Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PSIKOLOGI DAN PERKEMBANGAN ANAK

Dosen pengampu:
Ervi Rahmadani., S.Pd.,M.Pd

Oleh :
Kelompok 1 :

 Aisyah putri gaffar (2102050041)


 Fauziyah (2102050044)
 Latifa tahira (2102050052)
 Vivi azzahra (2102050056)
 Karina fadilah (2102050067)
 Nurhikmah marjani (2102050049)
 Suryani sahrun (2102050037)

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALOPO
2022
KATA PENGANTAR
syukur kita panjatkan kehadirat allah Subhanahu wataala. rahmat dan karunianya Kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat pada waktunya. Adapun tema dari makalah
Ini adalah “ Perkembangan kepribadian dan kemandirian anak ” .
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimah kasih yang sebesar-besarnya kepada
dosen Mata kuliah bahasa dan sastra indonesia ini yaitu Ibu”Ervi Rahmadani., S.Pd.,M.Pd”
yang telah memberikan tugas Terhadap kami.
jauh dari kata sempurna. Dan ini merupakan langkah yang baik dari studi yang
Sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka kritik dan
saran Yang membangun senantiasa kami harapkan. Semoga makalah ini dapat berguna pada
kami dan Pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ……………………………………………………………... i


Daftar Isi …………………………………………………………………… ii

BAB I Pendahuluan ………………………………………………………..


A Latar Belakang ………………………………………………… 1
B Tujuan Pembelajaran …………………………………………... 2

BAB II Pembahasan ………………………………………………………..


A. Pengertian kepribadian.............................................
B. Perkembangan kepribadian........................................ 2
C. Penilaian kepribadian..................................................
B Pengertian Kemandirian ………………………………………. 2
a. Tahap Perkembangan Kemandirian ………………………. 3
b. Bentuk –bentuk kemandirian ………………………………4
c. Tingkat dan Karakteristik Kemandirian ……………………8
d. Pentingnya Kemandirian Bagi Peserta didik ……………….10
e. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Perkembangan Kemandirian.………………10
C Upaya Perkembangan Kemandirian Peserta Didik dan Implikasinya Bagi
Pendidikan ............................ 13

BAB III Penutup


KESIMPULAN …………………………………………………… 15
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….. 16
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Karakteristik perkembangan anak yang berada di kelas awal SD adalah anak yang
berada pada rentangan usia dini. Masa usia dini ini merupakan masa perkembangan
anak yang pendek tetapi merupakan masa yang sangat penting bagi kehidupannya.
Oleh karena itu, pada masa ini seluruh potensi yang dimiliki anak perlu didorong
sehingga akan berkembang secara optimal. Karakteristik perkembangan anak pada
kelas satu, dua dan tiga SD biasanya pertumbuhan fisiknya telah mencapai
kematangan, mereka telah mampu mengontrol tubuh dan keseimbangannya.
Perkembangan kemandirian merupakan masalah penting sepanjang rentang
kehidupan manusia. Perkembangan kemandirian sangat dipengaruhi oleh perubahan-
perubahan fisik, yang pada gilirannya dapat memicu terjadinya perubahan emosional,
perubahan kognitif yang memberikan pengertian logis tentang cara berpikir yang
mendasari tingkah laku, serta perubahan nilai dalam peran sosial melalui pengasuhan
orang tua dan aktivitas individu.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apakah pengertian perkembangan kemandirian anak usia SD/MI?
2. Apakah Implikasinya bagi pendidikan ?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kepribadian

Kepribadian dalam bahasa Inggris disebut “personality”, yang berasal dari


bahasa latin “persona”, yang berarti topeng. Koswara (1991) dalam pengertian
sehari-hari kepribadian adalah “Bagaimana individu menampilkan dan
menimbulkan kesan bagi individu lain”.Allport (1937) sebagaimana dikutip oleh
Gunarsa.S.D dan Ny. Gunarsa S.D (1989) Kepribadian adalah “Suatu organisasi yang
dinamis dari sistem psikofisis di dalam individu yang menentukan penyesuaian
yang khas terhadap lingkungannya”.Maramis (1999)-Kepribadian adalah
“Keseluruhan pola pikiran, perasaan, dan perilaku yang sering digunakan oleh
seseorang dalam usaha adaptasi yang terus-menerus terhadap hidupnya”. Freud
yang dikutip oleh Koswara (1991)-Kepribadian adalah “Suatu struktur yang terdiri
dari tiga sistem, yakni id, ego, dan superego”.
Kepribadian adalah ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat- sifat khas diri
kita yang bersumber dari bentukan-bentukan yang kita terima dari lingkungan,
misalnya, keluarga pada masa kecil kita dan juga bawaan-bawaan kita sejak lahir.
Jadi yang disebut kepribadian itu sebetulnya adalah campuran dari hal-hal yang
bersifat psikologis kejiwaan dan juga yang bersifat fisik. Kepribadian adalah semua
corak perilaku dan kebiasaan individu yang terhimpun dalam dirinya dan digunakan
untuk bereaksi serta menyesuaikan diri terhadap segala rangsangan baik dari luar
maupun dari dalam. Corak perilaku dan kebiasaan ini merupakan kesatuan
fungsional yang khas pada seseorang.
Kepribadian adalah penampilan dan tingkah laku (cara bicara, cara berjalan,
dll) yang menggambarkan perilaku (pengetahuan, sikap, dan ketrampilan, beauty
and behavior) seseorang yang dapat diamati secara langsung maupun tak langsung,
yang dapat diamati secara langsung maupun tak langsung, yang dapat dijadikan
sebagai tolok ukur kualitas diri yang bersangkutan.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kepribadian merupakan
bawaan dari setiap individu sejak lahir (kejiwaan, dan fisik), dan kepribadian dapat
berubah seiring pertumbuhan seseorang. Dimana seseorang tersebut dalam
perjalanan hidupnya akan menerima rangsangan baik dari luar maupun dari dalam,
dan orang tersebut akan menanggapi rangsang itu dan kemungkinan akan
berpengaruh pada sikapnya.
B. Perkembangan kepribadian
Menurut Gardner Murfy mencakup:
1. Fase Keseluruhan Tanpa Diferensiasi
Terjadi pada bayi dan kanak-kanak, potensi fisik maupun temperamen sudah
dimiliki tetapi aktualisasinya tergantung pada perkembangan dan kematangan
2. Fase Diferensiasi
Fungsi-fungsi khusus mulai muncul dan mengalami diferensiasi
3. Fase Integrasi
Fungsi yang sudah mengalami diferensiasi diintegrasikan dalam suatu unit yg
berkoordinasi dan terorganisasi.

C. Penilaian kepribadian

Pentingnya pendidikan karakter ini menjadi suatu keharusan bagi lembaga


pendidikan untuk memasukkannya ke dalam kurikulum sekolah. Hal ini sebagai
salah satu cara agar dapat mencapai tujuan pendidikan nasional yaitu mencetak
generasi yang berkpribadian luhur. Dan sejalan dengan ini pemerintah juga telah
mengatur indikator pendidikan karakter ini yang tidak menyimpang atau searah
dengan tujuan pendidikan nasional UU No 20 tahun 2003 pasal 3 yang berbunyi:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab.”
Pendidikan karakter pada sebuah lembaga pendidikan khususnya lembaga
pendidikan berbasis agama. Sebenarnya sudah terkandung dalam materi-materi
pelajaran agama yang diajarkan di sekolah tersebut. Akan tetapi pada
kenyataannya meskipun penanaman karakter sudah dilakukan dengan cara
memasukkannya ke dalam materi pelajaran, masih saja banyak siswa yang belum
dapat mencerminkan karakter tersebut. Menurut mawardi hal ini terjadi karena
proses pendidikan karakter masih pada taraf kognitif atau masih berupa teori saja.
[1][8] Apalagi untuk cara penilaiannya juga sulit.

D. Pengertian kemandirian
istilah” kemandirian ” berasal dari kata dasar “diri” yang mendapat awalan “ke” dan
akhiran “an” kemudian membentuk satu kata keadaan atau kata benda. Karena
kemandirian berasal dari kata dasar “diri” , maka pembahasan tentang kemandirian
anak tidak bias lepas dari pembahasan tentang perkembangan diri itu sendiri, yang
dalam konsep Carl Rogers disebut dengan istilah Self, karena diri itu merupakan inti
dari kemandirian. Kosep yang sering digunakan atau didekatkan dengan kemandirian
adalah autonomy.
Menurut Chaplin (2002) autonomi merupakan kebebasan individu manusia untuk
memilih, untuk menjadi kesatuan yang bias memerintah, menguasai dan menentukan
dirinya sendiri.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa kemandirian atau otonomi adalah
kemampuan untuk mengendalikan dan mengatur pikiran , perasaan dan tindakan
sendiri secara bebas dan berusaha sendiri untuk mengatasi perasaan malu dan keragu-
raguan.
Erikson (dalam Monks, dkk, 1989), menyatakan bahwa kemandirian adalah usaha
untuk melepaskan diri dari orang tua dengan maksud untuk menemukan dirinya
melalui proses mencari identitas atau ego, yaitu merupakan perkembangan kearah
individualitas yang mantap dan berdiri sendiri. Kemandirian biasanya ditandai dengan
kemampuan menentukan nasib sendiri, kreatif dan inisiatif, mengatur tingkah laku,
bertanggung jawab, mampu menahan diri, membuat keputusan keputusan sendiri,
serta mampu mengatasi masalah tanpa ada pengaruh dari orang lain. Dengan otonomi
tersebut, peserta didik diharapkan akan lebih bertanggung jawab terhadap dirinya
sendiri. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa kemandirian mengandung pengertian
:
1) Suatu kondisi dimana seseorang memiliki hasrat bersaing untuk maju demi kebaikan
dirinya sendiri.
2) Mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah yang dihadapi .
3) Memiliki kepercayaan diri dan melaksanakan tugas- tugasnya.
4) Bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya .

a. Tahap Perkembangan Kemandirian


Kemandirian semakin berkembang pada setiap masa perkembangan seiring
pertambahan usia dan pertambahan kemampuan. Perkembangan kemandirian
tersebut diidentifikasikan pada usia 0 – 2 tahun; usia 2 – 6 tahun; usia 6 – 12 tahun;
usia 12 – 15 tahun dan pada usia 15 – 18 tahun .
1) Usia 0 sampai 2 tahun :
Sampai usia dua tahun, anak masih dalam tahap mengenal lingkungannya,
mengembangkan gerak-gerik fisik dan memulai proses berbicara. Pada tahap ini anak
masih sangat bergantung pada orang tua atau orang dewasa lainnya dalam memenuhi
kebutuhan dan keinginannya.
2) Usia 2 sampai 6 tahun :
Pada masa ini anak mulai belajar untuk menjadi manusia sosial dan belajar bergaul.
Mereka mengembangkan otonominya seiring dengan bertambahnya berbagai
kemampuan dan keterampilan seperti keterampilan berlari, memegang, melompat,
memasang dan berkata-kata. Pada masa ini pula anak mulai dikenalkan pada toilet
training, yaitu melatih anak dalam buang air kecil atau air besar.
3) Usia 6 sampai 12 tahun :
Pada masa ini anak belajar untuk menjalankan kehidupan sehari-harinya secara
mandiri dan bertanggung jawab. Pada masa ini anak belajar di jenjang sekolah dasar.
Beban pelajaran merupakan tuntutan agar anak belajar bertanggung jawab dan
mandiri.
4) Usia 12 sampai 15 tahun :
Pada usia ini anak menempuh pendidikan di tingkat menengah pertama (SMP). Masa
ini merupakan masa remaja awal di mana mereka sedang mengembangkan jati diri dan
melalui proses pencarian identitas diri. Sehubungan dengan itu pula rasa tanggung
jawab dan kemandirian mengalami proses pertumbuhan.
5) Usia 15 sampai 18 tahun
Pada usia ini anak sekolah di tingkat SMA. Mereka sedang mempersiapkan diri menuju
proses pendewasaan diri. Setelah melewati masa pendidikan dasar dan menengahnya
mereka akan melangkah menuju dunia Perguruan Tinggi atau meniti karier, atau justru
menikah. Banyak sekali pilihan bagi mereka. Pada masa ini mereka diharapkan dapat
membuat sendiri pilihan yang sesuai baginya tanpa tergantung pada orangtuanya.
Pada masa ini orang tua hanya perlu mengarahkan dan membimbing anak untuk
mempersiapkan diri dalam meniti perjalanan menuju masa depan.
b. Bentuk – Bentuk Kemandirian
Menurut Robert Havighurt (1972) membedakan atas kemandirian menjadi empat
bentuk kemandirian, yaitu :
1) Kemandirian emosi
Yaitu kemampuan mengontrol emosi sendiri dan tidak tergantungnya kebutuhan
emosi kepada orang lain.
2) Kemandirian ekonomi
Yaitu kemampuan mengatur ekonomi sendiri dan tidak ketergantungnya kebutuhan
ekonomi pada orang lain
3) Kemandirian Intelektual
Yaitu kemampuan untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi.
4) Kemandirian Sosial
Yaitu kemampuan untuk mengadakan interaksi kepada orang lain yang tidak
tergantung pada aksi orang lain .
Sementara itu, Steinberg (1995 : 289) membagi kemandirian dalam tiga tipe, yaitu
kemandirian emosional (emotional autonomy), kemandirian behavioral (behavioral
autonomy), dan kemandirian nilai (values autonomy) .

1. Kemandirian Emosional ( emotional autonomy)


Kemandirian emosional dapat diartikan sebagai kemampuan individu dalam
mengelola emosinya, seperti pemudaran ikatan emosional anak dengan orang tua.
Percepatan pemudaran hubungan itu terjadi seiring dengan semakin mandirinya
remaja dalam mengurus diri sendiri. Dalam analisis Berk (1994) konsekuensi dari
semakin mampunya remaja mengurus dirinya sendiri maka waktu yang diluangkan
orang tua terhadap anak semakin berkurang dengan sangat tajam. Proses ini sedikit
besarnya memberikan peluang bagi remaja untuk mengembangkan kemandiriannya
terutama kemandirian emosional. Disamping itu, hubungan antara anak dan
lingkungan sebaya yang lebih intens dibanding dengan hubungan anak dengan orang
tua menyebabkan hubungan emosional anak dan orang tua semakin pudar. Kedua
pihak ini lambat laun akan mengendorkan simpul-simpul ikatan emosional infantil anak
dengan orang tua (Steinberg, 1995 : 290). Namun ini bukan berarti anak akan
melalukan pemberontakan terhadap orang tua, ini hanya masalah kedekatan yang
berbeda, memudar bukan berarti pupus tak bersisa, walau bagaimanapun ikatan batin
tetap akan terjalin antara anak dan orang tua.
Menurut Silverberg dan Steinberg (Steinberg, 1995 :291) ada empat aspek
kemandirian emosional remaja, yaitu:

Sejauh mana remaja mampu melakukan de-idealized terhadap orang tua,


Sejauh mana remaja mampu memandang orang tua sebagai orang dewasa umumnya
(parents as people),
Sejauh mana remaja tergantung kepada kemampuannya sendiri tanpa mengharapkan
bantuan emosional orang lain (non dependency), dan
Sejauh mana remaja mampu melakukan individualisasi di dalam hubungannya dengan
orang tua.

2. Kemandirian tingkah laku (behavioral automaty)


Kemandirian perilaku (behavioral autonomy) merupakan kapasitas individu dalam
menentukan pilihan dan mengambil keputusan tanpa ada campur tangan dari orang
lain. Tapi bukan berarti mereka tidak memerlukan masukan dari orang lain, mereka
akan menggunakan masukan tersebut sebagai referensi baginya dalam mengambil
keputusan.
Menurut Steinberg (1993 : 296) ada tiga domain kemandirian perilaku(behavioral
autonomy) yang berkembang pada masa remaja. Pertama, mereka memiliki
kemampuan mengambil keputusan yang ditandai oleh
a. Menyadari adanya resiko dari tingkah lakunya,
b. Memilih alternatif pemecahan masalah didasarkan atas pertimbangan sendiri dan
orang lain
c. Bertanggung jawab atas konsekuensi dari keputusan yang diambilnya.
Kedua, mereka memiliki kekuatan terhadap pengaruh pihak lain yang ditandai oleh :
a. Tidak mudah terpengaruh dalam situasi yang menuntut konformitas,
b. Tidak mudah terpengaruh tekanan teman sebaya dan orang tua dalam mengambil
keputusan,
c. Memasuki kelompok sosial tanpa tekanan.

Ketiga, mereka memiliki rasa percaya diri (self reliance) yang ditandai oleh :
a. Merasa mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari di rumah dan di sekolah,
b. Merasa mampu memenuhi tanggung jawab di rumah dan di sekolah,
c. Merasa mampu mengatasi sendiri masalahnya,
d. Berani mengemukakan ide atau gagasan.

3. Kemandirian Nilai (value autonomy)


Yakni Kemampuan memaknai seperangkat prinsip tentang benar dan salah, tentang
apa yang penting dan apa yang tidak penting .
Kemandirian nilai (values autonomy) juga merupakan proses yang paling kompleks,
tidak jelas bagaimana proses berlangsung dan pencapaiannya, terjadi melalui proses
internalisasi yang pada lazimnya tidak disadari, umumnya berkembang paling akhir dan
paling sulit dicapai secara sempurna dibanding kedua tipe kemandirian lainnya.
Kemandirian nilai (values autonomy) yang dimaksud adalah kemampuan individu
menolak tekanan untuk mengikuti tuntutan orang lain tentang keyakinan (belief)
dalam bidang nilai .
c. Tingkat dan Karakteristik Kemandirian
Sebagai dimensi psikologis yang kompleks, kemandirian dalam perkembangannya
memiliki tingkatan–tingkatan. Perkembangan kemandirian seseorang berlangsung
secara bertahap sesuai dengan tingkat perkembangan kemandirian tersebut. Lovinger
(dalam Sunaryo Kartadinata, 1988), mengemukakan tingkatan kemandirian dan
karaktristiknya, yaitu :

1) Tingkatan pertama, adalah tingkat impulsif dan melindungi diri. Ciri-ciri tingkatan ini
adalah:
a) Peduli terhadap control dan keuntungan yang dapat diperoleh dari interaksinya
dengan orang lain.
b) Mengikuti aturan secara oportunistik dan hedonistik;
c) Berpikir tidak logis dan tertegun pada cara berpikir tertentu (stereotype ).
d) Cenderung melihat kehidupan sebagai zero-sum game.
e) Cenderung menyalahkan dan mencela orang lain serta lingkungannya.

2) Tingkatan kedua, adalah tingkat konformistik. Ciri-ciri tingkatan ini adalah:


a) Peduli terhadap penampilan diri dan penerimaan social.
b) Cenderung berpikir stereotype dan klise.
c) Peduli akan konformitas terhadap aturan ekternal.
d) Bertindak dengan motif yang dangkal untuk memperoleh pujian
e) Menyamakan diri dalam ekpresi emosi dan kurangnya introspeksi
f) Perbedaan kelompok didasarkan atas ciri-ciri eksternal
g) Takut tidak diterima kelompok
h) Tidak sensitif terhadap keindividualan
i) Merasa berdosa jika melanggar.

3) Tingkatan ketiga, adalah tingkat sadar diri. Ciri-ciri tingkatan ini adalah:
a) Mampu berpikir alternative.
b) Melihat harapan dan berbagai kemungkinan dalam situasi
c) Peduli untuk mengambil manfaat dari kesempatan yang ada
d) Menekankan pada pentingnya pemecahan masalah
e) Memikirkan cara hidup
f) Penyesuaian terhadap situasi dan peranan

4) Tingkatan keempat, adalah tingkat saksama (conscientious). Ciri-ciri tingkatan ini


adalah:
a) Bertindak atas dasar nilai-nilai internal.
b) Mampu melihat diri sebagai pembuat pilihan dan pelaku tindakan
c) Mampu melihat keragaman emosi,motif, dan perspektif diri sendiri mau-pun orang
lain.
d) Sadar akan tanggung jawab.
e) Mampu melakukan kritik dan penilaian diri.
f) Peduli akan hubungan mutualistik.
g) Memiliki tujuan jangka panjang.
h) Cenderung melihat peristiwa dalam konteks social.
i) Berpikir lebih kompleks dan atas dasar pola analitis.
5) Tingkatan kelima, adalah tingkat individualistis. Ciri-ciri tingkatan ini adalah:
a) Peningkatan kesadaran individualitas.
b) Kesadaran akan konflik emosional antara kemandirian dengan keter-
gantungan.
c) Menjadi lebih toleran terhadap diri sendiri dan orang lain.
d) Mengenal eksistensi perbedaan individual.
e) Mampu bersikap toleran terhadap pertentangan dalam kehidupan.
f) membedakan kehidupan internal dengan kehidupan luar dirinya.
g) Mengenal kompleksitas diri.
h) Peduli akan perkembangan dan masalah-masalah sosial.
6) Tingkatan keenam, adalah tingkat mandiri. Ciri-ciri tingkatan ini adalah:
a) Memiliki pandangan hidup sebagai suatu keseluruhan.
b) Cenderung besikap realistik dan objektif terhadap diri sendiri maupun orang lain.
c) Peduli terhadap pemahaman abstrak, seperti keadilan social.
d) Mampu mengintregrasikan nilai-nilai yang bertentangan.
e) Toleran terhadap ambiguitas.
f) Peduli akan pemenuhan diri ( self-fulfilment ).
g) Ada keberanian untuk menyelesaikan konflik internal.
h) Responsif terhadap kemandirian orang lain.
i) Sadar akan adanya saling ketergantungan dengan orang lain.
j) Mampu mengekpresikan perasaan dengan penuh keyakinan dan keceriaan .

d. Pentingnya Kemandirian Bagi Peserta Didik


Pengembangan kemandirian menjadi sangat penting karena dewasa ini semakin
terlihat gejala-gejala negatif berikut ini:
1. Ketergantungan disiplin kepada kontrol dari luar dan bukan karena niat sendiri
secara ikhlas. Dewasa ini rasanya semakin sulit menemukan kedisiplinan, baik di
jalanan, di kantor, dan berbagai lembaga atas situasi lain yang memang muncul secara
ikhlas dari dalam hati nurani yang bersih
2. Sikap tidak peduli terhadap lingkungan hidup, baik lingkungan fisik maupun social.
Gejala perusakan lingkungan, baik yang daoat diperbarui maupun tidak diperbarui
semakin tak terkendali, yang penting mendapatkan keuntungan financial
3. Sikap hidup konformistis tanpa pemahaman dan kompromistis dengan
mengorbankan prinsip. Kecenderungan untuk mematuhi dan menghormati orang lain
semakin dilandasi bukan oleh hakikat kemanusiaan sejati melainkan hanya karena
atribut-atribut sementara yang dimiliki oleh orang lain .
Gejala-gejala tersebut merupakan bagian kendala utama dalam memepersiapkan
individu-individu yang mengarungi kehidupan masa mendatang yang semakin komples
dan penuh tantangan. Oleh sebab itu, perkembangan kemandirian peserta didik
menuju kearah kesempurnaan menjadi sangat penting untuk dilakukan secara serius,
sistematis dan terprogram.
e. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kemandirian
1) Gen atau keturunan orang tua.
Orang tua yang memiliki sifat kemandirian tinggi seringkali menurunkan anak yang
memiliki kemandirian juga. Namun, faktor keturunan ini masih menjadi perdebatan
karena ada yang berpendapat bahwa sesungguhnya bukan sifat kemandirian orang
tuanya itu menurun kepada anaknya, melainkan sifat orang tuanya muncul
berdasarkan cara orang tua mendidik anaknya.
2) Umur
Anak mulai menampakkan perilaku mandiri pada sekitar usia dua sampai tiga tahun.
Kemandirian pada usia kanak-kanak ditandai dengan adanya kemampuan anak untuk
dapat makan sendiri, berpakaian sendiri dan ke kamar mandi sendiri. Anak nantinya
akan tumbuh menjadi remaja dimana ketika usia remaja anak berusaha untuk lepas
dari pengawasan orang tua dan mulai belajar memutuskan sendiri apa yang baik
untuknya. Jadi dengan bertambahnya umur maka seseorang akan semakin tidak
tergantung kepada orang lain dan mampu secara mandiri menentukan arah hidupnya
sendiri.
3) Jenis kelamin
Perbedaan perlakuan yang diberikan oleh orang tua menyebabkan perbedaan
terbentuknya kemandirian antara remaja putra dengan remaja putri. Perbedaan
kemandirian remaja putra dan putri juga disebabkan karena adanya perbedaan
stereotipe bahwa remaja putra dan remaja putri memiliki peranan yang berbeda di
masyarakat. Menurut penelitan Kimmel (dalam Soetjipto, 1989) menunjukkan bahwa
masyarakat menganggap remaja putri terlihat kurang mandiri daripada remaja putra
karena remaja putri lebih dipandang lebih bersikap kurang percaya diri, tidak ambisius
dan sangat tergantung. Berbeda dengan remaja putra yang dipandang lebih dominan,
aktif, lebih percaya diri dan ambisius. Jadi perbedaan perlakuan dan stereotipe antara
peran pria dan wanita di dalam kehidupan bermasyarakat membuat perbedaan dalam
perkembangan kemandirian antara anak laki-laki dan perempuan.
4) Pola asuh orang tua.
Cara orang tua yang mengasuh atau mendidik anak akan mempengaruhi
perkembangan kemandirian anak. Orang tua yang terlalu banyak melarang atau
mengeluarkan kata “jangan“ kepada anak tanpa disertai penjelasan yang rasional akan
menghambat perkembangan kemandirian anak. Sebaliknya, orang tua yang
menciptakan suasana aman dalam interaksi keluarganya akan dapat mendorong
kelancaran perkembangan anak. Demikian juga, orang tua yang cenderung sering
membanding-bandingkan anak yang satu dengan yang lainnya juga akan berpengaruh
kurang baik terhadap perkembangan kemandirian anak.
5) Sistem pendidikan di sekolah.
Proses pendidikan di sekolah yang tidak mengembangkan demokratisasi pendidikan
dan cenderung menekankan indoktrinasi tanpa argumentasi akan menghambat
perkembangan kemandirian anak. Demikian juga, proses pendidikan yang banyak
menekankan pentingnya pemberian sanksi atau hukuman (punishment) juga dapat
menghambat perkembangan kemandirian anak. Sebaliknya, proses pendidikan yang
lebih menekankan pentingnya penghargaan terhadap potensi anak, pemberian
reward, dam penciptaan kompetisi positif akan memperlancar perkembangan
kemandirian anak.
6) Sistem kehidupan di masyarakat.
Sistem kehidupan masyarakat yang terlalu menekankan pentingnya hierarki struktur
sosial, merasa kurang aman atau mencekam serta kurang menghargai manifestasi
potensi anak dalam kegiatan produktif dapat menghambat kelancaran perkembangan
kemandirian anak. Sebaliknya, lingkungan masyarakat yang aman, menghargai ekspresi
potensi anak dalam bentuk berba-gai kegiatan, dan tidak terlalu hierarkis akan
merangsang dan mendorong perkembangan kemandirian anak.

E. Pengembangan Kemandirian Peserta Didik dan Implikasinya Bagi Pendidikan


Di antara jenjang pendidikan, pendidikan di sekolah dasar merupakan jenjang yang
mempunyai peranan sangat penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya
manusia (SDM). Pada jenjang pendidikan inilah kemampuan dan keterampilan dasar
dikembangkan pada peserta didik, baik sebagai bekal untuk pendidikan lanjutan,
maupun untuk terjun ke masyarakat. Perkembangan anak sekolah dasar merupakan
tahapan perkembangan yang sangat penting, baik bagi perkembangan pendidikan,
maupun perkembangan pribadi.
Kemandirian adalah kecakapan yang berkembang sepanjang rentang kehidupan
individu, yang sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor pengalaman dan pendidikan . oleh
sebab itu, pendidikan disekolah perlu dilakukan upaya upaya pengembangan
kemandirian peserta didik, diantaranya :
1. Mengembangkan proses belajar mengajar yang demokratis, yang memungkinkan
anak merasa dihargai
2. Mendorong anak untuk berpartisipasi aktif dalam pengambilan keputusan dan
dalam berbagai kegiatan sekolah
3. Memberi kebebasan kepada anak untuk mengeksplorasi lingkungan, mendorong
rasa ingin tahu mereka
4. Penerimaan positif tanpa syarat kelebihan dan kekurangan anak, tidak membeda-
bedakan anak yang satu dengan yang lain
5. Menjalin hubungan yang harmonis dan akrab dengan anak .

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Kepribadian adalah ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat- sifat khas diri
kita yang bersumber dari bentukan-bentukan yang kita terima dari
lingkungan, misalnya, keluarga pada masa kecil kita dan juga bawaan-bawaan
kita sejak lahir.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa kemandirian adalah kemampuan
untuk mengendalikan dan mengatur pikiran , perasaan dan tindakan sendiri
secara bebas dan berusaha sendiri untuk mengatasi perasaan malu dan
keragu-raguan.

DAFTAR PUSTAKA
http://ffarchani.blogspot.com/2014/03/perkembangan-kemandirian-anak-usia-sdmi.html?
m=1
http://molamakalah.blogspot.com/2018/01/makalah-pengembangan-kepribadian.html?
m=1

Anda mungkin juga menyukai