (dalam es) sambil diaduk sampai terbentuk kristal
o Saring kristal yang masih kasar dengan corong Buchner
o Cuci dengan sedikit air dingin
o Keringkan di atas kertas saring
o Hasil asetanilida kasar (kering) sebanyak 30 gram dengan titik lebur 113oC
o Rekristalisasikan asetanilida dengan pelarut (air) panas
o Hasil asetanilida murni ± 21 gram dengan titik lebur 114oC
KRISTALISASI
1. Prinsip Umum
Teknik rekristalisasi menggunakan fakta bahwa senyawa padat lebih larut dalam
pelarut panas daripada dalam pelarut dingin. Jadi, jika anda membuat larutan panas yang
jenuh dengan senyawa A, kemudian anda biarakan, maka larutan akan menjadi super
jenuh, sehingga senyawa akan memisah sebagai kristal. Jika senyawa tersebut tidak murni,
misalnya mengandung beberapa per sen senyawa lain (B), maka pengotor akan larut juga
dalam pelarut panas, tetapi bila dingin larutan tidak akan super jenuh dengan senyawa B
(karena konsentrasinya rendah). Senyawa B akan tetap tinggal dalam larutan, sedangkan
komponen utama (senyawa A) akan mengkristal. Jadi senyawa A yang berbentuk kristal
murni dapat disaring, sementara pengotor B tetap tinggal dalam larutan dalam filtrat
(biasanya disebut sebagai “mother liquor”).
Dalam praktek, metode kristalisasi meliputi 5 tahap berikut:
i. Melarutkan padatan dalam pelarut mendidih dengan volume minimum.
ii. Menyaring larutan panas untuk memisahkan pengotor yang tidak larut (jika ada).
iii. Mendinginkan larutan, sehingga padatan akan mengkristal, kemudian didiamkan
sampai kristalisasi sempurna
iv. Memisahkan kristal dari larutan dengan jalan menyaring
v. Mengeringkan kristal.
Dalam tahap iii komponen minor (pengotor yang larut) tetap tinggal dalam larutan,
sedangkan komponen utama mengkristal. Untuk mencapai kemurnian absolut, perlu
dilakukan rekristalisasi beberapa kali.
Kunci sukses dalam kristalisasi terletak pada penggunaan pelarut terbaik yaitu
pelarut yang akan melarutkan bahan dengan mudah bila panas, tetapi komponen utama
hampir tidak larut bila dingin, sehingga sebagian besar komponen utama mengkristal.
Dalam praktikum, mula-mula pelarut kristalisasi akan disebutkan, tetapi untuk tahap lebih
lanjut pelarut harus dicari.
kristalisasi percobaan
4. Metode Kristalisasi
Cara kerja yang digunakan tergantung pada jumlah sampel. Metode pada bagian
4.1 dapat digunakan untuk padatan dengan jumlah minimal 100 mg. Untuk padatan
dengan jumlah sekitar 10 mg dapat digunakan metode pada bagian 4.2.
Gambar (a) Corong dengan Plat “Sintered Glass”, (b) Corong Buchner, (c) Corong Hirsch.
Corong “sintered glass” yang digunakan harus bersih dan tidak buntu, sehingga
penyaringan dapat berlangsung cepat dengan pengisapan minimum. Corong yang sedikit
buntu menyebabkan penyaringan lambat, larutan menjadi dingin dan kegagalan
penyaringan.. Dengan demikian, corong perlu dicek sebelum digunakan untuk menyaring
pelarut murni. Untuk menghindari masalah tersebut, banyak yang suka menggunakan
corong Buchner atau Hirsch dengan kertas saring.
Untuk penyaringan, harus digunakan corong dengan ukuran tertentu. Corong
dengan pipa samping (Gambar 3) digunakan untuk volume kecil. Filtrat dapa langsung
ditampung ke dalam erlenmeyer (Gambar 4a) atau tabung reaksi kecil bila volume larutan
kecil (Gambar 4b)
Karet
Pompa
pengisap Tabung reaksi
Labu
Buchner Tabung
pen yaringan
Gulun gan
kawat
tembaga
Gambar 4 Alat Penyaringan (a) untuk Volume Besar, (b) untuk Volume Kecil
Cara Kerja dengan Menggunakan Corong Buchner atau Hirsch dengan Kertas Saring
Panaskan corong seperti di atas, pindahkan ke labu penyaringan (Gambar 4),
pasang kertas saring, kemudian basahi dengan pelarut murni panas (dipanaskan tersendiri)
hingga menempel ke corong. Selanjutnya, hisap perlahan-lahan (gunakan pompa air
dengan lubang udara sedikit terbuka). Segera tuang larutan panas ke bagian tengah corong.
Pengisapan harus dilakukan sebelum cairan dituang, untuk mencegah kertas saring
terangkat dari plat berlubang. Selanjutnya lakukan seperti paragraf ke dua pada cara kerja
dengan corong “sintered”.
Penyaringan Gravitasi.
Metode ini digunakan untuk larutan dengan volume yang lebih besar. Prosedur ini
memerlukan corong kaca yang bertangkai pendek (Gambar 5) yang dilengkapi dengan
kertas saring yang dilipat. Metode ini memberi penyaringan yang lebih cepat daripada
metode yang lama. Tentu saja hal yang terpenting adalah menjaga agar permukaan cairan
terletak di bawah ujung atas kertas saring. Dalam hal ini diperlukan kertas saring yang
lebih besar dibandingkan dengan yang menggunakan corong Buchner dan corong Hirsch.
Pembasahan kertas-kertas saring memerlukan banyak larutan, sehingga cara ini tidak
sesuai untuk volume-volume kecil. Untuk pengerjaaan skala kecil, corong dapat
dipanaskan terlebih dahulu dalam oven dengan suhu di atas titik didih pelarut. Tetapi jika
volume besar akan disaring, ada alat untuk menjaga agar corong dan isinya tetap panas
(Gambar 5). Terdapat berbegai jenis pemanas, diantaranya mempergunakan air panas,
sedangkan yang lain mempergunakan pemanas
Kertas saring
Pemanas corong
Pompa
hisap
Jika perlu tuang sebagian cairan biang ke dalam labu kristalisasi untuk membilas kristal
yang menempel pada dinding labu. Bila semua kristal telah masuk ke corong, cucilah
dengan sedikit pelarut murni dingin. Untuk melakukannya, hentikan penghisapan,
tambahkan pelarut secukupnya untuk menutup kristal, aduk dengan baik dengan spatula,
kemudian hisaplah lagi dengan pompa. Pencucian kristal dengan cara ini harus dilakukan
dengan hati-hati agar kristal tidak larut dalam pelarut dingin.
Tutuplah corong dengan gelas arloji untuk menjaga debu, kemudian hisaplah untuk
memisahkan pelarut sebanyak mungkin. Untuk kristal dengan jumlah sedang dan besar,
sangat berguna untuk menekan pada corong dengan tutup kaca yang besar. Hal ini tidak
dapat dilakukan untuk kristal dengan jumlah sedikit, karena akan banyak bahan yang
hilang.