Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Konsep diri dan kepribadian menjadi wujud dari serangkaian perilaku
manusia, yang ditampakkan pada keadaan tertentu, selaras dengan situasi atau
stimulus yang diterima dari lingkungannya. Sebagian besar konsep diri
didasarkan pada keadaan saat ini, yang dijadikan sebagai pelajaran serta
pencapaian masa lalu sebagai wujud dari pengalaman.1
Seiring dengan berjalannya waktu, kehidupan manusia mengalami
perubahan. Hal ini disebabkan oleh adanya pergeseran dan perkembangan
pergaulan dalam lingkungan. Oleh karenanya, konsep diri dan kepribadian
setiap individu akan terbentuk, melalui proses yang berbeda satu dengan yang
lain.
Konsep diri dan kepribadian akan berkembang dengan bantuan
komponen-komponen eksternal, melalui tahapan yang berkesinambungan.
Sehingga lambat laun manusia terbentuk menjadi individu yang beragam dari
segala aspek, baik fisik, psikologis, perilaku dan cara berfikir. Dalam hal ini,
setiap individu memiliki pengalaman-pengalaman yang berbeda. Baik yang
diterima dari keluarga, teman sebaya dan yang lainnya. Masing-masing
individu menerima dan menyikapinya dengan cara yang berbeda pula.
Pada dasarnya konsep diri dan kepribadian setiap individu itu terbentuk
pertama kali dipengaruhi oleh lingkungan keluarga, terutama orang tua, sebab
keluarga merupakan sumber informasi pertama bagi individu, sebelum
dipengaruhi oleh faktor eksternal. Dalam lingkungan keluarga ini pula
individu mendapatkan pendidikan, bimbingan, asuhan dan pembiasaan serta
latihan untuk pertama kalinya. Sehingga apa yang diperolehnya dalam
lingkungan keluarga, digunakan sebagai landasan untuk menunjang
pembentukan konsep

1
Enrico Perinelli and others.‘Academic Self-Concept Change in Junior High School
Students and Relationships with Academic Achievement’, Contemporary Educational Psychology.
https://doi.org/10.1016/j.cedpsych.2022.102071. 22 April 2022.
diri dan kepribadiannya, sebelum kemudian dikembangkan dalam kehidupan
selanjutnya. Hal ini dijelaskan dalam Q.S At-Tahrim 66 : 6, sebagai berikut:
ٌ‫ارةُ َعلَ ْيهَا َم ٰۤل ِٕى َكةٌ ِغاَل ظ‬
َ ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا قُ ْٓوا اَ ْنفُ َس ُك ْم َواَ ْهلِ ْي ُك ْم نَارًا َّوقُوْ ُدهَا النَّاسُ َو ْال ِح َج‬
َ‫ِشدَا ٌد اَّل يَ ْعصُوْ نَ هّٰللا َ َمٓا اَ َم َرهُ ْم َويَ ْف َعلُوْ نَ َما يُْؤ َمرُوْ ن‬
“Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Penjaganya
adalah malaikat-malaikat yang kasar dan keras. Mereka tidak durhaka
kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepadanya dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan”. (Q.S At-Tahrim 66 : 6).2
Keluarga memiliki peran yang penting dalam proses pembentukan
konsep diri. Ayah dan ibu merupakan tokoh utama yang dijadikan role model
bagi anak dalam berperilaku.3 Kehadiran orang tua yang utuh dan
terpenuhinya kebutuhan serta penerimaan keluarga secara koherensi, akan
membentuk konsep diri positif pada anak, seperti membuat anak merasa
bahwa dirinya diinginkan, diterima, dicintai dan dihargai.

2
Departemen Agama RI, Nadhifa Al Qur'an Pelangi Terjemahan Dan Tajwid Warna,…
hal.560.
3
Clara Yessica Yarlin, "Perbedaan Konsep Diri Remaja Yang Tinggal Di Panti Asuhan
Ditinjau Berdasarkan Jenis Kelamin", Skripsi (Malang: Universitas Brawijaya, 2018), hal.5.
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/10116/2/Clara.pdf, 29 April 2022.

Anda mungkin juga menyukai