Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENGAMATAN LAPANGAN CV.

DECORUS

Disusun Oleh :

Muhammad Rifaldi Fahrurrozi

(A01218010)

PROGRAM STUDI DESAIN FURNITUR


POLITEKNIK INDUSTRI
FURNITUR & PENGOLAHAN KAYU KENDAL
2019

1
DAFTAR ISI

BAB I ....................................................................................................................................... 3

PENDAHULUAN ................................................................................................................... 3

1.1 Latar Belakang........................................................................................................ 3

1.2 Tujuan...................................................................................................................... 3

BAB II ...................................................................................................................................... 4

ISI ............................................................................................................................................. 4

2.1 Deskripsi Tiap Departemen ................................................................................. 4

Departemen Raw Mill .................................................................................................... 4

Departemen Pembahanan .............................................................................................. 5

Departemen Mesin .......................................................................................................... 6

Departemen Assembling................................................................................................. 7

Departemen Finishing .................................................................................................... 7

2.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 9

2.3 Pemecahan Masalah ........................................................................................ 10

BAB III .................................................................................................................................. 12

PENUTUP ............................................................................................................................. 12

3.1 Kesimpulan dan Saran .................................................................................... 12

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada kesempatan kali ini di praktik industri tahun pertama penulis, penulis
berkesempatan untuk melakukan pengamatan pada hampir keseluruhan proses
produksi di pabrik CV. Decorus. Latar belakang pengamatan penulis kali ini adalah
untuk mempelajari bagaimana alur proses produksi furnitur di CV. Decorus dan
untuk menemukan masalah serta memecahkan masalah yang terjadi di proses
produksi dan tentunya yang masih berkaitan dengan ruang lingkup program studi
desain furnitur.

1.2 Tujuan

Tujuan dari kegiatan pengamatan kali ini adalah agar penulis sebagai mahasiswa
program studi desain furnitur dapat memahami secara keseluruhan proses produksi
furnitur, sehingga penulis sebagai mahasiswa prodi desain furnitur dapat
mempertimbangkan faktor-faktor pada proses produksi sebagai acuan dalam
pembuatan desain. Selain itu tujuan lain dari pengamatan industri kali ini adalah agar
penulis dapat menemukan dan memecahkan masalah lapangan yang terjadi di
produksi, khususnya yang berkaitan dengan lingkup desain furnitur.

3
BAB II

ISI

2.1 Deskripsi Tiap Departemen

Departemen Raw Mill


Departemen raw mill merupakan departemen pertama yang penulis kunjungi.
Departemen ini merupakan tempat pengolahan kayu dari masih berbentuk log
(utuh/gelondongan) menjadi kayu batangan yang siap diproses menjadi furnitur.
Pengolahan kayu di departemen ini dibagi menjadi 3 proses yaitu Sawmill,
perebusan, dan pengovenan.

Proses pertama yaitu sawmill adalah proses pemotongan kayu dari log
menjadi batangan. Proses yang terjadi di sawmill adalah pertama kayu log dipotong
memanjang berbentuk persegi, kemudian kulit kayu yang masih menempel dengan
daging kayu dipisahkan untuk dibuat bahan bakar mesin kiln dry. Setelah kayu
dipotong menjadi batang-batangan, kayu diteruskan ke proses perebusan.

Proses perebusan pada kayu bertujuan untuk mengeluarkan cairan-cairan


seperti getah yang masih terkandung di dalam kayu dan untuk mengawetkan kayu
agar tidak rentan terhadap serangan serangga dan jamur. Perebusan pada kayu
berlangsung selama 3 jam untuk kayu jenis mahoni dan 2 jam untuk kayu jenis
sungkai, untuk kayu jenis jati tidak memerlukan proses perebusan karena sudah
memiliki daya tahan yang tinggi terhadap hama kayu. Sedangkan untuk kayu jenis
lainnya, saya belum bisa menyertakan data nya karena keterbatasan pengetahuan
penulis dan narasumber. Campuran cairan yang dipakai pada proses perebusan ini
adalah air, solar, dan obat kayu berjenis enborer dengan komposisi air : enborer 500:1

4
dengan solar secukupnya tergantung kebutuhan. Suhu yang dibutuhkan pada proses
perebusan ini adalah 100 derajat celcius atau sama dengan titik didih air.

Kemudian setelah dari perebusan, kayu di keringkan dengan cara dimasukkan


ke ruangan oven atau yang biasa disebut ruang kiln dry. Proses pengeringan bertujuan
untuk mendapatkan kadar air / MC sesuai dengan yang dibutuhkan. Proses
pengeringan ini membutuhkan suhu ruangan setinggi 80-95 derajat Celsius agar
maksimal, karena apabila kurang dari 80 derajat, proses pengovenan akan
berlangsung jauh lebih lama dan tidak efisien waktu dan bahan bakar, sedangkan bila
suhu terlalu tinggi akan mengakibatkan pipa penyalur uap pada mesin tidak kuat
menahan suhu yang terlalu tinggi sehingga dapat mengakibatkan kerusakan mesin
serta membahayakan pekerja. Lama proses pengeringan kayu bervariasi tergantung
jenis kayu, untuk kayu mahoni dan sungkai pengeringan berlangsung selama kurang
lebih 24 hari full, sedangkan untuk kayu jati pengeringannya berlangsung selama 30
hari full. Bahan bakar pemanasan mesin kiln dry adalah kulit kayu bekas sawmill,
serbuk kayu limbah produksi, dan potongan-potongan kayu dari bekas proses
pemotongan di departemen pembahanan dan mesin. Target kadar air yang di
butuhkan adalah 6 tetapi pada praktiknya sering kali sebelum mencapai angka
tersebut kayu sudah dikeluarkan karena tuntutan target project. Setelah kayu
dikeluarkan dari kiln dry, kayu dibawa ke warm room untuk menjaga kestabilan
kadar airnya.

Departemen Pembahanan
Departemen pembahanan merupakan tempat pembuatan bahan yang akan
diproses menjadi komponen untuk furnitur. Di departemen pembahanan terdapat 6
jenis mesin yang memiliki fungsi berbeda-beda. Mesin pertama yaitu mesin
pemotongan, mesin ini berfungsi untuk memotong kayu yang datang dari warm room
yang notabene masih berbentuk memanjang sesuai kebutuhan. Mesin kedua bernama
mesin ripsaw yang fungsinya masih sama yaitu memotong kayu, tetapi bedanya
mesin ini lebih cocok untuk memotong bagian lebar dan tebal kayu. Mesin

5
selanjutnya bernama mesin thicknesser yang berfungsi sebagai mesin serut untuk
mendapatkan ukuran tebal net dari bahan tersebut. Selanjutnya bernama mesin
moulding, fungsinya hampir sama dengan thicknesser tetapi mesin moulding dapat
memotong ke 4 sisi pada kayu. Mesin ke 5 bernama fingerjoint yang berfungsi
memberi konstruksi fingerjoint pada kayu sisa sehingga kayu tersebut dapat
disambung kembali menjadi satu bahan utuh yang dapat dipakai. Dan mesin yang
terakhir yaitu mesin laminasi yang berfungsi menggabungkan kayu yang semula
berukuran memanjang di lem kemudian di press sehingga menjadi lebih lebar. Secara
garis besar proses di pembahanan berfokus di pembuatan bahan menjadi ukuran
rough size dan pemanfaatan bahan seefisien mungkin.

Departemen Mesin
Departemen mesin adalah departemen yang bertugas membentuk kayu
menjadi net size serta memberi konstruksi pada kayu. Pada departemen mesin
terdapat 6 jenis mesin, yaitu panel saw yang berfungsi untuk memotong panjang dan
lebar komponen, mesin double end berfungsi untuk memotong sisi samping dan
memberi alur, mesin tennon utuk memberi konstruksi berupa tennon/pen, mesin
morthice berfungsi untuk memberi lubang pen pada kayu, mesin rotter untuk
memberi radius/membulatkan pojokan kayu, dan mesin chamfer yang berfungsi
memberi alur pada kayu dan membuat lace/aksen. Selain mesin-mesin tersebut, ada
juga 2 mesin CNC 3-axis dan 1 mesin CNC 5-axis yang dapat melakukan semua
fungsi ke 6 mesin yang telah saya sebutkan, terutama mesin CNC 5-axis. Tetapi
mesin CNC memiliki kelemahan yaitu lamanya pemrograman mesin dan
pengoperasiannya yang rumit sehingga hanya pekerjaan yang membutuhkan ukuran
yang presisi saja yang dikerjakan menggunakan CNC.

6
Departemen Assembling
Departemen assembling merupakan departemen yang bertugas untuk merakit
komponen-komponen yang sudah dibuat. Di departemen assembling hanya terdapat
satu jenis mesin, yaitu mesin press yang berfungsi untuk pressing barang yang sudah
dirakit. Disini proses perakitan sering terkendala oleh pembuatan konstruksi di
departemen mesin yang kurang singkron satu sama lain.

Departemen Finishing
Departemen finishing bisa disebut sebagai departemen paling krusial karena
disini merupakan tempat pengecatan dari barang yang terlihat mentah menjadi barang
jadi yang bernilai jual tinggi. Proses di departemen finishing dapat dikatakan
kompleks karena setiap jenis finishing memiliki proses yang berbeda.

Finishing dibedakan menjadi 2 klasifikasi dan setiap klasifikasi dibedakan


menjadi 2 dan 5 jenis. Klasifikasi pertama yaitu menurut jenis serat, dibagi menjadi 2
yaitu open pore dan close pore. Finishing open pore atau biasa disebut rustic
merupakan finishing yang serat kayunya terbuka. Finishing jenis ini sebelum dispray
dengan cat harus disikat terlebih dahulu agar serat-seratnya terbuka lebih lebar
menggunakan sikat rustic. Sedangkan close pore merupakan finishing yang seratnya
tertutup sehingga bila diraba permukaannya terasa halus. Finishing close pore
sebelum di spray dengan cat harus dioles dengan filler untuk menutup serat pada
kayu. Klasfikasi selanjutnya yaitu finishing berdasarkan tingkat kilaunya, dibagi
menjadi 5 jenis yaitu yang pertama tingkat matte dengan tingkat kilap sebesar 10-
19%. Selanjutnya dof dengan tingkat kilap sebesar 20-29%. Selanjutnya satin dengan
tingkat kilap sebesar 30-39%. Kemudian semi-gloss yang tingkat kilapnya sebesar
40-59%. Dan yang terakhir yaitu gloss dengan tingkat kilap 60-80%, khusus untuk
finishing gloss membutuhkan proses compound/poles agar kilapnya bisa maksimal.

Jenis proses spraying pada finishing dibagi menjadi 3 yaitu spray sanding
sealer yang berfungsi untuk melindungi permukaan dan menyegel pori-pori kayu agar

7
getah yang tersisa didalam kayu tidak keluar dan mengubah warna finishing, spray
toner atau pemberian warna, dan spray top coat yang berfungsi sebagai lapisan
terakhir pada proses finishing yang berfungsi untuk melindungi lapisan-lapisan
dibawahnya. Sebelum menambah lapisan finishing, setiap lapisan harus diamplas
terlebih dahulu agar hasilnya lebih halus dan lapisan yang baru mau menempel
dengan baik.

Untuk bahan campuran yang dipakai pada proses finishing kayu dibedakan
menjadi 4 jenis yaitu PU, NC, Melamin, dan Waterbased. Ke 4 jenis tersebut
memiliki karakteristik yng berbeda-beda. NC merupakan jenis cat 1 komponen yang
berarti tidak memerlukan campuran komponen lain, NC memiliki karakter mudah
kering, mudah mengelupas, permukaan mengadung racun, dan harganya cenderung
murah. Sedangkan jenis PU merupakan cat 2 komponen yang waktu pengeringannya
lebih lama dari NC, tetapi jenis PU lebih sukar mengelupas dan tidak beracun. Untuk
jenis melamin memiliki karakter yang sama dengan PU tetapi pada melamin memiliki
bau yang agak menyengat. Yang terakhir merupakan jenis waterbased, merupakan
jenis dengan harga paling mahal karena komponen campurannya dapat menggunakan
air sehingga lebih mudah dan praktis, sedangkan untuk karakternya sama dengan
jenis PU.

8
2.2 Rumusan Masalah
Dalam pengamatan proses produksi kali ini penulis menemui beberapa masalah
teknis di beberapa bidang yang dapat mengakibatkan penurunan kualitas produk
maupun menurunkan efisiensi waktu dalam proses produksi. Berikut ini adalah
masalah yang saya temui dalam proses produksi:

- Konstruksi yang tidak cocok satu sama lain

Pada tahap assembling penulis menemui beberapa pekerja yang


kesulitan dalam memasang konstruksi antar komponen, spesifiknya saat itu
penulis sedang mengamati proses pemasangan queen sized bed, tetapi pada
saat pemasangan panel frame end, tennon dan morthice ternyata tidak dapat
dirangkai karena ukuran tennon yang terlalu besar sehingga pekerja harus
mengikis sendiri secara manual konstruksi tennon nya agar dapat masuk ke
lubang morthice dengan baik.

- Pelengkungan panel MDF berveneer

Masih di proses assembling saya menemui suatu masalah lain yaitu


top panel yang terbuat dari panel MDF yang dilapisi veneer melengkung
sehingga memerlukan revisi konstruksi.

- Finishing yang berubah warna


Pada saat penulis mengamati di departemen finishing, salah satu
pekerja memberitahu kepada penulis bahwa salah satu kendala yang sering
terjadi pada proses finishing adalah berubahnya warna finishing menjadi
kekuningan karena sisa getah pada kayu yang keluar ke permukaan.
- Pelengkungan kayu

Selain MDF, penulis juga menemui beberapa pelengkungan kayu yang


hendak diproses di departemen mesin. Akibat dari pelengkungan tersebut

9
adalah sulitnya operator mesin untuk memasang stopper dan mungkin hasil
pemotongannya juga tidak siku/lurus..

2.3 Pemecahan Masalah

Setelah penulis menemukan masalah-masalah diatas, penulis mencoba


mencari solusi pemecahan masalah tersebut dengan menggunakan acuan dari ilmu
yang didapat selama 2 semester dan referensi dari internet. Berikut adalah solusi yang
saya temukan:

-Konstruksi yang tidak cocok satu sama lain

Dalam kasus ini, masalah yang terjadi sebenarnya hanya human error dari
operator mesin tennon-morthice. Sebenarnya untuk menangani masalah human error
pada proses produksi bisa dilakukan dengan cara memberi penyuluhan tentang
keseluruhan alur produksi agar pekerja tau pentingnya bagian yang dikerjakan
olehnya dan mengetahui akibat yang dapat ditimbulkan oleh kesalahannya sehingga
pekerja dapat lebih teliti dan berhati-hati dalam bekerja.

-Pelengkungan panel MDF berveneer

MDF merupakan panel yang terbuat dari serbuk kayu yang dicampur oleh
bahan kimia resin, jadi bisa dibilang MDF merupakan kayu mati. Sedangkan veneer
merupakan kayu yang di slice / iris tipis dan digunakan sebagai lapisan panel,
sehingga veneer masih memiliki sifat-sifat kayu, salah satunya yaitu kembang susut.

Veneer yang di press ke panel MDF kemungkinan dapat menyusut sehingga panel
MDF tertarik dan akhirnya panel melengkung. Untuk mengatasi masalah ini bisa
dengan cara melapisi panel MDF tidak hanya dengan 1 lapis veneer tetapi 2 lapis,
dengan susunan arah serat yang menyilang sehingga veneer tidak akan mengembang /
menyusut karena seratnya saling mengunci.

10
-Finishing yang berubah warna

Penyebab dari perubahan warna di finishing adalah munculnya getah yang


masih tersisa dari kayu ke permukaan. Masalah ini dapat diatasi dengan 2 cara yaitu,
pertama dengan penebalan lapisan sanding sealer. Lapisan sanding sealer adalah
lapisan yang berfungsi untuk menutup pori-pori dari kayu, tentunya dengan
mempertebal lapisan sanding sealer akan dapat mempersulit getah untuk muncul ke
permukaan. Cara kedua yaitu dengan peningkatan kualitas kayu, dalam hal ini adalah
dengan menggunakan kayu yang sudah bersih dari getah dan cairan-cairan lain yang
terkandung pada kayu. Sedangkan untuk usaha pembersihan getah pada kayu di CV.
Decorus sudah baik yaitu dengan perebusan menggunakan cairan enborer, tetapi
dengan cara tersebut, masih akan menyisakan sedikit getah yang tersisa. Sebagai
alternatif, kita dapat menggunakan metode penghilangan getah yang biasa dipakai di
jepang untuk membuat kayu flooring, yaitu dengan cara perendaman kayu di tepi
sungai/danau selama 6 bulan-2 tahun untuk hasil terbaik. Karena dengan perendaman
kayu di air tawar dengan durasi yang lama akan membuat air sungai masuk ke pori-
pori dan melarutkan semua getah yang terkandung di dalam kayu. Tentunya durasi
perendaman berpengaruh, untuk standart yang digunakan di jepang miniman pere
daman kayu dilakukan selama 1,5-2 diklaim tahun akan menghasilkan kayu yang
dapat bertahan ratusan taun. Metode ini juga dapat menjadi solusi pelengkungan pada
kayu karena apabila kayu sudah terbebas dari cairan di dalamnya, kayu tersebut akan
mati sehingga tidak akan terjadi pelengkungan.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan dan Saran


Proses produksi merupakan proses yang kompleks dan saling berhubungan,
karena itu tiap departemen harus saling bekerja sama dalam proses produksi untuk hasil
produk yang maksimal. Tetapi dalam praktiknya masih banyak kekurangan yang
disebabkan oleh human resource itu sendiri. Maka dari itu perlu ditanamkan jiwa jujur
dan bertanggung jawab serta kekeluargaan sebagai dasar integritas setiap pekerja CV.
Decorus sehingga tiap departemen saling terhubung dan semakin solid (dalam hal
pekerjaan).

Dari pengamatan lapangan kali ini banyak ilmu yang dapat saya ambil dari CV.
Decorus sebagi penunjang untuk melanjukan pembelajaran di Politeknik Industri
Furnitur dan Pengolahan Kayu. Saya berterima-kasih kepada Bp. Ngaryanto S.E.
selaku pembimbing industri karena telah memberikan saya kesempatan yang berharga
ini, tidak lupa saya juga berterima-kasih kepada semua komponen pekerja dari CV.
Decorus karena telah membimbing saya pada masa pengamatan ini.

Saran penulis kepada pembimbing industri sebaiknya untuk pelaksanaan


kegiatan pengamatan lapangan ditempatkan di masa awal PPI agar durasi pengamatan
lapangan lebih luang dan tidak tergesa-gesa.

Sebagai penutup, penulis sadar bahwa laporan ini masih jauh dari kata
sempurna, karena keterbatasan pengetahuan penulis dan karena kesempurnaan hanya
milik Allah SWT semata, maka dari itu mohon dimaklumi apabila ada kesalahan yang
terdapat pada laporan ini.

12

Anda mungkin juga menyukai