Anda di halaman 1dari 6

Materi tentang Al-Qadr

Umat Islam di Indonesia dan beberapa negara lain memperingati Nuzulul Qur'an pada
17 Ramadhan. Ada perbedaan antara Nuzulul Qur'an dengan Malam Lailatul Qadar. Dalam
berbagai literatur dijelaskan, Nuzulul Qur'an merujuk pada diturunkannya wahyu pertama
melalui Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Sementara, Lailatul Qadar adalah
waktu diturunkannya Al-Qur'an dari Lauhul Mahfudz ke langit dunia.
Lailatul Qadar adalah salah satu keutamaan bulan Ramadhan. Secara etimologis
(harfiyah), Lailatul Qadar terdiri dari dua kata, yakni ‘’lail atau lailah yang berarti "malam
hari" dan ‘’qadar’’ yang bermakna "ukuran" atau "ketetapan". Secara terminologis
(maknawi), Lailatul Qodar dapat dimaknai sebagai "malam yang agung" atau "malam yang
mulia". Ada juga yang mengatakan bahwa Lailatul Qodar adalah malam penetapan Allah
bagi perjalanan hidup manusia. Diturunkannya Al-Quran pada malam itu dipahami sebagai
penetapan jalan hidup manusia yang harus dilalui, dengan panduan Al-Qur’an.
Lalu, apakah sebenarnya Lailatul Qodar itu? Yang pasti, Allah SWT menjelaskan,
Lailatul Qodar itu lebih utama dari seribu bulan (83 tahun). Pada malam itu, para malaikat
turun ke bumi dengan izin-Nya, sehingga sepanjang malam itu tersebar keselamatan bagi
penduduk bumi hingga terbit fajar (QS. Al-Qodar: 1-5). Dalam sebuah hadits riwayat Anas
bin Malik, Rasulullah SAW menegaskan, "Sesungguhnya Allah mengaruniakan Lailatul
Qodar hanya untuk umatku dan (Allah) tidak memberikannya kepada umat-umat
sebelumnya".
Menurut Anas bin Malik, keutamaan Lailatul Qodar adalah berupa ibadah - seperti
shalat, tilawah, dzikir, dan amal sosial (seperti zakat, infak, sedekah) - yang dilakukan pada
malam itu dan nilainya lebih baik dibandingkan amal serupa selama seribu bulan. Lalu untuk
urusan apa para malaikat termasuk Jibril turun ke bumi pada malam itu? Sebagaimana sabda
Rasul yang diriwayatkan Abdullah bin Abbas, pada malam itu para malaikat turun ke bumi
untuk menghampiri dan mengucapkan salam kepada hamba-hamba Allah yang sedang
beribadah. Pada malam itu, pintu-pintu langit dibuka dan Allah menerima taubat hamba-Nya.
Keutamaan Lailatul Qadar tersebut sungguh menggiurkan. Wajar bila kedatangannya
begitu didambakan setiap Muslim. Menariknya, Allah dan Rasul-Nya tidak menentukan
kapan malam itu tiba, sehingga upaya perburuan Lailatul Qodar di bulan Ramadhan menjadi
fenomena tersendiri di kalangan umat Islam. Para ulama berbeda pendapat tentang kapan
persis. Pendapat pertama menyebutkan Lailatul Qodar mungkin terjadi pada malam ke-27
sebagaimana hadis riwayat Iman Ahmad, Thabrani, dan Baihaqi.
Pendapat kedua menyebut malam 17 Ramadhan, malam diturunkannya Alquran (Nuzulul
Quran). Pendapat ketiga menyatakan, Lailatul Qodar terjadi pada malam-malam ganjil di
sepuluh hari terakhir Ramadhan, sebagaimana sabda Rasul, "Carilah Lailatul Qodr pada
malam-malam ganjil di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan" (HR. Bukhari, Muslim, dan
Baihaqi). Hadis lain menyebutkan malam penuh keberkahan itu terjadi pada malam tanggal
21 Ramadhan atau tanggal 23 Ramadhan. Ada juga hadits yang menyebutkan Lailatul Qodar
bisa dicari pada tujuh malam terakhir (HR Bukhari dan Muslim).
Sebagai pegangan, kita bisa menarik kesimpulan, Lailatul Qodar terjadi pada malam
ganjil dalam sepuluh terakhir bulan Ramadhan. Dengan demikian, "perburuan" malam itu
bisa dilakukan mulai malam ke-21 hingga ke-29 Ramadhan. Surah Al-Qadr adalah surah ke-
97 menurut urutannya di dalam Mushaf. Ia ditempatkan sesudah surah Iqra'. Para ulama Al-
Quran menyatakan bahwa ia turun jauh sesudah turunnya surah Iqra'. Bahkan, sebagian
diantara mereka, menyatakan bahwa surah Al-Qadr turun setelah Nabi Muhammad saw.
berhijrah ke Madinah. Penempatan dan perurutan surah dalam Al-Quran dilakukan langsung
atas perintah Allah SWT, dan dari perurutannya ditemukan keserasian-keserasian yang
mengagumkan.
Kalau dalam surah Iqra', Nabi saw. diperintahkan (demikian pula kaum Muslim)
untuk membaca dan yang dibaca itu antara lain adalah Al-Quran, maka wajarlah jika surah
sesudahnya --yakni surah Al-Qadr ini-- berbicara tentang turunnya Al-Quran dan kemuliaan
malam yang terpilih sebagai malam Nuzul Al-Qur'an (turunnya Al-Quran).
Bulan Ramadhan memiliki sekian banyak keistimewaan. Salah satu di antaranya adalah
Laylat Al-Qadr -- satu malam yang oleh Al-Quran dinamai "lebih baik daripada seribu
bulan". BAGAIMANA kita bisa mengenali Lailatul Qodar? Imam Muslim, Ahmad, Abu
Daud, dan Tirmidzi, meriwayatkan, Rasulullah SAW menerangkan, tanda-tanda Lailatul
Qodar itu antara lain suasana malam itu terasa jernih, terang, tenang, cuaca sejuk, tidak terasa
panas, tidak juga dingin. Pada pagi harinya matahari terbit dengan jernih, terang-benderang,
tanpa tertutup awan. Namun demikian, tanda yang paling jelas tentang kehadiran Lailatul
Qodar bagi seseorang adalah kedamaian dan ketenangan batinnya, sehingga benar-benar
menikmati kedekatan dengan Allah melalui amal ibadah pada malam itu.
Teknik "perburuan" yang dicontohkan Rasul adalah dengan melakukan i'tikaf di
masjid dalam sepuluh terakhir bulan Ramadhan. Demi menggapai Lailatul Qodar itu, umat
Islam diizinkan untuk hidup seperti pertapa, mengurung diri di dalam masjid, menyibukkan
diri dengan sholat, dzikir, doa, mengkaji Alquran dan Sunnah, serta menjauhi segala urusan
duniawi. Dengan demikian, Lailatul Qodar hanya akan ditemui oleh mereka yang
mempersiapkan diri dan menyucikan jiwa guna menyambutnya. Kebaikan dan kemuliaan
yang dihadirkan oleh Lailatul Qodar hanya akan diraih oleh orang-orang tertentu yang
berakhlak mulia dan memuliakan hari-harinya dengan menjalankan syariat Islam.

KEUTAMAAN LAILATUL QADAR


Ibn Abbas r.a. meriwayatkan , rasulullah SAW pernah bercerita bahwa beliau
mendapat wahyu dari Allah tentang seorang laki-laki Bani Israil yang berjihad di jalan Allah
selama seribu bulan tanpa henti. Rasulullah SAW sangat kagum , lalu beliau berdoa,
"Tuhanku , Engkau telah menjadikan umatku orang-orang yang pendek usia dan sedikit
amalan". Kemudian Allah memberi keutamaan kepada Rasulullah SAW dengan memberikan
Lailatul Qadar yang nilainya lebih baik daripada seribu bulan yang digunakan oleh laki-laki
Bani Israil itu berjihad di jalan Allah. Nama laki-laki Bani Israil itu adalah Syam'un
(Samson). Ia berperang melawan kaum kafir selama seribu bulan tanpa henti. Ia diberi
kekuatan dan keberanian yang membuat musuh-musuhnya ketakutan. Lalu kaum kafir
mendatangi istri Syam'un. Mereka membujuk istrinya bahwa mereka akan memberi hadiah
perhiasan emas jika ia dapat mengikat suaminya.
Menurut perkiraan mereka, Syam'un dapat ditangkap dengan mudah jika dalam
keadaan terikat. Ketika Syam'un sedang tidur, secara diam-diam istrinya mengikat badan
Syam'un dengan tali. Namun, ketika Syam'un bangun, dengan mudahnya ia memutuskan tali-
tali yang mengikat tubuhnya. "Apa maksudmu berbuat demikian kepadaku?" tanya Syam'un
kepada istrinya. "Aku hanya ingin menguji kekuatanmu," jawab istrinya pura-pura.
Kaum kafir itu tidak putus asa. Lalu mereka memberi rantai kepada istri Syam'un dan
memerintahkannya agar mengikat suaminya dengan rantai itu. Istri Syam'un segera
melaksanakannya. Namun, sebagaimana kejadian sebelumnya, dengan mudah
Syam'unmemutuskan rantai besi yang mengikat tubunya.
Iblis mendatangi kaum kafir, lalu berkata kepada mereka agar memerintahkan istri
Syam'un untuk bertanya kepada suaminya di mana letak kelemahannya. Setelah dibujuk,
Syam'un mengatakan kepada istrinya bahwa kelemahannya ada pada delapan jambul
dikepalanya. Ketika Syam'un tidur, istrinya memotong delapan jambul suaminya itu lalu
mengikatkannya pada tubuhnya. Empat jambul digunakan untuk mengikat tangan dan empat
jambul lagi untuk mengikat kakinya. Syam'un tidak mampu melepaskan dirinya dari ikatan
itu karena itulah kelemahannya. Akhirnya, kaum kafir dapat menangkap Syam'un. Lalu
mereka menyiksanya. Telinga dan bibir Syam'un dipotong lalu badannya digantung disuatu
tiang yang sangat tinggi. Syam'un berdoa kepada Allah agar diberi kekuatan untuk
melepaskan diri dari penyiksaan musuh-musuhnya. Allah mengabulkan do'a Syam'un, hingga
ia dapat melepaskan diri dari tali-tali yang menjeratnya dan menghancurkan tiang yang
dipakai untuk menggantungnya. Semua kaum kafir mati tertimpa tiang tersebut.
Para sahabat Rasulullah SAW sangat kagum mendengar cerita itu. Mereka bertanya,"
Ya Rasulullah , dapatkah kami meraih pahala sebagaimana yang diperoleh Syam'un?"
"Aku sendiri tidak tahu, " jawab Rasulullah SAW. Kemudian beliau berdoa kepada Allah.
Allah mengabulkannya dengan memberi malam Lailatul Qadar yang nilainya lebih baik
daripada seribu bulan yang dipakai Syam'un berjihad di jalan Allah. Anas meriwayatkan
bahwa Rasulullah SAW bersabda,"Jika datang malam Lailatul Qadar, malaikat Jibril turun ke
Bumi diiringi para malaikat yang lain Mereka memberi salam kepada setiap orang yang
berzikir kepada Allah. Dalam hadis yang diriwayatkan Abu Hurayrah, dikatakan bahwa pada
malam Lailatul Qadar, para malaikat turun ke Bumi dengan jumlah yang tidak dapat dihitung.
Mereka turun dari pintu-pintu langit yang terbuka bagaikan cahaya yang memancar.
Terbukalah kerajaan malakut pada saat itu. Bagi orang yang terbuka hijabnya, ia dapat
melihat malaikat yang sedang berdiri, rukuk, dan sujud kepada Allah sambil berzikir dan
bertasbih. Di antara mereka ada yang dapat melihat surga dan neraka dengan segala isinya.
Umar meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa menghidupkan
malam kedua puluh tujuh dari bulan Ramadhan sampai
Subuh, hal itu lebih dicintai Allah daripada melaksanakan salat di seluruh malam pada bulan
itu. "Fathimah bertanya,"Ayah, apa yang harus dilakukan oleh orang-orang yang tidak
mampu menghidupkan malam itu karena sakit?" Rasulullah SAW menjawab,"Mereka tidak
perlu menyingkirkan bantal-bantal mereka, hendaklah mereka duduk lalu berdoa kepada
Allah pada malam itu. Itu lebih disukai Allah daripada salat umatku pada malam Ramadhan."
Aisyah berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda," Barangsiapa menghidupkan
malam Lailatul Qadar, lalu melaksanakan salat dua rakaat dan memohon ampunan Allah,
Allah akan mengampuni dosa-dosanya dan memberikan rahmat-Nya; malaikat Jibrilpun akan
membelai dengan sayapnya. Barangsiapa yang dibelai sayap malaikat Jibril, ia akan masuk
surga."
MAKNA LAILATUL QADAR

Di antara keistimewaan bulan Ramadhan adalah adanya satu malam yang Allah sebut ''lebih
baik daripada seribu bulan''. Malam itu adalah Lailatul Qadar. Secara kebahasaan, kata qadar
di dalam Alquran setidaknya dimaksudkan untuk tiga arti: penetapan dan pengaturan,
kemuliaan, dan sempit. Berdasarkan arti pertama, Lailatul Qadar berarti suatu malam di mana
segala hal yang menyangkut alam dunia ini ditetapkan dan diatur. Maka, Lailatul Qadar
dalam pengertian ini adalah penetapan kembali sejarah kehidupan manusia. Karena, ia adalah
awal penetapan kembali takdir Allah, maka umat Islam yang sedang menjalankan ibadah
puasa dianjurkan bertadarus Alquran sebanyak mungkin, beriktikaf, dan ibadah-ibadah lain
seperti dicontohkan Rasulullah.
Tadarus Alquran berarti memahami segala kandungan Alquran secara menyeluruh,
tidak sepotong-sepotong. Sehingga, Alquran benar-benar menjadi bagian dalam hidup kita
yang hakiki. Selain itu, Nabi juga menganjurkan memperbanyak iktikaf di dalam masjid. Ini
yang selalu beliau praktikkan terutama pada 10 hari terakhir Ramadhan. Dalam iktikaf,
seseorang dianjurkan memperbanyak evaluasi dan introspeksi diri, menyadari segala
kesalahan yang lalu, dan merenungi kebesaran Allah. Selanjutnya memandang masa depan
secara positif, bertekad memperbaiki diri sendiri untuk tidak melakukan berbagai dosa dan
kesalahan. Pada saat yang sama, bertekad meningkatkan amaliah sehari-hari yang diridhai
Allah.
Lailatul Qadar menurut makna kedua yaitu kemuliaan. Surat Al-Qadar menjelaskan
kemuliaan ini adalah disebabkan adanya berbagai peristiwa istimewa. Di antaranya peristiwa
turunnya Alquran. Karena Lailatul Qadar merupakan diturunkannya Alquran di samping
malam ditetapkannya segala sesuatu, maka hakikatnya ia lebih baik dari apa pun juga.
Alquran menggambarkannya dengan hitungan seribu bulan. Artinya, bahwa ketika seseorang
dalam perenungannya memahami kebesaran Allah dengan membaca ayat demi ayat Alquran
beserta memahami maknanya, maka saat itulah momen Lailatul Qadar akan menemuinya.
Malam itu tidak akan menemui orang-orang yang belum siap, dalam artian bahwa jiwanya
belum mampu untuk menerimanya. Ia hanya menghampiri orang-orang yang sejak awal
Ramadhan benar-benar telah siap, yaitu orang-orang yang selalu menghidupi malam-
malamnya dengan ibadah kepada-Nya. Makna ketiga dari kata qadar adalah sempit. Ia
dikatakan sempit karena banyaknya malaikat Allah yang turun memberikan ketenangan dan
kedamaian pada jiwa manusia hingga waktu pagi datang. Mengenai malaikat yang turun ini,
ulama Muhammad Abduh mengilustrasikan mereka sebagai bisikan yang baik.
Turunnya malaikat pada Lailatul Qadar menemui orang yang mempersiapkan diri
menyambutnya berarti bahwa ia selalu disertai oleh malaikat, sehingga jiwanya selalu
terdorong untuk melakukan kebaikan-kebaikan. Jiwanya akan selalu merasakan kedamaian
yang tidak terbatas sampai fajar Lailatul Qadar, tetapi sampai akhir hayat menuju fajar
kehidupan baru di hari kemudian kelak.

Anda mungkin juga menyukai