MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Bahan Makanan dan Pangan
Fungsional
Disusun Oleh:
Kelompok 6 / Kelas B
1. Nova Ramadhani 201910401012
2. Ocha Saputri 201910401083
3. Mahardika Augusta C.P 211910401105
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga tugas makalah dengan judul “Food Freezing” ini dapat kami selesaikan
tepat pada waktu yang telah diberikan.
Tujuan penulisan dari makalah yang telah kami buat ini ialah bertujuan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Bahan Makanan dan Pangan Fungsional. Pembuatan
makalah ini juga memiliki tujuan sebagai penambah wawasan mengenai Food Freezing untuk
pembaca serta untuk tim penyusun.
Kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Istiqomah Rahmawati, selaku dosen mata
kuliah Teknologi Bahan Makanan dan Pangan Fungsional atas pemberian tugas ini sehingga
bisa meningkatkan pengetahuan, pengalaman, serta wawasan yang sesuai dengan bidang studi
yang sedang kami tempuh.
Kami ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang sudah membantu dan
memberikan pengetahuan serta wawasannya sehingga makalah ini bisa kami selesaikan.
Kami menyadari bahwa makalah yang telah kami buat ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran kami harapkan demi kesempurnaan makalah
ini.
Kelompok 6
DAFTAR ISI
2.1.2 Pembekuan
Pembekuan atau freezing ialah penyimpanan di bawah titik beku bahan, jadi bahan
disimpan dalam keadaan beku. Pembekuan yang baik dapat dilakukan pada suhu kira-kira –
17°C atau lebih rendah lagi. Pada suhu ini pertumbuhan bakteri sama sekali berhenti.
Pembekuan yang baik biasanya dilakukan pada suhu antara –12°C sampai –24°C. Dengan
pembekuan, bahan akan tahan sampai bebarapa bulan, bahkan kadang-kadang beberapa tahun.
Perbedaan antara pendinginan dan pembekuan juga ada hubungannya dengan aktivitas
mikroba. Pertumbuhan bakteri di bawah suhu 10°C akan semakin lambat dengan semakin
rendahnya suhu. Pada saat air dalam bahan pangan membeku seluruhnya, maka tidak ada lagi
pembelahan sel bakteri. Pada sebagian bahan pangan air tidak membeku sampai suhu –9,5°C
atau di bawahnya karena adanya gula, garam, asam dan senyawa terlarut lain yang dapat
menurunkan titik beku air. Lambatnya pertumbuhan mikroba pada suhu yang lebih rendah ini
menjadi dasar dari proses pendinginan dan pembekuan dalam pengawetan pangan. Proses
pendinginan dan pembekuan tidak mampu membunuh semua mikroba, sehingga pada saat
dicairkan kembali (thawing), sel mikroba yang tahan terhadap suhu rendah akan mulai aktif
kembali dan dapat menimbulkan masalah kebusukan pada bahan pangan yang bersangkutan.
Pengawetan pangan melalui proses pembekuan dapat dicapai dengan kombinasi dua faktor,
yaitu faktor suhu dan aktivitas air, dan dalam beberapa kasus ditambah dengan perlakuan
blansir sebelum proses pembekuan. Secara keseluruhan, faktor-faktor tersebut akan
menurunkan laju reaksi kimia, biokimia, dan aktivitas mikrobiologi. Jenis pembekuan terbagi
menjadi dua golongan yaitu pembekuan cepat (quick freezing) dan pembekuan lambat (slow
freezing) (Susanto, T. dan B. Saneto. 1994). Menurut Adawyah (2007), berdasarkan panjang
pendeknya waktu thermal arrest, pembekuan dibagi menjadi dua yaitu: Pembekuan Cepat
(Quick Freezing) yaitu pembekuan dengan thermal arrest time tidak lebih dari dua jam.
Pembekuan Lambat (Slow Freezing atau Sharp Freezing) yaitu pembekuan dengan thermal
arrest time lebih dari dua jam. Pembekuan lambat umumnya menyebabkan rendahnya
kualitas produk.
2.2 Prinsip, metode pembekuan dan metode yang digunakan
Frozen food (pembekuan bahan pangan) adalah proses yang bertujuan untuk
mengawetkan produk pangan dengan cara mengubah hampir seluruh kandungan air dalam
produk menjadi es. Keadaan beku mengakibatkan aktivitas mikrobiologi dan enzim terhambat
sehingga daya simpan produk menjadi lebih panjang. Produk pangan beku tetap memiliki
batas waktu simpan atau daya simpan. Jangka waktu tertentu produk masih dapat dikonsumsi,
baik dari segi warna, rasa, tekstur, dan bentuknya, hal ini dikenal dengan istilah high quality
life. Bahan pangan dengan kandungan lemak tinggi memiliki daya simpan yang lebih pendek
dibandingkan dengan bahan pangan yang kandungan lemak rendah. Terdapat dua jenis proses
pembekuan, yaitu secara mekanik dan secara kriogenik. Kinetika pembekuan berperan
penting dalam menentukan kualitas bahan pangan yang dibekukan. Pembekuan cepat dapat
menyebabkan partikel air yang berada di dalam makanan yang dibekukan membentuk
partikel es dengan ukuran kecil. Pembekuan lambat cenderung menghasilkan partikel es
dengan ukuran besar sehingga dapat merusak tekstur bagian dalam bahan pangan. Pembekuan
kriogenik merupakan teknologi pembekuan tercepat, hal ini dikarenakan menggunakan
nitrogen cair. Perkembangan teknologi pembekuan menuju pada proses pembekuan yang
lebih cepat dan efisien baik dari segi energi dan biaya (Murniyati, A.S,. 2000).
2.2.1 Prinsip pembekuan
Teknologi pembekuan makanan adalah teknologi yang bertujuan untuk mengawetkan
makanan dengan cara menurunkan temperatur hingga di bawah titik beku air. Hal ini
berlawanan dengan pemrosesan termal, dimana makanan dipaparkan pada temperatur tinggi
dan memicu tegangan termal pada produk pangan, mengakibatkan hilangnya nutrisi,
perubahan rasa, tekstur, dan sebagainya, atau pemrosesan kimia dan fermentasi yang dapat
mengubah sifat fisik dan kimia pada produk pangan. Makanan beku umumnya tidak
mengalami semua itu; membekukan makanan cenderung menjaga kualitas pada produk
pangan. Makanan beku menjadi favorit konsumen melebihi makanan kaleng atau makanan
kering, terutama pada sektor peternakan (daging dan produk susu), buah-buahan, dan sayur-
sayuran. Hampir semua jenis bahan pangan dapat dibekukan (bahan mentah, setengah jadi,
hingga siap konsumsi) dengan tujuan pengawetan. Proses pembekuan makanan melibatkan
pemindahan panas dari produk pangan. Hal ini menyebabkan membekunya kadar air yang
berada di dalam makanan dan menyebabkan berkurangnya aktivitas air di dalamnya.
Menurunnya temperatur dan menghilangnya kandungan air dapat menjadi penghambat utama
dalam pertumbuhan mikroorganisme dan aktivitas enzim di dalam produk pangan,
menyebabkan makanan menjadi lebih tahan lama dan tidak mudah busuk. Keunggulan teknik
pembekuan makanan adalah memperpanjang daya simpan produk pangan serta dapat
mempertahankan kualitas produk pangan seperti nilai nutrisi, sifat organoleptik, dan
sebagainya (Siregar, dkk. 2021).
2.2.2 Metode pembekuan
Skala domestik, bahan pangan yang dibekukan diletakkan dalam freezer, terjadi
proses perpindahan panas yang berlangsung secara konduksi, yaitu pengeluaran panas dari
dalam produk. Proses ini berlangsung beberapa jam, tergantung kondisi yang dimiliki pada
bahan pangan yang akan dibekukan. Industri pangan, telah dikembangkan dengan metode
pembekuan lainnya dengan tujuan untuk mempercepat proses pembekuan yang
memungkinkan produk membeku dalam waktu yang pendek. Pembekuan cepat menghasilkan
kristal es berukuran kecil sehingga dapat meminimalkan kerusakan pada tekstur bahan yang
dibekukan. Proses pembekuan cepat juga dapat menyebabkan terjadinya kejutan dingin
(freeze shock) pada mikroorganisme dan tahap adaptasi mikroorganisme dengan perubahan
suhu tidak terjadi sehingga mengurangi resiko pertumbuhan mikroorganisme selama proses
pembekuan berlangsung. Tiga metode pembekuan cepat tersebut menurut Siregar, dkk (2021)
adalah:
a. Pembekuan dengan aliran udara dingin (blast freezing): bahan pangan yang akan
didinginkan diletakkan dalam freezer yang dialiri udara dingin (suhu -40°C atau lebih
rendah lagi).
b. Pembekuan dengan alat pindah panas tipe gesekan (scraped heat exchanger): produk
(misalnya ice cream) dibekukan dengan metode ini untuk mengurangi pembentukan
kristal es berukuran besar. Produk digesekkan pada permukaan pendingin dan
kemudian segera dibawa menjauh. Proses ini dilakukan secara berulang .
c. Pembekuan kriogenik (cryogenic freezing) dimana nitrogen cair (atau karbon dioksida)
disemprotkan langsung pada bahan-bahan pangan berukuran kecil seperti udang atau
stroberi. Karena cairan nitrogen dan karbon dioksida mempunyai suhu beku yang
sangat rendah (berturut-turut -196°C dan -78°C) maka proses pembekuan akan
berlangsung spontan.
Proses pemotongan yaitu kentang di potong berbentuk stik dan setelah itu di cuci kembali.
Proses perendaman ialah stik kentang di rendam dalam air garam selama kurang lebih 2 jam.
Tujuan dari perendaman larutan garam ialah agar menghilangkan getah pada kentang dan
mencegah proses oksidasi pada kentang dan membuat tekstur tetap kokoh setelah di goreng.
Gambar 2.4.2 Proses Perendaman Larutan Garam
Proses selanjutnya ialah potongan kentang di bilas dengan air mengalir hingga air jernih.
Proses perebusan yaitu kentang direbus selama 5-8 menit. Tujuan perebusan ini ialah agar
kentangnya lebih lunak, dan tidak terlalu lama dalam penggorengan.
Gambar 2.4.5 Proses Perebusan Kentang
Proses selanjutnya ialah menaburkan tepung maizena dan bubuk cabai secara merata
kemudian di goreng 1-2 menit. Setelah itu ditiriskan.
Gambar 2.4.9 Kentang Setelah Dibaluri Tepung Maizena dan Bubuk Cabai
Dalam tahap ini kita bisa menggoreng ulang jika ingin langsung dikonsumsi, tetapi apabila
ingin membuat stok, maka bisa disimpan di dalam freezer dan goreng kembali jika
diinginkan.
Penyimpanan bahan pangan beku pada suhu -18°C atau lebih rendah bertujuan untuk
memperpanjang masa simpan makanan, yakni dengan menekan pertumbuhan mikroba
perusak. Penyimpanan pada suhu ini juga bertujuan untuk mengurangi resiko perubahan
bentuk pada saat proses pengemasan maupun proses pengiriman produk. Kerusakan mutu
pada dasarnya terjadi sebagai akibat dari : Perubahan warna (hilangnya konstituen warna
alami seperti pigmen klorofil, pembentukan warna yang menyimpang seperti pada reaksi
pencoklatan); Perubahan tekstur (hilangnya cloud, perusakan gel, devaturasi protein,
pengerasan); Perubahan rasa (hilangnya rasa asal, pembentukan rasa yang menyimpang,
ketengikan); Perubahan zat gizi seperti asam askorbat dalam buah-buahan dan sayuran, lemak
tak jenuh, asam amino esensial) (Siregar, dkk. 2021).
Masalah dalam pengolahan french fries kentang yaitu sangat mudah mengalami
perubahan warna kecoklatan (browning enzimatis) yang diakibatkan oleh senyawa fenol yang
terkandung didalam umbi kentang. Pencoklatan enzimatis dapat terjadi oleh karena senyawa
fenol yang terkandung di dalam bahan pangan apabila terjadi kontak dengan oksigen.
Kentang yang telah mengalami pencoklatan enzimatis teksturnya menjadi lembek setelah
diolah. Metode yang digunakan untuk mengatasi masalah tekstur yang kurang renyah pada
produk hasil pengolahan dilakukan dengan perendaman dalam larutan Natrium klorida (NaCl)
atau biasa kita sebut larutan garam. Berdasarkan penelitian Anggraini (2005) NaCl yang
digunakan untuk perendaman akan menghasilkan french fries dengan tekstur yang renyah.
Makanan yang telah dibekukan umumnya lebih tahan lama dibandingkan dengan
makanan yang disimpan pada suhu ruang. Hal itu disebabkan karena freezer / mesin
pendingin bisa menghambat pertumbuhan mikroorganisme sehingga makanan tidak cepat
membusuk atau rusak. French Fries Spicy yang telah kami buat bisa bertahan hingga 2
minggu di dalam freezer dan sekitar 3 hari di suhu ruang, hal ini terjadi karena dalam proses
pengolahan, produk kami tidak menambahkan bahan pengawet sama sekali.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengawetan makanan adalah proses perlakuan pada makanan untuk menghentikan
atau mengurangi kerusakan pada makanan seperti berkurangnya kualitas dan nutrisi yang
terkandung di dalamnya. Pengawetan makanan biasanya terkait dengan penghambatan
pertumbuhan bakteri, jamur dan mikroorganisme lainnya. Pembekuan merupakan suatu cara
pengawetan bahan pangan dengan cara membekukan bahan pangan pada suhu di bawah titik
beku pangan tersebut. Proses pendinginan dan pembekuan tidak mampu membunuh semua
mikroba, sehingga pada saat dicairkan kembali (thawing), sel mikroba yang tahan terhadap
suhu rendah akan mulai aktif kembali dan dapat menimbulkan masalah kebusukan pada
bahan pangan yang bersangkutan.
Makanan hasil proses freeze dryrng dapat dianggap memiliki kualitas yang baik
dibandingkan dengan produk pangan hasil pengeringan jenis lain, karena freeze dryrng jika
diinginkan dapat mengembalikan kondisi pangan dengan kandungan air seperti kondisi awal
Hal penting lain berkaitan dengan freeze drying adalah operasi proses ini pada suhu yang
relative rendah, dan apabila diaplikasikan pada bahan pangan yang peka terhadap panas maka
bahan pangan tersebut akan utuh dan tidak rusak. Freeze drying umumnya lebih dapat
diterima sebagai pengawet cita rasa makanan beku yang lebih baik dibandingkan dengan
metode lainnya. Freeze drying memberikan hasil yang baik dalam hal pengawetan pangan,
seperti aroma dan rasa yang tahan lama, memiliki sifat rehidrasi yang lenih baik jika
dibandingkan dengan metode pengeringan lainnya.
Metode yang dipakai dalam frozen food French Fries rasa rumput laut adalah metode
pembekuan mekanik. Air Blast Freezer (ABF), blower yang berfungsi untuk menghembuskan
udara dingin ke produk. Suhu ABF dapat mencapai -35◦C hingga -40◦C. Kerusakan mutu
pada dasarnya terjadi sebagai akibat dari : Perubahan warna (hilangnya konstituen warna
alami seperti pigmen klorofil, pembentukan warna yang menyimpang seperti pada reaksi
pencoklatan); Perubahan tekstur (hilangnya cloud, perusakan gel, devaturasi protein,
pengerasan); Perubahan rasa (hilangnya rasa asal, pembentukan rasa yang menyimpang,
ketengikan); Perubahan zat gizi seperti asam askorbat dalam buah-buahan dan sayuran, lemak
tak jenuh, asam amino esensial)
3.2 Saran
Kami berharap, pembaca bisa memahami tentang food freezing dan juga manfaatnya
bagi masyarakat sehingga dapat bermanfaat bagi kehidupan serta dapat meminimalisir
pembusukan pada makanan yang disebabkan oleh melimpahnya bahan pangan. Keterbatasan
akan pengetahuan dan referensi, kami menyadari bahwa tulisan ini nasih jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, saran beserta kritik yang membangun sangat diharapkab adanya
agar tulisan ini bisa disusun menjadi lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA