Anda di halaman 1dari 1

Tugas menganalisa kasus terkait manajement pasien safety

Nama : Muhammad Nabil

Kelas : STR keperawatan semester 2

Dosen pengampu : ibu Evi Risa

Komunikasi antara seorang dokter dengan pasienya ternyata tidak selalu lancar, seperti
kisah seorang lansia berikut ini.

Saya mendatangi dokter spesialis urologi di RSUD Depok pada 21 Oktober 2020 untuk kontrol
bulanan setelah menjalani operasi batu buli saluran kemih 20 Mei yang lalu.

Dokter memberi obat harnal 30 butir untuk diminum sekali dua hari satu tablet. Dokter juga
menyuruh memeriksakan pancaran buang air kecil, seminggu sebelum obatnya habis.
Pengertian saya, saya harus kembali pada Desember 2020 dengan membawa hasil tes
pancaran buang air kecil. Setelah keluar dari ruangan dokter, suster memberi surat perintah
kontrol yaitu tanggal 23 November 2020. Pengertian saya lagi, berarti obat harus diminum
sekali sehari.

Tanggal 13 November 2020 saya memeriksakan pancaran buang air kecil karena obatnya tinggal
7 butir. Seyogyanya saya kembali tanggal 23 November 2020, sesuai dengan yang tertera
dalam surat perintah kontrol. Tapi karena kurang sehat, baru dapat saya lakukan tanggal 25
November 2020.

Agak heran melihat kehadiran saya yang mungkin lebih cepat dari seharusnya, dokter
menanyakan berapa sisa obat. Saya jelaskan sudah habis karena diminum sekali sehari. Lalu
dokter menjelaskan bahwa yang harus diikuti adalah perintah langsung dokter (minum obat
sekali dua hari) bukan yang tertera dalam plastik bungkus obat ( sekali sehari). Saya cuma
bingung, tidak tahu di mana letak kesalahannya.

Menurut analisa pribadi saya, saya melihat ada beberapa kesalahan yang di buat oleh perawat
dan tidak memakai teknik SBAR

Jika kita menganalisa sesuai SBAR, S (situation) yang dialami pasien ialah pengobatan pasca
operasi batu buli saluran kemih, adapun B (backround) yang terjadi pada pasien ialah pasien
salah paham akan obat yang di resepkan dokter, yang seharusnya habis pada tanggal sekian
menjadi habis lebih cepat, A (assessment) untuk kasus diatas pasien salah dalam memahami
pemakaian obat yang diberikan dokter, dan lagi perawat yang bertugas rawat jalan tidak
mengecek resep obat yang diberi oleh dokter. R (recommendation) bagusnya sebagai seorang
perawat kita harus mengecek lagi dan dengan lebih teliti agar tidak menjadi kesalah pahaman
akan tata cara dan aturan minum obat pasien, sebab hal demikian ini dapat menjadi bahaya
kepada pasient,

Sumber : Ketika Miskomunikasi Terjadi Antara Pasien dan Dokternya - Kompasiana.com

Anda mungkin juga menyukai