Anda di halaman 1dari 18

SEJARAH INDONESIA

TOKOH PERJUANGAN MENGHADAPI ANCAMAN


DISINTEGRASI BANGSA INDONESIA DI JAWA TENGAH

XII MIPA 1
KELOMPOK IV :

1. Azzahra Syifa Ulya (8)


2. Citra Adinda Maharani (10)
3. Khafida Azida Ulil Khusna (18)
4. Sayla Maliatul Marzuqoh (32)

MAN 1 KOTA SEMARANG


TAHUN AJARAN
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberi rahmat, hidayah serta
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah tentang “Tokoh
Perjuangan Menghadapi Ancaman Disintegrasi Bangsa”. Sebagai materi dalam mata
pelajaran Sejarah Indonesia di Kelas XII MIPA 1 semester 1 yang diampu oleh Bapak Muslih.
Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
memberikan arahan dan bantuan dalam penyusunan tugas ini sehingga penyusunan makalah
dapat dibuat dengan sebaik-baiknya.
Dalam penyusunan makalah ini kami menemui berbagai hambatan, dan kami menyadari
bahwa karya tulis yang tersusun ini masih banyak kekurangan dan kelemahan. Karena
sesungguhnya kesempurnan hanya milik Allah SWT. Oleh karena itu kami mengharapkan
kritik dan saran yang akan membangun dan bermanfaat untuk kami.
Demi kesempurnaan makalah ini kami memohon ampun dan rahmat-Nya, semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Semarang, 8 September 2023

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................1


DAFTAR ISI ....................................................................................................................2
BAB I ...............................................................................................................................3
PENDAHULUAN ............................................................................................................3
A. LATAR BELAKANG .................................................................................................. 3
B. RUMUSAN MASALAH .............................................................................................. 4
C. TUJUAN ...................................................................................................................... 4
D. MANFAAT .................................................................................................................. 4
BAB II .............................................................................................................................5
PEMBAHASAN ...............................................................................................................5
A. DR. MOEWARDI ........................................................................................................ 5
1. Biografi Dr. Moewardi..................................................................................................... 5
2. Perjuangan Dr. Moewardi ............................................................................................... 6
3. Jasa-Jasa Dr. Moewardi .................................................................................................. 8
B. JENDRAL URIP SUMOHARJO ................................................................................. 8
2. Biografi Jendral Urip Sumoharjo .................................................................................... 9
2. Perjuangan Jendral Urip Sumoharjo............................................................................. 10
3. Jasa-Jasa Jendral Urip Sumoharjo ................................................................................ 12
BAB III ..........................................................................................................................14
PENUTUP .....................................................................................................................14
A. KESIMPULAN .......................................................................................................... 14
B. SARAN ...................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................15
LAMPIRAN ...................................................................................................................16

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Alangkah hebatnya Bangsa Indonesia ini, Negara yang terdiri dari 17.500 pulau, lebih
dari 300 kelompok etnik 1.340 suku bangsa, 6 agama resmi dan belum termasuk beragama
aliran kepercayaan, serta 737 bahasa. Kita harus bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa,
atas keberuntungan bangsa kita yang hingga kini tetap bersatu dalam keberagaman
meskipun berbagai konflik dan pergolakan sempat berlangsung di masyarakat.
Potensi disintegrasi bangsa pada masa kini bisa saja benar-benar terjadi bila
bangsaIndonesia tidak menyadari adanya potensi semacam itu. Karena itulah kita harus
selaluwaspada dan terus melakukan upaya untuk menguatkan persatuan bangsa Indonesia.
Sejarah Indonesia telah menunjukkan bahwa proses disintegrasi sangat merugikan. Antara
tahun 1948-1965 saja, gejolak yang timbul karena persoalan ideologi, kepentingan atau
berkait dengan system pemerintahan, telah berakibat pada banyaknya kerugian fisik, materi
mental dan tenaga bangsa. Konflik dan pergolakan yang berlangsung di antara bangsa
Indonesia bahkan bukan saja bersifat internal, melainkan juga berpotensi ikut campurnya
bangsa asing pada kepentingan nasional bangsa Indonesia.
Beberapa peristiwa konflik yang terjadi pada masa kini, harus kita lihat sebagai potensi
disintegrasi bangsa yang dapat merusak persatuan negeri. Maka ada baiknya bila kita belajar
dari perjalanan sejarah nasional kita, yang juga pernah diwarnai dengan aneka proses
konflik dengan segala akibat yang merugikan, baik jiwa, fisik, materi, psikis dan penderitaan
rakyat. Bagaimanapun, salah satu guna sejarah adalah dapat memberi hikmah atau pelajaran
bagi kehidupan. Selain dari peristiwa sejarah, kita dapat juga mengambil hikmah dari
teladan para tokoh sejarah. Di antara mereka adalah para pahlawan nasional yang berjuang
untuk persatuan bangsa dengan tidak hanya menggunakan senjata, tetapi juga melalui karya
berupa seni, tulisan, musik, sastra atau ilmu pengetahuan.

3
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan Latar Belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :

1. Membahas tentang tokoh yang berjuang menghadapi ancaman disintegrasi bangsa di


daerah Jawa Tengah
2. Menganalisis tentang tokoh yang berjuang menghadapi ancaman disintegrasi bangsa di
daerah Jawa Tengah
3. Menyebutkan perjuangan dan peran para tokoh yang menghadapi ancaman disintegrasi
bangsa di daerah Jawa Tengah

C. TUJUAN
1. Untuk memenuhi tugas Sejarah Indonesia,
2. Menambahkan wawasan para pembaca tentang perjuangan menghadapi ancaman
disintegrasi bangsa di Jawa Tengah,
3. Menjadikan pembaca mengetahui biografi, perjuangan, jasa-jasa dari tokoh yang
berjuang menghadapi ancaman disintegrasi bangsa di daerah Jawa Tengah (Dr.
Mawardi dan Jendral Urip Sumoharjo)

D. MANFAAT
1. Penulis, menambah khasanah ilmu untuk penulis sendiri
2. Pembaca, dapat menambah wawasan serta ilmu pengetahuan untuk memahami suatu
permasalahan dalam makalah ini
3. Penulis selanjutnya, dapat menjadi referensi sederhana dalam mengambil kesimpulan

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. DR. MOEWARDI

1. Biografi Dr. Moewardi


a. Biografi
Muwardi dilahirkan di Desa Randukuning, Pati, Jawa Tengah, Rebo Pahing 30
Januari 1907 jam 10.15 malam 15 Besar tahun Jawa 1836. Sebagai putera ke-7 dari
Mas Sastrowardojo dan Roepeni, seorang mantri guru. Sebuah kedudukan yang
sangat berwibawa pada jaman itu. Muwardimemiliki 13-saudara, laki-laki dan
perempuan. Dari keturunan Sastrowardojo yang hidup ada yang menjadi pegawai
Pamong Praja, ada juga tetap menjadi wiraswasta saja. Diantaranya menjadi seorang
analis kesehatan yaitu Supardi, Pemimpin Laboratorium Kesehatan Daerah
Jogjakarta sekitar tahun 1940-1950 yang merupakan kakak dari Muwardi. Analis
kesehatan yang lainnya adalah adik Muwardi yaitu Darsono.

b. Pendidikan
Moewardi adalah seorang dokter lulusan STOVIA. Setelah lulus, ia melanjutkan
pendidikan Spesialisasi Telinga Hidung Tenggorokan (THT). Selain itu ia adalah
ketua Barisan Pelopor tahun 1945 di Kota Surakarta, dan terlibat dalam peristiwa

5
proklamasi 17 Agustus 1945. Dalam acara tersebut, ia juga turut memberikan
sambutan setelah Soewirjo, wakil wali kota Jakarta saat itu.
Di Surakarta, dr. Muwardi mendirikan sekolah kedokteran dan membentuk
gerakan rakyat untuk melawan aksi-aksi PKI. Pada peristiwa Madiun, dia adalah
salah satu tokoh yang dikabarkan hilang dan diduga dibunuh oleh pemberontak
selain Gubernur Soeryo.

c. Wafat
Dr. Moewardi meninggal pada 13 Oktober 1948 di umur ke 41, dan
dimakamkan di Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia. Namanya diabadikan menjadi
sebuah nama Rumah Sakit di Surakarta, yaitu Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
Moewardi.

2. Perjuangan Dr. Moewardi


a. Aktif di Kepanduan
Tuan rumah jambore daerah pramuka se jatim. Selama bergerak di kepanduan,
Moewardi dikenal sebagai seorang pandu yang aktif dan disiplin. Dalam
menjalankan aktivitasnya sebagai pandu, Moewardi mempunyai prinsip pandu yang
satu menjadi saudara buat pandu yang lainnya.
Hal inilah yang menjadi kesepakatan bahwa Pandu Kebangsaan, Pandu Sumatra,
Indoneisch nationale Padvinders Organisatie melebur jadi satu organisasi kepanduan
dengan nama Kepanduan Bangsa Indonesia. Oraganisasi tersebut yang kemudian
menjadi cikal bakal lahirnya Pramuka.

b. Ikut Mengikrarkan Sumpah Pemuda-pemuda


Selain aktif di gerakan kepanduan, semasa sekolah, Moewardi juga aktif
berorganisasi di Jong Java. Bahkan karena kecintaannya pada dunia jurnalistik Ia
sempat menjadi Pemimpin Redaksi Majalah Jong Java pada tahun 1922.
Pada tahun 1925 Ia dipercaya menjabat sebagai ketua Jong Java Cabang Jakarta.
Kemudian pada Kongres Pemuda Nasional di Jakarta pada 28 Oktober 1928
Moeswardi terpilih menjadi salah satu utusan Jong Java untuk ikut mengikrarkan
Sumpah Pemuda.

6
c. Ikut Berperang Melawan Penjajah
Pada 13 Agustus 1945 saat Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu, Moewardi
melepaskan pekerjaannya sebagai dokter THT. Ia mencurahkan 100 persen
tenaganya untuk ikut dalam perjuangan kemerdekaan di dalam barisan pelopor.
Bahkan kala itu, Moewardi rela menjual beberapa barang miliknya untuk perjuangan
para pemuda.

d. Membangunkan Soekarno-Hatta untuk Pergi ke Rengasdengklok


Dalam peristiwa mengamankan Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok, Moewardi
mendapat tugas untuk membangunkan dua tokoh proklamator bersama Sayuti Melik
dan para pemuda lainnya.
Bahkan pada saat pembacaan proklamasi akan dilakanakan, Moewardi mendesak
sampai marah kepada Soekarno untuk segera menbacakan teks proklamasi tersebut.
Namun Soekarno menolak dan marah karena pada saat itu Bung Hatta belum datang.
Untungnya, tepat pukul 10.00 Bung Hatta datang.

e. Terlibat dalam Peristiwa Bandung Lautan Api


Pada tahun 1946 dokter Moewardi ikut bergabung dalam Barisan Benteng. Saat
itu Barisan Benteng banyak mengadakan inspeksi ke daerah Jawa Barat seperti
wilayah Purwakarta, Leles, dan Bandung.
Kegiatan selama inspeksi di Jawa Barat itu membuat Moewardi ikut serta dalam
peristiwa Bandung Lautan Api pada tanggal 23 Maret 1946. Ia bersama tokoh-tokoh
Barisan Benteng lainnya seperti Toha, A.H Nasution, dan Suprayogi.

f. Hilang Secara Misterius


Akhir hayat Moewardi bukan merupakan kisah yang indah untuk dikenang.
Dalam buku Madiun 1948: PKI Bergerak dituliskan bahwa pada tanggal 13
September 1948, pada saat ia sedang sibuk mengoperasi seorang anak di Rumah
Sakit Jebres, pintu kamarnya diketuk.
Setelah itu empat orang pemuda masuk dan bilang pada Moewardi kalau di luar
sana ada seseorang yang terluka parah. Tanpa kecurigaan Moewardi keluar dari
kamarnya dan mengikuti pemuda-pemuda tadi. Di luar ternyata ia kemudian
ditodong oleh para pemuda itu dan membawanya kabur dengan sebuah mobil open-
kap berwarna hijau.

7
g. Diabadikan sebagai Nama Rumah Sakit Umum Daerah Moewardi
Pada tanggal 10 November 1988, namanya digunakan sebagai nama rumah sakit
yang sebelumnya bernama Rumah Sakit Jebres, tempat ia pernah menjadi dokter di
sana. Nama Moewardi pun digunakan sebagai nama rumah sakit hingga kini.

3. Jasa-Jasa Dr. Moewardi


Jasa-Jasa yang dilakukan oleh Dr. Moewardi dalam menghadapi ancaman disintegrasi
Bangsa di Jawa Tengah :
a. Menjadi pemimpin Barisan Pelopor untuk seluruh Jawa
b. Mengamankan para pemimpin serta lokasi pembacaan teks proklamasi dari ancaman
kerusuhan
c. Membentuk barisan pelopor istimewa untuk mengawal Presiden Soekarno
d. Menjadi pelopor terbitnya Koran Jateng.

B. JENDRAL URIP SUMOHARJO

8
2. Biografi Jendral Urip Sumoharjo
a. Biografi
Nama kecil Urip Sumoharjo adalah Muhammad Sidik. Dia lahir di Sindurjan,
Purworejo, Jawa Tengah, pada 22 Februari 1893. Sidik lahir dari keluarga priyayi.
Ayahnya bernama Sumoharjo merupakan seorang kepala sekolah sekaligus tokoh
Islam setempat. Sedangkan ibunya merupakan keturunan bangsawan, yaitu putri
Raden Tumenggung Widjojokoesoemo, Bupati Trenggalek. Sidik beserta saudara
kandungnya memulai pendidikan di sekolah setempat yang dikepalai oleh ayahnya
sendiri. Sejak kecil, Sidik dikenal sebagai anak pemberani, namun cenderung nakal
dan berperangai buruk. Hingga suatu hari, Sidik jatuh dari pohon dan membuatnya
tak sadarkan diri untuk beberapa saat. Setelah itu, ibunya berkirim surat kepada
Tumenggung Widjojokoesoemo. Dalam surat itu, ibunya menjelaskan peringai buruk
Sidik dan menduga disebabkan oleh namanya.Dalam surat balasan, Widjojokoesoemo
menyarankan nama Sidik diganti menjadi Oerip atau Urip, yang artinya hidup. Sejak
saat itu, Muhammad Sidik resmi berganti nama menjadi Urip Sumoharjo.

f. Pendidikan
Urip Sumoharjo memulai sekolah dasarnya di sekolah khusus suku Jawa, dimana
kepala sekolahnya adalah ayahnya sendiri, namun karena kenakalannya, orang tuanya
kemudian memasukkan ia di Europese Lagere Meisjesschool atau yang dikenal
dengan Sekolah Putri Belanda, harapannya agar kenakalan Urip Sumoharjo dapat
hilang dan juga agar ia dapat belajar bahasa Belanda dengan baik. Selama satu tahun
disana, kelakuannya kemudian dapat berubah, sehingga ia kemudian dikirim ke
Sekolah Putra namun prestasinya tetap buruk.
Kemudian pada tahun 1908, Urip pindah ke Magelang untuk melanjutkan
sekolahnya di OSVIA (Opleidingsschool Voor Inlandse Ambtenaren) atau dikenal
dengan sekolah pendidikan pegawai negeri dengan harapan agar nanti Urip dapat
mengikuti jejak kakeknya sebagai seorang Bupati. Namun kematian ibunya pada
tahun 1909, membuat Urip Sumoharjo menjadi depresi dan kemudian lebih banyak
menyendiri.
Sebelum lulus dari OSVIA, Urip Sumoharjo membuat keputusan dengan
mengikuti akademi militer di Kota Batavia tepatnya di Meester Cornelis. Ayah Urip
yakni Soemohardjo sangat tidak setuju dengan keputusan putranya tersebut, ia bahkan
membujuk putranya dengan memberikan uang sebesar 1000 Gulden agar putranya

9
kembali bersekolah ke OSVIA. Namun keputusan Urip yang sudah bulat sehingga
ayahnya terpaksa menyetujui keputusan Urip.
g. Wafatnya
Pada tanggal 17 November 1948, Urip Sumoharjo wafat setelah penyakit jantung
menyerangnya selain itu ia juga mengidap penyakit TBC. Tanggal 18 November 1948
ia kemudian dimakamkan di Taman Makam Pahlwan Semaki, Yogyakarta dan
pangkatnya dinaikkan menjadi Jenderal secara anumerta. Urip Sumoharjo tidak
memiliki keturunan atau anak kandung, adapun anak angkatnya yaitu Abby juga
meninggal dunia tiga tahun setelah Urip Sumoharjo wafat tepatnya tahun 1951 karena
penyakit malaria dan kemudian menyusul istri Urip Sumoharjo yaitu Rohmah
Soebroto yang wafat di tahun yang sama pada bulan Oktober. Urip Sumoharjo
kemudian diberi gelar pahlawan nasional bersamaan dengan Jenderal Sudirman oleh
pemerintah melalui keputusan presiden Soekarno pada tahun 1964. Nama Urip
Sumoharjo kemudian banyak digunakan atau diabadikan sebagai nama jalan di
banyak wilayah di Indonesia.

2. Perjuangan Jendral Urip Sumoharjo


a. Menjadi Kepala Staf pertama TKR (Tentara Keamanan Rakyat) Cikal Bakal TNI.
Kemudian untuk memperkuat pertahanan nasional, TKR (Tentara Keamanan
Rakyat) terbentuk pada tanggal 14 oktober 1945, dan Urip Sumoharjo menjadi Kepala
Staf pertama TKR (Cikal Bakal Tentara Nasional Indonesia (TNI)). Di TKR, tugas
Urip adalah menyusun persiapan dalam menghadapi serangan Belanda yang diketahui
akan merebut kembali Indonesia. Markas TKR kemudian dipusatkan di Yogyakarta.
Selama memimpn TKR, Urip berupaya merangkul kembali perwira KNIL yang
berasal dari pribumi untuk bergabung dalam TKR. Namun disini muncul kecurigaan
dari pada perwira nasionalis lainnya. namun pada tanggal 20 oktober 1945, Urip
berada dibawah perintah Menteri Pertahanan namun Urip merasa diawasi sebab latar
belakangnya yang berasal dari perwira tinggi KNIL Belanda.
Meskipun BKR dibawah kendali Urip, namun angkatan perang ini masih banyak
yang bersifat kedaerahan dan banyak anggota BKR yang tidak menerima perintah dari
pusat sebab para anggota BKR berasal dari tentara PETA (Pembela Tanah Air) yang
dibentuk oleh jepang dan bersifat kedaerahan.
Kemudian pada tanggal 12 November 1945, Jenderal Sudirman terpilih sebagai
panglima angkatan perang Indonesia mengalahkan Urip yang banyak memiliki

10
pengalaman dibidang militer. Tidak terpilihnya Urip sebagai Panglima angkatan
perang karena ia banyak dicurigai oleh perwira lain karena latar belakangnya sebagai
bekas perwira tinggi KNIL. Jenderal Sudirman bahkan menawarkkan posisi panglima
diisi oleh Urip Sumoharjo namun banyak perwira tinggi menolaknya. tetapi dari hal
tersebut Urip Sumoharjo merasa senang sebab ia tak lagi mengurusi angkatan perang.
Namun jenderal Sudirman berketetapan mempertahankan Urip Sumoharjo dalam
struktur organisasi militer Indonesia, ia bahkan diangkat sebagai kepala staf dengan
pangkat sebagai letnan jenderal. Sebagai kepala staf, Urip bertugas dalam hal
penanganan masalah teknis dan juga organisasi militer. Ia juga berperan sebagai
penengah ketika mantan KNIL dan mantan tentara PETA memiliki perbedaan
pendapat.
Kemudian ketika TKR menjadi Tentara Keselamatan Rakyat dan kemudian
menjadi Tentara Republik Indonesia pada tahun 1945 di bulan januari, Urip
Sumoharjo kemudian menjadi panitia besar yang melakukan reorganisasi di badan
militer indonesia, kemudian ia juga bertugas melakukan perampingan di tubuh militer
Indonesia.
Setelah Belanda berniat untuk menyerang Indonesia, Urip kemudian menyusun
kekuatan untuk menyerang Belanda namun tindakannya gagal setelah pemerintah
Indonesia berdiplomasi dengan Belanda melalui perjanjian Renville, adanya
perjanjian ini membuat Urip Sumoharho tidak setuju, ia lebih suka dengan taktik
perang gerilya seperti yang dilakukan oleh jenderal Sudirman dan A.H Nasution.
Alasan Urip tidak setuju dengan perjanjian ini adalah perjanjian tersebut sengaja
dibuat oleh Belanda agar mereka bisa menyusun kekuatan untuk melakukan agresi
militer di Indonesia.
Kurang percayanya Urip Sumoharjo terhadap militer membuat ia akhirnya keluar
dan memutuskan untuk mengundurkan diri, namun ia masih dipercaya sebagai
penasihat menteri pertahanan dan juga penasihat wakil presiden Mohammad Hatta
dibidang militer. Ketika Amir Sjarifudin sebagai Menteri Pertahanan ketika itu mulai
mengumpulkan tentara-tentara yang berhaluan kiri, Urip Sumoharjo kemudian mulai
menaruh curiga dan melakukan kecaman atas tindakan tersebut.
Akhirnya usahanya bersama dengan Jenderal Sudirman yaitu menggabungkan
pasukan dari kalangan masyarakat umum atau biasa disebut laskar tentara dan TRI
(Tentara Nasional Indonesia) berhasil pada tanggal 2 juni 1947 dan kemudian resmi
bergabung dengan nama TNI (Tentara Nasional Indonesia), Urip Sumoharjo sendiri

11
mendirikan sebuah akademi militer untuk merekrut calon-calon tentara untuk
Republik Indonesia yang berdiri di Yogyakarta.

b. Perjuangan melawan penjajahan Belanda:


Pada masa penjajahan Belanda, Urip Sumoharjo aktif terlibat dalam pergerakan
nasionalis Indonesia. Ia ikut berjuang melalui organisasi-organisasi seperti Jong Java
(Persatuan Pemuda Indonesia) dan Serikat Islam (SI).
Urip Sumoharjo juga berperan dalam mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI)
yang menjadi salah satu kekuatan politik utama dalam perjuangan melawan
penjajahan Belanda.

c. Pemberontakan Banteng:
Salah satu peristiwa penting yang melibatkan Urip Sumoharjo adalah
Pemberontakan Banteng pada tahun 1948 di Blitar, Jawa Timur. Pemberontakan ini
dipimpin oleh Urip Sumoharjo dan sejumlah tokoh lainnya.
Pemberontakan Banteng merupakan reaksi terhadap tindakan Belanda yang mencoba
memulihkan kekuasaannya di Indonesia setelah proklamasi kemerdekaan.
Pemberontakan ini merupakan salah satu upaya untuk mempertahankan kemerdekaan
Indonesia.

d. Peran dalam Kabinet RIS:


Setelah Indonesia Merdeka, Urip Sumoharjo juga terlibat dalam politik sebagai
anggota Kabinet Republik Indonesia Serikat (RIS) yang menjabat sebagai Menteri
Kesehatan.
Perannya dalam pemerintahan ini membantu membangun infrastruktur pemerintahan
baru di Indonesia.

3. Jasa-Jasa Jendral Urip Sumoharjo


Jenderal Urip Sumoharjo adalah seorang tokoh militer Indonesia yang berperan penting
selama masa perjuangan kemerdekaan Indonesia. Ia memiliki sejumlah jasa dan
kontribusi yang signifikan dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Berikut adalah
beberapa jasa-jasa Jenderal Urip Sumoharjo:
a. Peran dalam Perjuangan Kemerdekaan

12
Jenderal Urip Sumoharjo adalah salah satu tokoh militer yang aktif dalam
perjuangan kemerdekaan Indonesia. Ia terlibat dalam berbagai operasi militer untuk
melawan penjajah Belanda selama Revolusi Nasional Indonesia.

b. Operasi Militer
Selama Perang Kemerdekaan Indonesia, Jenderal Urip Sumoharjo terlibat dalam
berbagai operasi militer penting, termasuk Operasi Jantjil, yang bertujuan untuk
menghancurkan basis militer Belanda di Semarang pada tahun 1947. Operasi ini
berhasil meraih kemenangan bagi pasukan Indonesia.
c. Peran dalam Membangun Angkatan Darat Indonesia
Jenderal Urip Sumoharjo juga berkontribusi dalam membangun Angkatan Darat
Indonesia yang kuat. Ia terlibat dalam pengembangan struktur dan organisasi militer
Indonesia serta berusaha untuk meningkatkan kualitas dan kedisiplinan pasukan.
d. Menginspirasi Generasi Muda
Setelah kemerdekaan Indonesia tercapai, Jenderal Urip Sumoharjo terus
menginspirasi generasi muda Indonesia untuk mencintai tanah air dan berjuang untuk
kepentingan bangsa. Ia menjadi salah satu tokoh penting dalam sejarah Indonesia yang
dihormati dan dijadikan teladan.
e. Pengabdian Sebagai Panglima Besar Tentara Pelajar:
Jenderal Urip Sumoharjo juga dikenal sebagai salah satu tokoh pendiri dan
panglima besar Tentara Pelajar, sebuah organisasi pemuda yang berperan penting
dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Organisasi ini membantu mempersiapkan
pemuda Indonesia untuk berperan dalam melindungi dan mempertahankan
kemerdekaan.
h. Penyelenggaraan Pendidikan Militer:
Setelah kemerdekaan, Jenderal Urip Sumoharjo juga terlibat dalam
penyelenggaraan pendidikan militer di Indonesia. Ia berperan dalam mendirikan dan
mengembangkan Lembaga pendidikan militer guna memastikan bahwa Angkatan
Darat Indonesia memiliki kader yang berkualitas.
Jenderal Urip Sumoharjo adalah salah satu tokoh pahlawan nasional Indonesia
yang berjasa dalam perjuangan kemerdekaan dan pembangunan negara.
Kontribusinya yang besar dalam mempertahankan kemerdekaan dan membangun
Angkatan Darat Indonesia membuatnya dihormati dan diingat oleh rakyat Indonesia.

13
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kondisi NKRI secara nyata harus diakui oleh setiap warga Negara bila ditinjau dari kondisi
geografi, demografi dan kondisi sosial yang ada akan terlihat bahwa pluralistis, suku, agama,
ras dan antar golongan dijadikan pangkal penyebab konflik atau kekerasan massal, tidak bias
diterima begitu saja.

Pendapat ini bias benar untuk sebuah kasus tapi belum tentu benar untuk sebuah kasus yang
lain namun ada kondisi-kondisi struktural dan kultural tertentu dalam masyarakat yang beranak
ragam yang terkadang terjadi akibat dari suatu proses sejarah atau peninggalan penjajah masa
lalu, sehingga memerlukan penanganan khusus dengan pendekatan yang aktif dan tegas
walaupun aspek hukum, keadilan dan sosial bedaya merupakan faktor berpengaruh dan perlu
pemikiran sendiri.

Pemerintah harus dapat merumuskan kebijakan yang tegas dan tepat dalam aspek kehidupan
dan pembangunan bangsa yang mencerminkan keadilan bagi semua pihak dan semua wilayah.

B. SARAN
Untuk mendukung terciptanya keberhasilan suatu kebijakan dan strategi pertahanan serta
upaya-upaya yang akan ditempuh. Disarankan pemerintah perlu mengadakan kajian secara
akademik dan terus menerus agar didapatkan suatu rumusan bahwa nasionalisme yang berbasis
multi-kultural dapat dijadikan ajaran untuk mengelola setiap perbedaan agar muncul
pengakuan secara sadar/tanpa paksaan dari setiap warga Negara atas kemajemukan dengan
segala perbedaan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufik dan A.B. Lapian. 2012. Indonesia Dalam Arus Sejarah jilid 6 (Perang dan
Revolusi). Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve.

Kahin, George Mc.Turnan. 2013. Nasionalisme & Revolusi Indonesia. (alih bahasa Tim
Komunitas Bambu). Depok: Komunitas Bambu.

https://regional.kompas.com/read/2022/02/23/123430878/biografi-urip-sumoharjo-pahlawan-
nasional-asal-purworejo-salah-satu?page=all
https://www.biografiku.com/biografi-pengusaha-sukses-indonesia-dengan-kisah-paling-
inspiratif/
https://www.tribunnewswiki.com/2021/09/09/urip-sumoharjo

15
LAMPIRAN
A. Dr. Moewardi

Peresmian nama RSUD. Dr Moewardi.

Membangunkan soekarno hatta untuk pergi ke Rengasdengklok

16
B. Jenderal Urip Sumoharjo

Makam jendral urip Sumoharjo Menjadi salah satu tentara di KNIL

Berpeluang Menjadi Panglima TKR

17

Anda mungkin juga menyukai