Draft Seminar Proposal - Muhammad Wira Pratama
Draft Seminar Proposal - Muhammad Wira Pratama
Oleh:
Muhammad Wira Pratama
07041281924053
Gambar 1: Data kumulatif bencana alam di Bangladesh pada 2019-2022 (IDMC, 2022b)
Menurut data yang diambil dari IDMC (2022), setidaknya ada 57 kejadian bencana alam
yang terjadi di Bangladesh—bencana alam seperti erosi, banjir, pergerakan massa basah ‘wet mass
movement’, dan badai merupakan 4 bencana utama yang terjadi selama periode 2019-2022.
Bencana alam tersebut menyebabkan 10,2 juta orang terlantar dan menjadi faktor utama terjadinya
migrasi internal di sana. Kumulatif orang yang terlantar ‘displaced person’ di Bangladesh selama
2019-2022 silih berganti tiap tahunnya (lihat gambar 2). Menurut data tersebut, jumlah displaced
person pada tahun 2019 ke 2020 meningkat sebanyak 344.000 orang dan di tahun yang sama,
warga terlantar tertinggi terjadi pada 2020 yang mencapai 4.443.000. Namun, pada 2021 turun
drastis dan naik kembali mencapai 1.524.000 orang pada 2022 yang menandakan bahwasanya
pada tahun tersebut banyak sekali terjadi bencana alam di Bangladesh. Faktor bencana alam di
Bangladesh merupakan indicator terbesar sebagai pendorong orang-orang untuk bermigras i
internal dalam mencari tempat aman.
Tahun Jenis Bencana Jumlah Insiden Jumlah Korban
Erosi 6 kali 1.200 orang
2019 - 2022 Banjir 20 kali 2.800.000 orang
Wet Mass Movement 17 kali 12.000 orang
Badai 14 kali 7.300.000 orang
Tabel 1: Data insiden dan korban bencana alam di Bangladesh (IDMC, 2022)
Gambar 2. Data korban pengungsi bencana alam ‘internally displaced person (IDP)’ di
Bangladesh dari tahun ke tahun, 2019-2022 (IDMC, 2022a)
Intensitas bencana alam yang terjadi di Bangladesh tentu menjadi faktor utama warga
Bangladesh melakukan migrasi internal di sana. Hal tersebut terbukti dengan seringnya terjadi
banjir dan badai yang paling banyak menyebabkan warga sekitar untuk berpindah mencari tempat
yang aman (lihat table 1). Ahsan (2019) menyebutkan 2 faktor migrasi yang terjadi di Bangladesh.
Salah satunya merupakan perpindahan yang disengaja untuk meningkatkan kualitas hidup dari
daerah rural ke kota Dhaka. Kedua adalah perpindahan terpaksa untuk mencari aman dari ancaman
bencana alam, yakni daerah rural yang dikelilingi oleh sungai dan pantai pesisir yang rentan
terhadap fenomena bencana alam seperti banjir, topan, erosi, dan salinitas. Menurut laporan
Rigaud (2018), pada 2050 para pengungsi bencana alam di sana diperkirakan akan mencapai
sebanyak 13,3 juta jiwa. Dilansir dari laporan NRC yang bekerja sama dengan IDMC (2021),
Bangladesh menduduki urutan ke-3 dalam permasalahan pengungsi bencana alam di dunia yang
mencapai 4,4 juta orang setelah Tiongkok dan Filipina yang menduduki posisi 1 dan 2 dan
meningkat. Di tahun yang sama, Bangladesh juga harus melalui hujan muson terpanjang sejak
1988 yang mengakibatkan banjir dan menelantarkan 5,4 juta orang pada Agustus 2020. Topan
Amphan yang terjadi pada 2021 juga menyebabkan kerusakan seperti rumah, jalanan, dan
infrastruktur lain. Menurut IDMC, topan tersebut merupakan faktor bencana perlahan ‘slow on-
set’ seperti erosi sungai. Menurut wawancara yang dilakukan, banyak pengungsi yang terpaksa
harus pindah secara “perlahan” ke kota Dhaka karena rumahnya yang tenggelam oleh laut. Salah
satu korban berkata: “Saya sudah sering mengalami bencana seperti ini sejak 1988. Semuanya
berakhir saat bencana datang, kami jatuh miskin. Putarannya hanya saya mencoba kembali
membangun, lalu bencana datang, dan hancur lagi. Begitulah berulang- ulang. Kalau pemerinta h
menyediakan tanggul yang kuat, pasti tidak akan masalah seperti ini lagi”.
Salah satu lembaga nonpemerintah yang turut andil dalam permasalahan migrasi interna l
perubahan iklimberoperasi di Bangladesh dalam membantu pengungsi di sana adalah Norwegian
Refugee Council (NRC). Norwegian Refugee Council (NRC) merupakan sebuah lembaga
nonpemerintah atau non-governmental organization yang berasal dari Norwegia. NRC memula i
operasi di Bangladesh sejak 2018 dan beroperasi di Distrik Cox Bazar. Sebagai organisasi yang
berfokus dalam melayani displaced people, NRC turut andil dalam fenomena migrasi perubahan
iklim yang terjadi di Bangladesh. Pada 2015, NRC (2015) merilis sebuah laporan yang bernama
“Community Resilience and Disaster Related Displacement in South Asia”, dalam laporan tersebut
NRC turut memberikan advokasi baik kepada organisasi humaniter dan pemerintah Bangladesh
itu sendiri. Beberapa rekomendasi berupa strategi persiapan menghadapi bencana alam melalui
strategi Disaster Risk Reduction (DRR) serta tata cara perlindungan Internally Displaced People
(IDP) kepada pemerintah Bangladesh. Menurut fact sheet yang dimiliki NRC (2018), operasi NRC
turut membantu pengungsi bencana alam Bangladesh melalui pelayanan seperti edukasi, asistensi
legal, ketahanan iklim, dan advokasi. Dengan meningkatnya pengungsi bencana alam di
Bangladesh tiap tahunnya, NRC juga menyediakan tempat berlindung dengan menyelenggaraka n
pembangunan tempat tinggal bagi para pengungsi yang dibantu oleh International Organizatio n
for Migration (IOM). Selain itu, NRC juga turut andil dalam memberikan edukasi serta konseling
bagi para kelompok rentan agar dapat terus melanjutkan kehidupan baik dengan cara yang
berkelanjutan serta dapat berguna di tahun-tahun yang akan datang.
Menyediakan jasa/pelayanan
Memberikan advokasi berupa berupa tempat tinggal, edukasi,
perlindungan dan pencarian dan ketahanan bencana
donor terhadap pengungsi
2.4 Argumentasi Utama
Argumentasi utama penulis berdasarkan pada latar belakang dan teori yang digunakan dalam
naskah ini. Latar belakang penelitian yang ditelusuri oleh penulis merupakan peran Norwegian
Refugee Council yang turut berperan dalam fenomena climate refugee di Bangladesh karena
berbagai bencana alam yang terjadi dan menyebabkan migrasi internal. Selain itu, konsep yang
dipakai dalam naskah ini merupakan konsep Teegen (2004) tentang peran sebuah NGO yang
berbentuk 2 jenis dalam tingkat operasionalnya, yakni advokasi dan jasa. Oleh karena itu, penulis
ingin menjawab pertanyaan penelitian yang berhubungan dengan pembuktian teori yang telah
disediakan. Kegiatan yang dilakukan oleh NRC di Bangladesh di tengah fenomena pengungs i
bencana alam yang terjadi di sana—setidaknya dapat beragumen dan menjawab bahwasanya
dalam pelaksaan operasi NRC di Bangladesh dapat memenuhi konsep yang dipakai, sehingga
dapat menjawab rumusan masalah yang dipakai di penelitian ini.
BAB III: METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian adalah kerangka yang dipakai untuk mencari serta memberi informas i
yang diperlukan untuk memecahkan rumusan masalah dari penelitian tersebut. Dalam hal ini,
desain penelitian dapat menjadi strategi untuk menganalisis masalah secara logis dan sistematik
terhadap penelitian yang penulis pilih. Alhasil, skripsi ini diteliti menggunakan desain penelitia n
studi kualitatif deskriptif yang bertujuan untuk menjelaskan serta menggambarkan apa dan
bagaimana fenomena yang dihadapi dalam penelitian ini. Selain itu, studi kualitatif cenderung
lebih relevan untuk menelisik isu yang dibahas dalam dinamika hubungan internasional.
Memberikan tempat
Tempat tinggal tinggal layak kepada
‘settlement’ pengungsi yang
membutuhkan tempat
berlindung
Memberikan edukasi
formal dan nonformal
Operasional/Jasa Edukasi kepada pengungsi di
kamp pengungsian
baik orang dewasa
maupun anak-anak
“Peran Norwegian
Refugee Council Memberikan bantuan
(NRC) dalam berupa edukasi
Membantu Climate Ketahanan bencana tentang ketahanan
Refugee di ‘disaster resilience’ dan bantuan
Bangladesh” perbaikan
pascabencana
Penyediaan
Perlindungan perlindungan
Advokasi terhadap pengungsi terhadap pengungsi
berupa laporan,
asesmen, serta
dokumen legalitas
lainnya melalui
kerjasama mitra,
otoritas, dan donor.
3.4 Unit Analisis
Unit analisis merupakan sebuah satuan atau lebih yang digunakan untuk melakukan
analisis terhadap subjek penelitian. Barry Buzan (1995) mendefinisikan unit analis is sebagai
sesuatu yang berkaitan dengan sistem dari banyaknya perangkat unit dan sifatnya saling
membutuhkan, sehingga sebuah struktur pun terbentuk. Hubungan Internasional sendiri memilik i
tiga jenis unit analisis, yakni individu, negara, dan sistem internasional. Selain itu, Prof. Mas’oed
mendefinisikan unit analisis sebagai variable dependen yang mencakup sesuatu yang harus dapat
dijelaskan, digambar, dan meramal eksistensinya. Singkatnya, keberadaan sebuah variable
dependen dapat dipengaruhi oleh variable lain, begitupula sebaliknya.
Penelitian ini sendiri memiliki unit analisis yang terdiri dari Norwegian Refugee Council
(NRC). Selain itu, unit eksplanasinya sendiri adalah isu pengungsi bencana alam di Bangladesh