Anda di halaman 1dari 20

Varicella

No. Dokumen :
060/SPO-AHCC/I/2023
SOP No. Revisi : 0
Tanggal Terbit : 2 Januari
2023 dr. Angga Perdana
Halaman : 3 Kusumah, MARS
Klinik Alrasha Health Care
Center

1. Pengertian Varicella adalah Infeksi akut primer oleh virus Varicella


zoster yang menyerang kulit dan mukosa, klinis terdapat
gejala konstitusi, kelainan kulit polimorf, terutama
berlokasi di bagian sentral tubuh. Masa inkubasi 14-21
hari. penularan melalui udara (air-borne) dan kontak
langsung.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah Untuk
menghindarkan pasien resiko tinggi dari terjadinya
ktd,knc,kpc. Serta sebagai acuan penerapan
langkah-langkah Mencegah penularan penyakit baik
pada petugas maupun pasien lainnya Serta mencegah
kematian dan cacat pada penderita beresiko tinggi,
hingga dapat hidup dan berfungsi kembali dalam
masyarakat sebagaimana mestinya.
3. Kebijakan SK Direktur Klinik Nomor : 025/SK-AHCC/I/2023
penanganan pasien beresiko tinggi.
4. Referensi 1. KMK No. HK.01.07-MENKES-1186-2022 ttg Panduan
Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama
2. Permenkes Tentang Klinik 2017 Tentang Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama
5. Prosedur/ Anamnesa
Langkah-langk 1. Gesekkan kulit perlu dihindari agar tidak
ah mengakibatkan pecahnya vesikel. selain itu,
dilakukan pemberian nutrisi TKTP, istirahat dan
mencegah kontak dengan orang lain.
2. Gejala prodromal diatasi sesuai dengan indikasi.
Aspirin dihindari karena dapat menyebabkan Reye's
Syndrome
3. Losio kelamin dapat diberikan untuk mengurangi
gatal
4. Pengobatan anti virus oral antara lain :
a. Asiklovir dewasa 5x800 mg/hari, ana-anak
4 x 20 mg/kgBB (dosis maksimal 800 mg)
atau
b. Valasiklovir : dewasa 3x1000mg/hari.
5. Pemberian obat tersebut selama -10 hari dan efektif
diberikan pada 24 jam pertama setelah timbul lesi
Keluhan
demam, malaise, dan nyeri kepala. kemudian disusul
timbulnya lesi kulit berupa papul eritem yang dalam
waktu beberapa jam berubah menjadi vesikel, biasanya
disertai gatal
Faktor risiko
● anak-anak
● riwayat kontak dengan penderita varicella
● keadaan imunodefisiensi
Pemeriksaan Fisik
● Tanda Patognomonik
erupsi kulit berupa papul eritematosa yang dalam
waktu beberapa jam berubah menjadi vesikel.
bentuk vesikel ini khas berupa tetesan embun (tear
drops). vesikel akan menjadi keruh dan kemudian
menjadi krusta. sementara proses ini berlangsung,
timbul lagi vesikel-vesikel baru yang menimbulkan
gambaran polimorfik khas untuk varicella.
penyebaran terjadi secara sentrifugal, serta dapat
menyerang selaput lendir mata, mulut, dan
saluran napas atas
Pemeriksaan Penunjang
Bila diperlukan, pemeriksaan mikroskopis dengan
menemukan sel. Tzanck yaitu sel datia berinti
banyak
6. Unit Terkait 1. Nurse Station
2. Ruang Poli
3. Ruang tindakan
4. Farmasi
Scabies
No. Dokumen :
061/SPO-AHCC/I/2023
SOP No. Revisi : 0
Tanggal Terbit : 2 Januari
2023 dr. Angga Perdana
Halaman : 3 Kusumah, MARS
Klinik Alrasha Health Care
Center

1. Pengertian Scabies adalah penyakit yang disebabkan infestasi


dan sensitisasi kulit oleh tungau. Sarcoptes scabiei
dan produknya. Penyakit ini berhubungan erat
dengan higiene yang buruk. Prevalensi skabies tinggi
pada populasi yang padat. Dari hasil penelitian di
brazil, prevalensi skabies dua kali lebih tinggi di
daerah kumuh perkotaan yang padat penduduk
daripada di masyarakat nelayan dimana mereka
tinggal di tempat yang lebih luas.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah Untuk
menghindarkan pasien resiko tinggi dari terjadinya
ktd,knc,kpc. Serta sebagai acuan penerapan
langkah-langkah Mencegah penularan penyakit baik
pada petugas maupun pasien lainnya Serta mencegah
kematian dan cacat pada penderita beresiko tinggi,
hingga dapat hidup dan berfungsi kembali dalam
masyarakat sebagaimana mestinya.
3. Kebijakan SK Direktur Klinik Nomor : 025/SK-AHCC/I/2023
penanganan pasien beresiko tinggi.
4. Referensi 1. KMK No. HK.01.07-MENKES-1186-2022 ttg
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama
2. Permenkes Tentang Klinik 2017 Tentang Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama
5. Prosedur/ Anamnesa
Langkah-langkah 1.Melakukan perbaikan higiene diri dan lingkungan,
dengan :
a. Tidak menggunakan peralatan pribadi secara
bersama-sama dan alas tidur diganti bila
ternyata pernah digunakan oleh penderita
skabies.
b. Menghindari kontak langsung dengan penderita
skabies
2.Terapi tidak dapat dilakukan secara individual
melainkan harus serentak dan menyeluruh pada
seluruh kelompok orang yang ada disekitar penderita
skabies. Terapi diberikan dengan salah satu obat
topikal (scabicid) di bawah ini :
a. Salep 2-4 dioleskan di seluruh tubuh, selama 3
hari berturut-turut, dipakai setiap habis mandi.
b. Krim permethrin 5% diseluruh tubuh. Setelah 10
jam, krim permetrin dibersihkan dengan sabun.
Terapi skabies ini tidak dianjurkan pada anak <2
tahun
Pemeriksaan Fisik
Lesi kulit berupa terowongan (kanalikuli) berwarna
putih atau abu-abu dengan panjang rata-rata 1cm .
ujung terowongan terdapat papul, vesikel, dan bila
terjadi infeksi sekunder, maka akan terbentuk
pustul, ekskoriasi, dan sebagainya. Pada anak-anak
lesi lebih sering berupa vesikel disertai infeksi
sekunder akibat garukan sehingga lesi menjadi
bernanah
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan mikroskopis dari kerokan kulit
untuk menemukan tungau.
6. Unit Terkait 1. Nurse Station
2. Ruang Poli
3. Ruang tindakan
4. Farmasi
Tuberculosis (TB) Paru
No. Dokumen :
062/SPO-AHCC/I/2023
SOP No. Revisi : 0
Tanggal Terbit : 2 Januari
2023 dr. Angga Perdana
Halaman : 3 Kusumah, MARS
Klinik Alrasha Health Care
Center

1. Pengertian Tuberkulosis (TB) Paru adalah penyakit menular


langsung yang disebabkan oleh kuman TB yaitu
Mycobacterium tuberkulosis. Sebagian besar kuman TB
menyerang paru, namun dapat juga mengenai organ
tubuh lainnya. Indonesia merupakan negara yang
termasuk sebagai 5 besar dari 22 negara di dunia
dengan beban TB. Kontribusi TB di Indonesia sebesar
5,8%. Saat ini timbul kedaruratan baru dalam
penanggulangan TB, yaitu TB Resisten Obat (Multidrug
Resistance/ MDR).
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah Untuk
menghindarkan pasien resiko tinggi dari terjadinya
ktd,knc,kpc. Serta sebagai acuan penerapan
langkah-langkah Mencegah penularan penyakit baik
pada petugas maupun pasien lainnya Serta mencegah
kematian dan cacat pada penderita beresiko tinggi,
hingga dapat hidup dan berfungsi kembali dalam
masyarakat sebagaimana mestinya.
3. Kebijakan SK Direktur Klinik Nomor : 025/SK-AHCC/I/2023
penanganan pasien beresiko tinggi.
4. Referensi 1. KMK No. HK.01.07-MENKES-1186-2022 ttg Panduan
Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama
2. Permenkes Tentang Klinik 2017 Tentang Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama
5. Prosedur/ Anamnesa
Langkah-langkah Suspek TB adalah seseorang dengan gejala atau tanda
TB.
Gejala umum TB Paru adalah batuk produktif lebih dari
2 minggu, yang disertai:
1. Gejala pernapasan (nyeri dada, sesak napas,
hemoptisis) dan/atau
2. Gejala sistemik (demam, tidak nafsu makan,
penurunan berat badan, keringat malam dan
mudah lelah).
Pemeriksaan Fisik
● Pada Orang Dewasa Kelainan pada TB Paru
tergantung luas kelainan struktur paru. Pada
awal permulaan perkembangan penyakit
umumnya sulit sekali menemukan kelainan. Pada
auskultasi terdengar suara napas
bronkial/amforik/ronkhi basah/suara nafas
melemah di apex paru, tanda-tanda penarikan
paru, diafragma dan mediastinum.
● Pemeriksaan fisik pada anak tidak spesifik
tergantung seberapa berat manifestasi respirasi
dan sistemiknya
Tujuan pengobatan :
1. Menyembuhkan, mengembalikan kualitas hidup
dan produktivitas pasien.
2. Mencegah kematian akibat TB aktif atau efek
lanjutan.
3. Mencegah kekambuhan TB.
4. Mengurangi penularan TB kepada orang lain.
5. Mencegah terjadinya resistensi obat dan
penularannya
6. Unit Terkait 1. Nurse Station
2. Ruang Poli
3. Ruang tindakan
4. Farmasi
HIV/AIDS tanpa Komplikasi
No. Dokumen :
063/SPO-AHCC/I/2023
SOP No. Revisi :0
Tanggal Terbit : 2 Januari
2023 dr. Angga Perdana
Halaman : 4 Kusumah, MARS
Klinik Alrasha Health
Care Center

1. Pengertian HIV/AIDS tanpa Komplikasi adalah masalah besar yang


mengancam Indonesia dan banyak negara di dunia
serta menyebabkan krisis multidimensi. Berdasarkan
hasil estimasi Departemen Kesehatan tahun 2006
diperkirakan terdapat 169.000-216.000 orang dengan
HIV dan AIDS di Indonesia. Program bersama UNAIDS
dan WHO memperkirakan sekitar 4,9 juta orang hidup
dengan HIV di Asia.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah Untuk
menghindarkan pasien resiko tinggi dari terjadinya
ktd,knc,kpc. Serta sebagai acuan penerapan
langkah-langkah Mencegah penularan penyakit baik
pada petugas maupun pasien lainnya Serta mencegah
kematian dan cacat pada penderita beresiko tinggi,
hingga dapat hidup dan berfungsi kembali dalam
masyarakat sebagaimana mestinya.
3. Kebijakan SK Direktur Klinik Nomor : 025/SK-AHCC/I/2023
penanganan pasien beresiko tinggi.
4. Referensi 1. KMK No. HK.01.07-MENKES-1186-2022 ttg Panduan
Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama
2. Permenkes Tentang Klinik 2017 Tentang Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama
5. Prosedur/ Anamnesa
Langkah-langka Infeksi HIV tidak akan langsung memperlihatkan gejala
h atau keluhan tertentu. Pasien datang dapat dengan
keluhan:
1. Demam (suhu >37,5OC) terus menerus atau
intermiten lebih dari satu bulan.
2. Diare yang terus menerus atau intermiten lebih dari
satu bulan.
3. Keluhan disertai kehilangan berat badan (BB) >10%
dari berat badan dasar.
4. Keluhan lain bergantung dari penyakit yang
menyertainya
Langkah-langkah
1. Menganjurkan tes HIV pada pasien TB, infeksi
menular seksual (IMS), dan kelompok risiko tinggi
beserta pasangan seksualnya, sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
2. Memberikan informasi kepada pasien dan
keluarga tentang penyakit HIV/AIDS. Pasien
disarankan untuk bergabung dengan kelompok
penanggulangan HIV/AIDS untuk menguatkan
dirinya dalam menghadapi pengobatan
penyakitnya
Pemeriksaan Fisik
Hampir seluruh sistem organ dapat terlibat dalam LES.
Manifestasi yang umum didapatkan antara lain:
1. Gejala konstitusional, misalnya: kelelahan,
demam (biasanya tidak disertai menggigil),
penurunan berat badan, rambut rontok, bengkak,
dan sakit kepala.
2. Manifestasi muskuloskeletal dijumpai lebih dari
90%, misalnya: mialgia, artralgia dan artritis
(tanpa bukti jelas inflamasi sendi).
3. Manifestasi mucocutaneous, misalnya ruam
malar/ruam kupu-kupu, fotosensitivitas,
alopecia, dan ruam diskoid.
4. Manifestasi paru, misalnya pneumonitis (sesak,
batuk kering, ronkhi di basal), emboli paru,
hipertensi pulmonal, dan efusi pleura.
5. Manifestasi kardiologi, misalnya Pleuro
Pericardial friction rubs, takipnea, murmur
sistolik, gambaran perikarditis, miokarditis dan
penyakit jantung koroner.
6. Manifestasi renal dijumpai pada 40-75%
penderita setelah 5 tahun menderita lupus
Pemeriksa Penunjang
1. Laboratorium (Hitung jenis leukosit : Limfopenia dan
CD4 hitung <350 (CD4 sekitar 30% dari jumlah total
limfosit)
2. Radiologi: X-ray torak. Sebelum melakukan tes HIV
perlu dilakukan konseling sebelumnya. Terdapat dua
macam pendekatan untuk tes HIV
Konseling dan tes HIV dapat dilakukan dengan dua
cara:
a. Konseling dan tes HIV sukarela (KTS-VCT =
Voluntary Counseling and Testing)
b. Tes HIV dan konseling atas inisiatif petugas
kesehatan (TIPK – PITC = Provider-Initiated
Testing and Counseling)
6. Unit terkait 1. Nurse Station
2. Ruang Poli
3. Ruang tindakan
4. Farmasi
Konjungtivitis
No. Dokumen :
064/SPO-AHCC/I/2023
SOP No. Revisi : 0
Tanggal Terbit : 2 Januari
2023 dr. Angga Perdana
Halaman : 3 Kusumah, MARS
Klinik Alrasha Health
Care Center

1. Pengertian Konjungtivitis adalah radang konjungtiva yang dapat


disebabkan oleh mikroorganisme (virus, bakteri), iritasi,
atau reaksi alergi. Konjungtivitis ditularkan melalui
kontak langsung dengan sumber infeksi. Penyakit ini
dapat menyerang semua umur.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah Untuk
menghindarkan pasien resiko tinggi dari terjadinya
ktd,knc,kpc. Serta sebagai acuan penerapan
langkah-langkah Mencegah penularan penyakit baik
pada petugas maupun pasien lainnya Serta mencegah
kematian dan cacat pada penderita beresiko tinggi,
hingga dapat hidup dan berfungsi kembali dalam
masyarakat sebagaimana mestinya.
3. Kebijakan SK Direktur Klinik Nomor : 025/SK-AHCC/I/2023
penanganan pasien beresiko tinggi.
4. Referensi 1. KMK No. HK.01.07-MENKES-1186-2022 ttg Panduan
Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama
2. Permenkes Tentang Klinik 2017 Tentang Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama
5. Prosedur/ Anamnesa
Langkah-langk - Konjungtivitis mudah menular, karena itu
ah sebelum dan sesudah membersihkan atau
mengoleskan obat, penderita harus mencuci
tangannya bersih-bersih.
- Jangan menggunakan handuk atau lap
bersama-sama dengan penghuni rumah
lainnya.
- Menjaga kebersihan lingkungan rumah dan
sekitar
● Pemberian obat mata topikal
1. Pada infeksi bakteri: Kloramfenikol tetes
sebanyak 1 tetes 6 kali sehari atau salep mata
3 kali sehari selama 3 hari
2. Pada alergi: Flumetolon tetes mata dua kali
sehari selama 2 minggu.
3. Pada konjungtivitis gonore: Kloramfenikol tetes
mata 0,5-
4. 1%sebanyak 1 tetes tiap jam dan suntikan
pada bayi diberikan
5. 50.000 U/kgBB tiap hari sampai tidak
ditemukan kuman GO
6. pada sediaan apus selama 3 hari berturut-
turut.
7. Pada konjungtivitis viral: Salep Acyclovir 3%, 5
kali sehari selama 10 hari
Pemeriksaan Fisik
1. Visus normal
2. Injeksi konjungtival
3. Dapat disertai edema kelopak, kemosis
4. Eksudasi; eksudat dapat serous, mukopurulen,
atau purulen tergantung penyebab
5. Pada konjungtiva tarsal dapat ditemukan folikel,
papil atau papil raksasa,flikten,mebrane, atau
pseudomemran
Pemeriksaan Penunjang
1. angsung swab konjungtiva dengan perwarnaan
Gram atau Giemsa
2. sekret dengan perwarnaan biru metilen pada
kasus konjungtivitis gonore
6. Unit terkait 1. Nurse Station
2. Ruang Poli
3. Ruang tindakan
4. Farmasi
Gonore
No. Dokumen :
065/SPO-AHCC/I/2023
SOP No. Revisi : 0
Tanggal Terbit : 2 Januari
2023 dr. Angga Perdana
Halaman : 4 Kusumah, MARS
Klinik Alrasha Health
Care Center

1. Pengertian Gonore adalah semua penyakit yang disebabkan oleh


Neisseria gonorrhoeae. Penyakit ini termasuk Penyakit
Menular Seksual (PMS) yang memiliki insidensi
tinggi.Cara penularan gonore terutama melalui
genitor-genital, orogenital dan anogenital, namun dapat
pula melalui alat mandi, termometer dan sebagainya
(gonore genital dan extragenital). Daerah yang paling
mudah terinfeksi adalah mukosa vagina wanita sebelum
pubertas
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah Untuk
menghindarkan pasien resiko tinggi dari terjadinya
ktd,knc,kpc. Serta sebagai acuan penerapan
langkah-langkah Mencegah penularan penyakit baik
pada petugas maupun pasien lainnya Serta mencegah
kematian dan cacat pada penderita beresiko tinggi,
hingga dapat hidup dan berfungsi kembali dalam
masyarakat sebagaimana mestinya.
3. Kebijakan SK Direktur Klinik Nomor : 025/SK-AHCC/I/2023
penanganan pasien beresiko tinggi.
4. Referensi 1. KMK No. HK.01.07-MENKES-1186-2022 ttg Panduan
Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama
2. Permenkes Tentang Klinik 2017 Tentang Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama
5. Prosedur/ Anamnesa
Langkah-langk
● Keluhan
ah
Keluhan utama berhubungan erat dengan infeksi
pada organ genital yang terkena.
Pada pria, keluhan tersering adalah kencing nanah.
Gejala diawali oleh rasa panas dan gatal di distal
uretra, disusul dengan disuria, polakisuria dan
keluarnya nanah dari ujung uretra yang kadang
disertai darah.Selain itu, terdapat perasaan nyeri
saat terjadi ereksi.Gejala terjadi pada 2-7 hari
setelah kontak seksual.
Apabila terjadi prostatitis, keluhan disertai perasaan
tidak enak di perineum dan suprapubis, malaise,
demam, nyeri kencing hingga hematuri, serta retensi
urin, dan obstipasi.
Pada wanita, gejala subyektif jarang ditemukan dan
hampir tidak pernah didapati kelainan obyektif.
Wanita umumnya datang setelah terjadi komplikasi
atau pada saat pemeriksaan antenatal atau
Keluarga Berencana (KB).
Keluhan yang sering menyebabkan wanita datang ke
dokter adalah keluarnya cairan hijau kekuningan
dari vagina, disertai dengan disuria, dan nyeri
abdomen bawah.
Keluhan selain di daerah genital yaitu : rasa
terbakar di daerah anus (proktitis), mata merah
pada neonatus dan dapat terjadi keluhan sistemik
endokarditis, meningitis, dan sebagainya pada
gonore diseminata – 1% dari kasus gonore).
Pemeriksaan Fisik
Tampak eritem, edema dan ektropion pada orifisium
uretra eksterna, terdapat duh tubuh mukopurulen,
serta pembesaran KGB inguinal uni atau bilateral.
Apabila terjadi proktitis, tampak daerah anus eritem,
edem dan tertutup pus mukopurulen.
● Pada pria:

Pemeriksaan rectal toucher dilakukan untuk


memeriksa prostat: pembesaran prostat dengan
konsistensi kenyal, nyeri tekan dan bila terdapat
abses akan teraba fluktuasi.
● Pada wanita:
Pemeriksaan in speculo dilakukan apabila wanita
tesebut sudah menikah. Pada pemeriksaan tampak
serviks merah, erosi dan terdapat secret mukopurulen
Tatalaksana
1. Memberitahu pasien untuk tidak melakukan
kontak seksual hingga dinyatakan sembuh dan
menjaga kebersihan genital.
2. Pemberian farmakologi dengan antibiotik:
Tiamfenikol, 3,5 gr per oral (p.o) dosis tunggal,
atau Ofloksasin 400 mg (p.o) dosis tunggal, atau
Kanamisin 2 gram Intra Muskular (I.M) dosis
tunggal.
Tiamfenikol, ofloksasin dan siprofloksasin merupakan
kontraindikasi pada kehamilan dan tidak dianjurkan
pada anak dan dewasa muda
Pemeriksaan Penunjang
● Pemeriksaan mikroskopis sediaan langsung
duh tubuh dengan pewarnaan gram untuk
menemukan kuman gonokokus gram negarif,
intra atau ekstraseluler. Pada pria sediaan
diambil dari daerah fossa navikularis, dan
wanita dari uretra, muara kelenjar bartolin,
serviks dan rektum.
● Pemeriksaan lain bila diperlukan: kultur, tes
oksidasi dan fermentasi, tes beta-laktamase, tes
thomson dengan sediaan urin
Faktor Resiko
1. Berganti-ganti pasangan seksual
2. Homoseksual dan Pekerja Seks Komersial (PSK).
3. Wanita usia pra pubertas dan menopause lebih
rentan terkena gonore.
4. Bayi dengan ibu menderita gonore.
5. Hubungan seksual dengan penderita tanpa
proteksi (kondom).
7. Unit terkait 1. Nurse Station
2. Ruang Poli
3. Ruang tindakan
4. Farmasi

Anda mungkin juga menyukai