Anda di halaman 1dari 37

BUKU PANDUAN

PRAKTIKUM ISOLASI DAN SINTESIS

SENYAWA ORGANIK

KBK KIMIA ORGANIK

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEKATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

2023

i
Petunjuk Praktikum Isolasi dan Sintesis Senyawa Organik
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah mengijinkan hambaNya untuk menyelesaikan

penulisan buku ini.

Buku ini disusun dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan akan Petunjuk

Praktikum Kimia Organik II yaitu Praktikum Isolasi dan Sintesis Senyawa Organik yang

sesuai dengan kurikulum. Percobaan-percobaan yang disajikan dalam buku ini disusun

sedemikian rupa, sehingga mahasiswa memahami Teknik mengisolasi suatu zat kimia

dari bahan alam, menganalisis, mengidentifikasi serta mensintesis turunan zat yang

telah diisolasi tersebut.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa buku ini jauh dari sempurna. Karena itu,
segala masukan baik kritik, saran dll dari berbagai pihak sangat penulis harapkan.

Malang, Agustus 2023

Penulis Tim KBK Kimia Organik

ii
Petunjuk Praktikum Isolasi dan Sintesis Senyawa Organik
KESELAMATAN KERJA
DI LABORATORIUM KIMIA ORGANIK

Bila dilaksanakan dengan baik, praktikum kimia organik aman dilakukan, tetapi
harus hati-hati. Banyak bahan yang digunakan dalam kimia organik bersifat mudah
terbakar dan atau beracun.

I. Bahaya Bahan Kimia


Pada umumnya, reaktan organik yang dipilih untuk praktikum memiliki
toksisitas rendah. Walaupun demikian, perhatikan hal-hal berikut:
1. Jagalah agar semua senyawa dan pelarut jauh dari mulut, kulit, mata dan
pakaian.
2. Hindarilah dari menghirup uap atau debu
3. Jangan mencicipi sesuatupun di laboratorium.
Perlu perhatian khusus bila bekerja dengan asam kuat, reagen korosif dan volatil,
serta pelarut yang mudah terbakar.

a. Perlindungan diri
(i) Mata
Selama kerja di laboratorium, sebaiknya gunakan kaca mata pengaman atau
jika diperlukan perlindungan yang lebih besar, gunakan penutup seluruh
wajah.

(ii) Lensa kontak


Mahasiswa yang menggunakan lensa kontak harus sangat hati-hati agar
tidak ada bahan kimia yang masuk ke mata. Zat yang bersifat korosif atau
baracun dapat masuk dengan cepat ke bagian belakang lensa kontak,
sehingga tidak mungkin dapat dicuci.

(iii) Tangan
Pada umumnya, manipulasi yang cermat dan kerja yang baik akan
mencegah bahan kimia mengenai tangan. Walaupun demikian, bila
menggunakan bahan yang berbahaya, korosif atau beracun harus
digunakan sarung tangan pelindung, tetapi perlu diingat bahwa
penggunaan sarung tangan akan menghambat pekerjaan anda dalam
manipulasi alat.

(iv) Pakaian
Selam bekerja di laboratorium, baju laboratorium harus dikancingkan
dengan baik, untuk melindungi diri dan mencegah kontaminasi pada baju
yang digunakan sehari-hari. Baju laboratorium harus dicuci secara teratur
(hati-hati jika terkontaminasi)

iii
Petunjuk Praktikum Isolasi dan Sintesis Senyawa Organik
b. Pencegahan Umum
1. Jangan memanaskan, mencampur, menuang atau mengocok bahan kimia dekat
dengan wajah. Arahkan mulut labu menjauhi wajah dan tubuh anda.
2. Jangan memipet dengan menggunakann mulut, selalu gunakan filler pipet
3. Berhati-hatilah terhadap asam dan basa kuat, khususnya bila memanaskannya.
Jangan pernah menambahkan air ke asam atau basa pekat.
4. Bahan yang menghasilkan gas yang berbahaya harus ditangani di almari asam
dan menggunakan sarung tangan pelindung. Bahan-bahan tersebut antara lain
adalah halida fosfor, brom, semua klorida asam, anhidrida asam, asam nitrat
berasap, larutan amonia pekat, cairan amonia, belerang dioksida dsb. Jika ragu-
ragu, bertanyalah kepada pembimbing praktikum anda.

c. Membuang Bahan Kimia


Jangan membuang pelarut organik atau bahan organik lain ke bak air. Pelarut yang
tidak terpakai harus dimasukkan ke wadah yang disediakan, sedangkan bahan lain
dibuang menurut petunjuk dari pembimbing anda

II. Bahaya Api


Sebagian besar pelarut organik dan cairan organik lain bersifat volatil (mudah
menguap) dan mudah terbakar. Beberapa di antaranya membentuk peroksida yang
eksplosif (mudah meledak) bila bersentuhan dengan udara (lihat no 5 di bawah).
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah api adalah sebagai
berikut:
1. Jangan pernah memanaskan cairan organik, meskipun sedikit, dengan atau
dekat nyala api. Selalu gunakan penangas air atau pengas minyak atau mantel
pemanas listrik. Perhatian khusus diperlukan bila bekerja dengan eter,
petroleum eter dan karbon disulfida yang bersifat sangat volatil (mudah
menguap) dan mempunyai titik nyala rendah.
2. Jangan pernah memanaskan cairan organik dalam labu terbuka. Harus
digunakan kondenser (pendingin) yang dapat disusun sebagai refluks atau
destilasi. Beberapa percobaan memerlukan pemisahan pelarut dari produk
reaksi dengan jalan penguapan. Dalam hal ini perlu digunakan rotavapor atau
destilasi. Jangan pernah menguapkan langsung ke udara.
3. Jangan pernah memanaskan sistem tertutup.
4. Sebelum menggunakan eter (atau pelarut lain yang mudah menguap dan mudah
terbakar) - misalnya untuk ekstraksi – pastikan bahwa tidak ada nyala atau
sumber api (milik anda atau tetangga anda) di sekitar anda. Seringkali lebih
aman bekerja di almari asam daripada di atas meja.
5. Beberapa pelarut (misalnya eter dan hidrokarbon) membentuk peroksida yang
ekslosif (mudah meledak) secara spontan pada waktu disimpan. Destilasi
pelarut yang mengandung peroksida sangat berbahaya, sebab residu peroksida
dapat dapat meledak dengan hebat bila dipanaskan. Karena itu, pelarut dengan
tipe seperti ini (cek dengan pembimbing anda) tidak boleh diuapkan atau
didestilasi, kecuali jika uji peroksida negatif.

iv
Petunjuk Praktikum Isolasi dan Sintesis Senyawa Organik
III. Kerja dengan Tekanan dan Vakum
1. Desikator vakum harud diletakkan di tempat aman selama proses pemvakuman.
2. Jangan memvakumkan labu alas datar, keculai labu Buchner.
3. Semua labu yang digunakan dalam pemvakuman harus disimpan dan digunakan
di belakang pelindung yang aman. Jangan gunakan labu yang tergores.

v
Petunjuk Praktikum Isolasi dan Sintesis Senyawa Organik
Percobaan 1

ISOLASI TRIMIRISTIN DARI BIJI PALA

Tujuan
Melalui percobaan ini, diharapkan mahasiswa mempunyai kemampuan
dalam:
Mengisolasi trimiristin dan miristisin dari biji pala.

Teori Dasar

Miristisin telah berhasil diisolasi dari biji Myristica fragrans (pala). Senyawa
tersebut ditemukan pula dalam minyak tumbuhan Cinnamomum glanuliferum,
dalam Ridolfice segetum dan lain-lain. Miristisin beracun dan memiliki aktivitas
narkotik.
Dalam percobaan ini, isolasi trimiristin (merupakan senyawa ester) dan
miristisin (merupakan turunan fenilpropana) yang merupakan komponen utama
biji pala dilakukan dengan mengekstrasinya dengan kloroform. Senyawa-senyawa
tersebut diperoleh dengan jalan memisahkan pelarut, kemudian disaring. Pada
reaksi antara trimiristin dengan basa dihasilkan asam miristat. Miristisin
dimurnikan dengan kromatografi kolom dan destilasi berfraksi. Pada brominasi,
miristisin membentuk padatan yang merupakan turunan dibromo.

Petunjuk Praktikum Sintesis dan Isolasi Senyawa Organik 1


Alat dan Bahan
MortaR & pestel Kertas saring
Alat refluks (1 set) Etanol 95 %
Rotavapor Etanol encer
Alat penentu titik lebur Eter
Pemanas listrik Asam klorida encer
Corong Biji pala
Erlenmeyer Petroleum eter
Beaker glass Kalium hidroksida alkoholis (3,5
Corong Buchner + labu Buchner %)
Pompa hisap Kalsium klorida
Kolom Kloroform
Aquades

Prosedur Percobaan
o Haluskan biji pala (disarankan tidak dengan blender)
o Timbang seberat 30 gram
o Masuukan dalam labu dasar bulat/datar 500 mL
o Tambahkan 200 mL kloroform
o Pasang pendingin spiral
o Reflux selama 90 menit dalam penangas air
o Saring larutan yang diperoleh
o Keringkan dengan Kristal kalium klorida, kemudian saringlah.
o Destilasi (filtrate yang diperoleh) sampai diperoleh residu semi padat
o Larutkan dalam 200 mL larutan etanol 95%
o Dinginkan, kemudian saring Kristal dengan corong Buchner
o Cuci dengan etanol dingin
o Diperoleh kristal yang tidak berwarna dan tidak berbau, keringkan
o Timbang kristal yang diperoleh
o Hitung rendemennya
o Ukur titik leburnya.

Petunjuk Praktikum Sintesis dan Isolasi Senyawa Organik 2


LEMBAR PENGAMATAN
Nama: ................................................................... NIM:
Kelompok:

Berat biji pala : gram


Berat kristal : gram
Rendemen :

Titik lebur

Petunjuk Praktikum Sintesis dan Isolasi Senyawa Organik 3


Percobaan 2
ISOLASI MINYAK DARI BIJI-BIJIAN

Tujuan
Setelah malakukan percobaan ini diharapkan mahasiswa
1. Memiliki pemahaman cara mengisolasi minyak dari biji-bijian
3. Mampu menentukan sifat lipid/minyak secara kuantitatif

Teori Dasar
Lipida merupakan senyawa yang terdapat di alam. Senyawa tersebut
merupakan ester dari asam lemak berantai panjang. Lipid tidak larut dalalm air,
tetapi larut dalam “pelarut lemak” misalnya aseton, alkohol, kloroform, atau
benzena. Pada hidrolisis oleh basa, lipid (disebut saponifikasi) menghasilkan
alkohol dan garam natrium atau kalium asam lemak penyusunnya. Produk
hidrolisis tersebut larut dalam air. Secara kimia, lipid dapat dibagi ke dalam 2
golongan utama yaitu lipid sederhana dan lipid kompleks. Steroid dan vitamin
(larut dalam lemak) dikelompokkan sebagai lipid, karena ciri kelarutannya serupa
dengan lipid, sehingga disebut lipid turunan (derived lipid). Beberapa senyawa
yang termasuk golongan terakhir tersebut adalah alkohol (bukan ester), sehingga
tidak dapat disaponifikasi.
Analisis kimia yang lengkap untuk lemak yang terdapat di alam
memerlukan prosedur yang sangat panjang. Namun, terdapat beberapa
pengukuran yang memberikan informasi yang sangat berguna tentang komposisi
dan kemurnian suatu lemak/minyak, misalnya bilangan asam, bilangan
penyabunan, dan bilangan iod.

Alat dan Bahan

Buret 50 mL Krus
Pendingin refluks (2 buah) Minyak jagung
Beaker glass 800 mL Mentega (baru/lama)
Erlenmeyer-250 ml/ labu dasar bulat-250 Minyak zaitun
ml (2 buah) Aseton
Erlenmeyer-50 ml Etanol absolut
Botol bertutup-250 ml Kloroform
Tabung reaksi Aquades
Rak tabung reaksi Kalium hidroksida alkoholis (100 g/l)
Lampu spiritus Kalium hidroksida alkoholis 0,5 M

Petunjuk Praktikum Sintesis dan Isolasi Senyawa Organik 4


Kaki tiga Asam klorida pekaasam klorida 0,5 M
Kasa asbes
Erlenmeyer
Pipet tetes Asam klorida 0,5 M
Penjepit tabung Fenolftalein (10 g/l alkohol)
Kertas saring Natrium hidroksida 0,1 M
Asam laurat Kalsium klorida (50 g/l)
Asam oleat Magnesium klorida (50 g/l)
Gliserol Timbal asetat (50 g/l)
Minyak kelapa (sawit) Kristal NaCl
Floroglusinol dalam eter Air brom
Kalium iodida (100 g/l) Larutan encer iod
Natrium tiosulfat 0,1 M 95 % alkohol
Larutan amilum (10 g/l) Dietileter
kalium hidroksida 0,1 M Reagen Hannus

Prosedur Percobaan
A. Isolasi Minyak Dari Biji-bijian
o Haluskan biji-bijian yang akan diisolasi sampai halus
o Timbang untuk mengetahui massanya
o Masukkan dalam erlenmeyer (bersih)
o Maserasi (rendam) dengan menggunakan pelarut yang ditentukan (selama
1 minggu)
o Setelah satu minggu hitung rendemen yang dihasilkan

B. Analisis Kuantitatif Lipida/ Minyak


1. Penentuan Bilangan Asam Suatu Lemak
o Ambil Erlenmeyer 250 mL (bersih)
o Timbang berat erlenmeyer tersebut
o Masukkan ±10 gram minyak hasil isolasi ke dalam Erlenmeyer
o Tambahkan ±50 mL pelarut lemak (alkohol 95% : eter = 1 : 1)
o Tambahkan 1 mL indikator phenolftalein dan kocok dengan baik
o Titrasi dengan larutan KOH 0,1 M (standar) sampai diperoleh warna
pink pucat yang konstan selama 20 – 30 detik
o Catat jumlah volume (mL) larutan KOH yang diperlukan
o Hitung bilangan asamnya

Petunjuk Praktikum Sintesis dan Isolasi Senyawa Organik 5


2. Bilangan Penyabunan Suatu Lemak
o Ambil Erlenmeyer 250 mL (bersih) dan timbang berat Erlenmeyer
tersebut
o Timbang dengan tepat 1 gram minyak hasil isolasi ke dalam Erlenmeyer
tersebut
o Tambahkan pelarut lemak sampai larut (± 5 mL)
o Tambahkan 25 mL larutan KOH 0,5 M alkoholis
o Pasang pendingin refluks (seperti gambar 2.1)
o Lakukan hal yang sama untuk blanko (tanpa sampel minyak)
o Panaskan kedua set alat tersebut (sampel minyak dan blanko) dalam
penangas air mendidih selama 30 menit
o Dinginkan sampai suhu kamar
o tambahkan 2 – 3 tetes indicator phenolftalein
o Titrasi dengan larutan HCl 0,5 M (standar) sampai warna pink hilang
o Catat volume HCl yang dibutuhkan (sampel maupun blanko)
o Hitung perbedaan hasil yang diperoleh (sampel maupun blanko) yang
o menunjukkan jumlah volume (mL) KOH yang diperlukan untuk
menyatakan 1 gram minyak/lemak
o Hitung bilangan penyabunannya

3. Bilangan Iod Suatu Lemak


o Ambil Erlenmeyer 250 mL (bersih) dan timbang beratnya
o Timbang dengan tepat 0,1 gram minyak/lemak dengan Erlenmeyer
tersebut
o Tambahkan 25 mL pelarut kloroform dan kocok sampai homogen
o Tambahkan 10 mL larutan Hannus
o Simpan ditempat gelap dan kocok setiap 10 menit sekali selama 1 jam (6
kali
o pengocokan)
o Tambahkan 10 mL larutan kalium iodida 10%
o Tambahkan 100 mL aquades untuk mengencerkan dan kocok
o Lakukan hal yang sama untuk blanko (tanpa sampel minyak)
o Titrasi dengan larutan Na2S2O3 0,1 M (standar) sampai larutan berubah
warna menjadi kuning pucat, titrasi dihentikan sementara
o Tambahkan 2-3 tetes larutan amilum 1% sebagai indikator sampai
larutan
o berubah menjadi biru gelap
o Titrasi dilanjutkan sampai warna biru hilang

Petunjuk Praktikum Sintesis dan Isolasi Senyawa Organik 6


o Catat volume Na2S2O3 yang diperlukan
o Perbedaan hasil yang diperoleh antara blanko san sampel, menunjukkan
jumlah (volume) Na2S2O3 yang diperlukan untuk bereaksi dengan ion
dengan volume yang ekivalen. Hitung bilangan iod-nya

Petunjuk Praktikum Sintesis dan Isolasi Senyawa Organik 7


LEMBAR PENGAMATAN
Nama: ................................................................... NIM:
Kelompok:

Jenis Biji :

Berat biji-bijian : gram

Berat Minyak : gram


Rendemen :

Bilangan Asam :

Bilangan :
Penyabunan

Bilangan Iod :

Petunjuk Praktikum Sintesis dan Isolasi Senyawa Organik 8


Percobaan 3

ISOLASI PIPERIN DARI LADA (MERICA)

Tujuan

Melalui percobaan ini, diharapkan mahasiswa mempunyak kemampuan


dalam:
Mengisolasi piperina dari merica (hitam atau putih)

Teori Dasar
Piperina terdapat dalam buah mentah merica hitam dan biji masak merica
putih dari tumbuhan Piper nigrum dan dalam buah Piper clusii. Senyawa tersebut
ditemukan pula dalam Piper longum dan dalam biji Cubeba censii. Piperina telah
diisolasi pula dari Piper famechoni dan Piper chaba.
Kandungan piperina dalam merica hitam bervariasi dari 6 sampai 9 %.
Karena piperina tidak berasa, para peneliti menduga bahwa rasa pedas merica
disebabkan oleh adanya chavicine (komponen merica).

N
CO CH
O
HC CH
HC O

Piperina

Piperina dapat dihidrolisis dengan menggunakan larutan natrium


hidroksida dalam air. Kalium hidroksida etanolis dapat pula digunakan untuk
menghidrolisis piperina. Selain itu, piperina dapat pula dihidrolisis dengan
menggunakan asam nitrat, sehingga dihasilkan basa volatil piperidina dan asam
piperat. Adanya 2 ikatan rangkap dalam asam piperat dapat dibuktikan dengan
jalan mereduksi katalitik senyawa tersebut menjadi asam tetrahidropiperat atau
dengan jalan membuat asam tetrabromopiperat.

Petunjuk Praktikum Sintesis dan Isolasi Senyawa Organik 9


HOOC CH
O
KOH HC CH +
CH3OH HC O
N N
CO CH H
O
HC CH
Asam piperat Piperidina
HC O

Piperina

Alat dan Bahan


Mortar & pestel Erlenmeyer
Ekstraktor Soxhlet (1 set) Corong
Alat refluks (1 set) Kertas saring
Alat penentu titik lebur Merica hitam/putih
Rotavapor Etanol 95 %
Corong Buchner + erlenmeyer 10 % Kalium hidroksida alkoholis
Pompa vakum Asam klorida encer

Prosedur Percobaan
o Haluskan lada putih atau lada hitam (disarankan tidak dengan blender)
o Timbang kantong (thimble) dari kertas saring/kain yang telah dibuat
sebelumnya
o Masukkan lada yang sudah halus dan timbang beratnya
o Ekstraksi lada tersebut dengan 150-160 mL larutan etanol 95% dalam
ekstraktor soxlet (250 mL) selama 12 jam
o Pekatkan hasil ekstraksi (mengurangi pelarutnya)
o Saring larutan yang diperoleh (ekstrak)
o Pekatkan filtratnya
o Tambahkan dengan 10 mL KOH alkoholis 10%
o Dekantasi filftat dari residu yang tidak larut
o Simpan semalam, sampai diperoleh kristal berbentuk jarum dan berwarna
kuning
o pucat
o Timbang (setelah kering) kristalnya
o Hitung rendemennya
o Tentukan titik leburnya.

Petunjuk Praktikum Sintesis dan Isolasi Senyawa Organik 10


LEMBAR PENGAMATAN
Nama: ................................................................... NIM:
Kelompok:

Berat bubuk : gram


merica

Berat kristal : gram


Rendemen :

Titik lebur

Petunjuk Praktikum Sintesis dan Isolasi Senyawa Organik 11


Percobaan 4
ISOLASI MINYAK ATSIRI

Tujuan
Melalui percobaan ini diharapkan mahasiswa memiliki kemampuan dalam:
1. Mengisolasi minyak atsiri dari tumbuhan.
2. Menganalisis komponen-komponen minyak atsiri

Teori Dasar
Minyak atsiri mengandung campuran kompleks terpena atau seskuiterpena,
alkohol, aldehida, keton, asam dan ester. Ada empat metode utama yang dapat digunakan
untuk mengekstraksi minyak atsiri yaitu pengepresan, destilasi uap, ekstraksi dengan
pelarut dan resorpsi dalam lemak murni. Pemisahan masing-masing komponen dalam
minyak atsiri dapat dilakukan dengan fraksinasi vakum dan dengan metode kromatografi.
Hidrokarbon tidak jenuh biasanya dipisahkan sebagai kristal produk adisi dengan asam
klorida, asam bromida atau nitrosil klorida
Minyak atsiri banyak digunakan dalam industri parfum, farmasi dan toilet
serta sebagai cita rasa (flavor) dalam produk makanan dan minuman. Terpen dan
seskuiterpen yang terkandung dalam minyak atsiri mudah teroksidasi oleh udara
yang menghasilkan bau yang tidak sedap. Untuk mengatasi masalah ini, minyak-
bebas terpen dihasilkan dari destilasi berfraksi atau ekstraksi senyawa teroksigenasi
dengan alkohol encer atau pelarut lain. Walaupun demikian, metode-metode
tersebut memiliki beberapa kekurangan antara lain kerusakan aroma akibat panas.
Untuk mengidentifikasi suatu senyawa pada pelat kromatografi, perlu
dilakukan mikroreaksi, misalnya: oksidasi, reduksi, dehidrasi dan hidrolisis noda
secara langsung. Misalnya: carveol dapat dioksidasi menjadi carvone atau
didehidrasi menjadi hidrokarbon yang sesuai. Pada umumnya reaksi tidak
sempurna, sehingga diperoleh suatu campuran yang mengandung senyawa awal,
produk dan reagen. Walaupun demikian, semua senyawa anorganik, misalnya air,
basa dan asam serta reagen organik tidak dielusi oleh pelarut yang digunakan.
Keuntungan reaksi-reaksi tersebut pada lapisan tipis antara lain adalah: pada
umumnya senyawa dapat diidentifikasi positif, banyak informasi yang dapat
diperoleh dengan hanya sedikit zat, pembentukan senyawa dapat segera dicek pada
kromatostrip tanpa harus melakukan pemurnian.

Alat dan Bahan

Petunjuk Praktikum Sintesis dan Isolasi Senyawa Organik 12


Alat destilasi uap-air (1 set) Magnesium sulfat anhidrat
Rotavapor Etil asetat
Kompor Heksana
Pemanas listrik kromatografi lapis tipis (KLT)
Corong pisah Petroleum eter (titik didih 40-60oC)
Gelas ukur Asam nitrat pekat
Erlenmeyer Larutan 30 % hidrogen peroksida
Beaker glas Potasium hidroksida
Corong Larutan NaOH encer
Batang pengaduk Bagian tumbuhan yang akan diambil
Lampu spiritus minyak atsirinya (daun, bunga, tangkai
Kaki tiga cengkeh, kulit jeruk, daun kayu putih,
Kasa asbes umbi lengkuas dll)
Kertas saring

Prosedur Percobaan
o Pisahkan bagian tumbuhan yang akan diambil minyak atsirinya
o Bersihkan dari pengotor dan potong kecil-kecil
o Timbang dengan teliti
o Masukkan dalam dandang destilasi yang telah dibersihkan dan berisi air
o Rangkai dandang dengan pendingin leibig, adapter, dan botol pemanpung
o Panaskan dandang di atas kompor/pemanas, sampai destilat yang keluar
tidak
o mengandung butiran-butiran minyak
o Pisahkan minyak dari air
o Keringkan (minyak) dengan menambahkan kristal magnesium sulfat
anhidrat
o Saring dan timbang beratnya
o Hitung rendemen minyak atsiri yang diperoleh
o Identifikasi komponen minyak atsiri dengan kromatografi lapis tipis (KLT)

LEMBAR PENGAMATAN

Petunjuk Praktikum Sintesis dan Isolasi Senyawa Organik 13


Nama: ................................................................... NIM:
Kelompok:

Berat bahan : gram

Volume minyak : gram


Berat jenis minyak :
Indeks bias :
minyak
Rendemen :

Petunjuk Praktikum Sintesis dan Isolasi Senyawa Organik 14


Percobaan 5

SINTESIS ESTER

Tujuan
Melalui percobaan ini diharapkan mahasiswa dapat melakukan reaksi
pembuatan ester.

Teori Dasar
Ester (alkil alkanoat) merupakan golongan senyawa-senyawa berbau
harum. Ester mempunyai rumus umum RCOOR’. Senyawa-senyawa tersebut
dibuat dengan jalan mereaksikan asam karboksilat dengan alcohol dengan katalis
asam sulfat pekat. Reaksi tersebut disebut reaksi esterifikasi. Persamaan reaksinya:
R¾C¾OH R¾C¾O¾R’
H2SO4 pekat
½½ + R’¾OH ½½ + H2 O
O O
As. karboksilat alkohol ester air

n-butil asetat yang juga berbau harum dibuat dengan mereaksikan n-butil alcohol
dan asam asetatt dengan katalis asam sulfat pekat, dengan persamaan reaksi:
CH3 CH3
¾C¾OH H2SO4 pekat
¾C¾O¾C4H9
+ C4H9 ¾OH + H2 O
½½ ½½
O O
Asam asetat n-butil alkohol n-butil asetat air

Alat dan Bahan


Labu dasar bulat/datar (500 mL) Pendingin leibig
Pendingin spiral Adapter destilasi
Pemanas mantel Adapter
Selang Batu didih
Botol cuci/botol semprot Asam asetat glasial (r = 1.05; Mr =
Corong pisah (250 mL) 60,08)
Melting point apparatus n-butil alkohol (r = 0,81; Mr = 74,12)
Termometer asam sulfat pekat
Gelas ukur 100 mL Na2CO3/MgSO4 anhidrat
Neraca analitik Amil alcohol (r = 0,81; Mr = 88,15)

Petunjuk Praktikum Sintesis dan Isolasi Senyawa Organik 15


Prosedur Percobaan
o Ambil labu alas bulat/datar 500 mL (bersih)
o Masukkan 60 mL asam asetat glasial dan 1 mL larutan asam sulfat pekat
o Kocok sampai homogen
o Tambahkan 45 mL n-bulit alkohol. Kocok
o Pasang pendingin spiral dan refluks (gambar: 2.1) selama 3 – 5 jam
o Tuang campuran ke dalam 250 mL aquades dalam corong pisah dan
diamkan
o Ambil lapisan esternya
o Cuci ester dengan 100 mL aquades
o Cuci dengan 25 mL larutan NaHCO3 jenuh
o Cuci dengan 50 mL aquades
o Keringkan dengan menambahkan 5 – 6 gram Na2CO3 anhidrat atau MgSO4
anhidrat
o Saring dan masukkan dalam labu destilasi 500 mL
o Tambahkan batu didih dan destilasikan (gambar: 7.1)
o Ester yang diperoleh seberat 40 gram dengan titik didih 124 – 125oC
o Hitung rendemen secara teoritisnya

Termometer

Adapter
Air keluar
“Stillhead
Lubang

Klem Adapter penampung


Klem
Air masuk Klem

Penangas

Destilat
Gumpalan
anti bumping Tahan dengan
balok

Gambar Susunan Alat Destilasi (Sharp dkk, 1989)

Petunjuk Praktikum Sintesis dan Isolasi Senyawa Organik 16


LEMBAR PENGAMATAN
Nama: ………………………………….. NIM: ………………………… Kelompok:
…….
Volume anhidida asetat : mL
Volume n-butil alkohol : mL
Volume Ester yang : mL
diperoleh
Rendemen :
Titik Didih :

Petunjuk Praktikum Sintesis dan Isolasi Senyawa Organik 17


Percobaan 6

SINTESIS ASETANILIDA

Tujuan:
Melalui percobaan ini diharapkan mahasiswa dapat melakukan sintesis
senyawa organik (asetanilida) di laboratorium

Alat dan Bahan


1. Alat reflux (1 set) 1. Anhidrida asetat (r= 1.080)
~ labu alas datar/bulat 500 mL 2. anilin (r=1.023)
~ pendingin tegak (spiral)
~ pemanas mantel
2. beaker glass 1000 mL
3. pengaduk kaca
4. corong

Prosedur Percobaan
o Ambil labu alas bulat/datar 500 mL yang telah dilengkapi dengan pendingin
tegak
o (spiral)
o Masukkan 20 mL anhidrida asetat glacial, 20 mL anilin dan batu didih
o Didihkan (dengan cara me-reflux) campuran selama 30 menit
o Siapkan 500 mL air dingin dalam beaker glass 1000 mL
o Tuangkan cairan hasil refluks ke dalam air dingin tersebut
o Dinginkan (dalam es) sambil diaduk sampai terbentuk kristal
o Saring kristal yang masih kasar dengan corong Buchner
o Cuci dengan sedikit air dingin
o Keringkan di atas kertas saring
o Hasil asetanilida kasar (kering) sebanyak 30 gram dengan titik lebur 113oC
o Rekristalisasikan asetanilida dengan pelarut (air) panas
o Hasil asetanilida murni ± 21 gram dengan titik lebur 114oC

Petunjuk Praktikum Sintesis dan Isolasi Senyawa Organik 18


LEMBAR PENGAMATAN
Nama: ………………………………….. NIM: ………………………… Kelompok:
…….
Volume anhidrida : mL
asetat
Volume anilin : mL
Berat kristal kotor : gram

Berat kristal bersih : gram


Titik Lebur :

Petunjuk Praktikum Sintesis dan Isolasi Senyawa Organik 19


Percobaan 7

KRISTALISASI

Kristalisasi merupakan metode yang paling umum unttuk pemurnian padatan


organik yang hanya sedikit terkontaminasi dengan zat lain. Kristalisasi merupakan
pekerjaan yang paling sering dilakukan dalam praktikum kimia organik. Meskipun
pekerjaan ini tidak sukar, tetapi perlu banyak latihan agar dapat melakukannya dengan
baik, terutama bila bekerja dalam skala kecil.

1. Prinsip Umum
Teknik rekristalisasi menggunakan fakta bahwa senyawa padat lebih larut dalam
pelarut panas daripada dalam pelarut dingin. Jadi, jika anda membuat larutan panas yang
jenuh dengan senyawa A, kemudian anda biarakan, maka larutan akan menjadi super
jenuh, sehingga senyawa akan memisah sebagai kristal. Jika senyawa tersebut tidak murni,
misalnya mengandung beberapa per sen senyawa lain (B), maka pengotor akan larut juga
dalam pelarut panas, tetapi bila dingin larutan tidak akan super jenuh dengan senyawa B
(karena konsentrasinya rendah). Senyawa B akan tetap tinggal dalam larutan, sedangkan
komponen utama (senyawa A) akan mengkristal. Jadi senyawa A yang berbentuk kristal
murni dapat disaring, sementara pengotor B tetap tinggal dalam larutan dalam filtrat
(biasanya disebut sebagai “mother liquor”).
Dalam praktek, metode kristalisasi meliputi 5 tahap berikut:
i. Melarutkan padatan dalam pelarut mendidih dengan volume minimum.
ii. Menyaring larutan panas untuk memisahkan pengotor yang tidak larut (jika ada).
iii. Mendinginkan larutan, sehingga padatan akan mengkristal, kemudian didiamkan
sampai kristalisasi sempurna
iv. Memisahkan kristal dari larutan dengan jalan menyaring
v. Mengeringkan kristal.
Dalam tahap iii komponen minor (pengotor yang larut) tetap tinggal dalam larutan,
sedangkan komponen utama mengkristal. Untuk mencapai kemurnian absolut, perlu
dilakukan rekristalisasi beberapa kali.
Kunci sukses dalam kristalisasi terletak pada penggunaan pelarut terbaik yaitu
pelarut yang akan melarutkan bahan dengan mudah bila panas, tetapi komponen utama
hampir tidak larut bila dingin, sehingga sebagian besar komponen utama mengkristal.
Dalam praktikum, mula-mula pelarut kristalisasi akan disebutkan, tetapi untuk tahap lebih
lanjut pelarut harus dicari.

2. Pemilihan Pelarut untuk Kristalisasi


Keberhasilan kristalisasi terutama tergantung pada pemilihan pelarut yang tepat.
Pelarut yang ideal adalah pelarut yang segera melarutkan zat yang
dimurnikan bila panas, tetapi hanya sedikit melarutkan dalam keadaan dingin, dan
pengotor sangat larut.

Petunjuk Praktikum Sintesis dan Isolasi Senyawa Organik 20


2.1 Prinsip Umum
Dalam praktek, pelarut dipilih dari banyak percobaan kristalisasi, tetapi terdapat
beberapa petunjuk yang dapat digunakan dari generalisasi di bawah. Petunjuk yang paling
berguna adalah prinsip “like dissolve like”, yaitu senyawa polar lebih larut dalam pelarut
polar daripada dalam pelarut nonpolar dan sebaliknya. Beberapa kelarutan khas dan
indikasi polaritas pelarut diberikan dalam Tabel 1.dan nilai konstanta dielektrik pelarut
(yang menunjukkan kepolaran) diberikan dalam Tabel 2. Misalnya, suatu senyawa polar
yang mengandung gugus hidroksil (OH) larut dalam metanol (CH3OH), tetapi kurang larut
dalam etanol (C2H5OH) dan alkohol yang lebih tinggi yang kepolarannya makin turun
dengan makin panjangnya rantai hidrokarbon. Senyawa yang sangat polar dengan,
misalnya, beberapa gugus hidroksil (OH) atau gugus karboksil (CO2H) atau gugus asam
sulfonat (SO3H) cenderung larut dalam air, paling tidak larut sebagian, tetapi kelarutan
tersebut tergantung pada gugus-gugus lain yang ada dalam molekul yang bersangkutan.
Kelarutan dalam air menurun dengan adanya gugus hidrofob seperti rantai hidrokarbon
atau cincin. Pada umumnya, sebagian besar molekul organik (selain molekul kecil yang
mengandung gugus OH, CO2H, atau gugus SO3H) tidak larut dalam air. Air jarang sekali
digunakan sebagai pelarut kristalisasi yang baik. Senyawa nonpolar seperti hidrokarbon
atau alkil halida sebenarnya tidak larut dalam air, tetapi segera larut dalam pelarut
nonpolar misalnya petroleum eter atau toluena.

Tabel 1 Sifat Kelarutan Beberapa Golongan Senyawa (Sharp dkk, 1989)

Jenis Zat Kepolaran Pelarut yang Baik


Hidrokarbon Rendah Pentana, heksana,
petroleum eter,
Eter toluena
Alkil halida Dietil eter
Ester, aldehida dan Kloroform
keton Aseton
Fenol Etil asetat,
Alkohol diklorometana
Asam karboksilat Tinggi Etanol
Asam sulfonat Air

Petunjuk Praktikum Sintesis dan Isolasi Senyawa Organik 21


Tabel 2 Pelarut yang Biasa Digunakan untuk Kristalisasi (Sharp dkk, 1989)
Kelarutan
Titik Didih Konstanta
Pelaruta dalam
(oC) Dielektrik
Air (g/100 g)
Pentana 36 2,0 0,03
Heksana 69 1,9 tidak larut
Petroleum eter 60-80 ~2 tidak larut
Sikloheksana 81 2,0 sedikit larut
Toluena 110 2,4 sedikit larut
Dietil eter 35 4,3 7,5
Etil asetat 77 6,0 9,0
Asam asetat 118 6,2 dapat
Diklorometana 40 9,1 bercampur
2-Propanol 82 18 2,0
Aseton 56 21 dapat
Etanol 78 25 bercampur
Metanol 65 34 dapat
Dimetilformamida 154 38 bercampur
Dimetilsulfoksida 189 45 dapat
Air 100 80 bercampur
dapat
bercampur
dapat
bercampur
dapat
bercampur
-
aPelarut-pelarut yang ditulis dengan huruf tebal disarankan sebagai pilihan pertama untuk

kristalisasi percobaan

2.2 Pemilihan Titik Didih Pelarut


Pada umumnya, paling baik memilih pelarut dengan rentang temperatur lebar,
sehingga perbedaan kelarutan antara dingin dan panas akan lebar. Dengan alasan ini,
pelarut dengan titik didih rendah misalnya eter (dietil eter), petroleum eter (t. d. 40-60oC)
dan diklorometana harus dihindari bila mungkin. Penggunaan pelarut dengan titik didih
tinggi juga mempunyai kekurangan yaitu kurang volatil dan sukar memisahkannya dari
kristal setelah penyaringan. Pelarut dengan titik didih lebih tinggi daripada titil lebur zat
yang dikristalisasi harus dihindari, karena zat tersebut akan meleleh sebelum larut dan
pada pendinginan akan memisah sebagai minyak bukan memisah sebagai kristal.
Pelarut yang paling populer adalah pelarut dengan titik didih antara 60-90oC
misalnya petroleum eter (t.d. 60-80oC), heksana, sikloheksana, etil asetat dan alkohol
dengan jumlah atom karbon sedikit (sampai C3 atau C4) seperti yang ditulis dengan huruf
tebal pada Tabel 2. Jika senyawa tidak larut dalam pelarut-pelarut tersebut, maka harus

Petunjuk Praktikum Sintesis dan Isolasi Senyawa Organik 22


dicoba pelarut-pelarut dengan titik didih lebih tinggi, misalnya asam asetat (glasial),
piridin, alkohol suku tinggi, dimetilformamida atau dimetilsulfoksida.

2.3 Kristalisasi Percobaan


Pelarut yang ditulis dengan huruf tebal dalam Tabel 2 di atas dianjurkan untuk
digunakan sebagai pilihan pertama untuk kristalisasi percobaan. Sedikit padatan (+ 50 mg)
dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang bersih, kemudian ditambahkan 0,25 -0,5 ml
pelarut tetes demi tetes sambil dikocok. Jika padatan larut dalam pelarut dingin, maka
pelarut tersebut tidak dapat digunakan, kecuali sebagai pelarut “yang baik” dari pasangan
campuran pelarut. Jika tidak larut, panaskan tabung dalam penangas air sambil dikocok
sampai pelarut mendidih. Jika semua padatan tidak larut, tambah pelarut sedikit demi
sedikit sampai volume pelarut yang ditambahkan + 1,5 ml. Jika sedikit padatan tetap tidak
larut, maka kelarutan yang rendah dalam pelarut panas membuat pelarut tersebut tidak
dapat dipakai, sehingga harus dicari pelarut lain. Jika diperoleh larutan jernih, dinginkan
larutan tersebut. Jika tidak diperoleh kristal setelah larutan mencapai temperatur kamar
selama beberapa menit, tambahkan “bibit” kristal atau goreslah tabung dengan batang
pengaduk. Jika pelarut yang digunakan sesuai, maka akan terbentuk kumpulan kristal
yang bagus. Jika pemerolehan kembali (recoveri) nya jelek, maka pelarut tidak dapat
digunakan karena kelarutannya tinggi dalam pelarut dingin. Ulangi proses tersebut dengan
beberapa pelarut dan pilihlah pelarut yang menghasilkan kumpulan kristal terbanyak.

2.4 Campuran Pelarut


Dalam beberapa kasus, tidak ditemukan pelarut tunggal yang dapat digunakan
untuk rekristalisasi. Karena itu, perlu menggunakan campuran dua pelarut. Salah satu
pelarut segera melarutkan zat dalam keadaan dingin, pelarut yang lain hanya sedikit
melarutkan. Kedu pelarut harus dapat bercampur dengan sempurna, dan (jika mungkin)
mempunyai titik didih yang hampir sama. Dua metode dapat dilakukan yaitu:
1. Suspensikan padatan dalam sedikit pelarut yang kurang melarutkan, panaskan
sampai mendidih, kemudian tambahkan pelarut yang dapat melarutkan dengan
baik sedikit demi sedikit sampai padatan larut.
2. Larutkan padatan dalam sedikit pelarut yang banyak melarutkan dengan
menggunakan refluks, kemudian tambahkan pelarut yang sedikit melarutkan tetes
demi tetes sampai timbul sedikit kekeruhan, kemudian tambahkan satu atau dua
tetes pelarut yang banyak melarutkan untuk menjernihkan kekeruhan.
Jika dalam kedua metode tersebut larutan menjadi keruh ketika dingin dan senyawa
mulai memisah sebagai minyak, harus ditambahkan beberapa tetes palarut yang banyak
melarutkan, kemudian larutan dipanaskan kembali. Bila telah ditemukan prosedur yang
efektif, harus diikuti dengan jumlah senyawa yang lebih besar.

3. Titik Lebur sebagai Kriteria Kemurnian


Titik lebur (t. l.) mengindikasikan kemurnian padatan, karena adanya pengotor
yang menurunkan titik lebur dan memperlebar rentang titik lebur. Titik lebur diukur
sebelum dan setelah kristalisasi. Suatu senyawa disebut murni jika titik leburnya mencapai

Petunjuk Praktikum Sintesis dan Isolasi Senyawa Organik 23


nilai maksimum, artinya tidak berubah oleh rekristalisasi berikutnya. Proses tersebut
dikenal sebagai ‘kristalisasi sampai titik lebur konstan’. Perlu diingat bahwa sebagian besar
pelarut yang digunakan dalam kristalisasi bersifat volatil dan mudah terbakar. Hati-hatilah
agar tidak menghirup uapnya dan tidak terjadi kebakaran.

4. Metode Kristalisasi
Cara kerja yang digunakan tergantung pada jumlah sampel. Metode pada bagian
4.1 dapat digunakan untuk padatan dengan jumlah minimal 100 mg. Untuk padatan
dengan jumlah sekitar 10 mg dapat digunakan metode pada bagian 4.2.

4.1 Kristalisasi dengan Menggunakan Labu/corong


4.1.1 Melarutkan Padatan dalam Pelarut Mendidih.
Tujuan bagian ini adalah melarutkan padatan dalam volume pelarut mendidih
seminimal mungkin dalam sebuah erlenmeyer. Untuk maksud tersebut dapat digunakan
labu dengan “ground-glass socket”, sehingga dapat dipasang pendingin refluks (Gambar
1). Labu tersebut dapat berukuran besar sampai dengan 5 ml. Ukuran labu dipilih
sedemikian, sehingga tidak lebih dari separo labu terisi dengan padatan dan pelarut selama
proses pelarutan. Ukuran labu dipilih berdasarkan percobaan pendahuluan dalam
pemilihan pelarut atau diperkirakan berdasarkan pengalaman, misalnya 1 g padatan akan
memerlukan labu-25 ml atau 50 ml.

Gambar Susunan Alat untuk Kristalisasi


Cara kerja
Timbanglah padatan yang akan dikristalisasi, kemudian masukkan ke dalam labu,
dengan menggunakan corong serbuk (Gambar 2). Tambahkan sedikit pelarut (cukup untuk
menutup padatan, tetapi tidak cukup untuk melarutkan semua padatan pada titik
didihnya). Tambahkan beberapa butir anti-bumping. Pasanglah pendingin refluks, dengan
menggunakan adapter jika perlu (penggunaan pendingin refluks sangat penting,
berapapun jumlah padatan yang digunakan. Memanaskan pelarut dalam labu terbuka
tidak aman). Masukkan labu beserta pendingin ke dalam penangas air untuk pelarut
dengan titik didih sampai + 80oC (Gambar 2) atau pemanas listrik untuk pelarut dengan

Petunjuk Praktikum Sintesis dan Isolasi Senyawa Organik 24


titik didih lebih tinggi. Panaskan campuran sampai pelarut mendidih. Setelah beberapa
menit, beberapa (tetapi tidak semua) padatan larut. Dengan menggunakan pipet
tambahkan pelarut sedikit demi sedikit melalui pendingin sampai padatan larut sempurna.
Penambahan pelarut perlu dilakukan perlahan-lahan, agar pelarut mendidih beberapa
menit setelah pelarut ditambahkan, sehingga padatan mempunyai waktu untuk melarut.
Ingatlah agar volume pelarut sekecil mungkin. Catat volume pelarut yang digunakan.
Jika larutan jernih (tidak ada padatan yang tersuspensi) dan tidak ada pengotor
yang menimbulkan warna larutan, diamkan larutan tersebut agar mengkristal (lihat bagian
4.1.3). Butiran anti bumping dapat dipisahkan dengan menggunakan spatula atau
mendekantasi larutan ke labu lain.
Ada 2 keadaan yang memerlukan perlakuan lebih lanjut. Pertama, bila larutan
mengandung bahan yang tidak larut, misalnya debu atau sedikit bahan anorganik. Bahan-
bahan tersebut dipisahkan dengan menyaring larutan panas. Ke dua, bila sampel
terkontaminasi oleh pengotor berwarna (misalnya padatan dari produk reaksi).
Kontaminan tersebut harus dipisahkan dengan membiarkan
larutan agak dingin, menambahkan serbuk karbon (+ 1-2 % dari berat padatan organik),
kemudian memanaskan larutan dengan menggunakan refluks selama beberapa menit
(jangan menambahkan karbon langsung ke larutan yang sedang mendidih, karena akan
terjadi “bumping”). Karbon akan menyerap pengotor. Karbon dipisahkan dengan
menyaring panas.

4.1.2 Menyaring Larutan Panas


Tahap ini diperlukan hanya jika terdapat pengotor yang tidak larut. Mahasiswa
yang tidak berpengalaman akan banyak menemui kesulitan dalam melakukan tahap ini.
Kesulitan tersebut timbul jika larutan dibiarkan dingin selama proses penyaringan,
sehingga padatan akan mulai mengkristal dalam corong. Akibatnya corong akan
tersumbat. Masalah ini agak berkurang bila larutan panas yang disaring tidak terlalu jenuh.
Jadi, bila diinginkan penyaringan panas, perlu ditambahkan pelarut ekstra sebanyak 5 %.
Terdapat beberapa metode yang dapat dilakukan untuk menyaring larutan panas.
Pertama, menyaring dengan menggunakan pompa pengisap dan corong yang dipanaskan
terlebih dahulu. Metode tersebut akan berhasil dengan baik untuk larutan dengan skala
kecil sampai medium (sampai dengan 50-100 ml). Metode ke dua adalah penyaringan
gravitasi. Metode tersebut umumnya digunakan untuk larutan dengan skala yang lebih
besar. Penyaringan tersebut biasanya menggunakan peralatan yang dapat
mempertahankan suhu corong.

Penyaringan dengan Menggunakan Pompa Pengisap dan Corong yang Dipanaskan


Terlebih Dahulu
Teknik ini capat, efektif dan akan berhasil dengan baik untuk pelarut yang tidak
terlalu volatil (misalnya eter, petroleum eter 40-60oC dan diklorometana). Penyaringan
dapat dilakukan dengan menggunakan corong “sintered glass” (Gambar 2a) atau corong
Buchner atau Hirsch yang dialasi dengan kertas saring (Gambar 2b dan 2c).

Petunjuk Praktikum Sintesis dan Isolasi Senyawa Organik 25


Ke rt as sarin g

Plat berl ubang

Pla t “sintere d glass”

Gambar (a) Corong dengan Plat “Sintered Glass”, (b) Corong Buchner, (c) Corong Hirsch.

Corong “sintered glass” yang digunakan harus bersih dan tidak buntu, sehingga
penyaringan dapat berlangsung cepat dengan pengisapan minimum. Corong yang sedikit
buntu menyebabkan penyaringan lambat, larutan menjadi dingin dan kegagalan
penyaringan.. Dengan demikian, corong perlu dicek sebelum digunakan untuk menyaring
pelarut murni. Untuk menghindari masalah tersebut, banyak yang suka menggunakan
corong Buchner atau Hirsch dengan kertas saring.
Untuk penyaringan, harus digunakan corong dengan ukuran tertentu. Corong
dengan pipa samping (Gambar 3) digunakan untuk volume kecil. Filtrat dapa langsung
ditampung ke dalam erlenmeyer (Gambar 4a) atau tabung reaksi kecil bila volume larutan
kecil (Gambar 4b)

Gambar Corong ‘sintered” untuk Penyaringan Skala Sangat Kecil

Karet

Pompa
pengisap Tabung reaksi
Labu
Buchner Tabung
pen yaringan

Gulun gan
kawat
tembaga

Gambar 4 Alat Penyaringan (a) untuk Volume Besar, (b) untuk Volume Kecil

Cara Kerja dengan Menggunakan Corong “sintered”

Petunjuk Praktikum Sintesis dan Isolasi Senyawa Organik 26


Panaskan dahulu corong dalam oven sehingga temperaturnya di atas titik didih
pelarut. Pindahkan dengan cepat ke labu atau tabung penyaringan (Gambar 4), tuang
larutan panas, dan hisaplah perlahan-lahan (gunakan pompa air dengan lubang untuk
udara terbuka sebagian).
Pengisapan harus secukupnya untuk menjaga agar pelarut dapat mengalir dengan
cepat melewati corong, tetapi tidak menyebabkan penguapan
dan pendinginan pelarut. Teruskan penambahan larutan panas untuk menjaga agar
“sintered” tertutup dengan cairna sampai akhir penyaringan. Filtrat harus dihangatkan
untuk melarutkan kembali kristal yang terbentuk, kemudian didinginkan perlahan-lahan.

Cara Kerja dengan Menggunakan Corong Buchner atau Hirsch dengan Kertas Saring
Panaskan corong seperti di atas, pindahkan ke labu penyaringan (Gambar 4),
pasang kertas saring, kemudian basahi dengan pelarut murni panas (dipanaskan tersendiri)
hingga menempel ke corong. Selanjutnya, hisap perlahan-lahan (gunakan pompa air
dengan lubang udara sedikit terbuka). Segera tuang larutan panas ke bagian tengah corong.
Pengisapan harus dilakukan sebelum cairan dituang, untuk mencegah kertas saring
terangkat dari plat berlubang. Selanjutnya lakukan seperti paragraf ke dua pada cara kerja
dengan corong “sintered”.

Penyaringan Larutan yang Mengandung Karbon atau Pengotor Koloid


Karbon mengandung partikel yang sangat halus yang dapat menyumbat “sintered
glass”. Selalu gunakan metode kertas saring seperti dijelaskan di atas. Bila digunakan
sendirian, kertas saring dapat dipenuhi oleh karbon. Hal ini dapat dicegah dengan
menggunakan bantuan penyaring misalnya Celite. Celite merupakan serbuk halus yang
harus ditambahkan ke larutan (+ 0,5 % zat terlarut) tepat sebelum penyaringan, atau buatlah
lapisan (dengan ketebalan + 3 mm) di atas kertas saring basah, kemudian basahi dengan
pelarut panas.
Teknik di atas dapat digunakan untuk menyaring dengan cepat larutan panas atau
dingin yang terkontaminasi dengan pengotor yang sangat halus atau koloid.

Penyaringan Gravitasi.
Metode ini digunakan untuk larutan dengan volume yang lebih besar. Prosedur ini
memerlukan corong kaca yang bertangkai pendek (Gambar 5) yang dilengkapi dengan
kertas saring yang dilipat. Metode ini memberi penyaringan yang lebih cepat daripada
metode yang lama. Tentu saja hal yang terpenting adalah menjaga agar permukaan cairan
terletak di bawah ujung atas kertas saring. Dalam hal ini diperlukan kertas saring yang
lebih besar dibandingkan dengan yang menggunakan corong Buchner dan corong Hirsch.
Pembasahan kertas-kertas saring memerlukan banyak larutan, sehingga cara ini tidak
sesuai untuk volume-volume kecil. Untuk pengerjaaan skala kecil, corong dapat
dipanaskan terlebih dahulu dalam oven dengan suhu di atas titik didih pelarut. Tetapi jika
volume besar akan disaring, ada alat untuk menjaga agar corong dan isinya tetap panas
(Gambar 5). Terdapat berbegai jenis pemanas, diantaranya mempergunakan air panas,
sedangkan yang lain mempergunakan pemanas

Petunjuk Praktikum Sintesis dan Isolasi Senyawa Organik 27


listrik. Pengerjaan ini harus dilakukan di dalam almari asam dan tidak boleh ada sumber
api, tidak boleh ada nyala atau alat listrik di sekitarnya, sementara penyaringan dilakukan.

Kertas saring

Pemanas corong

Gambar Penyaringan Gravitasi Larutan Panas dengan Menggunakan Kertas Saring

4.1.3 Pembentukan Kristal


Larutan panas jenuh (atau hampir jenuh) dibiarkan mendingin sampai suhu kamar.
Biasanya kristal akan terbentuk. Ini mungkin merupakan proses yang lambat dan harus
diobservasi dengan cermat sampai proses kristalisasi sempurna. Pada umumnya,
pendinginan lambat akan menghasilkan kristal-kristal besar, dan pendinginan cepat akan
memberikan kristal kecil atau serbuk, hal ini bervariasi tergantung dr sifat senyawa dan
pelarut. Pendinginan cepat juga dapat mengakibatkan pembentukan minyak (lihat bawah).
Bila kristalisasi sudah sempurna, kristal-kristalnya dapat dipisahkan dengan penyaringan,
kemudian ditimbang (bagian berikut). Bila perolehan zat yng sudah murni rendah, maka
ini menunjukkan bahwa penggunaan pelarut tidak ideal (atau pelarut terlalu banyak).
Dalam hal semacam ini, selanjutnya pemerolehan didapat dengan car mendinginkan cairan
biang (mother liquor) di bawah suhu kamar di dalam penangas air atau penangas es/
Bahkan mungkin pada tempertur yang jauh lebih rendah lagi. Dalam beberapa kasus,
dimana senyawa didapat dengan cara mengentalkan cairan biang mempergunakan
rotavapor, kemudian didinginkan untuk mendapatkan kristal lagi. Secara umum, kristal-
kristal yang didapat dengan cara terakhir, kemurniannya lebih rendah drpada yang
didapat dari cara sebelumnya. Oleh karena itu, harus tetap dipisahkan sampai derajat
kemurniannnya ditentukan, misalnya dengan titik leleh atau metode lain.

Problem : tidak terjadi kristal


Dalam beberapa hal kristal-kristal tidak terbentuk pada waktu larutan didinginkan,
meskipun larutannya sudah lewat jenuh. Hal ini terjadi biasanya karena tidak terdapatnya
inti yang tepat untuk memulai pembentukan kristal dan seringnya terdapa pada larutan-
larutan bebas debu yang didapat setelah penyaringan panas. Beberapa teknik dapat dipakai
untuk menginduksi kristalisasi. Metode yang paling tepat adalah menambahkan suatu bibit
(“seed”) kristal dari zat yang sama (inilah gunanya menyimpan sedikit sampel dari bahan
kasar (‘crude”) untuk tujuan ini. Suatu alternatif yang lain adalah mengorek bagian dalam
dari labu dasar di dekat permukaan cairan dengan batang pegaduk yang ujungnya tajam.

Petunjuk Praktikum Sintesis dan Isolasi Senyawa Organik 28


Prosedur ini menghasilkan ketidakteraturan pada permukaan kaca yang menyebabkan
terjadinya pertumbuhan kristl. Pendinginan selanjutnya dari kristal kadang-kadang juga
menolong, tetapi pada pelarut-pelarut tertentu pendinginan yang berlebihan akan
menghasilkan larutan kental yang tidak akan mengkristal. Jika cara-cara cepat ini tida
berhasil, kadang-kadang adalah menolong jika meletakkan labu dasar tertutup, beri label,
letakkan di almari pendingin selama beberapa hari.

Problem: Pembentukan minyak


Dalam hal zat-zat yang titik lelehnya rendah, zat mungkin akan terpisah sebagi minyak,
dan bukan sebagai kristal. Terutama jika larutan didinginkan secara cepat. Jika minyak
terjadi, maka pengotor atau sebagian dari pelarut terlarut dalam minyak yang terjadi yang
mengakibatkan penurunan titik leleh, sehingga minyaknya bertahan pada suhu di bawah
titik leleh yang diharapkan dari senyawa. Meskipun jika akhirnya memadat maka zat yang
terjadi tidak murni.
Dalam kasus-kasus demikian, perlu melakukan percobaan dengan pengenceran,
“seeding” dan pendinginan sangat lambat untuk mencegah pembentukan minyak. Jada
bila minyak mulai memisah ketika larutan dingin, anda harus memanaskan kembali
larutan sampai minyak tidak tampak, kemudian mendinginkan larutan dengan sangat
perlahan-lahan sambil diaduk dengan batang pengaduk. Jika terbentuk minyak lagi,
panaskan kembali seperti sebelumnya, biarkan agak dingin, kemudian tambahkan
beberapa kristal “bibit” atau goreslah labu dengan batang pengaduk ketika larutan lebih
dingin. Jika kristal bibit larut sebelum minyak atau padatan terbentuk, tambahkan beberapa
kristal lagi. Jika cara tersebut tidak efektif, panaskan kembali, kemudian tambahkan sedikit
pelarut, dan ulangi prosedur tersebut. Kesabaran dan ketekunan seringkali diperlukan
untuk memperoleh kristal dan bahkan bila hasil yang diperoleh tidak banyak. Kristalaisasi
zat dengan titik lebur rendah lebih sulit jika mengandung pengotor dalam jumlah cukup
besar. Dalam hal ini, lebih baik memurnikan zat dengan kromatografi sebelum melakukan
kristalisasi.

4.1.4 Penyaringan Kristal


Bila kristalisasi telah berlangsung sempurna, kristal dipisahkan dari cairn biang
dingin dengan penyaringan dengan menggunakan pompa hisap. Untuk tujuan tersebut,
biasanya digunakan 2 jenis corong: (a) corong dengan “sintered glass”yang tidak
memerlukan kertas saring (sinter memeliki pori dengan berbagai ukuran dari 0 (kasar)
sampai 5 (halus), porositas 3 paling sering digunakan) dan (b) corong Buchner dan Hirsch
yang mempunyai plat berlubang tempat kertas saring. Kedua jenis corong tersebut tersedia
dalam berbagai ukuran. Corong dengan plat “sintered glass” (umumnya disebut corong
“sintered”) lebih baik bila padatan dapat diambil setelah penyaringan tanpa merusak kertas
saring dan tidak mengkontaminasi kristal. Padatan dengan jumlah sangat sedikit (20 mg
atau lebih kecil) dapat disaring dengan menggunakan corong “sintered” yang lebih kecil
(Gambar 3) yang mempunyai diameter sampai dengan 7 mm.
Corong dipasang pada labu (Buchner) penyaring (Gambar 6a) atau tabung
penyaring (Gambar 6b) baik melalui joint atau melalui karet yang dapat menutup dengan
rapat bila corong ditekan. Dapat pula digunakan adapter samping yang dihubungkan

Petunjuk Praktikum Sintesis dan Isolasi Senyawa Organik 29


dengan erlenmeyer atau labu dasar bulat. Labu dasar bulat sangat berguna bila filtrat akan
dipekatkan dengan menggunakan rotavapor.

Pompa
hisap

Gambar Alat untuk Penyaringan Kristal

Petunjuk Praktikum Sintesis dan Isolasi Senyawa Organik 30


Cara Kerja:
Jika digunakan corong Buchner atau Hirsch, corong tersebut harus dipasang dengan
kertas saring dengan ukuran secukupnya untuk menutup plat berlubang, tetapi tidak
melipat pada sisi corong. Kertas saring harus dibasahi dengan sedikit pelarut murni,
sehingga kertas menempel pada plat berlubang. Hisaplah dengan pompa perlahan-lahan.
Goyanglah labu yang berisi kristal dan cairan biang dengan memutarnya, kemudian
tuanglah perlahan-lahan ke dalam corong. Penghisapan harus perlahan agar aliran melalui
corong dapat berlangsung dengan baik. Bila penyaringan telah selesai, hentikan
penghisapan.

Jika perlu tuang sebagian cairan biang ke dalam labu kristalisasi untuk membilas kristal
yang menempel pada dinding labu. Bila semua kristal telah masuk ke corong, cucilah
dengan sedikit pelarut murni dingin. Untuk melakukannya, hentikan penghisapan,
tambahkan pelarut secukupnya untuk menutup kristal, aduk dengan baik dengan spatula,
kemudian hisaplah lagi dengan pompa. Pencucian kristal dengan cara ini harus dilakukan
dengan hati-hati agar kristal tidak larut dalam pelarut dingin.
Tutuplah corong dengan gelas arloji untuk menjaga debu, kemudian hisaplah untuk
memisahkan pelarut sebanyak mungkin. Untuk kristal dengan jumlah sedang dan besar,
sangat berguna untuk menekan pada corong dengan tutup kaca yang besar. Hal ini tidak
dapat dilakukan untuk kristal dengan jumlah sedikit, karena akan banyak bahan yang
hilang.

Petunjuk Praktikum Sintesis dan Isolasi Senyawa Organik 31


Petunjuk Praktikum Sintesis dan Isolasi Senyawa Organik 32

Anda mungkin juga menyukai