Dosen Pembimbing:
Disusun Oleh:
KELAS B4
2022
1
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah
melimpahkan rahmat dan karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Psikologi Kepribadian dengan judul “Faktor-
faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Kepribadian”.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna di karenakan
keterbatasan pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan kritik yang membangun, semoga makalah ini
dapat memberi manfaat bagi kita semua.
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa/i dapat memahami apa yang dimasud dengan Aliran Emperialisme.
2. Mahasiswa/i dapat memahami apa yang dimaksud dengan Aliran Navitisme.
3. Mahasiswa/i dapat memahami apa yang dimaksud dengan Aliran Konvergensi.
4. Mahasiswa/i dapat memahami apa yang dimaksud dengan Konsep Islam.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Aliran Empirisme
Epirisme bertolak dari pandangan John Lock yang mementingkan rangsangan dari
luar dalam perkembangan manusia. Ia menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung
kepada lingkungan. Perkembangan pribadi manusia tergantung kepada pengaruh yang
datang dari luar. John Lock sebagai toko empirisme, mengembalikan seluruh pengetahuan
dan perkembangan manusia kepada pengalaman yang didapatnya dari lingkungannya.
Respon manusia tidak berdaya sama sekali terhadap pengaruh yang ditimpakan lingkungan
kepadanya. Pandangan John Lock tersebut dapat digolongkan sebagai pandangan
enviromentalisme yang ekstrem. Penganut aliran empirisme memandang manusia sebagi
makhluk pasif yang dapat dimanipulasi, misalnya melalui modivikasi (memperbaiki)
tingka laku. Pengalaman yang diperoleh anak dalam kehidupannya diperoleh dari dunia
sekitanya yang berupa stimulus-stimulus (rangsangan-rangsangan). Rangsangan ini berasal
dari alam bebas, atau diciptakan oleh orang dewasa dalam bentuk program pendidikan.
Aliran ini dipandang berat sebelah sebab hanya mementingkan peranan pengalaman yang
diperoleh dari lingkungan. Sedangkan kemampuan dasar yang dibawa anak sejak lahir
dianggap tidak menentukan sama sekali.
1
Hikmawati, F. Bimbingan dan Konseling perspektif Islam. 2015. hlm.43.
4
“teori tabularasa.2 Teori tabularasa mengatakan bahwa anak yang baru dilahirkan itu dapat
diumpamakan sebagai kertas putih bersih yang belum ditulisi.Sejak lahir anak tidak
memiliki bakat dan pembawaan apa-apa, anak dapat dibentuk semuanya pendidik, disini
kekuatan untuk membentuk anak berada pada pendidik, sehingga lingkungan dalam hal ini
pendidikan berkuasa atas pendidikan anak.
Pengalaman empirik (dari kehidupan nyata) anak yang diperoleh dari lingkungan
akan berpengaruh besar dalam menentukan perkembangan anak. Menurut pandangan
empirisme pendidik memegang peranan penting sebab pendidik dapat menyediakan
lingkungan pendidikan kepada anak dan akan diterima oleh anak sebagai pengalaman-
penga-laman. Pengalaman-pengalaman itu tentu yang sesuai dengan tujuan pen-didikan.
Di abad ke-20 tokoh-tokoh pendidikan yang ajarannya dalam beberapa hal mengingatkan
kepada John Lock, diantaranya: J. B Watson dari Amerika yang merupakan tokoh aliran
behaviorisme. Behaviorisme tidak mengakui pemabawaan (keturunan) atau sifat-sifat yang
diturunkan.
Menurut behaviorisme, ketakutan, kesenangan cinta kasih dan seluruh sifat dan sikap
manusia, bahkan seluruh perkembangan manusia dapat dibentuk dan ditentukan melalui
2
1Sumadi Suryabrata, Psikologi Kepribadian. Jakarta. Rajawali.1990. hlm. 149
5
dikondisionisasikan. Give me a dozen healthy infants, welformed, and my own specitifed
world to bring them up in and I’ll guarantee to take ayone at random and train him to
become any type of specialist, I might select doctor, lawyer, artist, merchantchief and yes,
oven beggar–man and thief, regardles of his talents, penchants, tendencies, abilities,
vocation, and race of hits ancestors.3 Menurut Watson serahkan kepada saya dua belas
bayi sehat, menarik, kemudian dia akan mengambil secara acak tanpa mempertim-bangkan
bakat-bakatnya, kegemarannya, kecenderungan-kecenderungan-nya, kemampuan dan asal
usul keturunannya. Bayi tersebut akan dilatih keahlian menurut kehendak Watson. Untuk
menjadi dokter, pengacara, seniman, pengusaha, koki, sampai kepada pencuri atau penjahat
sekalipun. Menurut Watson itu semua bisa terjadi. Pandangan “Tabularasa moderen” ini
telah banyak mempengaruhi tokoh-tokoh psikologi, antropologi, dan telah masuk pulah ke
dalam dunia pendidikan.
B. Aliran Navitisme
Nativisme Teori ini kebalikan dari teori empirisme, yang mengajarkan bahwa anak
lahir sudah memiliki pembawaan baik faktor lingkungan atau alamiah yang mempengaruhi
terhadap perkembangan anak, melainkan semuanya dari faktor-faktor tersebut
mempengaruhi terhadap perkembangan seorang anak. Nativisme berasal dari bahasa latin,
yaitu, asal katanya nativesartinya terlahir. Pemikiran ini dipelopori oleh sckophenhauer
seorang filsuf berasal dari jerman yang hidup pada 1788-1880. Berpendapat “pendidikan
ialah membiarkan seseorang bertumbuh berdasrkan pembawaannya.” Seseorang akan
3
Drever, James. Kamus Psikologi, Terjemahan Nancy Simanjuntak. Jakarta: Bina Aksara. 1986 hlm 467.
4
Hartati, N., dkk. Islam dan Psikologi. Jakarta: PT.Raja Gravindo Persada. 2004. hlm. 163-164.
6
berkembang berdasarkan apa yang dibawannya dari lahir.5 Hasil akhir dari pertumbuhan
dan perkembangan serta pendidikan manusia atau seseorang di tentukan oleh pembawaan
dari lahir, dan pembawaan itu ada yang baik dan adapula yang buruk. Maka dari itu
manusia akan berkembang dengan pembawaan baik atau pembawaan yang buruk, yang di
bawanya sejak lahir.
Bagi nativisme, lingkungan sekitar tidak ada artinya, sebab lingkungan tidak akan
aktif atau berdaya dalam mempengaruhi perkembangan. Serta pendidikan juga tidak akan
berpengaruh sama sekali terhadap perkembangan seorang manusia, dan tidak akan adanya
gunanya untuk perkembangan, idala pernyataan atau kehidupan sehari-hari sering sekali di
temukan anak yang mirip dengan orang tuanya (secara fisik) dan anak juga mewarisi bakat-
bakat yang di miliki orangtuanya. Contoh orang tua yang menginginkan anaknya menjadi
seniman, ia berusaha mempersiapkan alat-alat dan bahan untuk memahat dan melukis serta
mendatangkan guru untuk mengajarkannya melukis. Oleh karena itu pemikiran ini
merupakan pemikiran pesimis didalam pendidikan (pesimisme).
C. Aliran Konvergensi
5
Jalaluddin. Psikologi Agama. Jakarta: PT.Raja Gravindo Persada. 2002. hlm. 170.
6
Semiun, Yustinus. Teori Kepribadian dan Terapi Psikoanalitik FREUD. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. 2006.
hlm.60-66.
7
Sebaliknya lingkungan yang baik tidak dapat menghasilkan perkembangan anak
yang optimal kalau memang dalam dirinya tidak terdapat kemampuannya. Sebagai contoh
hakikat kemampuan anak manusia berbahasa dengan kata-kata hasil dari konferhensi, stern
berpendapat, hasil pendidikan itu tergantung dari pembawaan dan lingkungan, di ibaratkan
ada dua garis yang menuju ke satu titik pertemuan sebagai berikut:
a) Pembawaan
b) Lingkungan
c) Hasil pendidikan
Menurut teori konvergensi pendidikan berdasarkan:
a) Pendidikan mungkin untuk dilaksanakan
b) Pendidikan disebut sebagai pertolongan kepada lingkungan anak-anak didik untuk
mengembangan potensi yang baik dan mencegah berkembangnya potensi yang
kurang baik
c) Yang membatasi hasil pendidikan adalah pembawaan dan lingkungan Memahami
tumbuh dan kembang manusia. Adapun variasi pendapat tentang faktor yang
menentukan tumbuh dan kembang. Pada strategi yang paham tentang tingkah laku
atau sikap manusia, model mengajar dan gagasan belajar mengajar. Dari beberapa
uraian diatas, yang cocok dapat dierima sesuai dengan kenyataan adalah teori
konvergensi, yang tidak mengekstrimkan faktor pembawaan.
D. Konsep Islam
Konsep Psikologi Islam yang diasumsikan dari struktur nafsani tidak lantas
menerima ketiga aliran tersebut. Di samping terdapat kelemahankelemahan, ketiga aliran
tersebut hanya mengorientasikan teorinya pada pola pikir antroposentris. Artinya,
perkembangan kepribadian manusia seakan-akan hanya dipengaruhi oleh faktor
manusiawi. Manusia dalam pandangan psikologi islam telah memiliki seperangkat potensi,
disposisi, dan karakter unik. Potensi itu paling tidak mencakup keimanan, ketauhidan,
keislaman, keselamatan, keikhlasan, kesucian, kecenderungan menerima kebenaran dan
kebaikan, dan sifat baik lainnya. Perkembangan kehidupan manusia bukanlah diprogram
secara deterministik, seperti robot atau mesin. Manusia secara fitri memiliki kebebasan dan
kemerdekaan dalam mengaktulisasikan potensinya.
8
Dalam Alquran banyak ditemukan ayat-ayat yang menunjukkan kemerdekaan dan
kebebasan manusia dalam berkepribadian. Misalkan kebebasan memilih agama (QS Al-
Kahfi [18]; 29, Al-Baqarah [2]; 256, dan Al-Kafirun [109]; 6), kebebasan memilih salah
satu dari dua jalan, yaitu jalan ketaqwaan dan jalan kelacuran (QS Al-balad [90]; 8-10, Al-
Syams [91]; 7-10), kebebasan memilih kehidupan dunia saja, atau akhiran saja, atau kedua-
duanya (QS Al-Baqarah [2]; 200-201). Oleh karena kebebasan inilah maka manusia
dituntut untuk mengupayakan tingkah lakunya secara baik. Tanpa diupayakan maka
potensinya tidak akan berkembang (QS Al-Ra’d [13]; 11, AlNajm [53]; 39-41).7 Psikologi
islam mengakui adanya peran lingkungan dalam penentuan perkembangan. Banyak ayat
Alquran yang menjelaskan tentang peran lingkungan. Misalnya seruan amar makruf nahi
munkar (QS Ali Imran [3]; 104,110, 114), belajar menuntut ilmu agama kemudian
mendakwahkan untuk orang lain (QS AlTaubah [9]; 122), seruan kepada orang tua agar
memelihara keluarganya dari tingkah laku yang memasukkan ke dalam neraka (QS Al-
Tahrim [66]; 6).
Faktor penentu perkembangan manusia yang berikutnya yang dibahas juga dalam
psikologi islam adalah faktor-faktor bawaan yang merupakan sunnah atau taqdir Allah
untuk manusia. Misalnya bawaan memikul amanat (QS Al-Ahzab [33]; 72), bawaan
menjadi khalifah di muka bumi (QS Al-Baqarah [2]; 30), bawaan menjadi hambah Allah
agar selalu beribadah kepada-Nya (QS Al-Zariyat [51]; 56), bawaan untuk mentauhidkan
Allah Swt. (QS Al-A’raf [7]; 172). Dan juga faktor-faktor perbedaan individu, misalnya
perbedaan bakat, minat dan watak (QS Al-Isra [17]; 84), perbedaan jenis kelamin dan
bangsa dan negara (QS AlHujurat [49]; 13), dan perbedaan karunia yang diberikan (QS
An-Nisa’ [4]; 32).
7
Hartati, Netty, dkk. Islam dan Psikologi. 2004.hlm.180
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penganut aliran ini berpendapat bahwa dalam proses perkembangan anak, baik faktor
pembawaan maupun faktor lingkungan sama-sama mempunyai peranaan penting. Konsep
Psikologi Islam yang diasumsikan dari struktur nafsani tidak lantas menerima ketiga aliran
tersebut. Di samping terdapat kelemahankelemahan, ketiga aliran tersebut hanya
mengorientasikan teorinya pada pola pikir antroposentris. Artinya, perkembangan
kepribadian manusia seakan-akan hanya dipengaruhi oleh faktor manusiawi. Manusia
dalam pandangan psikologi islam telah memiliki seperangkat potensi, disposisi, dan
karakter unik.
10
DAFTAR PUSTAKA
Drever, James. Kamus Psikologi, Terjemahan Nancy Simanjuntak. Jakarta: Bina Aksara. 1986.
Hartati, N., dkk. Islam dan Psikologi. Jakarta: PT.Raja Gravindo Persada. 2004.
Semiun, Yustinus. Teori Kepribadian dan Terapi Psikoanalitik FREUD. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius. 2006.
11